Anda di halaman 1dari 15

PREFERENSI HABITAT KAITANNYA TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS

GASTROPODA DI PANTAI SEKITAR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO


KECAMATAN TEGALDLIMO DAN KECAMATAN PURWOHARJO, KABUPATEN
BANYUWANGI, JAWA TIMUR
(Bayu Hendra, Hikmah Zikriyani, Intan Komalasari*, Joshua Jem Joreta,
Rahman Fadli, Ratna Komala**)1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda Rawamangun Jakarta 13220.
Telp/Fax (021) 4894909

*email : intan1309@ymail.com
** email :

HASIL PENELITIAN
KULIAH KERJA LAPANGAN 2012
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Telah dikonsultasikan dan disetujui tanggal Maret 2012 oleh :

Dra. Ratna Komala, Msi


NIP.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
PREFERENSI HABITAT KAITANNYA TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS
GASTROPODA DI PANTAI SEKITAR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
KECAMATAN TEGALDLIMO DAN KECAMATAN PURWOHARJO, KABUPATEN
BANYUWANGI, JAWA TIMUR
(Bayu Hendra, Hikmah Zikriyani, Intan Komalasari*, Joshua Jem Joreta, Rahman
Fadli, Ratna Komala**)1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda Rawamangun Jakarta 13220.
Telp/Fax (021) 4894909

*email : intan1309@ymail.com
** email :

ABSTRAK
Moluska merupakan kelompok hewan makrobenthik yang memiliki peran penting
dalam perairan, terutama dalam rantai makanan. Moluska memiliki kemampuan
beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi logam berat
dan berperan sebagai indikator kualitas lingkungan. Parameter penting yang
mempengaruhi kehidupan Moluska adalah substrat, dan dapat membentuk susunan
individu dari beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas Moluska yang meliputi
kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi. Hasil penelitian ini
menunjukkan gastropoda yang teridentifikasi yaitu 10 genus dengan kelimpahan tertinggi
diwakili oleh genus Cerithium, sedangkan kelimpahan gastropoda terendah diwakili
genus Neritodryas, Turbo, Cypraea, dan Architectonia. Kepadatan Gastropoda tertinggi
terjadi pada zona II dan terendah terjadi pada zona I. Indeks keanekaragaman
gastropoda tergolong rendah, indeks dominansi gastropoda tergolong rendah-sedang
dan pola distribusi pada gastropoda adalah mengelompok. Kelimpahan,
keanekaragaman, dan dominansi gastropoda di pantai sekitar Taman Nasional Alas
Purwo dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan yaitu kecepatan arus, pH, suhu,
dan DO. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara
kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi gastropoda pada setiap
zona.

Kata kunci : Alas Purwo, Habitat, Moluska, Struktur komunitas.

ABSTRACT

Mollusks are makrobenthik animals group that has an important role in surface
waters, especially in the food chain. Mollusks have a high adaptability to various habitats,
can accumulate heavy metals and act as indicators of environmental quality. Important
parameters that affect the lives of Mollusks are substrate, and can form The purpose of
this study to determine the community structure that includes an abundance of Mollusks,
diversity, dominance, and distribution patterns. The results of this study suggest that 10
identifiable genus of gastropods with the highest abundance is represented by the genus
Cerithium, while the lowest abundance of gastropod is represented by genus Neritodryas,
Turbo, Cypraea, and Architectonia. Gastropoda density was highest in zone II and lowest
in zone I. Diversity index of Gastropods is low, dominance index of gastropods is low-
medium and the distribution pattern of gastropods are clustered. The abundance,
diversity, and dominance of gastropods around Alas Purwo National Park, beach is
influenced by several environmental parameters, namely flow rate, pH, temperature, and
DO. Statistical analysis showed that there is no real difference between the abundance,
diversity, dominance, and distribution patterns of gastropods in each zone.

Key words : Alas Purwo, Habitat, Mollusks, Community structure.

PENDAHULUAN
Moluska merupakan filum penting dalam rantai makanan serta memiliki
penyebaran yang cukup luas. Moluska terdapat pada rentang habitat yang luas, dari laut
tropis sampai laut kutub yang lebih dari 700 m dari permukaan laut, di kolam, danau dan
perairan mengalir, lumpur, dan pada laut terbuka dari permukaan laut sampai kedalaman
abisal (Hickman et al., 2004).
Ditinjau dari kesukaan makan (feeding habit), dapat dibedakan menjadi
karnivora, herbivora, pemakan detritus/busukan organic (detritifor), serta penyaring (filter
feeder). Moluska memiliki peran ekonomis dam ekologis. Secara ekonomis, Moluska
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai bahan pangan
(sumber protein hewani), bahan industri kerajinan dan perhiasan, dan bahan campuran
bagi makanan unggas. Sedangkan secara ekologis berperan dalam rantai makanan yang
berfungsi sebagai herbivor atau detritivor (Cappenberg et al., 2006).
Gastropoda merupakan kelas dari Filum Moluska yang memiliki spesies paling
beragam dan terbesar.karena berhasil menempati berbagai macam habitat dan
ekosistem seperti, lamun, karang, mangrove dan substrat pasir/lumpur yang bersifat
terbuka (Cappenberg et al., 2006). Kelompok ini dapat membentuk susunan individu dari
beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas.
Struktur komunitas dapat dipelajari dengan mengetahui satu atau dua aspek
khusus tentang organisme komunitas yang bersangkutan seperti keragaman, zonasi atau
stratifikasi (Brower dan Zar dalam Noor Dienti, 2011). Menurut Krebs (1972) dalam Noor
Dienti (2012), struktur komunitas memiliki 5 karakteristik, yaitu : (1) keanekaragaman
jenis; (2) bentuk pertumbuhan dan struktur; (3) dominansi; (4) kelimpahan relative; (5)
struktur trofik.
Pianka dalam Cappenberg (2008) menyatakan bahwa Moluska memiliki
kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi
logam berat tanpa mengalami kematian dan berperan sebagai indikator lingkungan.
Tinggi rendahnya keanekaragaman jenis suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain tipe habitat, stabilitas lingkungan, kompetisi, panjangnya rantai makanan,
ukuran tubuh biota yang bersangkutan, dan faktor yang yang paling berpengaruh adalah
jenis substrat. Odum (1993) menyatakan bahwa substrat dasar atau tekstur tanah
merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Sedangkan
menurut Chusing dan Walsh (1976 dalam Noor Dienti, 2012) substrat digunakan sebagai
sumer makanan bagi sebagian besar makrozoobenthos
Gastropoda dapat hidup pada berbagai habitat baik daratan maupun perairan.
Sebagian dari gastropoda dapat hidup pada permukaan substrat yang berlumpur atau
tergenang air, hidup menempel pada akar atau batang dan hidup membenamkan diri
didalam lumpur (Susiana, 2011). Menurut Suwignyo (2005) dalam Susiana (2011),
Salah satu wilayah perairan sebagai habitat adalah pantai dan sekitarnya
diTaman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan
yang terletak di Semenanjung Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional ini
mempunyai luas 43.420 Ha dengan ketinggian antara 0-322 m dpl. Daerah ini
merupakan suatu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Ariyanto, 2010). Palupi (2005)
menyatakan bahwa selain memiliki keanekaragaman flora, fauna serta goa alamnya,
kawasan ini dikelilingi oleh beberapa pantai berpasir putih bersih dan dikenal dengan
pasir gotrinya.
Laut di sekitar Taman Nasional Alas Purwo terkenal memiliki ombak dan arus
yang besar. Besarnya aruh dan gelombang di laut Taman Nasional Alas Purwo diduga
mempengaruhi struktur komunitas Moluska, khususnya kelas Gastropoda, yaitu dapat
mempengaruhi organisme di dalam perairan salah satunya adalah kelompok Moluska
(Gastropoda).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas
gastropoda di sekitar Pantai Taman Nasional Alas, Jawa Timur.

HIPOTESIS PENELITIAN
Perbedaan substrat mempengaruhi perbedaan struktur komunitas Gastropoda

METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan tempat penelitian
Tanggal penelitian : 23-24 April 2012
Tempat : Di sekitar pantai Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur.

2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain survei.
Pengambilan sampel dan penentuan stasiun menggunakan teknik purposive
sampling

3. Alat
Jala surber/eckman grab, botol sampel dan plastik sampel, nampan, kertas label,
pinset, buku kunci identifikasi, alat-alat tulis, termometer, keping Secchi, kertas
indikator universal pH (1-14), DO meter
4. Bahan
Formalin 3 %, alkohol 70%

5. Cara kerja
A. Penentuan Stasiun
1. Menentukan 3 stasiun pengamatan, yaitu substrat lumpur, batu dan pasir
berbatu
2. Membuat 5 kuadran dengan luas 1 X 1 m pada masing- masing stasiun
pengamatan menggunakan teknik purposive sampling

B. Pengambilan Sampel
1. Menempatkan jala surber pada dasar perairan dengan arah melawan arus
untuk mengambil sampel pada kedalaman kurang dari 30 cm (dangkal)
2. Mengaduk material dalam kuadran dengan ukuran tertentu sampai
kedalaman 5 cm yang diarahkan pada jala surber
3. Mengambil organisme yang tersaring, sementara batuan, kerikil atau pasir di
bersihkan permukaannya dengan kuas pada mulut jala
4. Memasukkan organisme dalam botol plastik dan mengawetkannnya dengan
formalin 3% dan alkohol 70%.
5. Mengambil sampel pada tiap stasiun/kuadran pada bagian tepi kiri, bagian
tengah dan bagian tepi kanan (3 transek pengambilan)
6. Meneliti specimen berdasarkan tipe, kumpulkan bagian yang bisa
diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi
7. Menempatkan masing-masing kelompok specimen pada botol sampel dan
beri label.
8. Melakukan analisis data kelimpahan dan keanekaragaman dengan
menggunakan rumus, dan dilanjutkan dengan analisis statistik

C. Pengukuran parameter lingkungan


Pengukuran parameter lingkungan dilakukan bersamaan dengan pengambilan
sampel. Paremeter yang diukur meliputi:

A. SIFAT FISIKA
1. Suhu
Pengukuran suhu meliputi suhu air dan suhu udara. Pengukuran suhu air
dilakukan dengan cara mencelupkan pada badan air selama kurang lebih 10
menit sampai menunjukkan angka yang konstan, sementara pengukuran suhu
udara dilakukan dengan cara menggantung termometer pada suatu titik di
kuadran tersebut.

2. Kecepatan arus
Kecepatan arus bervariasi terhadap kedalaman dan bagian sungai. Hal ini
berarti pada kedalaman yang berbeda mempunyai kecepatan arus yang
berbeda.Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan :
1. Alat pengukur kecepatan arus (Current meter)
2. Metode pelampung (Float method) yaitu metode perkiraan
Cara: Menggunakan botol plastik ukuran 0,5 liter (misal : botol aqua) diisi air
sampai 80 %, kemudian diikat, digulung tali dengan panjang tertentu
dan dihanyutkan serta mencatat sampai gulungan tali habis

Kecepatan arus= Panjang


tali/waktu (m/det)

Bila mengukur pada bagian tengah dan bagian pinggir, maka kecepatan arus
merupakan rata-rata dari kecepatan arus sungai bagian pinggir dan tengah.

3. Penetrasi cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan menggunakan keping Secchi yang
dikaitkan pada tali penduga. Yang harus diperhatikan adalah apakah penetrasi
cahaya tersebut sampai ke substrat dasar atau tidak.

5. Substrat.
Substrat pada setiap stasiaun pengamatan di amati secara visual.

B. SIFAT KIMIA
1. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH
(1-14) yang dicelupkan ke dalam air, kemudian mencocokkan perubahan warna
dengan warna standart

2. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


1. Mengambil contoh air dengan botol
2. Mengukur BOD sampel air dengan DO meter
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
Perhitungan data yang diperoleh meliputi:
A. Kelimpahan spesies
TxP
Kelimpahan : =
AxS
Keterangan :
B = kelimpahan individu/m 2
T= luas satu m2 (10000 cm2)
A= luas transek pengambilan (cm2)
P = jumlah individu species ke-i
S = jumlah transek pengambilan

B. Indeks keanekaragaman spesies


Rumus yang digunakan untuk menghitung keanekaragaman adalah rumus Indeks
Shannon-Wiener (Odum, 1993).
Keanekaragaman Spesies :
ni ni
H = ( ) log ( )
N N
Keterangan :
H = Keanekaragaman Spesies
Ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies
N = Nilai kepentingan total
Klasifikasi Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener seperti tabel berikut:

Nilai indeks Kategori

Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesi


>3
es tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap
13
spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang
Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap
<1
spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah

C. Indeks dominansi
Dominansi dihitung dengan rumus:
2
= ( )
2
Keterangan :
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu

Dengan kriteria :
- Nilai 0 < D 0.5, Dominansi rendah
- Nilai 0.5 < D 0.75, Dominansi sedang
- Nilai 0.75 < D 1.00, Dominansi tinggi

D. Pola distribusi
Untuk mengetahui sebaran jenis suatu spesies pada habitat digunakan pola distribusi
Morisita (Brower dan Zar, 1977 dalam Noor Dienti, 2012). Indeks Morisita
diformulasikan sebagai berikut :
Xi2 N
Indeks Morisita : = n
N (N1)
Keterangan :
I = Indeks Morisita
n = Jumlah petak pengambilan contoh
N =Jumlah individu yang diperoleh
Xi = Jumlah individu pada petak pengambilan contoh ke-i

Kriteria pola distribusi dikelompokkan sebagai berikut :


I < 1 = pola persebaran seragam
I = 1 = pola persebaran acak
I > 1 = pola persebaran mengelompok

Analisis Statistik
Data kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan
ANAVA Satu Arah.

HASIL PENELITIAN

1. Kelimpahan Gastropoda
Kelimpahan terbesar dari seluruh zonasi penelitian terdapat pada zona II sebesar
38.4 ind/m2 dan terendah terdapat pada zona I sebesar 11.4 ind/m2. Berdasarkan
genusnya, kepadatan tertinggi adalah genus Cerithium sebesar 32.6 ind/m2, sedangkan
kepadatan terendah adalah genus Neritodryas, Turbo, Cypraea dan Architectonia yang
masing-masing sebesar 0.2 ind/m2. Data selengkapnya mengenai kelimpahan dapat
terlihat pada Tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Kelimpahan Gastropoda Pada Setiap Zona


Zona Substrat Genus Ind / m2 jumlah
Malea 5.2
Nerita 5 11.4 ind/m2
I (Rawa Bendo) Lumpur
Neritina 1
Neritodryas 0.2
Cerithium 32.6
Nerita 4.2 38.4 ind/m2
II (Pancur) Batu
Smaragdia 1.2
Turbo 0.2
Cerithium 13.2
Nerita 1.8
Sipnonaria 0.4 25.8 ind/m2
III (Pancur) Pasir berbatu
Cypraea 0.2

Architectonia 0.2

total 75.6 ind/m2


Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan kelimpahan pada ketiga zona. . Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 2. di
bawah ini:
Tabel 2. ANAVA Kelimpahan Gatropoda
Sumber
df SS MSS F hitung F tabel
Variansi
Antar Asal 2 130.69 65.345 0.843 3.982
Error 11 852.98 77.54
Total 13 983.67
Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.843 < 3.982 maka terima Ho pada = 0.05, artinya tidak
terdapat perbedaan kelimpahan pada ketiga zona.

2. Indeks Keanekaragaman (H) dan Dominansi (D) Gastropoda


Indeks keanekaragaman gastropoda berkisar antara 0.514-1.005 yang secara
umum tergolong rendah-sedang dan indeks dominansi berkisar antara 0.408-0.741 yang
secara umum tergolong rendah sampai sedang. Nilai hasil tersebut terlihat dalam Tabel 3
di bawah ini:

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H) dan Dominansi (D) Gastropoda pada setiap
zona

Indeks Keanekaragaman Indeks Dominansi


Zona Substrat
(H) (D)
I (Rawa Bendo) Lumpur 1.005 0.408
II (Pancur) Batu 0.514 0.741
III (Pancur) Pasir Berbatu 0.60 0.712

Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi Gastropoda. Analisis Statistik
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini:

Tabel 4. ANAVA Dominansi Gatropoda


Sumber
df SS MSS F hitung F tabel
Variansi
Antar Asal 2 0.0137 6.85 x 10-3 0.062 3.982
Error 11 1.3243 0.1103
Total 13 1.338
Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.062 < 3.982 maka terima Ho pada = 0.05, artinya tidak
terdapat perbedaan dominansi pada ketiga substrat atau dominansi pada ketiga substrat
sama saja

Tabel 5. ANAVA Keanekaragaman Gastropoda


Sumber
df SS MSS F hitung F tabel
Variansi
Antar Asal 2 0.045 0.023 2.364 3.982
Error 11 0.107 9.73 x 10-3
Total 13 0.152
Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 2.364 < 3.982 maka terima Ho pada = 0.05, artinya tidak
terdapat perbedaan keanekaragaman pada ketiga substrat

3. Pola Distribusi
Indeks pola distribusi (Id) berkisar antara 1.25-1.93. Secara umum, jika nilai pola
distribusi (id)>1, maka pola penyebaran bersifat mengelompok. Data menunjukkan
bahwa semua gastropoda memiliki pola distribusi secara mengelompok terlihat dalam
Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Pola Distribusi Gastropoda
Zona Substrat Genus Id Pola Distribusi
Neritina 1.75 Mengelompok
Neritodryas 1.75 Mengelompok
I (Rawa Bendo) Lumpur
Nerita 1.67 Mengelompok
Malea 1.49 Mengelompok
Turbo 1.75 Mengelompok
Nerita 1.36 Mengelompok
II (Pancur) Batu
Smaragdia 1.33 Mengelompok
Cerithium 1.93 Mengelompok
Cypraea 1.75 Mengelompok
Cerithium 1.19 Mengelompok
III (Pancur) Pasir berbatu Nerita 1.72 Mengelompok
Architectonia 1.75 Mengelompok
Siphonaria 1.25 Mengelompok

Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pola distribusi Gastropoda. Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 7 di
bawah ini:

Tabel 7. ANAVA Pola Distribusi Gastropoda:


Sumber
df SS MSS F hitung F tabel
Variansi
Antar Asal 2 0.67 0.34 0.54 3.982
Error 11 6.93 0.63
Total 13 7.60
Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.54 < 3.982 maka terima Ho pada = 0.05, artinya tidak
terdapat perbedaan pola distribusi Gastropoda

4. Parameter Lingkungan
Hasil pengukuran parameter lingkungan yaitu nilai parameter fisika dan kimia
pada setiap substrat di sekitar Pancur dan Rawa Bendo, Taman Nasional Alas Purwo
terlihat bahwa pada Tabel dibawah ini:
Tabel 8. Kisaran Nilai Parameter Fisika dan Kimia Pada Setiap Substrat di sekitar Pancur
dan Rawa Bendo.

Parameter Zona
No.
Fisika & Kimia Lumpur Batu Pasir Berbatu
Fisika
1 Suhu (c) 28,9 29 31 - 32 31 - 32
2 Arus (m/dtk) 0 1 1.3 1 1.3
Kimia
1 pH 8 7 7
2 DO (mg/l) 1.1 5.8 5.8

PEMBAHASAN

1. Kelimpahan Gastropoda di Pantai Sekitar Taman Nasional Alas Purwo

Zonasi pancur memiliki kepadatan dan komposisi tertinggi dibandingkan zonasi


rawa bendo, hal ini diduga lokasi penelitian pancur yang memiliki parameter lingkungan
lebih baik dibandingkan rawa bendo. Kandungan oksigen terlarut diperairan Rawa
Bendo, Taman Nasional Alas Purwo termasuk ke dalam perairan yang buruk, sedangkan
diperairan pancur termaksud kedalam perairan yang kurang produktif, hal ini sesuai
dengan pernyataan Suratman (1985) bahwa kandungan oksigen terlarut dalam perairan
kurang dari 3 mg/l akan mengganggu kehidupan organisme air, sedangkan kandungan
oksigen terlarut yang berkisar antara 5 7 mg/l termasuk perairan kurang produktif dan
lebih dari 7 mg/l termasuk perairan yang produktif. Selanjutnya Sinambela (1994)
menyatakan bahwa kehidupan gastropoda di air dapat bertahan jika terdapat oksigen
terlarut minimum sebayak 2 mg/l.
Sedangkan kisaran nilai pH di perairan rawa bendo dan pancur stabil berkisar
antara 7-8 yang artinya pH tersebut dalam kisaran normal untuk kehidupan gastropoda
yang termasuk kelas dalam filum Mollusca. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1971)
menyatakan bahwa perubahan pH pada perairan laut biasanya sangat kecil karena
adanya turbulensi masa air yang selalu menstabilkan kondisi perairan. Effendi (2000)
menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7 8,5.
Nybakken (1988) menjelaskan bahwa substrat dasar merupakan salah satu
faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos, khususnya
gastropoda. Substrat merupakan parameter yang sangat penting bagi kehidupan
gastropoda sebagai habitat. Hasil pengamatan substrat pada daerah pancur memiliki 2
variasi substrat yaitu berupa pasir, dan batu berpasir. Pada daerah rawa bendo memiliki
substrat yang berlumpur. Pada substrat batu memiliki kelimpahan gastropoda terbesar
dengan nilai 38.2 ind/m2, diikuti kelimpahan pada substrat pasir yng berbatu dengan nilai
24,8 ind/m2 dan terendah pada substrat berlumpur dengan nilai 11.4 ind/m2, hal ini
dikarenakan pada substrat batu dan pasir berbatu didapat jenis gastropoda yang bersifat
menempel pada substrat dan didukung dengan lingkungan yang cukup baik untuk
menunjang pertumbuhan gastropoda tersebut. Tetapi pada substrat berlumpur karna
keadaan lingkungan yang termaksud katagori buruk maka kelimpahan gastropoda yang
didapat sedikit, hanya beberap jenis gastropod yang dapat beradaptasi pada lingkungan
tersebut yang dapat hidup tetapi memiliki persebaran yang sedikit. Bandel (1974) dalam
Guitterez (1988) menginformasikan bahwa Malea adalah hewan mikrofagus yang
memakan detritus, sponge, alga, dan mikrooganisme tak bercangkang lainnya.
Kecepatan arus dapat mempengaruhi kepadatan gastropoda. Hal ini didukung
oleh pernyataan Wood (1987), berdasarkan kecepatan arus maka perairan dapat
dikelompokkan menjadi berarus cepat (> 100 cm/dtk), sedang (10 100 cm/dtk), lemah
(< 10 cm/dtk) dan sangat lemah (<5 cm/dtk). Perairan di daerah pancur berkisar antara
100cm/dtk 130 cm/dtk ( substrat batu dan pasir berbatu), dan daerah rawa bendo tidak
terdapat arus. Menurut Wood (1987) bahwa kisaran termasuk kategori berarus cepat
dengan nilai 100cm/dtk 130 cm/dtk dimana kisaran tersebut menguntungkan bagi
organisme dasar, pada kondisi tersebut terjadi pembaruan antara bahan organik dan
anorganik dan tidak terjadi akumulasi sehingga pertumbuhan gastropoda tidak
terganggu.
Genus Malea merupakan genus dari kelas gastropoda yang memiliki kepadatan
dan komposisi tertinggi di substrat berlumpur dengan kepadatan 5,2 ind/ m2. Hal ini
diduga bahwa genus Malea merupakan salah satu genus dari kelas gastropoda yang
dapat beradaptasi dengan baik dan dapat bertahan hidup pada sustrat berlumpur
sehingga Malea melimpah. Selain itu genus Cerithium merupakan genus dari kelas
gastropoda yang memiliki kepadatan dan komposisi tertinggi di substrat batu dan substrat
pasir berbatu, dengan kepadatan pada substrat batu 32,6 ind/ m2 dan pada substrat
pasir berbatu 13,2 ind/m2. Sama halnya dengan genus Malea pada substrat lumpur yang
dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan di daerah penelitian tersebut.
Genus Neritodryas merupakan genus yang memiliki kepadatan dan komposisi
terendah diantara genus lainnya pada substrat lumpur, dengan nilai kepadatan 0,2. Hal
ini diduga karena lingkungan yang kurang memungkinkan untuk genus ini beradaptasi,
neritodyas merupakan kelompok dari family neritidae yang kebanyakan hidup di laut. Dan
neritodyas hanya memiliki 3 jenis species yang dapat hidup di daerah tropis.
Genus turbo merupakan genus yang memiliki kerapatan dan komposisi terendah
diantara genus lainnya pada substrat batu, dengan nilai kepadatan 0,2. Hal ini diduga
arus ombak yang besar pada pantai pancur menyebabkan genus ini tidak banyak di
temukan. Karena morfologi nya yang besar membuatnnya tidak mampu bertahan
menempel pada substrat dan terbawa ombak.

2. Indeks Keanekaragaman dan Dominansi Gastropoda di Pantai Sekitar


Taman Nasional Alas Purwo

Indeks keanekaragaman Gstropoda pada tiap substrat berdasarkan perhitugan


berkisar antara 0.514-1.005. menurut klasifikasi nilai indeks Shannon-Wiener, nilai
indeks ini tergolong kategori rendah-sedang. Satu substrat, yaitu substrat lupur memiliki
indeks keanekaragaman sedang, yaitu 1.005, termasuk keanekaragaman spesies yang
heterogenitas. Smith et al (1980) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies dapat
dikatakan sebagai heterogenitas spesies dan merupakan ciri khas struktur komunitas.
Semakin banyak spesies maka komunitas itu makin beragam. Indeks ini juga
mengasumsikan bahwa semakin banyak anggota suatu spesies maka semakin penting
peranan spesies itu dalam komunitas tersebut, walaupun hal ini tidak selalu berlaku.
Indeks keanekaragaman yang rendah ke sedang ini diduga karena faktor-faktor
ekologis, seperti natalitas dan mortalitas dari biota itu sendiri serta faktor biologi dan fisika
perairan seperti jenis subtrat dasar, ketersediaan bahan organik yang rendah pada
gastropoda yang hidup di substrat batu dan pasir berbatu, gelombang dan arus juga
dimungkinkan berperan dalam hal ini. Pernyataan ini diperkuat oleh Odum, (1993) yang
menegaskan bahwa keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya
jenis habitat tempat hidup, stabilitas lingkungan, produktifitas, kompetisi dan penyangga
rantai makanan.
Indeks keanekaragaman pada lumpur diyatakan sedang diduga karena
kandungan zat organiknya banyak, yaitu berasal dari hasil pembusukan. Pernyataan ini
diperkuat oleh Odum (1993) yang menjelaskan bahwa bahan organik yang terlepas dari
pembusukan terkumpul dalam sedimen suatu perairan. Jika zat organic yang terkandung
dalam suatu substrat tinggi, maka oksigen terlarutnya rendah karena telah terpakai untuk
dekomposisi terbukti dari nilai DO pada sustrat lumpur (Syafikri, 2008) yaitu 1.1 mg/l.
Berdasarkan perhitungan, nilai indeks dominansi gastropoda berkisar antara
0.408-0.741. berdasarkan kriteria indeks dominansi ini tergolong kategori dominansi
rendah-sedang. Pada substrat lumpur, nilai indeks dominansi gastropoda adalah
dibawah 0,5 yaitu 0,408 dan tergolong rendah. Artinya pada substrat lumpur tersebut
tidak ada spesies gastropoda yang mendominasi ekosistem. Sementara pada substrat
batu dan pasir berbatu, nilai indeks dominansinya adalah lebih dari 0,5, yaitu berturut-
turut 0,741 dan 0,712. Hal ini terjadi karena adanya genus yang mendominasi pada
kedua substrat ini, yaitu Genus Cerithinum. Genus ini merupakan bagian dari famili
Cerithiidea yang umumnya hidup di perairan dangkal dengan subtrat berpasir hingga
berlumpur dan juga bisa ditemukan di lingkungan muara atau estuaria khususnya di
wilayah perairan tropis. Hidup dengan berkoloni dan merupakan hewan herbivora,
memakan alga-alga kecil, bakteri dan debris organic.

3. Pola Distribusi Gastropoda di Pantai Sekitar Taman Nasional Alas Purwo

Nilai indeks distribusi gastropoda di sekitar Pancur dan Rawa Bendo berkisar
antara 1.25-1.93 yang menunjukkan bahwa distribusi gastropoda adalah mengelompok.
Hasil tersebut didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pola distribusi gastropoda. Pola distribusi Gastropoda yang mengelompok
menunjukan bahwa keberadaaan individu hanya dapat ditemukan pada suatu tempat
tertentu sesuai dengan preferensi habitatnya. Pengelompokan jenis gastropoda pada
tempat tertentu diduga karena pergerakan dari jenis gastropoda yang lambat (Nybaken,
1992). Sedangkan mengelompoknya jenis gastropoda yang lain diduga karena sifatnya
yang hidup berkoloni dan menempel pada satu tempat sepanjang waktu. Dijelaskan lebih
lanjut oleh Hendy dan Kurniaty (1984) dalam Munira (2011) bahwa terjadinya pola
sebaran dari individu dimungkinkan karena adanya kecenderungan pengelompokan
perkelompok umur. Adanya pengelompokan untuk kepentingan memijah, adanya
kecenderungan pengelompokan untuk melindungi diri, dan adanya proses regenerasi
yang stabil sehingga mengakibatkan hadirnya beberapa kelompok dalam suatu populasi.

KESIMPULAN
1. Teridentifikasi 10 genus Gastropoda yaitu Malea, Nerita, Neritina, Neritodryas,
Cerithium, Smaragdia, Turbo, Siphonaria, Cypraea, dan Architectonia
2. Kelimpahan terbesar terdapat pada zona II sebesar 38.4 ind/m 2 dan terendah
terdapat pada zona I sebesar 11.4 ind/m2. Berdasarkan genusnya, kepadatan
tertinggi adalah genus Cerithium sebesar 32.6 ind/m2, sedangkan kepadatan
terendah adalah genus Neritodryas, Turbo, Cypraea dan Architectonia yang
masing-masing sebesar 0.2 ind/m2.
3. Nilai indeks keanekaragaman dan dominansi gastropoda di pantai sekitar Taman
Nasional Alas Purwo tergolong rendah-sedang.
4. Pola distribusi gastropoda mengelompok.
5. Parameter lingkungan seperti kecepatan arus, suhu, pH dan oksigen terlarut
(DO) mempengaruhi kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi Gastropoda

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Dwi. 2010. Pengelolaan Taman Nasional Berbasis Resort. Diposting pada
tanggal 31 Agustus 2010. http://tnalaspurwo.org/index.php/webpage/detail/0/48.
Diunduh 10 Maret 2012.

Cappenberg, Hendrik Alexander Williem. 2008. Moluska Bentik Di Perairan Muara Sungai
Cisadane, Tangerang, Banten. Oseanologi dan Limnologi di lndonesia, 34: 13-
23.

Cappenberg, Hendrik Alexander Williem, Aznam Aziz dan Indra Aswandy. 2006.
Komunitas Moluska Di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan
Limnologi di lndonesia, 40 : 53 64.

Hickman, Cleveland P., Larry S. Roberts, Allan Larson, dan Helen IAnson. 2004.
Integrated Principles of Zoology Twelfth Edition. North America: The McGraw Hill
Companies, Inc. p.317-333.

Noor Dienti, Dea. 2012. Struktur Komunitas Gastropoda di Keramba Ikan Teluk Lada
Perairan Selat Sunda. Program Sarjana Sains, Universitas Negeri Jakarta,
Jakarta. Skripsi Program Sarjana. Munira. 2011. Beberapa Aspek Ekologi
Bivalvia Di Daerah Pasang Surut Waling Besar Kepulauan Banda, Maluku.
Bimafika 3 : 259-265

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka
Utama. 459 hal.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of Ecology


oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Palupi, Endah Sri. 2001. Pengembangan Wisata Pantai Trianggulasi Di Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema
Ekoturisme). Program sarjana Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang.
Skripsi Program Sarjana

Susiana, 2011. Diversitas Dan Kerapatan Mangrove, Gastropoda Dan Bivalvia Di Estuari
Perancak, Bali. Program sarjana Manajemen Sumber Daya Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Skripsi Program Sarjana.

Syafikri, Dedi. 2008. Studi Struktur Komunitas Bivalvi dan Gastropoda di Perairan Muara
Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal.
Program Sarjana Sarjana Ilmu kelautan, Universitas Diponegoro, Yogyakarta.
Skripsi

Wood MS. 1987. Subtidal ecology. Edward Amold Pty. Limited, Australia.
LAMPIRAN

GAMBAR 1. GENUS GASTROPODA YANG TERIDENTIFIKASI


GAMBAR 2. JENIS SUBSTRAT

GAMBAR 3. PENEMPATAN KUADRAT PADA STASIUN

GAMBAR 4. PENGAMBILAN SAMPEL

Anda mungkin juga menyukai