Anda di halaman 1dari 0

8

BAB II
INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

II.1. Landasan Teori

Kajian teori ekonomi pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan dan
meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Oleh karena
itu, dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan ekonomi yang
berkelanjutan diperlukan dukungan penyediaan infrastruktur yang dapat dilakukan melalui dua
pendekatan. Pertama penyediaan infrastruktur berdasarkan kebutuhan (demand approach)
termasuk kebutuhan untuk memelihara prasarana yang telah dibangun. Kedua penyediaan
prasarana untuk mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi pada suatu daerah tertentu (supply
approach). Namun apabila dana yang tersedia terbatas maka prioritas lebih diarahkan pada
pendekatan pertama (demand approach). Pada saat kondisi ekonomi sudah membaik, maka
pembangunan prasarana untuk mendorong tumbuhnya suatu wilayah dapat dilaksanakan
(Propenas 2000).
Pertumbuhan PDB (GDP growth) merupakan suatu indikator utama dari keadaan
makroekonomi. Pemerintah di negara manapun dapat jatuh atau bangun berdasarkan tinggi
rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dan bahkan baik buruknya kualitas
kebijakan pemerintah dan tinggi atau rendahnya mutu aparatnya di bidang ekonomi secara
keseluruhan biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan output nasional yang
dihasilkannya (Todaro, 2000, 136). Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi perlu diteliti lebih lanjut. Salah satu faktor tersebut adalah infrastruktur.
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
9
Dalam pengembangan ekonomi, faktor penting infrastruktur telah menjadi bahan
penelitian. Hubungan antara infrastruktur seperti telepon, listrik, jalan dan air bersih dengan
pertumbuhan ekonomi telah sering dianalisa, sekalipun hasilnya tidak selalu sama, namun
intinya infrastruktur itu perlu tetapi bukan unsur cukup dari pertumbuhan ekonomi dan bahwa
penyediaan jenis infrstruktur yang sesuai pada tempat yang tepat secara efisien adalah lebih
penting daripada besarnya jumlah investasi yang ditanamkan pada infrastruktur atau
banyaknya infrastruktur yang dibangun (Hull, 1999).
Untuk mengetahui bagaimana peranan infrastruktur bagi ekonomi secara keseluruhan,
maka pertama perlu ditinjau secara teoritis kaitan infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi. Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai definisi infrastruktur beserta
penggolongannya dan terakhir akan ditinjau studi empiris yang telah dilakukan terkait dengan
peranan infrastruktur.

II.1.1. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif Makro
Salah satu teori pertumbuhan mengenai pembangunan adalah model pertumbuhan
Harrod-Domar. Model pertumbuhan ini, secara sederhana, dikatakan bahwa tingkat
pertumbuhan dari GNP ( Y Y / ) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio capital-
ouput nasional (k). Sementara, infrastruktur disini dapat dikategorikan ke dalam capital stock
(K). Sehingga secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa peningkatan dalam capital stock
termasuk infrastruktur akan berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya memasukkan unsur teknologi kedalam
fungsi produksi yang dikenal dengan model pertumbuhan neoklasik Solow. Menurut Solow,
pertumbuhan ekonomi berasal dari satu atau lebih dari tiga faktor berikut: peningkatan dalam
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
10
kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (melalui tabungan dan investasi)
dan peningkatan dalam teknologi. Namun peran teknologi dalam model ini masih eksogenous,
yang artinya teknologi itu sendiri bukan merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi,
melainkan given. Investasi fisik seperti infrastruktur, dalam model Solow ini dimasukkan
dalam faktor kapital.
Teori ekonomi lain yang memasukkan peranan infrastruktur dalam pertumbuhan
ekonomi adalah teori pertumbuhan endogenous yang diperkenalkan oleh Romer. Teori ini
pada dasarnya menyatakan bahwa kemajuan teknologi tidak dapat dikatakan eksogen,
melainkan endogen karena kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh investasi dari sumber
daya manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut dari teori ini
adalah pentingnya penyediaan infrastruktur yang dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber
daya sehingga menghasilkan increasing return to scale dalam proses produksi.
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi
modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000: 137). Akumulasi
modal terjadi bila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan
investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin,
peralatan dan bahan baku) dan dapat juga dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-
fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan
raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi).




Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
11
Gambar 2-1. Pertumbuhan Output Ekonomi Regional


Pada teori pembangunan neoklasik (Adelman, 1958) menekankan bahwa perdagangan
internasional dapat menjadi subtitusi bagi permintaan aggregat domestik yang rendah. Oleh
karena itu, salah satu hal yang perlu dilakukan pemerintah dalam ekonomi agar mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan adalah menghilangkan penghalang (barriers) dalam
perdagangan internasional berupa distorsi harga. Teori ini memandang bahwa program
liberalisasi internasional dan domestik cukup untuk membawa pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan yang menyebabkan perubahan struktural.
Sementara pada teori pembangunan modern, yang dipelopori oleh beberapa ekonom
seperti; Chenery, Hirshman, Leibenstein, Lewis, Myrdal, Rostow, Scitovsky dan Streeten
menyadari pula pentingnya perdagangan internasional dalam menstimulasi pertumbuhan
ekonomi. Namun perdagangan saja tidak cukup, walaupun perdagangan dapat menstimulus
Pertumbuhan
output
Pertumbuhan
Stock Capital
Pertumbuhan
Tenaga Kerja
Kemajuan
Teknologi
Regional
saving rate
Net capital
inflow
Return of
Capital
Net immigration
of workers
Tingkat
kelahiran
Upah relative
thd daerah lain
Pertumbuhan
penduduk
Masuknya
teknologi
Investasi
Penduduk
Research
& Dev.
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
12
pertumbuhan ekonomi, perdagangan itu tidak dapat melakukannya sendiri, karena beberapa
hal, salah satunya karena adanya hal yang tidak dapat diperdagangkan (non-tradables) dalam
bentuk infrastruktur fisik dan sosial yang sangat dibutuhkan untuk memungkinkan timbulnya
industri domestik yang kompetitif. Keduanya, infrastruktur fisik dalam bentuk transportasi dan
energi serta infrastruktur sosial dalam bentuk hak paten, institusi pasar, struktur sosial, politik
dan budaya yang kurang baik akan menghambat increasing return to scale pada proses
produksi.
Sehingga tidak satupun dari infrastruktur tersebut yang dapat muncul dengan spontan
sebagai respons dari insentif berorientasi pasar. Dalam pandangan ekonom pembangunan
klasik, karena adanya faktor tersebut maka perlu adanya peran pemerintah yang berinisiasi
untuk memperlancar pembangunan ekonomi. Bila intervensi pemerintah tidak ada, maka teori
Hecksher-Ohlin tidak akan dapat mencegah negara untuk keluar dari tingkat income yang
rendah.
Teori lain yang juga baik untuk menciptakan momentum pembangunan bagi negara
berkembang dijelaskan oleh Rosenstein-Rodan dan Nurkse, yaitu teori dorongan raksasa (big
push theory). Teori ini fokus pada peningkatan investasi secara signifikan dan mengarahkan
investasi tersebut pada penciptaan institusi ekonomi, infrastruktur dan koordinasi investasi
yang memiliki ekternalitas dalam membangkitkan sektor industri. Pelaku yang penting dalam
proses ini adalah pemerintah yang memiliki peran utama untuk membangun infrastruktur
ekonomi dan sosial, mengkoordinasikan kegiatan investasi, menyediakan pembiayaan untuk
investasi, meningkatkan investasi dan tabungan swasta, membangun sumber daya manusia dan
melakukan pengawasan terhadap proses politik yang bersifat memecah belah dan terus
menerus menimbulkan pembangunan dualistik. Dengan kata lain, teori ini secara implisit
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
13
menyatakan pentingnya infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi dan peranan pemerintah dan
sektor publik untuk melakukan investasi infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut
akan menghasilkan eksternalitas positif yang mendorong investasi sektor swasta.

II.1.2. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif Mikro
Secara mikro, infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui adanya
peningkatan produktifitas. Adapun Mc Connel dan Brue (2002) maupun Dornbursch dan
Fisher (1999), berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat tercapai dengan
menggunakan dua cara; yaitu meningkatkan pengunaan input dan atau meningkatkan efisiensi
penggunaan input.
1. Peningkatan Penggunaan Faktor Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan mentransformasi faktor produksi menjadi barang dan jasa,
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan manusia.

Gambar 2-2. Skema Proses Transformasi Produksi Barang dan Jasa

Dari diagram dapat dipahami bila output suatu perekonomian ingin ditingkatkan kuantitasnya,
maka jumlah faktor produksi yang digunakan juga harus ditambah. Bukti empiris dari logika
diagram telah ada di beberapa negara.
Faktor Produksi:
-Tenaga Kerja
-SDA
-Barang modal
-Teknologi
-Uang
-Informasi
-Kewirausahaan
Proses :
Organisasi
Manajemen
Output:
Barang
J asa
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
14
Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat selama 1929-2000, 33% berasal dari
peningkatan penggunaan tenaga kerja. Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang dicapai
selama periode pembangunan jangka panjang tahap pertama (PJ PI) 1969-1994 didorong oleh
peningkatan penggunaan faktor produksi. Faktor produksi yang banyak digunakan terutama
adalah SDA, tenaga kerja dan barang modal.

2. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Input
Persoalan yang terjadi jika perekonomian hanya mengandalkan pertumbuhannya hanya
pada peningkatan penggunaan faktor produksi adalah terjadinya the law of diminishing return.
Penyebab utama terjadinya the law of diminishing return adalah adanya input yang bersifat
tetap (fixed input). Seberapa cepat terjadinya the law of diminishing return sangat tergantung
dari jangka waktu tercapainya tingkat kejenuhan input. Makin pendek jangka waktu tingkat
kejenuhan makin cepat the law of diminishing return terjadi.
J angka waktu suatu input untuk mencapai tingkat jenuh terutama ditentukan oleh
kualitas input. Umumnya makin tinggi kualitas input, makin lama mencapai titik jenuh.
Misalnya, tenaga kerja yang berkualitas rendah lebih cepat mencapai titik jenuh dibanding
tenaga kerja terampil atau berkualitas tinggi. Berdasarkan hal itulah, perusahaan cenderung
menggunakan tenaga kerja berkualitas tinggi.
Pada mulanya, the law of dimishing return terjadi di tingkat mikro, tetapi akhirnya
berpengaruh di tingkat makro. Yang dapat dikatakan adalah pertumbuhan ekonomi yang
hanya mengandalkan peningkatan faktor produksi dalam jangka pendek dan jangka panjang
akan menimbulkan masalah inefisiensi.
Pada tingkat makro, peningkatan efisiensi dapat dinilai dari pergerakan variabel-
variabel makro. Suatu perekonomian dikatakan makin baik bila untuk mencapai tingkat
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
15
pertumbuhan ekonomi yang sama, tidak menimbulkan inflasi setinggi periode sebelumnya.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan permintaan agregat dapat diimbangi dengan pertumbuhan
penawaran agregat.
Peningkatan efisiensi produksi dapat digambarkan dalam Production Possibilities
Frontier (PPF). PPF menggambarkan kombinasi 2 komoditas misal, barang dan jasa yang
dapat dihasilkan dengan menggunakan sumber daya dan teknologi yang given.

Gambar 2-3.Dampak Peningkatan Efisiensi Produksi pada Production Possibility Frontier

Dalam jangka panjang peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi yang disertai
dengan peningkatan penggunaan teknologi yang lebih tinggi akan mampu memperbesar PPF
ke PPF. Dengan demikian tanpa menambah jumlah penggunaan faktor produksi, ouput
perekonomian dapat menjadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Studi tentang
perekonomian Indonesia yang dilakukan Pasay dan Nazara (1997) menunjukkan sekali lagi
tentang pentingnya peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Salah satu hasil penting
dari studi mereka adalah ketertinggalan perekonomian luar pulau J awa dibanding pulau J awa
adalah tidak adanya efisiensi penggunaan faktor produksi. Perekonomian Pulau J awa sejak
J asa
Barang
P
P
P P
PPF PPF
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
16
awal sudah memiliki efisiensi yang tinggi dibanding wilayah lainnya, tetapi masalahnya
adalah ternyata tidak adanya peningkatan efisiensi selama 20 tahun terakhir
Penyebab yang paling mungkin adalah perekonomian kekurangan kemampuan
mobilitas faktor produksi. Dalam dunia teori, kegiatan produksi diasumsikan tidak
menghadapi kendala tempat dan waktu. Maksudnya, proses pemindahan atau pergerakan
faktor produksi antar tempat, tidakmembutuhkan waktu dan biaya. Dengan demikian
peningkatan efisiensi produksi sangat ditentukan oleh peningkatan kualitas faktor produksi.
Dalam dunia nyata, yang sering kali terjadi adalah sekalipun faktor produksi yang
digunakan terus meningkat, produksi belum mencapai tingkat efisiensi yang diharapkan. Salah
satu penyebabnya adalah kurangnya sarana dan prasarana (infrastruktur yang mendukung).
Kurangnya infrastruktur dan atau sarana tersebut menghambat kelancaran dan kecepatan
mobilisasi faktor produksi. Kekurangan sarana transportasi misalnya, akan menyebabkan
mobilitas tenaga kerja dan bahan antara menjadi terganggu. Kekurangan infrastruktur
keuangan akan menyebabkan mobilitas sumber daya keuangan menjadi lambat dan tidak
efisien. Sedangkan kekurangan infrastruktur telekomunikasi akan menganggu kelancaran
proses tukar-menukar informasi.
Kurangnya infrastruktur pada tingkat makro dapat menyebabkan efektifitas kebijakan
pemerintah menjadi menurun. Maksudnya adalah tenggang waktu antara kebijakan ekonomi
yang ditempuh dengan hasil yang diharapkan semakin panjang. Sementara itu, dampak
kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah, menjadi sulit diprediksi hasilnya.
Pentingnya infrastruktur dalam menopang pertumbuhan ekonomi terutama dalam
jangka panjang menyebabkan para ahli mulai menaruh perhatian yang besar terhadap tentang
infrastruktur dalam model-model ekonomi. Dalam arti model-model ekonomi yang disusun
baik untuk negara-negara maju maupun sedang berkembang sudah mulai memasukkan aspek
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
17
infrastruktur ke dalam model. Dampak langsung atau tidak langsung dari ketersediaan
infrastruktur terhadap kemajuan ekonomi sudah mendapat perhatian yang besar.

II.2. Infrastruktur
II.2.1. Definisi Infrastruktur
Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk berfungsinya
perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang, manusia dan ide. Setiap usaha untuk
meningkatkan dan mendiversifikasi produksi, memperluas perdagangan, menyebarkan
penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki kondisi lingkungan membutuhkan
prasarana infrastruktur.
Karakteristik infrastruktur adalah eksternalitas baik positif maupun negative dan
adanya monopoli alamiah (natural monopoly) yang disebabkan oleh tingginya biaya tetap
serta tingkat kepentingannya dalam perekonomian. Selain itu, infrastruktur yang merupakan
barang publik juga bersifat non eksklusif (tidak ada orang yang dapat dikesampingkan), non
rivalry (konsumsi seorang individu tidak mengurangi konsumsi individu lainnya) serta
umumnya biaya marginal adalah nol. Infrastruktur umumnya juga tidak diperjualbelikan (non
tradable) (Henner, 2000).
Menurut Macmillan Distionary of Modern Economics (1996), infrastruktur merupakan
elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan
penjual. Sedangkan The Routledge Dictionary of Economics (1995) memberikan pengertian
yang lebih luas yaitu bahwa infrastruktur juga merupakan pelayan utama dari suatu negara
yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung
melaui penyediaan transportasi dan fasilitas pendukung lainnya. Larimer (1994) menyatakan
pondasi atau rancangan kerja yang mendasari pelayanan pokok, fasilitas dan institusi dimana
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
18
bergantung pertumbuhan dan pembangunan dari suatu area, komunitas dan sistem.
Infrastruktur meliputi variasi yang luas dari jasa, institusi dan fasilitas yang mencakup sistem
transportasi dan sarana umum untuk membiayai sistem, hukum dan penegakan hukum
pendidikan dan penelitian.
Banyak definisi dari bacaan mengenai infrastruktur menunjukkan adanya beberapa
kesamaan unsur (Slootweg dan Verhoef 1999), seperti:
a. Infrastruktur adalah suatu sistem yang besar.
b. Infrastruktur memiliki dimensi teknologi yang kuat.
c. Infrastruktur terdiri dari komponen fisik yang tidak dapat dipindah-pindah.
d. Infrastruktur memberikan jasa yang penting (penting dalam arti perlu (necessary) dan sulit
tergantikan (hardly replaceable)).
Dalam hubungan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi, beberapa ekonom juga
memberikan pendapatnya mengenai infrastruktur. Hirschman (1958) mendefinisikan
infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi
pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi.

...those service without primary, secondary, tertiary production activities cannot
function. In its wider sense it include publik health to transportation, communication,
power and water supply, as well as such agricultural overhead capital as irrigation and
drainage systems.
3



3
Seperti yang dikutip oleh Siwage Dharna Negara (1997)
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
19
Todaro (2006) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting
yang menentukan pembangunan ekonomi.

The underlying amount of physical and financial capital embodied in roads, railways,
waterways, airways, and other forms of transportation and communication plus water
supplies, financial institutions, electricity, and publik services such as health and
education. The level of infrastructural development in a country is a crucial faktor
determining the pace and diversity of economic development.

Dari penjelasan, maka dapat dikatakan bahwa infrastruktur sosial dan ekonomi seperti
jalan, listrik, air, telekomunikasi, dan semacamnya memfasilitasi dan mengintegrasikan
kegiatan ekonomi sehingga meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi yang dapat
menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

II.2.2. Penggolongan Infrastruktur
The World Bank membagi infrastruktur menjadi (Bank Dunia, 1994: 12):
- Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publik utilities ( tenaga, telekomunikasi, air,
sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan
sektor transportasi (jalan rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
- Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
- Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan
koordinasi.
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
20
Selain itu, ada yang membagi infrastruktur menjadi infrastruktur dasar dan pelengkap (J acobs,
et al, 1999: 16):
- Infrastruktur dasar (basic infrastructure) meliputi sektor-sektor yang mempunyai
karakteristik publik dan kepentingan mendasar untuk sektor perekonomian lainnya,
tidak dapat diperjual belikan (non tradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik
secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan
laut, drainase, bendungan dan sebagainya.
- Infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure) seperti gas, listrik, telpon
dan pengadaan air bersih.
Namun penggolongan ini dapat berubah menurut waktu, misalnya listrik yang dulunya
digolongkan sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang digolongkan sebagai infrastruktur
dasar.
Pemerintah melalui PP No. 42/2005 tentang KPPI, menjelaskan beberapa jenis
infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, jalan,
pengairan, air minum dan sanitasi, telematika, listrik dan pengangkutan migas. Penggolongan
tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar karena sifatnya yang merupakan
kepentingan umum dan dibutuhkan masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah.
Pengertian diatur tidak sama dengan dibangun oleh pemerintah, karena penyediaan
infrastruktur tersebut dapat dikerjasamakan pembangunan dengan badan usaha, seperti yang
diatur dalam PP RI No. 67/2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Adapun beberapa jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha mencakup:
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
21
1. Infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai/danau, bandar udara,
jaringan rel dan stasiun kereta api.
2. Infrastruktur jalan meliputi jalan tol dan jembatan tol.
3. Infrastruktur perairan, meliputi saluran pembawa air baku.
4. Infrastruktur air minum, meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi,
jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum.
5. Infrastruktur air limbah, meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul
dan jaringan utama dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat
pembuangan.
6. Infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi.
7. Infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi/distribusi tenaga listrik.
8. Infrastruktur minyak dan gas, meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
transmisi atau distribusi minyak dan gas.
Pembedaan antara infrastruktur dasar dan lainnya tidaklah selalu sama dan dapat berubah
menurut waktu. Misalnya, telepon yang dulunya digolongkan sebagai infrastruktur pelengkap,
sekarang digolongkan sebagai infrastruktur dasar.
II.3. Studi Keterkaitan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Penelitian mengenai keterkaitan antara infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi
telah banyak dilakukan. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Robert E. Looney dan
David Winterford (1991) menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat di Pakistan antara
keberadaan infrastruktur regional dengan tingkat pembangunan sosial-ekonomi secara luas.
Selain itu, penelitian ini juga menekankan pentingnya pembedaan jenis infrastruktur dalam
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
22
transportasi untuk pembangunan region. Penelitian ini diakhiri dengan rekomendasi kebijakan
mengenai tingkat dan kombinasi jenis investasi infrastruktur keras (hard infrastructure) yang
dapat digunakan para pengambil kebijakan untuk mengurangi disparitas pendapatan antar
daerah yang ada di Pakistan.
Penelitian serupa mengenai infrastruktur juga telah dilakukan T. Ravi Kumar (2002)
dengan studi kasus daerah tingkat II di India. Studinya meneliti tentang hubungan antara
investasi publik dalam infrastruktur dan pendapatan regional dan untuk membuktikan
hipotesis Hansen bahwa karakteristik dari hubungan infrastruktur dan pendapatan dipengaruhi
secara bersama-sama oleh investasi itu sendiri dan tingkat pembangunan sosio-ekonomi dari
tiap daerah. Kumar merekomendasikan penggunaan distribusi investasi publik sebagai
instrument kebijakan untuk mengatasi disparitas regional serta menekankan perlunya tiap
daerah memperoleh bentuk infrastruktur yang berbeda tergantung tingkat pembangunan sosio
ekonomi.
Hasil studi Bank Dunia (1994)
4
menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi dunia pada abad 20 telah menjadi relatif cepat dibanding beberapa abad
sebelumnya adalah karena kemajuan teknologi dan pertumbuhan infrastruktur. Berdasarkan
kajian empiris, dapat dibuktikan bahwa semakin maju atau semakin modern tingkat
perekonomian suatu negara, maka semakin besar pula tingkat kebutuhan infrastruktur.
Sementara itu, Glen Weisbrod dan Frederick Treys (1983)
5
meneliti dampak penyediaan
jalan tol (highway) memang dapat mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan output atau
perekonomian melalui pengaruhnya pada tingkat individu (perusahaan lokal), lokal (negara
bagian) maupun pada skala nasional. Adapun dampak positif tersebut terjadi karena:

4
The World Bank Report, Infrastructure for Development, 1994
5
Weisbrod. Glen and Frederick Treys, Productivity and Accesibility: Bridging Project and Maacroeconomics Analysis of
Transportation Investment, J ournal of Transportation and Statistic, Volume I, Number 3, 1998
Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007
23
Menurunnya biaya perjalanan (travel costs)
Menurunnya biaya logistic (logistic costs)
Meningkatnya skala produksi dan daya jangkau aktivitas perekonomian (greater
operating scale accessibility economies).
Dari penelitian tersebut ditemukan pula bahwa pembangunan jalan tol juga akan
mempengaruhi pola struktur aliran tenaga kerja antar daerah dan daya saing perekonomian,
baik tingkat lokal, nasional maupun global.
Mengacu pada pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan infrastruktur
dalam pertumbuhan ekonomi cukup penting. Telah banyak institusi dan ekonom yang meneliti
dan berusaha mendefinisikan infrastruktur dalam kaitannya dengan pembangunan. Keadaan
infrastruktur yang baik akan mendukung kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Oleh karena itu, pada bab berikutnya akan diuraikan terlebih dahulu bagaimana
keadaan infrastruktur di Indonesia.










Peranan infrastruktur ..., Meiningtyas Dwi Hidayatika, FE UI, 2007

Anda mungkin juga menyukai