Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP

PERKEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KALIMANTAN TIMUR


Rahmi Ramadani

Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut
Teknologi Kalimantan, 2022

PENDAHULUAN
Perkembangan suatu wilayah terdiri dari beberapa aspek seperti aspek ekonomi, sosial,
lingkungan, fisik, dan kelembagaan. Aspek ekonomi menjadi bagian yang paling penting
dalam perkembangan suatu wilayah karena basis ekonomi sebuah wilayah menentukan
perkembangan wilayah tersebut. Dalam ekonomi wilayah dikenal istilah basis ekonomi. Basis
ekonomi penting bagi perkembangan wilayah melalui produksi sebuah wilayah baik untuk
konsumsi wilayah itu sendiri maupun yang berorientasi ekspor dan menjadi sumbu awal bagi
sektor-sektor lainnya.
Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi yang ada di Indonesia tidak terlepas
dari masalah ketimpangan distribusi pendapatan seperti apa yang telah dialami daerah-daerah
lainnya. Provinsi Kalimantan Timur tentu saja memiliki berbagai persoalan yang harus
diselesaikan, di antaranya adalah masalah pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan
distribusi pendapatan. Aspek pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk
dipantau, karena pemerataan hasil pembangunan merupakan salah satu strategi dan tujuan
pembangunan nasional di Indonesia. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kalimantan Timur memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi dari waktu
kewaktu, sehingga arah perekonomian daerah akan lebih jelas.
Perkembangan ekonomi adalah proses perubahan tingkat ekonomi tertentu pada pola
sederhana ke tingkat ekonomi yang lebih maju termasuk aktivitas yang beragam. Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya
yang ada, pembentukan pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk
mengatasi masalah ekonomi pada saat yang sama, dapat merangsang perkembangan wilayah.
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan
sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur dasar, peralatan-peralatan, Dan instalasi-
instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat (Grigg dalam Kodoatie, 2003). Infrastruktur merupakan suatu sarana
(fisik) pendukung agar pembangunan ekonomi suatu Negara dapat terwujud. Infrastruktur
terdiri dari beberapa subbidang, beberapa di antaranya yang cukup dominan dalam
pembangunan ekonomi adalah perumahan dan transportasi. Infrastruktur juga menunjukkan
seberapa besar pemerataan pembangunan yang terjadi. Suatu negara dengan pertumbuhan
ekonomi tinggi akan mampu melakukan pemerataan pembangunan kemudian melakukan
pembangunan infrastruktur ke seluruh bagian wilayahnya. Menurut Friawan (2008), ada tiga
alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama
adalah ketersedian infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi.
Kedua, untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan
infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktivitas perdagangan dan investasi. Alasan
ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi
kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara. Infrastruktur terdiri dari beberapa
subbidang, infrastruktur dalam bentuk perumahan dan transportasi merupakan cukup penting.

PEMBAHASAN
Pada dasarnya, infrastruktur memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari
konteksnya tetapi, pada umumnya infrastruktur ini adalah suatu produk fisik, seperti jalan,
jaringan drainase, jaringan air minum dan instalasi listrik yang terkait dengan konteks
infrastruktur sipil dan perkotaan. Akan tetapi, definisi infrastruktur tidak hanya meliputi
pengertian seperti di atas, prosedur operasi serta kebijakan pembangunan juga merupakan salah
satu jenis infrastruktur. Pembahasan ini kemudian dikenal istilah Hard Infrastructure dan Soft
Infrastructure, yang pada akhirnya kedua jenis infrastruktur ini saling terkait dalam
menciptakan layanan infrastruktur secara utuh. Berdasarkan definisi tersebut infrastruktur
memiliki cakupan yang lebih luas (Soerjo, 2007, dikutip oleh Arman, 2008). Pembangunan
prasarana infrastruktur di Indonesia telah berlangsung cukup lama dan investasi yang
dikeluarkan sudah sangat besar. Namun masih banyak masalah yang dialami negara kita
khususnya mengenai kuantitas yang belum memadai, perencanaan yang lemah, dan kualitas
yang rendah. Anggaran infrastruktur setiap tahun mengalami peningkatan, akan tetapi
penelitian dari laporan World Economic Forum menunjukkan peringkat kualitas infrastruktur
di Indonesia masih tergolong rendah. Pentingnya pembangunan fasilitas sarana dan prasarana
infrastruktur ini seperti yang dinyatakan oleh De dan Ghosh (2005:81) bahwa kendala yang
dihadapi daerah-daerah maupun negara-negara lebih kepada persoalan ekonomi yaitu
bagaimana memastikan baiknya infrastruktur supaya lebih bermanfaat.
Pentingnya infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi menjadi perdebatan di kalangan
ekonomi bahkan ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Salah satu faktanya adalah sebelum krisis
ekonomi pada tahun 1997, Indonesia mengalokasikan sekitar 6 persen dari PBB untuk
infrastruktur dan angka tersebut turun menjadi 2% saja dan sangat berdampak pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia (BPS, 2006).
Pada perkembangannya, sasaran untuk pembangunan infrastruktur pada tahun 2020 –
2024, Indonesia membutuhkan total kebutuhan investasi infrastruktur sebanyak Rp 6.445
Triliun dengan dana yang dimiliki pemerintah hanya sebesar Rp 2.385 Triliun yang terdiri dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah). Untuk mengatasi adanya gap pendanaan sebesar Rp 4.059 Triliun,
pemerintah Indonesia memerlukan sumber dana alternatif seperti dari BUMN dan swasta
(Bappenas, 2019). Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
peran swasta dengan pemberian insentif dan perizinan dalam penyediaan infrastruktur serta
melalui KPBU.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam kemakmuran suatu
kawasan. Peningkatan ini meliputi baik kepada kapasitas produksi ataupun volume riil
produksi (Adisasmita, 2010). Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai
peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu daerah.
Konsep ini menyangkut pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai
suplai hasil akhir yang meningkat melalui pertukaran antar kawasan. Dalam konteks
kewilayahan, setiap wilayah juga menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi
makro. Pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan
perekonomian suatu wilayah untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan
dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang
jumlahnya terus meningkat, yang mana proses pertumbuhan ekonomi wilayah secara garis
besar dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat bergantung pada sumber alamnya, sumber daya
manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor-faktor
ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa terjadi selama lembaga sosial dan
budaya, kondisi politik dan keamanan serta nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak
menunjang. Dengan kata lain tanpa adanya dukungan faktor-faktor non ekonomi semacam itu
secara baik, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak terwujud. Menghitung laju
pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah berdasarkan konsep pendapatan regional atau PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat tergantung
pada sumber alamnya, sumber daya manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua
itu merupakan faktor-faktor ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa terjadi
selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan keamanan serta nilai-nilai moral dalam
suatu bangsa tidak menunjang. Dengan kata lain tanpa adanya dukungan faktor-faktor non
ekonomi semacam itu secara baik, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak terwujud.
Dalam konsep makroekonomi, pengeluaran pemerintah (government expenditure) untuk
pembelian barang dan jasa merupakan injeksi terhadap perekonomian yang berdampak pada
pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran eksogen yang
besarnya ditentukan oleh sejauh mana ketersediaan anggaran pemerintah yang diperoleh dari
pajak (fiscal policy). Suatu injeksi pengeluaran pemerintah dalam hal ini pembangunan
infrastruktur di suatu daerah tidak hanya menaikkan pendapatan di daerah yang bersangkutan,
tetapi juga menyebarkan kekuatan pendorong kepada daerah-daerah sekitarnya yang saling
berhubungan melalui kenaikan impor. Pengeluaran pemerintah biasanya ditujukan pada upaya
penyediaan infrastruktur berupa fasilitas umum, maupun berupa transfer langsung yang
ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah pada bidang infrastruktur berpengaruh siginifikan dengan
arah hubungan yang negatif, artinya bila pengeluaran pemerintah pada bidang infrastruktur
naik maka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2004-2016 juga
mengalami penurunan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah pada
bidang infrastruktur membutuhkan biaya yang besar untuk melaksanakan berbagai
programnya seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem
penyediaan air bersih sehingga belum mampu memberikan dampak dalam pertumbuhan
ekonomi. Dikarenakan untuk pengeluaran pemerintah pada bidang infrastruktur tidak dapat
memberikan dampak positif dalam jangka pendek, karena pembangunan infrastruktur
memerlukan waktu cukup panjang untuk dapat digunakan oleh masyarakat. Semakin banyak
pengeluaran pemerintah untuk bidang publik semakin banyak barang publik yang tersedia
untuk masyarakat, seperti ketersedian infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara, sistem
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, saluran irigasi dan sebagainya
yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat
perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang
mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan
dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung
pembangunan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Hasil ini sesuai
dengan penelitian dari Heri Suparno, (2014) bahwa Pengeluaran Pemerintah untuk
Infrastruktur berpengaruh negatif dan signifikan. Dan didukung oleh teori Dornbusch & Fisher
dalam Manik dan Hidayat (2010) yang menyatakan bahwa pengeluran pemerintah merupakan
cerminan dari kebijakan fiskal yang merupakan salah satu instrumen pemerintah untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian.

LESSON LEARNED
Perkembangan suatu daerah di Indonesia, pastinya membuat daerah tersebut lebih
mudah dikenal oleh masyarakat luas, mempermudah akses untuk beraktivitas masyarakat
setempat, memperlaju aktivitas ekonomi masyarakat dan sebagainya. Hal tersebutlah yang
menjadi pondasi atau dasar dari pemerintah memperluas jaringan infrastruktur di Indonesia.
Melihat sumber yang telah saya baca dan menurut opini saya di atas bahwa sebuah kondisi
ekonomi wilayah dan kota di Indonesia itu sendiri, masih sangat bergantung terhadap
pertumbuhan infrastruktur. Mengapa demikian, dilihat dari struktur Dan kondisi geografis
Indonesia yang memiliki banyak dataran rendah, dataran tinggi, masih banyaknya hutan-hutan
sehingga masyarakat masih sangat kesulitan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kita dapat
mengambil contoh seperti pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda yang mampu
memberikan akses kemudahan dalam kegiatan ekonomi. Karena dengan dibangunnya jalan tol
waktu tempuh Balikpapan-Samarinda cukup terpangkas sehingga mempercepat pula kegiatan
ekonomi terkait. Jalan tol Balikpapan-Samarinda pula menjadi jalan tol pertama yang berada
di pulau Kalimantan sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar.
Terlebih saat ini Balikpapan dan Samarinda didapuk sebagai kota penopang untuk Ibukota
Negara Indonesia, Maka menjadikannya sebagai wilayah yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung atau menetap di Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA

(Kusuma 2015; Maulana 2021; Safira, Sjamsu Djohan 2019)Kusuma, Suriani dan Cut
Nanda. 2015. “ENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP
PERKEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KALIMANTAN TIMUR.” ecosains
4. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ekosains/article/view/109627/103887.

Maulana, Mochammad Rifki. 2021. “Pemahaman Dan Pembelajaran Tahap Perencanaan


Dan Penyiapan Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia Melalui Skema Kerja Sama
Pemerintah Dan Badan Dalam Penyediaan Infrastruktur (KPBU).” Ilmu Sosial dan
Pendidikan 5.
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/download/1646/1447.

Safira, Sjamsu Djohan, Nurjanna. 2019. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang
Infrastruktur Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Provinsi Kalimantan Timur.” Forum Ekonomi 21.
https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI/article/view/5931/58
3.

Anda mungkin juga menyukai