PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sustainable City beserta prinsi-prinsipnya
2. Untuk mengetahui contoh bangunan/studi kasus sustainable city
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengertian kota berkelanjutan (sustainable city) dapat didefinisikan bahwa “Kota yang
dalam perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa kini,mampu
berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas
sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya tanpa mengabaikan atau mengurangi
kemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhan mereka” (Budihardjo, E dan
Sudjarto, DJ. 2009).
Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di
desain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar. Dengan kata lain kota yang
sustainable adalah kota yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara perkembangan
kotanya, dengan perkembangan linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka munculah
ketidak berlanjutan sistem dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan kota, hal ini hanya di
lihat dari dampaknya pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun kini, pengertian kota yang
berkelanjutan atau sustainable city telah berkembang luas. Dan dampak pada lingkungan yang
diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam aspek. Berikut ini adalah aspek –
aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air dan iklim
2. Biodiversitas
3. Energi
4. Makanan, dan pertanian
5. Ekonomi, dan pengembangan ekonomi
6. Lingkungan dan Ruang terbuka publik
7. Kesehatan dan kebersihan
8. Transportasi publik
9. Penggunaan material, berbahaya, pengolahan limbah padat dan cair
10. Pendidikan
Sustainable City = Pengaturan/ penyelenggaraan/ pengorganisasian suatu kota yang
memungkinkan setiap warganya untuk mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak alam atau kondisi lingkungan yang dapat
membahayakan orang lain, sekarang atau di masa depan (Herbert, 2001).
Menurut Atkinson (1992), sustainable city juga dapat dianggap sebagai kapasitas dari
perkotaan untuk untuk menghasilkan dan mempertahankan kondisi lingkungan yang memadai,
aman dan lingkungan sosial yang harmonis, sehat dan berkualitas, dimana lingkungan tersebut
mampu menjamin kealamian/keasrian ekosistem pendukung.
Beberapa pendapat tentang “KOTA BERKELANJUTAN”
• Fungsi dan peranan kota dalam pembangunan berkelanjutan (WCED, 1987)
• Kota yang mampu melindungi dan memelihara sumber daya alam di kota dan wilayah
sekitarnya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (WRI,1996)
• Pemenuhan kebutuhan kaum miskin kota (WRI.1996)
• Kota dengan program perumahan dan pelayanan kota yang didasarkan pada konsensus
(kesepakatan bersama) (Badshah, 1996)
• Kota yang berfungsi bagi rakyat: melindungi kesehatannya, menyediakan lindungan (shelter),
dan menawarkan kesempatan untuk bekerja dan mengekspresikan budidayanya (Seregaldin,
1996)
Kota yang berkelanjutan bukan masalah eksistensinya (keberadaannya), tetapi lebih pada
fungsi dan peranan kota dan bagaimana kota dapat meningkatkan kualitas hidup secara
berkelanjutan.
Kota berkelanjutan dapat memenuhi kebutuhan makanannya sendiri dengan dukungan
minimal dari wilayah sekitarnya dan memperoleh energi dari sumberdaya terbarukan. Cita-cita-
nya adalah menciptakan dampak ekologis sekecil mungkin, dan menghasilkan polusi yang
seminimal mungkin, efesien dalam penggunaan lahan, mengolah limbahnya sendiri, men- daur
ulang atau menghasilkan energi dari sampah, sehingga kota tersebut memberi dampak minimal
atas perubahan iklim global yang saat ini sedang terjadi.
Skema pembangunan berkelanjutan terletak pada titik temu tiga pilar (sosial, ekonomi
dan lingkungan), Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh
menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “…keragaman
budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”. Dengan
demikian “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga
sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam
pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan
pembangunan berkelanjutan.
EQUITY (PEMERATAAN)
ENERGI
Dari lima kaidah di atas masih terdapat 2 kaidah E yakni etika pembangunan dan estetika
kota. Sehingga ke tujuh prinsip dasar tersebut dapat menuntun dalam mengembangkan kota
berkelanjutan.
Stockholm nama kota yang dinobatkan menjadi salah satu kota cerdas didunia.
Stockholm adalah pusat bisnis negara ini, dan merupakan tujuan yang kosmopolitan dan keren
yang merupakan tempat bagi berbagai bangsa. Wilayah ini dibangun di atas banyak pulau dan
dikelilingi air, sehingga ada banyak peluang untuk memanjakan diri dalam perburuan yang
populer di Swedia yaitu memancing dan berlayar.
Stockholm adalah kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa ini menerapkan konsep
arsitektur hijau/arsitektur berkelanjutan guna menciptakan kota yang ramah terhadap lingkungan.
Stockholm berinvestasi di beberapa sektor guna menciptakan model kota yang berkelanjutan.
Stockholm dinobatkan sebagai Ibu Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa oleh Komisi
Eropa pada 2010. Hasilnya, pada 2009, produksi gas rumah kaca Swedia turun 3,6 juta ton
menjadi 60 juta ton dari level 2008. Tingkat polusi juga turun 17% dari tahun 1990. Jumlah total
emisi gas rumah kaca dari industri transportasi domestik mencapai 20,3 juta ton, sementara emisi
dari sektor energi mencapai 24,2 juta ton.
Konsep ramah Lingkungan kota Stockholm menyediakan sistem transportasi yang efisien
dan ramah lingkungan. Sekitar 670 juta perjalanan individu dilayani oleh jaringan yang didukung
oleh lebih dari 2000 bis, 1000 gerbong kereta api dan berbagai jenis angkutan perkotaan (metro
carriages). Semua sistem transportasi publik tersebut menggunakan bahan bakar yang bersih
(clean energy) dan ramah lingkungan. Semua layanan transportasi umum dioperasikan dengan
energi terbarukan. Mobil-mobil tradisional diganti dengan mobil-mobil ramah lingkungan yang
jumlahnya kini mencapai hampir 100.000 armada.
Charge mobil listrik diswedia (sumber: https://news.detik.com/dw/d-3993267/pertama-di-dunia-jalan-yang-bisa-
charge-mobil-listrik-di-swedia)
Dari sisi regulasi, sejak 2006, Stockholm membebankan pajak emisi pada semua mobil
yang terdaftar di Swedia yang masuk dan keluar pusat kota Stockholm di luar jam kantor.
Kebijakan ini berhasil mengurangi emisi dan kepadatan lalu lintas sebesar 10-15%.
Di bidang energi, kota Stockholm memiliki tradisi pengelolaan sampah dan pengolahan
energi dari limbah rumah tangga sejak berabad silam.
Dalam Rencana Pengelolaan Limbah Strategis (Strategic Waste Management Plan) untuk
tahun 2008-2012, Stockholm berupaya meningkatkan jumlah limbah makanan yang
dikumpulkan dan diolah. Target kota ini adalah mengolah 35% limbah makanan yang berasal
dari restoran dan toko kelontong – dan 10% limbah makanan rumah tangga.
Sementara itu, dari sisi pengelolaan limbah, 25% limbah kota berhasil didaur ulang dan
dikomposkan sehingga menciptakan sistem pengelolaan limbah yang efektif. Stockholm juga
memiliki dua pusat pengelolaan air limbah yang mampu memasok air bagi 1 juta penduduk. Air
limbah diproses dengan teknologi canggih guna memisahkan unsur nitrogen dan fosfor. Standar
pengelolaan air limbah ini melampaui Standar Pengelolaan Air Limbah Perkotaan yang
ditetapkan oleh Uni Eropa. Biogas yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan air limbah
ditingkatkan kualitasnya untuk digunakan sebagai bahan bakar bis umum, taksi dan kendaraan
pribadi. Sementara panas yang dihasilkan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.Semua
kebijakan ini saling terkait dan mendukung Stockholm menjadi Ibu Kota Hijau Pertama di
Eropa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan Pembangunan kota berkelanjutan merupakan konsep integrasi dari nilai
lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social untuk menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi
manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, elemen tersebut harus berjalan berirama.
Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari
aspek yang lain.
Pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya
memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek
perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya.
Sustainable City merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengabaikan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan suatu kota nanti.Konsep
sustainable city dalam pengembangan sebuah kota diperlukan lima prinsip dasar yakni
Environment (Ecology), Economy (Employment), Equity, Engagement, dan Energy (Research
Triangle Institute, 1996).
Konsep sustainable city dapat berjalan secara baik apabila dikembangkan dalam suatu
kota dengan memperhatikan berbagai elemen pendukungnya, sumber daya alamnya, serta
berbagai kegaitan pencitraan yang mendukung sehingga dapat berjalan secara terus menerus dan
berkelanjutan