KELOMPOK 2
ANGGOTA
Esperanca N. S. Riwu – 1506090033
Damelhart S. T. Ay – 1506090011
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Jennings, 2008: 2-3). Seberapa penting menjadi kota yang memiliki keberlanjutan
dan bagaimana para pemangku kepentingan memaknai keberlanjutan menjadi hal-
hal yang diperdebatkan dalam tulisan ini.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan prinsip prinsip suistainable city.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kota berkelanjutan berada pada tatanan regional dan global, tidak peduli apakah
besar atau kecil, tanggung jawabnya melewati batas-batas kota.
5
Kota berkelanjutan memerlukan aset-aset lingkungan dan dampaknya
terdistribusi secara lebih merata.
Kota - kota memiliki ciri yang ditentukan oleh fungsi kota dalam ruang
lingkup daerah. Masing-masing fungsi memberikan pengaruhnya tersendiri pada
pengembangan kota. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah
fungsi apa yang dilaksanakan sebuah kota. Sifat serta fungsi kota inilah yang
mempengaruhi proses pembangunan kota tersebut. Setiap kota harus berkembang
dengan karakternya sendiri, dan yang lebih penting, bagaimana kota tersebut mampu
menampung perkembangannya dimasa mendatang dengan tetap mempertahankan
kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan kota dan masyarakatnya.
6
sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat
teknologi yang terus berubah. Karena adanya multidimensi dan multiinterpretasi
ini, maka para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah
disepakati oleh komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka.” Perman (1997) dalam Fauzi 2004 mencoba mengelaborasikan lebih
lanjut konsep keberlanjutan ini dengan mengajukan lima alternatif pengertian: (1).
Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh
masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun
sepanjang waktu (nondeclining consumption), (2) keberlanjutan adalah kondisi
dimana sumber daya alam dikelola sedemikian rupa untuk memelihara
kesempatan produksi dimasa mendatang, (3) keberlanjutan adalah kondisi dimana
sumber daya alam (natural capital stock) tidak berkurang sepanjang waktu
(nondeclining), (4) keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam
dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan (5)
keberlanjutan adalah adanya kondisi keseimbangan dan daya tahan (resilience)
ekosistem terpenuhi.
Haris (2000) dalam Fauzi 2004, melihat bahwa konsep keberlajutan dapat
diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlajutan ekonomi yang
diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa
secara kontinu untuk memelihara keberlajutan pemerintahan dan menghindari
terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian
dan industri. (2) Keberlajutan lingkungan : Sistem keberlanjutan secara
lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari
eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan
fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
7
(3). Keberlajutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang
mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
8
Dalam konteks fisik tetapi tidak dalam konteks sosial ekonomi. Sehingga
dalam pembangunan berkelanjutan, keadilan dan persamaan benar-benar
menjadi dasar yang wajib diterapkan.
9
Gambar 2. 1 Suasana Kota Rotterdam
Sumber: Kurnia Novianti, 2016
10
di sekitarnya. Rotterdam menjadikan- hal tersebut sebagai uji coba guna
menghasilkan solusi-solusi yang bersifat inovatif dimana kota-kota lain di dunia
dapat mengambil manfaat dari upaya tersebut (Heinen, 2014: 1-2). Water plaza
juga diperuntukan sebagai tempat pertemuan warga yang tinggal di sekitarnya
karena bangunan ini berada di antara kampus the Zadkine and the Graphic
Lyceum, sebuah gereja, gedung teater dan tempat kebugaran David Lloyd, dan
permukiman warga yang bernama the Agniese. Tujuan pembangunannya adalah
mengurangi risiko terjadinya banjir dan menjadi lokasi di mana warga dapat bertemu
dan memanfaatkan ruang terbuka tersebut untuk berolah raga dan berekreasi.
Meskipun mendapat kritikan dari beberapa akademisi karena lokasinya yang tidak
terlihat dari jalan raya sehingga terkesan terpencil, namun bangunan ini diyakini
menjadi investasi yang sangat penting bagi Rotterdam dalam upaya mitigasi bencana.
Water plaza hanya satu diantara beberapa program kota berkelanjutan yang
diimplementasikan- di Rotterdam. The Rotterdam Climate Initiative (RCI)4
menyatakan bahwa organisasi ini bertujuan untuk menjadikan Rotterdam sebagai
kota yang menginspirasi delta cities lain di dunia untuk melewati masa transisi
menuju keberlanjutan. Hingga tahun 2030 organisasi dan para mitranya ini memiliki
3 ambisi besar, yaitu:
1. Komitmen pada perwujudan kota yang hijau, sehat, dan tangguh. Warga
Kota Rotterdam hidup dalam kota yang menarik, hijau dengan kualitas
hidup yang sangat baik, dan udara yang bersih. Kota ini menggunakan alat
transportasi yang lebih ramah lingkungan, yaitu sepeda, alat trans- portasi
massal atau kendaraan-kendaraan elektrik. Salah satu hal penting dalam
pembangunan kota berkelanjutan adalah memaksimalkan pelayanan
transportasi publik yang ramah lingkungan.
2. Investasi pada energi bersih dengan biaya yang lebih rendah. Rotterdam
menghasilkan lebih banyak energi terbarukan dari total konsumsi daya kota
saat ini. Kota dan kompleks pelabuhan telah memiliki kemitraan yang
11
berhasil mengelola sisa uap panas dari proses pemanasan di pelabuhan
sehingga mampu memberikan panas dan mendinginkan setidaknya setengah
dari seluruh rumah dan bangunan. Energi surya dan angin ditambah
penghematan energi akan menghasilkan tagihan energi yang lebih rendah
bagi warga Rotterdam pada tahun 2030 tanpa mengalami transisi energi
terbarukan. Atap bangunan kota akan lebih hijau dan digunakan untuk
menghasilkan energi surya sebanyak mungkin.
Rotterdam sebagai The United Port City yang ditargetkan terwujud pada
tahun 2042 secara nyata menuntut kerja keras dan koordinasi yang baik.
Pemerintah kota menyebarkan pengetahuan dan pemahaman kepada seluruh
elemen masyarakat bahwa ‘sustainability’ menjadi sangat penting mengingat
12
secara geografis kota ini berada di bawah permukaan laut dan sangat rentan
terhadap bencana banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Hal ini
kemudian diperkuat oleh hasil-hasil kajian para akademisi tentang Rotterdam.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah
kota yang di desain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar.
Dengan kata lain kota yang sustainable adalah kota yang memperhatikan
keseimbangan harmonis antara perkembangan kotanya, dengan perkembangan
linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka munculah ketidak berlanjutan
sistem dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan kota, hal ini hanya di lihat dari
dampaknya pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun kini, pengertian kota yang
berkelanjutan atau sustainable city telah berkembang luas. Dan dampak pada
lingkungan yang diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam aspek.
Kota berkelanjutan dimaknai sebagai kota yang layak dan manusiawi, kota yang
aman dan nyaman, kota yang masyarakatnya produktif, sejahtera dan berbudaya dan
kota dengan institusi yang bersih dan melayani.
Rotterdam cukup pantas disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal ini terlihat
dari beberapa indikator seperti keberhasilannya beradaptasi dengan perubahan iklim,
kualitas air dan udara yang baik, dan partisipasi pihak swasta yang dinilai cukup
memuaskan dalam mendukung program-program pembangunan kota berkelanjutan.
Secara umum, predikat sebagai kota berkelanjutan dinilai tidak berlebihan bagi
Rotterdam terlebih sejak kota ini berhasil membangun sistem pengelolaan air dan
transportasi massal yang inovatif dan berkelanjutan.
14