*email : intan1309@ymail.com
** email :
HASIL PENELITIAN
KULIAH KERJA LAPANGAN 2012
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
PREFERENSI HABITAT KAITANNYA TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS
GASTROPODA DI PANTAI SEKITAR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
KECAMATAN TEGALDLIMO DAN KECAMATAN PURWOHARJO, KABUPATEN
BANYUWANGI, JAWA TIMUR
(Bayu Hendra, Hikmah Zikriyani, Intan Komalasari*, Joshua Jem Joreta, Rahman
Fadli, Ratna Komala**)1
*email : intan1309@ymail.com
** email :
ABSTRAK
Moluska merupakan kelompok hewan makrobenthik yang memiliki peran penting
dalam perairan, terutama dalam rantai makanan. Moluska memiliki kemampuan
beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi logam berat
dan berperan sebagai indikator kualitas lingkungan. Parameter penting yang
mempengaruhi kehidupan Moluska adalah substrat, dan dapat membentuk susunan
individu dari beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas Moluska yang meliputi
kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi. Hasil penelitian ini
menunjukkan gastropoda yang teridentifikasi yaitu 10 genus dengan kelimpahan tertinggi
diwakili oleh genus Cerithium, sedangkan kelimpahan gastropoda terendah diwakili
genus Neritodryas, Turbo, Cypraea, dan Architectonia. Kepadatan Gastropoda tertinggi
terjadi pada zona II dan terendah terjadi pada zona I. Indeks keanekaragaman
gastropoda tergolong rendah, indeks dominansi gastropoda tergolong rendah-sedang
dan pola distribusi pada gastropoda adalah mengelompok. Kelimpahan,
keanekaragaman, dan dominansi gastropoda di pantai sekitar Taman Nasional Alas
Purwo dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan yaitu kecepatan arus, pH, suhu,
dan DO. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara
kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi gastropoda pada setiap
zona.
ABSTRACT
Mollusks are makrobenthik animals group that has an important role in surface
waters, especially in the food chain. Mollusks have a high adaptability to various habitats,
can accumulate heavy metals and act as indicators of environmental quality. Important
parameters that affect the lives of Mollusks are substrate, and can form The purpose of
this study to determine the community structure that includes an abundance of Mollusks,
diversity, dominance, and distribution patterns. The results of this study suggest that 10
identifiable genus of gastropods with the highest abundance is represented by the genus
Cerithium, while the lowest abundance of gastropod is represented by genus Neritodryas,
Turbo, Cypraea, and Architectonia. Gastropoda density was highest in zone II and lowest
in zone I. Diversity index of Gastropods is low, dominance index of gastropods is low-
medium and the distribution pattern of gastropods are clustered. The abundance,
diversity, and dominance of gastropods around Alas Purwo National Park, beach is
influenced by several environmental parameters, namely flow rate, pH, temperature, and
DO. Statistical analysis showed that there is no real difference between the abundance,
diversity, dominance, and distribution patterns of gastropods in each zone.
PENDAHULUAN
Moluska merupakan filum penting dalam rantai makanan serta memiliki
penyebaran yang cukup luas. Moluska terdapat pada rentang habitat yang luas, dari laut
tropis sampai laut kutub yang lebih dari 700 m dari permukaan laut, di kolam, danau dan
perairan mengalir, lumpur, dan pada laut terbuka dari permukaan laut sampai kedalaman
abisal (Hickman et al., 2004).
Ditinjau dari kesukaan makan (feeding habit), dapat dibedakan menjadi
karnivora, herbivora, pemakan detritus/busukan organic (detritifor), serta penyaring (filter
feeder). Moluska memiliki peran ekonomis dam ekologis. Secara ekonomis, Moluska
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai bahan pangan
(sumber protein hewani), bahan industri kerajinan dan perhiasan, dan bahan campuran
bagi makanan unggas. Sedangkan secara ekologis berperan dalam rantai makanan yang
berfungsi sebagai herbivor atau detritivor (Cappenberg et al., 2006).
Gastropoda merupakan kelas dari Filum Moluska yang memiliki spesies paling
beragam dan terbesar.karena berhasil menempati berbagai macam habitat dan
ekosistem seperti, lamun, karang, mangrove dan substrat pasir/lumpur yang bersifat
terbuka (Cappenberg et al., 2006). Kelompok ini dapat membentuk susunan individu dari
beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas.
Struktur komunitas dapat dipelajari dengan mengetahui satu atau dua aspek
khusus tentang organisme komunitas yang bersangkutan seperti keragaman, zonasi atau
stratifikasi (Brower dan Zar dalam Noor Dienti, 2011). Menurut Krebs (1972) dalam Noor
Dienti (2012), struktur komunitas memiliki 5 karakteristik, yaitu : (1) keanekaragaman
jenis; (2) bentuk pertumbuhan dan struktur; (3) dominansi; (4) kelimpahan relative; (5)
struktur trofik.
Pianka dalam Cappenberg (2008) menyatakan bahwa Moluska memiliki
kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi
logam berat tanpa mengalami kematian dan berperan sebagai indikator lingkungan.
Tinggi rendahnya keanekaragaman jenis suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain tipe habitat, stabilitas lingkungan, kompetisi, panjangnya rantai makanan,
ukuran tubuh biota yang bersangkutan, dan faktor yang yang paling berpengaruh adalah
jenis substrat. Odum (1993) menyatakan bahwa substrat dasar atau tekstur tanah
merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Sedangkan
menurut Chusing dan Walsh (1976 dalam Noor Dienti, 2012) substrat digunakan sebagai
sumer makanan bagi sebagian besar makrozoobenthos
Gastropoda dapat hidup pada berbagai habitat baik daratan maupun perairan.
Sebagian dari gastropoda dapat hidup pada permukaan substrat yang berlumpur atau
tergenang air, hidup menempel pada akar atau batang dan hidup membenamkan diri
didalam lumpur (Susiana, 2011). Menurut Suwignyo (2005) dalam Susiana (2011),
Salah satu wilayah perairan sebagai habitat adalah pantai dan sekitarnya
diTaman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan
yang terletak di Semenanjung Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional ini
mempunyai luas 43.420 Ha dengan ketinggian antara 0-322 m dpl. Daerah ini
merupakan suatu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Ariyanto, 2010). Palupi (2005)
menyatakan bahwa selain memiliki keanekaragaman flora, fauna serta goa alamnya,
kawasan ini dikelilingi oleh beberapa pantai berpasir putih bersih dan dikenal dengan
pasir gotrinya.
Laut di sekitar Taman Nasional Alas Purwo terkenal memiliki ombak dan arus
yang besar. Besarnya aruh dan gelombang di laut Taman Nasional Alas Purwo diduga
mempengaruhi struktur komunitas Moluska, khususnya kelas Gastropoda, yaitu dapat
mempengaruhi organisme di dalam perairan salah satunya adalah kelompok Moluska
(Gastropoda).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas
gastropoda di sekitar Pantai Taman Nasional Alas, Jawa Timur.
HIPOTESIS PENELITIAN
Perbedaan substrat mempengaruhi perbedaan struktur komunitas Gastropoda
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan tempat penelitian
Tanggal penelitian : 23-24 April 2012
Tempat : Di sekitar pantai Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur.
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain survei.
Pengambilan sampel dan penentuan stasiun menggunakan teknik purposive
sampling
3. Alat
Jala surber/eckman grab, botol sampel dan plastik sampel, nampan, kertas label,
pinset, buku kunci identifikasi, alat-alat tulis, termometer, keping Secchi, kertas
indikator universal pH (1-14), DO meter
4. Bahan
Formalin 3 %, alkohol 70%
5. Cara kerja
A. Penentuan Stasiun
1. Menentukan 3 stasiun pengamatan, yaitu substrat lumpur, batu dan pasir
berbatu
2. Membuat 5 kuadran dengan luas 1 X 1 m pada masing- masing stasiun
pengamatan menggunakan teknik purposive sampling
B. Pengambilan Sampel
1. Menempatkan jala surber pada dasar perairan dengan arah melawan arus
untuk mengambil sampel pada kedalaman kurang dari 30 cm (dangkal)
2. Mengaduk material dalam kuadran dengan ukuran tertentu sampai
kedalaman 5 cm yang diarahkan pada jala surber
3. Mengambil organisme yang tersaring, sementara batuan, kerikil atau pasir di
bersihkan permukaannya dengan kuas pada mulut jala
4. Memasukkan organisme dalam botol plastik dan mengawetkannnya dengan
formalin 3% dan alkohol 70%.
5. Mengambil sampel pada tiap stasiun/kuadran pada bagian tepi kiri, bagian
tengah dan bagian tepi kanan (3 transek pengambilan)
6. Meneliti specimen berdasarkan tipe, kumpulkan bagian yang bisa
diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi
7. Menempatkan masing-masing kelompok specimen pada botol sampel dan
beri label.
8. Melakukan analisis data kelimpahan dan keanekaragaman dengan
menggunakan rumus, dan dilanjutkan dengan analisis statistik
A. SIFAT FISIKA
1. Suhu
Pengukuran suhu meliputi suhu air dan suhu udara. Pengukuran suhu air
dilakukan dengan cara mencelupkan pada badan air selama kurang lebih 10
menit sampai menunjukkan angka yang konstan, sementara pengukuran suhu
udara dilakukan dengan cara menggantung termometer pada suatu titik di
kuadran tersebut.
2. Kecepatan arus
Kecepatan arus bervariasi terhadap kedalaman dan bagian sungai. Hal ini
berarti pada kedalaman yang berbeda mempunyai kecepatan arus yang
berbeda.Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan :
1. Alat pengukur kecepatan arus (Current meter)
2. Metode pelampung (Float method) yaitu metode perkiraan
Cara: Menggunakan botol plastik ukuran 0,5 liter (misal : botol aqua) diisi air
sampai 80 %, kemudian diikat, digulung tali dengan panjang tertentu
dan dihanyutkan serta mencatat sampai gulungan tali habis
Bila mengukur pada bagian tengah dan bagian pinggir, maka kecepatan arus
merupakan rata-rata dari kecepatan arus sungai bagian pinggir dan tengah.
3. Penetrasi cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan menggunakan keping Secchi yang
dikaitkan pada tali penduga. Yang harus diperhatikan adalah apakah penetrasi
cahaya tersebut sampai ke substrat dasar atau tidak.
5. Substrat.
Substrat pada setiap stasiaun pengamatan di amati secara visual.
B. SIFAT KIMIA
1. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH
(1-14) yang dicelupkan ke dalam air, kemudian mencocokkan perubahan warna
dengan warna standart
C. Indeks dominansi
Dominansi dihitung dengan rumus:
2
= ( )
2
Keterangan :
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria :
- Nilai 0 < D 0.5, Dominansi rendah
- Nilai 0.5 < D 0.75, Dominansi sedang
- Nilai 0.75 < D 1.00, Dominansi tinggi
D. Pola distribusi
Untuk mengetahui sebaran jenis suatu spesies pada habitat digunakan pola distribusi
Morisita (Brower dan Zar, 1977 dalam Noor Dienti, 2012). Indeks Morisita
diformulasikan sebagai berikut :
Xi2 N
Indeks Morisita : = n
N (N1)
Keterangan :
I = Indeks Morisita
n = Jumlah petak pengambilan contoh
N =Jumlah individu yang diperoleh
Xi = Jumlah individu pada petak pengambilan contoh ke-i
Analisis Statistik
Data kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan
ANAVA Satu Arah.
HASIL PENELITIAN
1. Kelimpahan Gastropoda
Kelimpahan terbesar dari seluruh zonasi penelitian terdapat pada zona II sebesar
38.4 ind/m2 dan terendah terdapat pada zona I sebesar 11.4 ind/m2. Berdasarkan
genusnya, kepadatan tertinggi adalah genus Cerithium sebesar 32.6 ind/m2, sedangkan
kepadatan terendah adalah genus Neritodryas, Turbo, Cypraea dan Architectonia yang
masing-masing sebesar 0.2 ind/m2. Data selengkapnya mengenai kelimpahan dapat
terlihat pada Tabel 1. dibawah ini:
Architectonia 0.2
Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H) dan Dominansi (D) Gastropoda pada setiap
zona
Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi Gastropoda. Analisis Statistik
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini:
3. Pola Distribusi
Indeks pola distribusi (Id) berkisar antara 1.25-1.93. Secara umum, jika nilai pola
distribusi (id)>1, maka pola penyebaran bersifat mengelompok. Data menunjukkan
bahwa semua gastropoda memiliki pola distribusi secara mengelompok terlihat dalam
Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Pola Distribusi Gastropoda
Zona Substrat Genus Id Pola Distribusi
Neritina 1.75 Mengelompok
Neritodryas 1.75 Mengelompok
I (Rawa Bendo) Lumpur
Nerita 1.67 Mengelompok
Malea 1.49 Mengelompok
Turbo 1.75 Mengelompok
Nerita 1.36 Mengelompok
II (Pancur) Batu
Smaragdia 1.33 Mengelompok
Cerithium 1.93 Mengelompok
Cypraea 1.75 Mengelompok
Cerithium 1.19 Mengelompok
III (Pancur) Pasir berbatu Nerita 1.72 Mengelompok
Architectonia 1.75 Mengelompok
Siphonaria 1.25 Mengelompok
Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pola distribusi Gastropoda. Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 7 di
bawah ini:
4. Parameter Lingkungan
Hasil pengukuran parameter lingkungan yaitu nilai parameter fisika dan kimia
pada setiap substrat di sekitar Pancur dan Rawa Bendo, Taman Nasional Alas Purwo
terlihat bahwa pada Tabel dibawah ini:
Tabel 8. Kisaran Nilai Parameter Fisika dan Kimia Pada Setiap Substrat di sekitar Pancur
dan Rawa Bendo.
Parameter Zona
No.
Fisika & Kimia Lumpur Batu Pasir Berbatu
Fisika
1 Suhu (c) 28,9 29 31 - 32 31 - 32
2 Arus (m/dtk) 0 1 1.3 1 1.3
Kimia
1 pH 8 7 7
2 DO (mg/l) 1.1 5.8 5.8
PEMBAHASAN
Nilai indeks distribusi gastropoda di sekitar Pancur dan Rawa Bendo berkisar
antara 1.25-1.93 yang menunjukkan bahwa distribusi gastropoda adalah mengelompok.
Hasil tersebut didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pola distribusi gastropoda. Pola distribusi Gastropoda yang mengelompok
menunjukan bahwa keberadaaan individu hanya dapat ditemukan pada suatu tempat
tertentu sesuai dengan preferensi habitatnya. Pengelompokan jenis gastropoda pada
tempat tertentu diduga karena pergerakan dari jenis gastropoda yang lambat (Nybaken,
1992). Sedangkan mengelompoknya jenis gastropoda yang lain diduga karena sifatnya
yang hidup berkoloni dan menempel pada satu tempat sepanjang waktu. Dijelaskan lebih
lanjut oleh Hendy dan Kurniaty (1984) dalam Munira (2011) bahwa terjadinya pola
sebaran dari individu dimungkinkan karena adanya kecenderungan pengelompokan
perkelompok umur. Adanya pengelompokan untuk kepentingan memijah, adanya
kecenderungan pengelompokan untuk melindungi diri, dan adanya proses regenerasi
yang stabil sehingga mengakibatkan hadirnya beberapa kelompok dalam suatu populasi.
KESIMPULAN
1. Teridentifikasi 10 genus Gastropoda yaitu Malea, Nerita, Neritina, Neritodryas,
Cerithium, Smaragdia, Turbo, Siphonaria, Cypraea, dan Architectonia
2. Kelimpahan terbesar terdapat pada zona II sebesar 38.4 ind/m 2 dan terendah
terdapat pada zona I sebesar 11.4 ind/m2. Berdasarkan genusnya, kepadatan
tertinggi adalah genus Cerithium sebesar 32.6 ind/m2, sedangkan kepadatan
terendah adalah genus Neritodryas, Turbo, Cypraea dan Architectonia yang
masing-masing sebesar 0.2 ind/m2.
3. Nilai indeks keanekaragaman dan dominansi gastropoda di pantai sekitar Taman
Nasional Alas Purwo tergolong rendah-sedang.
4. Pola distribusi gastropoda mengelompok.
5. Parameter lingkungan seperti kecepatan arus, suhu, pH dan oksigen terlarut
(DO) mempengaruhi kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi Gastropoda
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Dwi. 2010. Pengelolaan Taman Nasional Berbasis Resort. Diposting pada
tanggal 31 Agustus 2010. http://tnalaspurwo.org/index.php/webpage/detail/0/48.
Diunduh 10 Maret 2012.
Cappenberg, Hendrik Alexander Williem. 2008. Moluska Bentik Di Perairan Muara Sungai
Cisadane, Tangerang, Banten. Oseanologi dan Limnologi di lndonesia, 34: 13-
23.
Cappenberg, Hendrik Alexander Williem, Aznam Aziz dan Indra Aswandy. 2006.
Komunitas Moluska Di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan
Limnologi di lndonesia, 40 : 53 64.
Hickman, Cleveland P., Larry S. Roberts, Allan Larson, dan Helen IAnson. 2004.
Integrated Principles of Zoology Twelfth Edition. North America: The McGraw Hill
Companies, Inc. p.317-333.
Noor Dienti, Dea. 2012. Struktur Komunitas Gastropoda di Keramba Ikan Teluk Lada
Perairan Selat Sunda. Program Sarjana Sains, Universitas Negeri Jakarta,
Jakarta. Skripsi Program Sarjana. Munira. 2011. Beberapa Aspek Ekologi
Bivalvia Di Daerah Pasang Surut Waling Besar Kepulauan Banda, Maluku.
Bimafika 3 : 259-265
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka
Utama. 459 hal.
Palupi, Endah Sri. 2001. Pengembangan Wisata Pantai Trianggulasi Di Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema
Ekoturisme). Program sarjana Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang.
Skripsi Program Sarjana
Susiana, 2011. Diversitas Dan Kerapatan Mangrove, Gastropoda Dan Bivalvia Di Estuari
Perancak, Bali. Program sarjana Manajemen Sumber Daya Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Skripsi Program Sarjana.
Syafikri, Dedi. 2008. Studi Struktur Komunitas Bivalvi dan Gastropoda di Perairan Muara
Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal.
Program Sarjana Sarjana Ilmu kelautan, Universitas Diponegoro, Yogyakarta.
Skripsi
Wood MS. 1987. Subtidal ecology. Edward Amold Pty. Limited, Australia.
LAMPIRAN