Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan” (Brundtland, 1987). Salah satu faktor yang harus dihadapi
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana menyelaraskan isu lingkungan
baik terkait bencana ataupun degradasi lingkungan dengan proses pembangunan.
Secara umum konsep pengembangan kota berkelanjutan didefinisikan sebagai
pengembangan kota yang mengedepankan adanya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial-
budaya dan lingkungan hidup. Keseimbangan ini penting untuk menjamin adanya keberlanjutan
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, tanpa mengurangi peluang generasi yang
akan datang untuk menikmati kondisi yang sama.
Ide kota yang berkelanjutan (sustainable city) dimunculkan oleh Richard Register dengan
mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building
cities for healthy future.
Dapat diartikan, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak
hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-
aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya. Tokoh lain yang memvisikan hal yang
sama adalah seorang arsitek bernama Paul F. Downtown (pendiri perusahaan Ecopolis Pty Ltd).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui mengenai Sustainable City beserta prinsip-prinsipnya
2. Bagaimanan mengenai studi kasus sustainable city

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sustainable City beserta prinsi-prinsipnya
2. Untuk mengetahui contoh bangunan/studi kasus sustainable city
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pengertian kota berkelanjutan (sustainable city) dapat didefinisikan bahwa “Kota yang
dalam perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa kini,mampu
berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas
sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya tanpa mengabaikan atau mengurangi
kemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhan mereka” (Budihardjo, E dan
Sudjarto, DJ. 2009).
Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di
desain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar. Dengan kata lain kota yang
sustainable adalah kota yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara perkembangan
kotanya, dengan perkembangan linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka munculah
ketidak berlanjutan sistem dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan kota, hal ini hanya di
lihat dari dampaknya pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun kini, pengertian kota yang
berkelanjutan atau sustainable city telah berkembang luas. Dan dampak pada lingkungan yang
diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam aspek. Berikut ini adalah aspek –
aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air dan iklim
2. Biodiversitas
3. Energi
4. Makanan, dan pertanian
5. Ekonomi, dan pengembangan ekonomi
6. Lingkungan dan Ruang terbuka publik
7. Kesehatan dan kebersihan
8. Transportasi publik
9. Penggunaan material, berbahaya, pengolahan limbah padat dan cair
10. Pendidikan
Sustainable City = Pengaturan/ penyelenggaraan/ pengorganisasian suatu kota yang
memungkinkan setiap warganya untuk mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak alam atau kondisi lingkungan yang dapat
membahayakan orang lain, sekarang atau di masa depan (Herbert, 2001).
Menurut Atkinson (1992), sustainable city juga dapat dianggap sebagai kapasitas dari
perkotaan untuk untuk menghasilkan dan mempertahankan kondisi lingkungan yang memadai,
aman dan lingkungan sosial yang harmonis, sehat dan berkualitas, dimana lingkungan tersebut
mampu menjamin kealamian/keasrian ekosistem pendukung.
Beberapa pendapat tentang “KOTA BERKELANJUTAN”
• Fungsi dan peranan kota dalam pembangunan berkelanjutan (WCED, 1987)
• Kota yang mampu melindungi dan memelihara sumber daya alam di kota dan wilayah
sekitarnya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (WRI,1996)
• Pemenuhan kebutuhan kaum miskin kota (WRI.1996)
• Kota dengan program perumahan dan pelayanan kota yang didasarkan pada konsensus
(kesepakatan bersama) (Badshah, 1996)
• Kota yang berfungsi bagi rakyat: melindungi kesehatannya, menyediakan lindungan (shelter),
dan menawarkan kesempatan untuk bekerja dan mengekspresikan budidayanya (Seregaldin,
1996)
Kota yang berkelanjutan bukan masalah eksistensinya (keberadaannya), tetapi lebih pada
fungsi dan peranan kota dan bagaimana kota dapat meningkatkan kualitas hidup secara
berkelanjutan.
Kota berkelanjutan dapat memenuhi kebutuhan makanannya sendiri dengan dukungan
minimal dari wilayah sekitarnya dan memperoleh energi dari sumberdaya terbarukan. Cita-cita-
nya adalah menciptakan dampak ekologis sekecil mungkin, dan menghasilkan polusi yang
seminimal mungkin, efesien dalam penggunaan lahan, mengolah limbahnya sendiri, men- daur
ulang atau menghasilkan energi dari sampah, sehingga kota tersebut memberi dampak minimal
atas perubahan iklim global yang saat ini sedang terjadi.
Skema pembangunan berkelanjutan terletak pada titik temu tiga pilar (sosial, ekonomi
dan lingkungan), Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh
menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “…keragaman
budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”. Dengan
demikian “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga
sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam
pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan
pembangunan berkelanjutan.

Gambar : skema pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi,


pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan
satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan
mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh.

2.2 Konsep dan prinsip kota berkelanjutan (Sustainable City)


Dalam mewujudkan kota berkelanjutan diperlukan beberapa prinsip dasar yang dikenal
dengan Panca E yaitu Environment (Ecology), Economy (Employment), Eqiuty, Engagement
dan Energy (Research Trianggle Institute,1996 dalam Budihardjo, 2009).
Dari 5 prinsip dasar di atas maka dapat digambarkan secara rinci lima kaidah prinsip dasar
tersebut dalam tabel dibawah ini:
Aspek Pendekatan kota yang kurang Pendekatan kota yang
berkelanjutan berkelanjutan
EKONOMI (KESEJAHTERAAN)
Pendekatan Kompetisi,industri besar, Kerjasama strategis,
retensi bisnis dan peningkaan keahlian pekerja,
ditarget,ekspansi. infrastruktur dasar dan
informasi.
Hubungan antara Kesenjangan yang Penanaman modal strategis
perkembangan sosial dan bertambah,kesempatan kerja pada tenaga kerja dan
ekonomi terbatas dilihat sebagai kesempaten kerja dilihat
tanggung jawab pemerintah. sebagai tanggung jawab
bersama (pemerintah, swasta
dan masyarakat).
EKOLOGI (LINGKUNGAN)
Peraturan penggunaan tanah Penggunaan tertinggi dan Penggunaan lahan campuran,
terbaik; penggunaan lahan koordinasi dengan sistem
yang tunggal (terpisah), transportasi, menciptakan
kurang terpadu dengan sistem taman,menetapkan batas
transportasi, pemekaran kota perkembangan/pemekaran
tanpa kendala kota

EQUITY (PEMERATAAN)

Disparitas Disparitas yang makin Disparitas kurang dan


meningkatkan antar kelompok kesempatan yang seimbang
income dan ras

ENGAGEMENT (PERAN SERTA)

Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan


Kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang
Regional Kompetisi Kerjasama strategis
Peran pemerintah Penyedia jasa,regulator, Fasilitator pemberdayaan,
komando dan pusat kontrol Negosiator dan menyaring
masukan dari bawah

ENERGI

Sumber energy Pengurasan Penghematan


Sistem Transportasi Mengutamakan kendaraan Mengutaakan transportasi
pribadi yang boros energi umum,massal, hemat energy
Alternaif Alternaif energi terbatas Alternaif energi meluas
Bangunan Menggunakan pencahayaan Mendayagunakan
dan penghematan artifisial pencahayaan dan
penghematan alami

Dari lima kaidah di atas masih terdapat 2 kaidah E yakni etika pembangunan dan estetika
kota. Sehingga ke tujuh prinsip dasar tersebut dapat menuntun dalam mengembangkan kota
berkelanjutan.

2.3 Manfaat Pembangunan Berkelanjutan


Manfaat ekonomis :
1. Pertumbuhan ekonomi/peningkatan kesejahteraan
2. Pengentasan kemiskinan
3. Pemerataan ekonomi, dll
Manfaat ekologis :
1. Integritas sosial
2. Keanekaragaman hayati
3. Daya dukung, dll
Manfaat sosial :
1. Integritas (keutuhan) budaya
2. Partisipasi semua pihak terkait
3. Pemerataan sosial, dll
Terdapat tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yakni:
 Menyelesaikan segala bentuk masalah kemiskinan pada seluruh tempat (baik pada desa,
kota, dan lain sebagainya)
 Membuat kepastian pendidikan yang layak, berkualitas dan inklusif dan juga mendorong
kesempatan belajar seumur hidup untuk semua orang.
 Tercapainya kesetaraan gender dan pemberdayaan pada perempuan
 Mengakhiri kelaparan dengan penggalaan pertanian berkelanjutan, mencapai ketahanan
pangan dan perbaikan nutrisi.
 Menjamin akses air dan sanitasi untuk semua orang
 Penggalaan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua umur
 Memastikan akses energi yang terjangkau, bisa diandalka, berkelanjutan dan modern
 Mengurangi kesenjangan baik dalam dan antar negara
 Pembangunan infrastruktur yang kuat, mempromosikan industrial berkelanjutan dan
mendorong inovasi
 Melakukan promosi pertumbungan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif dan juga
lapangan pekerjaan yang layak untuk semua orang.
 Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
 Membuat perkotaan yang inklusif, aman, kuat dan berkelanjutan
 Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan juga dampaknya.
 Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
 Melindungi dan memanfaatkan samudra, laut dan sumber daya kelautan yang
berkelanjutan
 Membuat hidup kemitraan global kembali untuk pembangunan berkelanjutan
 Mendorong masyarakat yang adil, damai dan inklusif
 Mengelola hutan dengan berkelanjutan, melawan berubahnya lahan menjadi gurun,
menghentikan dan melakukan rehabilitasi kerusakan lahan, dan juga menjalankan
penghentian punahnya keanekaragaman hayati.

2.4 Tahapan Pembangunan Berkelanjutan


Budimanta, 2005 (dalam bulletin tata ruang-online) menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis
dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan
umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan dating untuk
menikmati dan memanfaatkannya. Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses
perubahan yang terencana, yang didalamnya terdapat eksploitasi sumberdaya, arah investasi
orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam
keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dalam buku “Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21” (Buku 1)
Sarosa menyampaikan bahwa pada era sebelum pembangunan berkelanjutan digaungkan,
pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya tujuan bagi dilaksanakannya suatu pembangunan
tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Selanjutnya pada era pembangunan berkelanjutan saat
ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap negara.
Pada setiap tahap, tujuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi namun dengan dasar
pertimbangan aspek-aspek yang semakin komprehensif dalam tiap tahapannya. Tahap pertama
dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi.
Tahap kedua dasar pertimbangannya harus telah memasukkan pula aspek keadilan sosial.
Tahap ketiga, semestinya dasar pertimbangan dalam pembangunan mencakup pula aspek aspirasi
politis dan sosial budaya dari masyarakat setempat. Tahapan-tahapan ini digambarkan sebagai
evolusi konsep pembangunan berkelanjutan, berikut ini:

Untuk mencapai suatu sustainable city dibagi menjadi 3 tahapan, yakni:


1. Menetapkan profil/harapan dan informasi tentang apa yang menunjukkan suatu kota yang
telah dapat dikatakan sebagai sustainable.
2. Menunjukkan indikator performa selama proses menuju sustainable city tersebut berlangsung.
3. Menilai/ mengevaluasi dan memonitor kinerja dari proses menuju sustainable city tersebut,
yang dilihat dari 5 bidang yang saling terkait yakni ekologi, sosial, fisik, teritorial dan politik.
2.5 Studi Kasus
Kota Stockholm, swedia.

Kota Stockholm, swedia (Sumber:https://nazarul14.files.wordpress.com/2016/01/img33501-stockholm-city-from-


above.jpg)

Stockholm nama kota yang dinobatkan menjadi salah satu kota cerdas didunia.
Stockholm adalah pusat bisnis negara ini, dan merupakan tujuan yang kosmopolitan dan keren
yang merupakan tempat bagi berbagai bangsa. Wilayah ini dibangun di atas banyak pulau dan
dikelilingi air, sehingga ada banyak peluang untuk memanjakan diri dalam perburuan yang
populer di Swedia yaitu memancing dan berlayar.

Stockholm adalah kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa ini menerapkan konsep
arsitektur hijau/arsitektur berkelanjutan guna menciptakan kota yang ramah terhadap lingkungan.
Stockholm berinvestasi di beberapa sektor guna menciptakan model kota yang berkelanjutan.
Stockholm dinobatkan sebagai Ibu Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa oleh Komisi
Eropa pada 2010. Hasilnya, pada 2009, produksi gas rumah kaca Swedia turun 3,6 juta ton
menjadi 60 juta ton dari level 2008. Tingkat polusi juga turun 17% dari tahun 1990. Jumlah total
emisi gas rumah kaca dari industri transportasi domestik mencapai 20,3 juta ton, sementara emisi
dari sektor energi mencapai 24,2 juta ton.

Konsep ramah Lingkungan kota Stockholm menyediakan sistem transportasi yang efisien
dan ramah lingkungan. Sekitar 670 juta perjalanan individu dilayani oleh jaringan yang didukung
oleh lebih dari 2000 bis, 1000 gerbong kereta api dan berbagai jenis angkutan perkotaan (metro
carriages). Semua sistem transportasi publik tersebut menggunakan bahan bakar yang bersih
(clean energy) dan ramah lingkungan. Semua layanan transportasi umum dioperasikan dengan
energi terbarukan. Mobil-mobil tradisional diganti dengan mobil-mobil ramah lingkungan yang
jumlahnya kini mencapai hampir 100.000 armada.
Charge mobil listrik diswedia (sumber: https://news.detik.com/dw/d-3993267/pertama-di-dunia-jalan-yang-bisa-
charge-mobil-listrik-di-swedia)

Dari sisi regulasi, sejak 2006, Stockholm membebankan pajak emisi pada semua mobil
yang terdaftar di Swedia yang masuk dan keluar pusat kota Stockholm di luar jam kantor.
Kebijakan ini berhasil mengurangi emisi dan kepadatan lalu lintas sebesar 10-15%.

Di bidang energi, kota Stockholm memiliki tradisi pengelolaan sampah dan pengolahan
energi dari limbah rumah tangga sejak berabad silam.

Tempat sampah (sumber: https://titisari04.wordpress.com/2016/11/15/sistem-pengolahan-sampah-di-swedia/)

Dalam Rencana Pengelolaan Limbah Strategis (Strategic Waste Management Plan) untuk
tahun 2008-2012, Stockholm berupaya meningkatkan jumlah limbah makanan yang
dikumpulkan dan diolah. Target kota ini adalah mengolah 35% limbah makanan yang berasal
dari restoran dan toko kelontong – dan 10% limbah makanan rumah tangga.

Guna mencapai target tersebut, pemerintah memromosikan pengumpulan dan pemilahan


limbah makanan yang berasal dari restoran, lalu panas yang dihasilkan dari pengolahan limbah
makanan digunakan untuk sistem pemanas ruangan rumah tangga dan sudah memasok lebih dari
70% rumah.

Sementara itu, dari sisi pengelolaan limbah, 25% limbah kota berhasil didaur ulang dan
dikomposkan sehingga menciptakan sistem pengelolaan limbah yang efektif. Stockholm juga
memiliki dua pusat pengelolaan air limbah yang mampu memasok air bagi 1 juta penduduk. Air
limbah diproses dengan teknologi canggih guna memisahkan unsur nitrogen dan fosfor. Standar
pengelolaan air limbah ini melampaui Standar Pengelolaan Air Limbah Perkotaan yang
ditetapkan oleh Uni Eropa. Biogas yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan air limbah
ditingkatkan kualitasnya untuk digunakan sebagai bahan bakar bis umum, taksi dan kendaraan
pribadi. Sementara panas yang dihasilkan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.Semua
kebijakan ini saling terkait dan mendukung Stockholm menjadi Ibu Kota Hijau Pertama di
Eropa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan Pembangunan kota berkelanjutan merupakan konsep integrasi dari nilai
lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social untuk menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi
manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, elemen tersebut harus berjalan berirama.
Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari
aspek yang lain.
Pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya
memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek
perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya.
Sustainable City merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengabaikan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan suatu kota nanti.Konsep
sustainable city dalam pengembangan sebuah kota diperlukan lima prinsip dasar yakni
Environment (Ecology), Economy (Employment), Equity, Engagement, dan Energy (Research
Triangle Institute, 1996).
Konsep sustainable city dapat berjalan secara baik apabila dikembangkan dalam suatu
kota dengan memperhatikan berbagai elemen pendukungnya, sumber daya alamnya, serta
berbagai kegaitan pencitraan yang mendukung sehingga dapat berjalan secara terus menerus dan
berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai