Anda di halaman 1dari 6

LEARNING LOG 1

Nama : Andi Muhammad Ikhwan Nur


NIM : 80200220063
Prodi : PAI Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Pengembangan Instrumen Objektif Tes dalam Pembelajaran


A. Pengertian Tes Objektif

Salah satu jenis tes hasil belajar adalah tes objektif, yang juga dikenal dengan tes jawaban
singkat, tes ya-tidak, dan tes tipe baru. Berisi pertanyaan (item) yang ditanggapi testee dengan
memilih satu atau lebih dari berbagai kemungkinan jawaban yang dipasangkan dengan setiap
item atau dengan menulis (mengisi) jawaban dalam bentuk kata-kata atau simbol-simbol tertentu
di tempat atau ruang yang ditentukan untuk setiap item yang bersangkutan.1

Jenis pemilihan item tes objektif ini merupakan jenis lain dari item tes objektif yang
sering digunakan oleh guru dalam evaluasi kelas. Tes ini dikenal sebagai tes pilihan objek karena
siswa harus memilih satu jawaban yang benar dari daftar pilihan yang disajikan oleh evaluator.
Menurut beberapa ahli penilaian, butir-butir tes objektif ini lebih berhasil mengukur berbagai
hasil belajar siswa. Karena dengan menggunakan tes objektif dapat menjelaskan materi
pembelajaran secara lebih luas. Penggunaan butir-butir soal ujian objektif berupa pertanyaan
langsung menawarkan berbagai keuntungan bagi siswa tingkat awal, antara lain a) lebih natural,
b) lebih mudah dipahami, dan c) lebih mudah mengartikulasikan masalah. Keuntungan utama
dari bentuk kedua atau pertanyaan yang tidak lengkap adalah bahwa hal itu membutuhkan lebih
sedikit ruang sehingga menghemat kertas.2

Tes objektif adalah tes yang dapat dilakukan secara objektif selama pemeriksaan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengimbangi kekurangan dari tes jenis esai. Jumlah soal yang diajukan pada
tes objektif ini lebih banyak dibandingkan pada tes esai. Kadang-kadang 30-40 pertanyaan dapat
disajikan dalam tes 60 menit.3

1
Anas Sudijino, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. (2013), h. 106.
2
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. (2012),
h. 11.
3
Suharsimi Arikunto, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
(2011), h. 164.
Tes objektif adalah tes yang dirancang sedemikian rupa sehingga hasil tes dapat
dievaluasi secara objektif oleh siapa saja dan akan menghasilkan skor yang sama.4 Karena
penilaian bersifat objektif, maka disebut tes objektif. Karena kunci jawabannya jelas dan tepat,
siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif maka hasilnya akan sama.5

B. Bentuk-Bentuk Tes Objektif Dalam Pembelajaran


1. Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa petanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada
yang bener dan dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing- masing pertanyaan itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pertanyaannya salah. Contoh: B-S. tes
bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.
Bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal),
yakni:
 Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia
memilih jawaban yang salah.
 Tanpa pembetulann (without correction), yaitu siswa yang hanya di minta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
Petunjuk penyusunan tes ini yakni:
a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus di jawab B sama dengan butir soal yang
harus dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola jawabannya tidak bersifat teratur.
Misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan. Contoh: B-S. kekayaan lebih penting dari
pada kepandaian.
d. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.

4
Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip, Teknik dan Prosedur (Cet. I;
Depok: Rajawali Pers. (2020) h. 37.
5
Ibid., h. 38.
e. Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan member saran seperti yang di
kehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semua, tidak selalu, tidak pernah,
dan sebagaiya.
Kelebihan tes benar-salah ini adalah dapat mencangkup bahan yang luas dan tidak
banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja, mudah
menyusunnya, dapat digunakan berkali-kali, dapat dilihat secara cepat dan objektif, dan
petunjuk cara mengerjakanya mudah dimengerti. Adapun kekurangannya yakni sering
membingungkan, mudah ditebak/diduga, banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan
hanya dengan dua kemungkinan benar/salah serta hanya dapat mengungkapkan daya
ingatan dan pengenalan kembali.6
Cara mengolah skor:
Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu:
a. Dengan Pembetulan:
S=R-W
Dengan pengertian:
S = skor yang diperoleh.
R = right (jawaban yang benar)
W = wrong (jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah soal tes = 20 buah.
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunaknn rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa
memperoleh skor negatif.

b. Tanpa Pembetulan
Rumus:
S=R
Yang dihitung hanya yang betul.
(untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0).7

6
Suharsimi Arikunto, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,
(2011), h. 165.
7
Ibid., h. 165-168.
2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise Test)
Multiple Choise Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah di sediakan. Atau Multiple Choise Test terdiri
atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative
(options). Kemugkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Petunjuk penyusunan tes ini yaitu pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini
adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalm bentuk jamak. Tercoba (tesree) diminta
membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan setiap pilihan jawaban.
Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak empat atau tiga buah, tetapi adakalanya
dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option
diusahakan 4 buah).
Contoh:
Kambing dapat digolongkan sebagai:
a. Kata sifat
b. Kata bilangan
c. Kata benda
d. Kata kerja
Cara menulis soal diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun ke
samping.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda: a). Intruksi
pengerjakannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai dengan contohnya
mengerjakannya b). Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin c). Bila
dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (missal: urutan tahun, urutan
alphabet, dan sebagainya) d). Jangan menggunakan kata-kata indicator seperti selalu,
kadang-kadang, pada umumnya e). Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai
kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.8

8
Ibid., h. 169-172.
3. Tes Menjodohkan (Matching Test)
Tes menjodohkan merupakan bentuk khusus dari tes pilihan jamak, bentuk ini
terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi statement yang satu menempati
posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antardua statement tersebut di atas.
Tes ini sering digunakan untuk mengukur informasi tentang fakta, pengertian,
hubungan dan pengertian simbol tertentu, penyusunan tes ini relatif mudah, dan faktor
terkaan peserta didik dapat diperkecil. Kelemahan tes ini hanya dapat mengukur ingatan,
sedangkan kemampuan analisis dan evaluatif sulit diketahui.9
Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan,
atau menjodohkan. matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalm seri jawaban.
Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau
cocok dengan pertanyaannya.
Petunjuk penyusunan tes ini ialah sebagai berikut:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh
soal. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup
banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebiih banyak dari pada jumlah soalnya.
Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan,yang semuanya
mampunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan
pikirannya.
c. Antara item-item yang terkabung dalam satu seri matching test harus merupakan
pengertian-pengertian yang benar-benar homogeny.10
Misalnya:
Disebelah kiri terdapat nama hewan. Di sebelah kanan adalah nama makanan. Coba
cocokkan yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama makanan di mana
hewan tersebut memakannya.

9
Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip, Teknik dan Prosedur (Cet. I;
Depok: Rajawali Pers. (2020) h. 41.
10
Ibid., h. 72-175.
1. Kambing a. biji-bijian
2. Ayam b. rumput
3. Burung c. daging
4. Harimau d. Cacing
4. Tes Isian (Completion Test)
Completion Test adalah salah satu bentuk tes jawaban bebas, di mana butir-butir
soalnya berupa satu kalimat di mana bagian-bagian tertentu yang dianggap penting
dikosongkan, kepada testee diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan
tersebut.11
Completion Test bisa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Completion Test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya
yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkakan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah
merupakan pengertian yang diminta dari murid.
contoh:
Air akan membeku pada suhu……… derajat Fahrenheit.

Petunjuk penyusunan tes ini adalah sebagai berikut:


a. Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
b. Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan
c. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat
kosong.
e. Jangan mulai dengan tempat kosong.
Contoh:
…………………… adalah ibukota Indonesia. (kurang baik)
Ibu kota Indonesia adalah.................................(lebih baik)12

11
Ibid., h. 48.
12
Suharsimi Arikunto, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
(2011), h. 175-177.

Anda mungkin juga menyukai