Anda di halaman 1dari 26

Pembangunan Wilayah Massenrempulu

Oleh :

Azzahra Aulia Pohan A011201115


Dianesta Virade Intan A011201005
Ratna Lundini A011201013

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Wilayah merupakan suatu area yang mempunyai arti (meaningful), karena adanya
masalah- masalah yang ada di dalamnya, khususnya masalah yang menyangkut sosial
ekonomi (wilayah bukan sekedar areal dengan batasbatas tertentu). Menurut Murty,
merupakan suatu area geografis, teritorial atau tempat yang dapat berwujud suatu negara,
bagian, provinsi, distrik (kabupaten), dan dan perdesaan yang memiliki satu kesatuan
ekonomi, politik sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan
pembangunan atau kajian (2000).

Perkembangan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari daerah di sekitarnya,


wilayah sebagai subsistem spasial dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten atau
kota yang bersangkutan, juga perlu memperhatikan paling tidak bagaimana
perkembangan daerah di sekitarnya (interregional planning) (Sumarmi dan
Amirudin.2014). Perkembangan ekonomi (development) berawal pada suatu lingkungan
sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses peningkatan kapasitas produksi dalam jangka panjang dari suatu
negara untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya (Kuznet). Menurut
Kuncoro (2004). Ekonom klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu 1). Jumlah penduduk, 2) jumlah stok
barang dan modal, 3) luas tanah dan kekayaan alam, 4) tingkat teknologi yang
digunakan. Menurut Boediono (dalam Pambudi 2013) pertumbuhan ekonomi merupakan
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang.

Istilah pertumbuhan, perkembangan dan pembangunan sering digunakan secara


bergantian, tetapi mempunyai magsud yang sama, terutama dalam pembicaraan-
pembicaraan mengenai masalah ekonomi. Dikatakan ada “pertumbuhan ekonomi”
apabila terdapat banyak output, dan ada “perkembangan “ atau “pembangunan” ekonomi
kalau tidak hanya terdapat lebih banyak output yang lebih banyak itu. pertumbuhan dapat
meliputi input lebih banyak dan efisien, yaitu adanya kenaikan output per satuan input;
dengan kata lain, dengan satuan input tertentu dapat menghasilkan output yang lebih
baik. (Irawan dan Suparmoko, 2008). Menurut Schumter (dalam Boediono,1992),
berpendapat bahwa sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah perkembangan
ekonomi ini. Karena sumber perkembangan ekonomi adalah inovasi, maka proses
perkembangan ekonomi ini tidak besifat reguler, tetapi bersifat random. Dari waktu ke
waktu timbul “letusan” inovasi yang meningkatkan output secara kuantitatif dan
kualitatif. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi pada dasarnya adalah
sama-sama mempunyai tujuan meningkatkan output pada masyarakat, dengan proses
penambahan faktor produksi untuk pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan inovasi
untuk perkembangan ekonomi, sehingga pengukuran hasilnya dapat menggunakan
metode yang sama.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana pola Gambaran Umum Ekonomi Wilayah?
2. Bagaimana peranan sektor unggulan Wilayah Masserempulu?
3. Bagaimana peranan sektor Ekonomi Basis dan Penyerapan Tenaga Kerja?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah :
1. Mengkaji pola Gambaran Umum Ekonomi Wilayah
2. Mengkaji peranan sektor unggulan di wilayah Masserempulu
3. Mengkaji Peranan Sektor Ekonomi Basis dan Penyerapan Tenaga Kerja
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Untuk memenuhi syarat akademik dalam menyelesaikan program sarjana strata satu
(S-1) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan dan kajian
perkembangan ekonomi wilayah Masserempulu
1.5 Telaah Pustaka
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di tandai dengan peningkatan produksi nasional atau
dalam istilah umum adalah peningkatan Produk Nasional Bruto dan lebih tepat lagi
adalah Produk Nasional Netto. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
berkembangnya barang dan jasa atau Pendapatan Nasional, sangat diperlukan karena
ada dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor tambahnya jumlah penduduk
dari tahun ke tahun dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai
hasil pembangunan itu sendiri. (Irawan dan Suparmoko, 2002). Pertumbuhan
ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas
yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu wilayah. Konsep ini menyangkut
pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai suplai hasil akhir
yang meningkat melalui pertukaran antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah
adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu
kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.
(Tarigan, dalam Zuswanto 2014).
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembanngan kemampuan memrpoduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
(Sadono Sukirno, 1994).
Pertumbuhan ekonomi Kuznet menunjukkan adanya kemampuan jangka
panjang dari pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk menyediakan barang-barang
ekonomi kepada rakyatnya. Hal ini dapat dicapai apabila ada kemajuan dibidang
teknologi, kelembagaan dan penyesuaian ideologi. Teori pertumbuhan Kuznet dalam
analisisnya menambahkan enam karakteristik pertumbuhan ekoomi suatu negara,
yaitu:
1) Tingginya tingkat pendapatan per kapita

2) Tingginya produktivitas tenaga kerja

3) Tingginya faktor transformasi struktur ekonomi

4) Tingginya transformasi sosial idiologi

5) Kemampuan perekonomian untuk melakukan perluasan pasar

6) Adanya kesadaran, bahwa pertumbuhan ekonomi sifatnya terbatas (dalam


Pambudi, 2013).
Perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi merupakan kata lain dari pertumbuhan ekonomi,
tujuan keduanya sama yaitu adanya peningkatan output/produksi pada masyarakat.
Menurut teori Schumpeter dalam Boediono (1992) mengatakan, pertumbuhan
ekonomi (growth) dan perkembangan ekonomi (development) keduanya adalah
sumber dari peningkatan output masyarakat tetapi masingmasing mempunyai sifat
yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan output pada
masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara atau
“teknologi” rpoduksi itu sendiri. Menurut Schumpeter yang lebih menarik dan lebih
penting adalah kenaikan output yang bersumber dari perkembangan ekonomi.
Perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang
dilakukan oleh para wiraswasta. Perkembangan ekonomi merupakan sumber
kemajuan ekonomi secara historis paling penting. Sejarah perkembangan ekonomi
adalah sejarah kreatifitas manusia. pada gambar berikut disajikan skema proses
kemajuan ekonomi menurut Boediono (1992)
Pertumbuhan ekonomi timbul karena fektor-faktor yang bersifat rutin, yaitu
pertumbuhan penduduk dan akumulasi kapital yang berasal dari tabungan rutin
masyarakat. Schumpeter berpendapat bahwa sumber kemajuan ekonomi yang lebih
penting adalah perkembangan ekonomi, karena sumber perkembangan ekonomi
adalah inovasi, maka proses perkembangan ekonomi tidak bersifat reguler tetapi
random.
Teori Pembangunan ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah dengan sektor swasta.
Masalah pokok dalam pembangunan yang didasarkan pada ciri khas (unique value)
dari daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia,
kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada beberapa teori yang
secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi
daerah, yaitu teori Ekonomi Neo Klasik, teori Basis Ekonomi (Economic Base
Theory), teori Lokasi, teori Tempat sentral, teori Kausasi Kumulatif dan teoro Daya
Tarik (Attraction). (Arsyad 2010, dalam Erawati)
Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 merupakan berkah bagi bangsa
Indonesia untuk melakukan perubahan ke arah pemerintahan yang lebih otonom,
demokratis, partisipatif, berwenang melaksanakan pembangunan yang
terdesentralisasi. Pelaksanaan otonomi daerah telah memberi landasan yuridis bagi
pengembangan otonomi daerah serta desentralisasi pembangunan yang bertujuan
menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, yang bertumpu pada pelibatan
kemampuan dan prakarsa rakyat. (Sugiartoto, 2003)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Menurut Tarigan, PDRB dapat dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas
dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah atas
dasar barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan yang dihasilkan berdasarkan
harga-harga tahun berjalan. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun dasar. Produk
Domettik Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung dengan 3 (tiga) pendekatan
(approach) yaitu:
1) Pendekatan produksi

Merupakan nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun)
2) Pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen pengeluaran akhir seperti : pengeluaran konsumsi


rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor netto dalam jangka waktu
tertentu.
3) Pendekatan pendapatan.

Merupakan balas jasa yang digunakan oleh factor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.
Menurut Santosa dan Ratna dalam penelitiannya, PDRB merupakan
penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir (semua nilai tambah yang dihasilkan
oleh daerah dalam periode waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi sebelum
tahun 1993 dikelompokkan dalam 11 lapangan usaha, sesudah tahun 1993
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha, yaitu: pertanian, pertambangan dan
galian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan kontruksi,
peerdagangan, rumah makan dan jasa, akomodasi, angkutan dan komunikasi,
lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan, jasa-jasa.
Sektor Potensial
Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah
yag mungkin dan layak dikembangkan, sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber penghidupan rakyat setempat, bahkan dapat menolong perekonomian daerah
secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan
(Soeparmoko, 2002). Menurut Glasson 1990:63-64 dalam Sri Purwaningsih 2014,
konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu :
a. Sektor – sektor basis adalah sektor – sektor yang mengekspor barang-barang
dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
b. Sektor-sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang
yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan.
Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input yang
diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (local). Permintaan
terhadap produksi sektor local hanya dapat mengikat bila pendapatan lokal
meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis
meningkat. Oleh karena itu, teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor
penentu dalam pembangunan ekonomi.
Menurut Arsyad (2010), terdapat beberapa ukuran pertumbuhan ekonomi yang
pada dasarnya dapat menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan
lingkungan sekitarnya sebagai sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi
daerah bersangkutan, yaitu: 1) Location Quotients (LQ), 2) Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), 3) Overlay.
Metode yang sering digunakan sebagai indikasi sektor unggulan adalah
metode LQ (Location Quotien), yang merupakan perbandingan relative antara
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam satu wilayah. LQ
juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada subtitusi impor yang
potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Hal ini akan memberikan
suatu gambaran tentang industri mana yang terejonsentrasi dan industri mana yang
tersebar.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat pada kira-kira 60009000 tahun
yang lampau, ketika teknik bertani sudah dikenal dan mulai menyebar di beberapa
bagian dunia. Kondisi ini memungkinkan untuk meningkatkan produksi pangan,
yang berarti meningkatkan kemakmuran manusia. Arus suplai bahan pangan semakin
lancer dari daerah-daerah pertanian ke pusat-pusat permukiman penduduk.
Menurut Bogue (dalam Mantra 2011) membedakan tingkat pertumbuhan
penduduk antara Negara-negara industri dengan Negaranegara sedang berkembang
(non Industri). Suasana di Negara-negara yang sedang berkembang dewasa ini sangat
berbeda. Penggunaan alat-alat kontrasepsi oleh penduduk lebih mantap, dan
pemerintah menaruh perhatian yang serius terhadap masalah penduduk di negaranya.
Dalam pembangunan ekonomi, penduduk merupakan indicator penting dalam
keberhasilan sebuah pembangunan. Banyaknya penduduk mempengaruhi konsumsi
dan produksi, sehingga intensitas keluar masuknya barang dan jasa di suatu wilayah
merupakan suatu indikasi terhadap aktivitas ekonomi di dalamnya. Penduduk sebagai
suplayer tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi. Menurut Cris Manning (1983)
analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitik beratkan pada
alokasi angkatan kerja menurut sector, tren perpindahan, (terutama dari sector
pertanian ke sector lain) dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya.
Alokasi pekerja dari sector pertanian ke sector
industry merupakan inti dari teori “kelebihan pekerja” yang dikembangklan oleh
Lewis dan “teori ekonomi dualistis” yang mengaitkan penyerapan pekerja di sektor
industri dengan dengan titik balik (turning point) dalam pembangunan ekonomi.

Metode Penelitian
Mempertimbangkan data penelitian yang digunakan, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu dengan menelaah mengenai esensi,
mencari makna dibalik frekuensi dan variasi.
Metode Pengumpulan Data
1) Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan sebuah data yang diperoleh dari hasil-hasil studi atau yang diterbitkan
oleh instansi lain periode tahun 2005 – 2010, atau data yang telah tersedia
berdasarkan pengolahan ataupun hasil penelitian sebelumnya.
Adapun data tersebut adalah :
a. Peta ketersediaan pusat-pusat kegiatan di Kota Masserempulu (Tana
Toraja, Toraja Utara dan Enrekang)

b. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Sulawesi


Selatan 2015-2020
c. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Wilayah
Masserempulu (Tana Toraja, Toraja Utara dan Enrekang) 2015-2020.
d. Jumlah penduduk dan tenaga kerja Sulawesi Selatan tahun 2015-2020

e. Jumlah penduduk dan tenaga kerja Wilayah Masserempulu (Tana


Toraja, Toraja Utara dan Enrekang) tahun 2015-2020.

2) Sumber Data
Sumber data di dapat dari instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta,
antara lain:
a. Badan pusat statistik Kota Surakarta

b. Badan Perencanaan Daerah Masserempulu (Tana Toraja, Toraja Utara


dan Enrekang)

c. Instansi terkait penelitian

d. Jurnal dan literatur.

Analisis Sektor Potensial/ sektor Basis


Sektor potensial merupakan suatu sektor yang perlu dikembangkan pada
suatu daerah dan sebagai penyumbang pendapatan paling besar.
Penghitungannya digunakan metode Location Quotion (LQ) dengan rumus
sebagai berikut:

Dimana:
LQ : Location Quotion sektor ekonomi di Surakarta yi :
Pendapatan dari sektor ekonomi di Surakarta yt : Pendapatan
total dari Surakarta
Yi : Pendapatan dari sektor ekonomi di Jawa Tengah
Yi : Pendapatan total dari Jawa Tengah
Jika LQ > 1, disebut SEKOR BASIS, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya
lebih tinggi dari pada tingkat wilayah yang lebih luas, berarti
sektor/ sub sektor menjadi unggulan.
Jika LQ < 1, disebut SEKTOR NON BASIS, yaitu sector yang tingkatan
spesialisasinya lebih rendah dari pada tingkat wilayah yang lebih
luas, berarti sektor/ sub sektor unggulan dan kurang potensial
Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi kawasan perencanaan sama dengan wilayah
yang lebih luas, berarti sektor/ subsektor tertentu di Kabupaten
sama dengan sektor/ sub sektor ditingkat Provinsi.
Batasan Operasional
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat
yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang
terjadi di wilayah tersebut (Tarigan, 2004)
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri baru,
pembangunan industri-industri alternatif, dimana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah
dengan sektor swasta (Arsyad 2010)
PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir (semua nilai
tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (satu tahun)).
PDRB dapat dihitung dengan 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pengeluaran, pendekatan pendapatan. (Santosa dan Retno 2005)
Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input yang
diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal). Permintaan
terhadap produksi sektor lokal hanya dapat mengikat bila pendapatan lokal
meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis
meningkat. (Glasson, dalam Sri Purwaningsih 2014).
Dalam pembangunan ekonomi, penduduk merupakan indikator penting dalam
keberhasilan sebuah pembangunan. Banyaknya penduduk mempengaruhi konsumsi
dan produksi, sehingga intensitas keluar masuknya barang dan jasa di suatu wilayah
merupakan suatu indikasi terhadap aktivitas ekonomi di dalamnya (Raswita dan Made
Suyana, 2013).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE SEKTOR POTENSIAL
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price South Sulawesi
Province in 2016-2020 (Billions Rupiah)

Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 58.351,27 61.597,20 64.844,02 66.658,84 66.139,90
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 15.996,26 16.604,14 16.788,76 17.237,90 17.330,64
3. Industri Pengolahan 38.473,77 40.407,19 40.788,01 44.832,07 42.781,92
4. Pengadaan Listrik dan Gas 256,98 272,65 292,44 310,62 318,67
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 319,33 344,53 363,43 369,70 394,15
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 32.070,16 34.873,99 37.854,20 41.232,63 41.875,48
7. Perdagangan Besar dan Eceran; 38.257,38 42.245,01 47.132,15 51.442,42 49.799,33
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 9.851,28 10.675,51 11.777,68 11.982,70 9.410,66
9. Penyediaan Akomodasi dan 3.655,58 4.091,98 4.612,02 4.895,97 4.236,64
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 16.989,31 18.776,94 21.028,66 23.339,17 25.869,89
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 9.842,96 10.275,00 10.754,89 11.186,15 11.457,58
12. Real Estat 9.783,67 10.222,29 10.695,90 11.276,11 11.703,74
13. Jasa Perusahaan 1.142,99 1.239,45 1.363,67 1.507,22 1.355,80
14. Administrasi Pemerintahan. 11.337,29 11.926,34 13.114,34 14.423,36 14.416,91
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 14.295,97 15.685,09 17.217,12 18.410,59 19.465,08
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 5.254,63 5.717,08 6.208,38 6.708,17 7.382,80
Sosial
17. Jasa Lainnya 3.522,50 3.859,79 4.366,71 4.791,50 4.215,38
PDRB 269.401,33 288.814,1 309.202,38 330.605,1 328.154,57
8 2

Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di daerah Sulawesi Selatan yaitu:
1. Sektor Industri Pertanian Kehutanan dan Perikanan
2. Sektor Industri Pengolahan
3. Sektor Konstruksi

Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Tana Toraja Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Tana Toraja Regency
in 2016-2020 (Billions Rupiah)

Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 941,59 998,56 1.052,66 1.049,56 1.039,75
2. Pertambangan dan Penggalian 47,92 51,93 55,46 59,84 58,78
3. Industri Pengolahan 259,58 285,57 296,28 343,52 327,73
4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,65 7,02 7,62 8,18 8,58
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 4,36 4,72 5,10 5,38 5,75
Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 427,39 463,20 491,65 539,02 521,49
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 682,14 742,37 815,53 889,16 870,28
Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 84,21 90,81 100,05 111,03 100,01
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 51,69 57,16 63,24 68,40 62,35
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 195,54 213,68 231,52 256,81 286,88
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 103,79 107,37 115,53 121,62 123,45
12. Real Estat 171,94 180,99 188,97 203,89 221,89
13. Jasa Perusahaan 3,25 3,48 3,74 3,96 3,78
14. Administrasi Pemerintahan. Pertahanan 316,04 332,10 383,57 415,42 412,83
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 198,21 213,92 233,65 254,62 268,87
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 99,05 107,05 116,74 127,97 141,09
17. Jasa Lainnya 73,15 80,59 89,95 99,76 91,77
PDRB 3.666,50 3.940,52 4.251,26 4.558,14 4.545,28

Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan


2. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3. Administrasi pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Toraja Utara
Regency in 2016-2020 (Billions Rupiah)

Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 746,29 767,94 781,89 794,32 785,75
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 35,91 43,31 50,81 61,05 60,71
3. Industri Pengolahan 268,99 301,81 335,93 368,6 355,83
4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,23 6,59 7,00 7,85 8,21
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 6,18 6,48 6,87 7,2 8,14
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 608,83 645,98 687,58 740,16 738,86
7. Perdagangan Besar dan 929,35 1.048,10 1.136,70 1.237,75 1.235,11
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 177,5 197,88 216,17 242,61 217,64
9. Penyediaan Akomodasi dan 94,25 112,17 128,28 144,57 138,67
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 212,22 237,26 265,53 293,39 328,58
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 149,46 157,48 168,47 181,51 191,42
12. Real Estat 200,07 207,86 217,77 230,97 237,24
13. Jasa Perusahaan 2,88 3,03 3,36 3,60 3,35
14. Administrasi Pemerintahan. 204,05 215,22 257,26 287,9 286,80
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 290,62 305,07 325,56 338,39 350,00
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 96,06 103,82 119,31 125,83 133,16
Sosial
17. Jasa Lainnya 56,83 61,67 70,04 74,3 69,10
PDRB 4.085,69 4.421,68 4.778,53 5.140,01 5.148,57

Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2. Konstruksi
3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Enrekang Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Enrekang Regency in
2016-2020 (Billions Rupiah)

Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.605,28 1.698,23 1.642,78 1.726,32 1.729,39
2. Pertambangan dan Penggalian 127,88 138,32 151,50 152,12 154,60
3. Industri Pengolahan 279,38 300,02 320,54 374,00 365,27
4. Pengadaan Listrik dan Gas 5,82 6,16 6,56 6,83 7,25
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 4,14 4,45 4,91 5,08 5,53
Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 546,55 590,71 637,41 665,20 677,35
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 409,38 442,73 471,53 487,24 493,12
Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 38,36 41,66 47,09 48,57 45,78
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 30,36 33,28 36,55 39,69 38,54
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 172,61 188,28 206,99 215,77 240,03
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 108,77 112,57 119,18 122,83 123,85
12. Real Estat 108,87 116,92 122,99 129,66 136,52
13. Jasa Perusahaan 1,00 1,08 1,20 1,32 1,30
14. Administrasi Pemerintahan. Pertahanan 285,69 302,83 325,15 337,42 337,83
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 79,12 84,55 91,94 98,20 103,44
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 77,21 83,53 91,87 99,08 106,56
17. Jasa Lainnya 19,18 21,09 23,86 26,23 25,86
PDRB 3.899,60 4.166,41 4.302,05 4.535,56 4.592,22

Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan


2. Konstruksi
3. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE LQ


Tabel Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Tana Toraja Tahun 2016-
2020
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 1,19 1,19 1,10 1,13 1,13
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 0,22 0,23 0,24 0,25 0,24
3. Industri Pengolahan 0,50 0,52 0,57 0,53 0,55
4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,90 1,89 1,90 2,01 1,94
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 1,00 1,00 1,00 1,13 1,05
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 0,98 0,97 0,97 0,92 0,90
7. Perdagangan Besar dan 1,31 1,29 1,28 1,23 1,26
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 0,63 0,62 0,64 0,61 0,77
9. Penyediaan Akomodasi dan 1,04 1,02 1,01 0,92 1,06
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 0,85 0,83 0,83 0,89 0,80
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,77 0,77 0,77 0,80 0,78
12. Real Estat 1,29 1,30 1,29 1,43 1,37
13. Jasa Perusahaan 0,21 0,21 0,20 0,18 0,20
14. Administrasi Pemerintahan. 2,05 2,03 2,15 2,08 2,07
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 1,02 1,00 1,00 1,06 1,00
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,39 1,37 1,40 1,53 1,38
Sosial
17. Jasa Lainnya 1,53 1,53 1,55 1,39 1,57
PDRB 17,86 17,78 17,89 18,11 18,09

Sektor Basis (LQ>1) :

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


- Pengadaan Listrik dan Gas
- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
- Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
- Real Estat
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
- Jasa Pendidikan
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
- Jasa lainnya
Tabel Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016-
2020
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 0,84 0,81 0,78 0,77 0,76
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 0,15 0,17 0,20 0,23 0,22
3. Industri Pengolahan 0,46 0,49 0,53 0,53 0,53
4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,60 1,58 1,55 1,63 1,64
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 1,28 1,23 1,22 1,25 1,32
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 1,25 1,21 1,18 1,15 1,12
7. Perdagangan Besar dan Eceran; 1,60 1,62 1,56 1,55 1,58
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 1,19 1,21 1,19 1,30 1,47
9. Penyediaan Akomodasi dan 1,70 1,79 1,80 1,90 2,09
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 0,82 0,83 0,82 0,81 0,81
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,00 1,00 1,01 1,04 1,06
12. Real Estat 1,35 1,33 1,32 1,32 1,29
13. Jasa Perusahaan 0,17 0,16 0,16 0,15 0,16
14. Administrasi Pemerintahan. 1,19 1,18 1,27 1,28 1,27
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 1,34 1,27 1,22 1,18 1,15
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,21 1,19 1,24 1,21 1,15
Sosial
17. Jasa Lainnya 1,06 1,04 1,04 1,00 1,04
PDRB 18,20 18,10 18,09 18,30 18,67

Dari Data di atas kita ketahui bahwa tahun 2015 – 2020 :

LQ > 1, Ada Sebelas Sektor Yaitu:

 Sektor Industri Pengadaan Listrik dan Gas


 Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
 Sektor Konstruksi
 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.
 Sektor Transportasi dan Pergudangan
 Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
 Sektor Real Estat
 Sektor Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
 Sektor Jasa Pendidikan
 Sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan sektor Jasa Lainnya.
LQ < 1, Ada Enam Sektor Yaitu :

 Sektor Industri Pertanian, Kehutanan, Perikanan


 Sektor Industri Pertambangan dan Penggalian
 Sektor Industri Pengolahan
 Sektor Industri Informasi dan Komunikasi
 Sektor Industri Jasa Keuangan dan Asuransi
 Sektor Industri Jasa Perusahaan
Sektor-sektor ini disebut sektor non-basis (non-base sector) atau sektor non-komoditas.

Catatan lain tentang nilai LQ untuk tahun 2015 adalah sektor yang akan menjadi
mandiri adalah Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai LQ = 0,99 dan pada tahun 2020
sektor ini menjadi mandiri dengan nilai LQ = 1,06. Sektor yang paling kecil adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian dengan LQ= 0,13.

Tabel Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Enrekang Tahun 2016-
2020
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 1,90 1,91 1,82 1,89 1,87
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,58 0,65 0,64 0,64
3. Industri Pengolahan 0,50 0,51 0,56 0,61 0,61
4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,56 1,57 1,61 1,60 1,63
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 0,90 0,90 0,97 1,00 1,00
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 1,18 1,17 1,21 1,18 1,16
7. Perdagangan Besar dan 0,74 0,73 0,72 0,69 0,71
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 0,27 0,27 0,29 0,30 0,35
9. Penyediaan Akomodasi dan 0,57 0,56 0,57 0,59 0,65
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 0,70 0,70 0,71 0,67 0,66
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,76 0,76 0,80 0,80 0,77
12. Real Estat 0,77 0,79 0,83 0,84 0,83
13. Jasa Perusahaan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07
14. Administrasi Pemerintahan. 1,74 1,75 1,78 1,70 1,67
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 0,38 0,37 0,38 0,39 0,38
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,02 1,01 1,06 1,08 1,03
Sosial
17. Jasa Lainnya 0,38 0,38 0,39 0,40 0,44
PDRB 13,98 14,03 14,42 14,44 14,47

Sektor Basis (LQ>1) :

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


- Pengadaan Listrik dan Gas
- Konstruksi
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Tabel Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Tana Toraja Tahun 2016-2020
PDRB Tana Toraja
Perubahan PDRB Komponen Pertumbuhan Net Shift
2016 2020
Yij Y'ij ΔY % PN % PP % PPW % PN+PP+PPW %
941,588 1,039,752 98,164 10.43 205349.28 21.81 -79667.69 (8.46) -27517.59 (2.92) 98,164 10.43
47,916 58,784 10,868 22.68 10449.92 21.81 -6452.85 (13.47) 6870.93 14.34 10,868 22.68
259,580 327,735 68,155 26.26 56611.35 21.81 -27544.54 (10.61) 39088.19 15.1 68,155 26.26
6,649 8,581 1,932 29.06 1450.07 21.81 146.07 2.20 335.86 5.05 1,932 29.06
4,356 5,749 1,393 31.98 949.99 21.81 70.63 1.62 372.38 8.55 1,393 31.98
427,393 521,489 94,096 22.02 93209.39 21.81 37464.27 8.77 -36577.66 (8.56) 94,096 22.02
682,136 870,283 188,147 27.58 148765.85 21.81 57029.21 8.36 -17648.05 (2.59) 188,147 27.58
84,211 100,009 15,798 18.76 18365.43 21.81 -22131.95 (26.28) 19564.52 23.23 15,798 18.76
51,688 62,352 10,664 20.63 11272.55 21.81 -3056.66 (5.91) 2448.11 4.74 10,664 20.63
195,536 286,875 91,339 46.71 42644.10 21.81 59565.64 30.46 -10870.75 (5.56) 91,339 46.71
103,791 123,451 19,660 18.94 22635.60 21.81 -5609.92 (5.41) 2634.33 2.54 19,660 18.94
171,939 221,895 49,956 29.05 37497.88 21.81 -3754.41 (2.18) 16212.54 9.43 49,956 29.05
3,251 3,782 531 16.33 709.00 21.81 -103.71 (3.19) -74.29 (2.29) 531 16.33
316,040 412,832 96,792 30.63 68924.61 21.81 16923.34 5.35 10944.05 3.46 96,792 30.63
198,209 268,866 70,657 35.65 43227.05 21.81 28440.98 14.35 -1011.04 (0.51) 70,657 35.65
99,046 141,086 42,040 42.44 21600.77 21.81 18513.71 18.69 1925.52 1.94 42,040 42.44
73,151 91,769 18,618 25.45 15953.37 21.81 -1564.48 (2.14) 4229.11 5.78 18,618 25.45

  PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
  LAMBAT
  DAYA SAING KUAT
  DAYA SAING LEMAH
Tabel Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016-2020
PDRB Toraja Utara
Perubahan PDRB Komponen Pertumbuhan Net Shift
2016 2020
Yij Y'ij ΔY % PN % PP % PPW % PN+PP+PPW %
746287.03 785751.85 39,465 5.29 162756.43 21.81 -63143.29 (8.46) -60148.33 (8.06) 39,465 5.29
35905.98 60713.15 24,807 69.09 7830.67 21.81 -4835.46 (13.47) 21811.96 60.75 24,807 69.09
268987.14 355829.15 86,842 32.28 58662.93 21.81 -28542.75 (10.61) 56721.83 21.1 86,842 32.28
6233.17 8207.85 1,975 31.68 1359.38 21.81 136.94 2.20 478.36 7.67 1,975 31.68
6180.06 8138.21 1,958 31.68 1347.80 21.81 100.21 1.62 510.14 8.25 1,958 31.68
608825.84 738861.56 130,036 21.36 132777.76 21.81 53368.24 8.77 -56110.29 (9.22) 130,036 21.36
929348.54 1235114.33 305,766 32.90 202680.00 21.81 77697.13 8.36 25388.66 2.73 305,766 32.90
177495.72 217637.45 40,142 22.62 38709.73 21.81 -46648.61 (26.28) 48080.61 27.09 40,142 22.62
94249.29 138665.79 44,417 47.13 20554.66 21.81 -5573.59 (5.91) 29435.43 31.23 44,417 47.13
212219.6 328582.24 116,363 54.83 46282.60 21.81 64647.93 30.46 5432.11 2.56 116,363 54.83
149460.37 191416.23 41,956 28.07 32595.55 21.81 -8078.36 (5.41) 17438.67 11.67 41,956 28.07
200065.25 237235.32 37,170 18.58 43631.88 21.81 -4368.57 (2.18) -2093.24 (1.05) 37,170 18.58
2876.57 3347.76 471 16.38 627.35 21.81 -91.77 (3.19) -64.39 (2.24) 471 16.38
204045.61 286798.22 82,753 40.56 44499.95 21.81 10926.25 5.35 27326.41 13.39 82,753 40.56
290624.86 349995.43 59,371 20.43 63381.87 21.81 41701.72 14.35 -45713.02 (15.73) 59,371 20.43
96056.86 133160.92 37,104 38.63 20948.87 21.81 17954.98 18.69 -1799.79 (1.87) 37,104 38.63
56826.01 69099.24 12,273 21.60 12393.09 21.81 -1215.34 (2.14) 1095.49 1.93 12,273 21.60

  PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
  LAMBAT
  DAYA SAING KUAT
  DAYA SAING LEMAH
Tabel Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Enrekang Tahun 2016-2020
PDRB Enrekang
Perubahan PDRB Komponen Pertumbuhan Net Shift
2016 2020
Yij Y'ij ΔY % PN % PP % PPW % PN+PP+PPW %
1605.28 1729.39 124 7.73 350.09 21.81 -135.82 (8.46) -90.16 (5.62) 124 7.73
127.88 154.6 27 20.89 27.89 21.81 -17.22 (13.47) 16.05 12.55 27 20.89
279.38 365.27 86 30.74 60.93 21.81 -29.65 (10.61) 54.61 19.5 86 30.74
5.28 7.25 2 37.31 1.15 21.81 0.12 2.20 0.70 13.30 2 37.31
4.14 5.53 1 33.57 0.90 21.81 0.07 1.62 0.42 10.14 1 33.57
546.55 677.35 131 23.93 119.20 21.81 47.91 8.77 -36.31 (6.64) 131 23.93
409.38 493.12 84 20.46 89.28 21.81 34.23 8.36 -39.77 (9.71) 84 20.46
38.36 45.78 7 19.34 8.37 21.81 -10.08 (26.28) 9.14 23.82 7 19.34
30.36 38.54 8 26.94 6.62 21.81 -1.80 (5.91) 3.35 11.05 8 26.94
172.61 240.03 67 39.06 37.64 21.81 52.58 30.46 -22.81 (13.21) 67 39.06
108.77 123.85 15 13.86 23.72 21.81 -5.88 (5.41) -2.76 (2.54) 15 13.86
108.87 136.52 28 25.40 23.74 21.81 -2.38 (2.18) 6.28 5.77 28 25.40
1.00 1.3 0 30.00 0.22 21.81 -0.03 (3.19) 0.11 11.38 0 30.00
285.69 337.83 52 18.25 62.31 21.81 15.30 5.35 -25.46 (8.91) 52 18.25
79.12 103.44 24 30.74 17.26 21.81 11.35 14.35 -4.29 (5.42) 24 30.74
77.21 106.56 29 38.01 16.84 21.81 14.43 18.69 -1.92 (2.49) 29 38.01
19.18 25.86 7 34.83 4.18 21.81 -0.41 (2.14) 2.91 15.16 7 34.83

  PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
  LAMBAT
  DAYA SAING KUAT
  DAYA SAING LEMAH
Jadi dari ketiga hasil perhitungan LQ di atas dapat disimpulkan bahwa Sektor-Sektor
Produktif yang memberikan dampak besar dalam perekonomian wilayah Masserempulu.
Berdasarkan hasil kajian dengan analisis LQ dan analisis Shift Sshare maka dapat diketahui
sektor-sektor yang memiliki produktifitas yang tinggi dalam perekonomian wilayah
Masserempulu. Kriteria yang dipakai untuk menentukan sektor yang produtif atau unggul
adalah merupakan sektor basis, memiliki nilai pergeseran proporsional (Proportional Shift)
yang positif serta memiliki nilai pergeseran diferensial (Differensial Shift) yang poisitif.
Sektor-sektor tersebut adalah:
a. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
b. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
c. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Ketiga sektor ini memiliki keunggulan sektoral yang bersifat basis, mempunyai
pertumbuhan sektoral yang lebih cepat serta memiliki daya saing yang lebih kuat
dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan
maupun perekonomian wilayah Masserempulu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sektor-sektor yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Masserempulu terdiri atas 11
sektor yakni Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Sektor real estate, Sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Sektor Jasa Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, Sektor Jasa lainnya.
Sektor-sektor yang memiliki perekembangan yang produktif dan memiliki dampak
yang besar dalam perekonomian wilayah Masserempulu adalah Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Saran dan masukkan yang dapat berikan melalui penelitian ini, adalah untuk
pemerintah wilayah Masserempulu kiranya dapat memperhatikan potensi sektoral yang ada
dalam perekonomian daerah dimana sektorsektor basis dan memiliki pertumbuhan cepat serta
daya saing yang kuat harus menjadi prioritas dalam pembangunan, supaya sektor-sektor
tersebut dapat semakin bertumbuhan jauh lebih baik dan dilirik oleh investor asing maupun
domsestik untuk menanamkan modal mereka dalam investasi di wilayah Masserempulu.
Untuk sektor-sektor yang potensial dalam perkembangannya diharapkan juga dapat
diperhatikan pembangunan dan pengembangan sektoral terutama potensi-potensi alam yang
belum terkelola dengan baik dan maksimal.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Toraja Periode 2016 – 2020


Laju Pertumbuhan PDRB
Lapangan Usaha PDRB 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata PDRB
A. PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 6.88 6.05 5.42 -0.29 -0.93 3.42
B. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5.98 8.37 6.80 7.89 -1.76 5.45
C. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.01 10.01 3.75 15.95 -4.60 7.22
D. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 24.01 5.64 8.46 7.44 4.84 10.07
E. PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, 3.93 8.40 7.96 5.59 6.79 6.53
F. KONSTRUKSI 9.26 8.38 6.14 9.63 -3.25 6.03
G. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPAR10.37 8.83 9.85 9.03 -2.12 7.19
H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 5.78 7.83 10.17 10.98 -9.93 4.96
I. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINU7.79 10.59 10.64 8.15 -8.84 5.66
J. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 9.19 9.28 8.35 10.92 11.71 9.89
K. JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 14.35 3.45 7.60 5.27 1.50 6.43
L. REAL ESTATE 8.96 5.26 4.41 7.90 8.83 7.07
M,N. JASA PERUSAHAAN 5.98 7.08 7.39 5.80 -4.36 4.37
O. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANA-5.75 5.08 15.50 8.30 -0.62 4.50
P. JASA PENDIDIKAN 6.50 7.93 9.22 8.97 5.60 7.64
Q. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 8.83 8.08 9.05 9.62 10.25 9.16
R,S,T,U. JASA LAINNYA 7.91 10.17 11.61 10.91 -8.01 6.51
PDRB 7.29 7.47 7.89 7.22 -0.28 5.91

Laju Pertumbuhan PDRB


2016 2017 2018 2019 2020 Rata-
Rata
PDRB
A. Pertanian, Kehutanan, dan 4.07 2.90 1.82 1.59 -1.08 1,86
Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian 20.22 20.63 17.32 20.1 -0.55 15,55
5
C. Industri Pengolahan 11.22 12.20 11.31 9.73 -3.47 8,12
D. Pengadaan Listrik dan Gas 11.41 5.71 6.23 12.1 4.58 8,01
3
E. Pengadaan Air, Pengelolaan 2.36 4.86 6.05 4.79 13.00 6,21
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 6.23 6.10 6.44 7.65 -0.18 5,24
G. Perdagangan Besar dan Eceran; 12.58 12.78 8.45 8.89 -0.21 8,50
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 9.42 11.49
12.2 - 9.24 6,42
3 10.29
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan 12.20 19.02 14.36 12.7 -4.09 10,84
Minum 0
J. Informasi dan Komunikasi 11.40 11.80 11.92 10.4 12.00 11,52
9
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 15.97 5.37 6.97 7.74 5.46 8,30
L. Real Estate 5.24 3.90 4.76 6.06 2.71 4,53
M, N. Jasa Perusahaan 6.89 5.25 10.92 7.27 -7.07 4,65
O. Administrasi Pemerintahan, -2.94 5.48 19.53 11.9 -0.38 6,72
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1
P. Jasa Pendidikan 6.97 4.97 6.72 3.94 3.43 5,21
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.63 8.08 14.92 5.46 5.83 8,58
R, S, T, U. Jasa lainnya 3.34 8.52 13.57 6.09 -7.01 4,90
PDRB 8.01 8.22 8.07 7.56 0.17 7,36
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Toraja Utara Periode 2016 – 2020
Laju Pertumbuhan PDRB

Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata PDRB


Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7.92 5.79 -3.26 5.08 0.18 3.14
Pertambangan dan Penggalian 10.61 8.16 9.53 0.41 1.64 6.07
Industri Pengolahan 7.42 7.39 6.84 16.68 -2.34 7.19
Pengadaan Listrik, Gas 9.66 5.92 6.44 4.15 6.15 6.46
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 7.89 7.54 10.51 3.26 8.92 7.62
Konstruksi 7.39 8.08 7.91 4.36 1.83 5.01
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan10.65 8.14 6.51 3.33 1.21 5.96
Transportasi dan Pergudangan 9.82 8.61 13.04 3.14 -5.73 5.77
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.20 9.63 9.83 8.57 -2.90 6.46
Informasi dan Komunikasi 10.61 9.08 9.94 4.24 11.24 9.02
Jasa Keuangan 13.43 3.49 5.87 3.06 0.83 5.33
Real Estate 6.75 7.39 5.19 5.42 5.29 6.01
Jasa Perusahaan 3.40 8.44 10.30 10.30 -1.32 6.22
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sos-0.68 6.00 7.37 3.77 0.12 3.31
Jasa Pendidikan 6.74 6.87 8.73 6.81 5.34 6.89
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.78 8.18 9.99 7.84 7.55 7.86
Jasa Lainnya 0.29 9.96 13.12 9.95 -1.41 6.38
PDRB 7.63 6.84 3.26 5.43 1.25 4.88
Data di atas merupakan identifikasi pertumbuhan sektor basis dan Penyerapan Tenaga
Kerja. Pertumbuhan sektor basis semestinya berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja
pada suatu daerah, kecenderungan ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan kebijakan daerah yang dituangkan dalam program dan kegiatan
pembangunan.

Tabel diatas menginformasikan, secara kumulatif (2016 –2020) ekonomi wilayah


Masserempulu rata-rata 6,05 persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 sebesar
0.38 persen dan tertinggi pada tahun 2016 sebesar 7,51. Naik turunnya pertumbuhan ini
sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan dari masing-masing sektor
ekonomi.

Terdapat empat sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi rata-rata di atas 10
persen, yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian (15,55 persen), Sektor Informasi dan
Komunikasi (11,52 persen), kemudian diikuti dengan Sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum bangunan (10,84 persen) dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas (10,07
persen).

Sementara tiga belas sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan rata-rata relatif rendah
di bawah 10 persen, meliputi sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (8,53 persen), sektor
industri pengolahan (7,51 persen), perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor (7,21 persen), sektor pengadaan air, pengelolaan sampah limbah dan Daur Ulang (6,78
persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (6,68 persen) dan sektor jasa pendidikan (6,58
persen) sektor jasa lainnya (5,93 persen), Real Estat (5,87 persen), sektor transportasi dan
pergudangan (5,71 persen), sektor konstruksi (5,42 persen), sektor jasa perusahaan (5,08
persen), sektor administrasi pemerintahan. Pertahanan dan jaminan sosial wajib dan
pengolahan (4,85 persen) dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (2,81 persen).

Sebagai sektor basis, laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian relatif lambat
dibanding sektor lain, yaitu hanya rata-rata sebesar 2,81 persen. merupakan sektor dengan
laju pertumbuhan paling kecil di wilayah Masserempulu, karena hanya disumbang dari
perkembangan sub-sektor industri non migas yang secara kumulatif percepatan
pertumbuhannya juga lamban. Sementara sektor administrasi pemerintahan, Pertahanan dan
jaminan sosial wajib sebagai sektor basis kedua, dengan laju pertumbuhan hanya rata-rata
4,85% per tahun.
Sekalipun laju pertumbuhannya relatif kecil di bawah 10 persen, namun relatif cepat
bila dibandingkan dengan tiga sektor basis lainnya, yaitu 8,42 persen. Sementara sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi di antara
tiga sektor basis lain, yaitu rata-rata sebesar 15,55 persen. Pertumbuhan sektor pertambangan
dan penggalian lebih dominan disumbang dari sub sektor pertambangan umum. Idealnya
besaran nilai tambah dan kontribusi masing-masing sektor dalam perekonomian suatu daerah
berimplikasi dengan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor tersebut. Menurut Arsyad
(1999), pembangunan ekonomi suatu daerah mestinya akan merangsang kesempatan kerja.
Atau sebaliknya, kemajuan penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor akan berimplikasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik ini tentunya secara normal bisa
terjadi demikian. Namun logika ini perlu dibuktikan dalam suatu analisis, apakah benar
perkembangan ekonomi sektor berjalan sejajar dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor
tersebut. Apakah pertumbuhan sektor basis di wilayah Masserempulu berkorelasi dengan
penyerapan tenaga kerja pada sektor basis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai