Oleh :
Merupakan nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun)
2) Pendekatan pengeluaran
Merupakan balas jasa yang digunakan oleh factor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.
Menurut Santosa dan Ratna dalam penelitiannya, PDRB merupakan
penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir (semua nilai tambah yang dihasilkan
oleh daerah dalam periode waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi sebelum
tahun 1993 dikelompokkan dalam 11 lapangan usaha, sesudah tahun 1993
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha, yaitu: pertanian, pertambangan dan
galian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan kontruksi,
peerdagangan, rumah makan dan jasa, akomodasi, angkutan dan komunikasi,
lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan, jasa-jasa.
Sektor Potensial
Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah
yag mungkin dan layak dikembangkan, sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber penghidupan rakyat setempat, bahkan dapat menolong perekonomian daerah
secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan
(Soeparmoko, 2002). Menurut Glasson 1990:63-64 dalam Sri Purwaningsih 2014,
konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu :
a. Sektor – sektor basis adalah sektor – sektor yang mengekspor barang-barang
dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
b. Sektor-sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang
yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan.
Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input yang
diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (local). Permintaan
terhadap produksi sektor local hanya dapat mengikat bila pendapatan lokal
meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis
meningkat. Oleh karena itu, teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor
penentu dalam pembangunan ekonomi.
Menurut Arsyad (2010), terdapat beberapa ukuran pertumbuhan ekonomi yang
pada dasarnya dapat menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan
lingkungan sekitarnya sebagai sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi
daerah bersangkutan, yaitu: 1) Location Quotients (LQ), 2) Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), 3) Overlay.
Metode yang sering digunakan sebagai indikasi sektor unggulan adalah
metode LQ (Location Quotien), yang merupakan perbandingan relative antara
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam satu wilayah. LQ
juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada subtitusi impor yang
potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Hal ini akan memberikan
suatu gambaran tentang industri mana yang terejonsentrasi dan industri mana yang
tersebar.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat pada kira-kira 60009000 tahun
yang lampau, ketika teknik bertani sudah dikenal dan mulai menyebar di beberapa
bagian dunia. Kondisi ini memungkinkan untuk meningkatkan produksi pangan,
yang berarti meningkatkan kemakmuran manusia. Arus suplai bahan pangan semakin
lancer dari daerah-daerah pertanian ke pusat-pusat permukiman penduduk.
Menurut Bogue (dalam Mantra 2011) membedakan tingkat pertumbuhan
penduduk antara Negara-negara industri dengan Negaranegara sedang berkembang
(non Industri). Suasana di Negara-negara yang sedang berkembang dewasa ini sangat
berbeda. Penggunaan alat-alat kontrasepsi oleh penduduk lebih mantap, dan
pemerintah menaruh perhatian yang serius terhadap masalah penduduk di negaranya.
Dalam pembangunan ekonomi, penduduk merupakan indicator penting dalam
keberhasilan sebuah pembangunan. Banyaknya penduduk mempengaruhi konsumsi
dan produksi, sehingga intensitas keluar masuknya barang dan jasa di suatu wilayah
merupakan suatu indikasi terhadap aktivitas ekonomi di dalamnya. Penduduk sebagai
suplayer tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi. Menurut Cris Manning (1983)
analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitik beratkan pada
alokasi angkatan kerja menurut sector, tren perpindahan, (terutama dari sector
pertanian ke sector lain) dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya.
Alokasi pekerja dari sector pertanian ke sector
industry merupakan inti dari teori “kelebihan pekerja” yang dikembangklan oleh
Lewis dan “teori ekonomi dualistis” yang mengaitkan penyerapan pekerja di sektor
industri dengan dengan titik balik (turning point) dalam pembangunan ekonomi.
Metode Penelitian
Mempertimbangkan data penelitian yang digunakan, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu dengan menelaah mengenai esensi,
mencari makna dibalik frekuensi dan variasi.
Metode Pengumpulan Data
1) Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan sebuah data yang diperoleh dari hasil-hasil studi atau yang diterbitkan
oleh instansi lain periode tahun 2005 – 2010, atau data yang telah tersedia
berdasarkan pengolahan ataupun hasil penelitian sebelumnya.
Adapun data tersebut adalah :
a. Peta ketersediaan pusat-pusat kegiatan di Kota Masserempulu (Tana
Toraja, Toraja Utara dan Enrekang)
2) Sumber Data
Sumber data di dapat dari instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta,
antara lain:
a. Badan pusat statistik Kota Surakarta
Dimana:
LQ : Location Quotion sektor ekonomi di Surakarta yi :
Pendapatan dari sektor ekonomi di Surakarta yt : Pendapatan
total dari Surakarta
Yi : Pendapatan dari sektor ekonomi di Jawa Tengah
Yi : Pendapatan total dari Jawa Tengah
Jika LQ > 1, disebut SEKOR BASIS, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya
lebih tinggi dari pada tingkat wilayah yang lebih luas, berarti
sektor/ sub sektor menjadi unggulan.
Jika LQ < 1, disebut SEKTOR NON BASIS, yaitu sector yang tingkatan
spesialisasinya lebih rendah dari pada tingkat wilayah yang lebih
luas, berarti sektor/ sub sektor unggulan dan kurang potensial
Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi kawasan perencanaan sama dengan wilayah
yang lebih luas, berarti sektor/ subsektor tertentu di Kabupaten
sama dengan sektor/ sub sektor ditingkat Provinsi.
Batasan Operasional
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat
yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang
terjadi di wilayah tersebut (Tarigan, 2004)
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri baru,
pembangunan industri-industri alternatif, dimana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah
dengan sektor swasta (Arsyad 2010)
PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir (semua nilai
tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (satu tahun)).
PDRB dapat dihitung dengan 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pengeluaran, pendekatan pendapatan. (Santosa dan Retno 2005)
Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input yang
diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal). Permintaan
terhadap produksi sektor lokal hanya dapat mengikat bila pendapatan lokal
meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis
meningkat. (Glasson, dalam Sri Purwaningsih 2014).
Dalam pembangunan ekonomi, penduduk merupakan indikator penting dalam
keberhasilan sebuah pembangunan. Banyaknya penduduk mempengaruhi konsumsi
dan produksi, sehingga intensitas keluar masuknya barang dan jasa di suatu wilayah
merupakan suatu indikasi terhadap aktivitas ekonomi di dalamnya (Raswita dan Made
Suyana, 2013).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE SEKTOR POTENSIAL
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price South Sulawesi
Province in 2016-2020 (Billions Rupiah)
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 58.351,27 61.597,20 64.844,02 66.658,84 66.139,90
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 15.996,26 16.604,14 16.788,76 17.237,90 17.330,64
3. Industri Pengolahan 38.473,77 40.407,19 40.788,01 44.832,07 42.781,92
4. Pengadaan Listrik dan Gas 256,98 272,65 292,44 310,62 318,67
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 319,33 344,53 363,43 369,70 394,15
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 32.070,16 34.873,99 37.854,20 41.232,63 41.875,48
7. Perdagangan Besar dan Eceran; 38.257,38 42.245,01 47.132,15 51.442,42 49.799,33
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 9.851,28 10.675,51 11.777,68 11.982,70 9.410,66
9. Penyediaan Akomodasi dan 3.655,58 4.091,98 4.612,02 4.895,97 4.236,64
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 16.989,31 18.776,94 21.028,66 23.339,17 25.869,89
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 9.842,96 10.275,00 10.754,89 11.186,15 11.457,58
12. Real Estat 9.783,67 10.222,29 10.695,90 11.276,11 11.703,74
13. Jasa Perusahaan 1.142,99 1.239,45 1.363,67 1.507,22 1.355,80
14. Administrasi Pemerintahan. 11.337,29 11.926,34 13.114,34 14.423,36 14.416,91
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 14.295,97 15.685,09 17.217,12 18.410,59 19.465,08
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 5.254,63 5.717,08 6.208,38 6.708,17 7.382,80
Sosial
17. Jasa Lainnya 3.522,50 3.859,79 4.366,71 4.791,50 4.215,38
PDRB 269.401,33 288.814,1 309.202,38 330.605,1 328.154,57
8 2
Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di daerah Sulawesi Selatan yaitu:
1. Sektor Industri Pertanian Kehutanan dan Perikanan
2. Sektor Industri Pengolahan
3. Sektor Konstruksi
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Tana Toraja Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Tana Toraja Regency
in 2016-2020 (Billions Rupiah)
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 941,59 998,56 1.052,66 1.049,56 1.039,75
2. Pertambangan dan Penggalian 47,92 51,93 55,46 59,84 58,78
3. Industri Pengolahan 259,58 285,57 296,28 343,52 327,73
4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,65 7,02 7,62 8,18 8,58
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 4,36 4,72 5,10 5,38 5,75
Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 427,39 463,20 491,65 539,02 521,49
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 682,14 742,37 815,53 889,16 870,28
Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 84,21 90,81 100,05 111,03 100,01
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 51,69 57,16 63,24 68,40 62,35
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 195,54 213,68 231,52 256,81 286,88
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 103,79 107,37 115,53 121,62 123,45
12. Real Estat 171,94 180,99 188,97 203,89 221,89
13. Jasa Perusahaan 3,25 3,48 3,74 3,96 3,78
14. Administrasi Pemerintahan. Pertahanan 316,04 332,10 383,57 415,42 412,83
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 198,21 213,92 233,65 254,62 268,87
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 99,05 107,05 116,74 127,97 141,09
17. Jasa Lainnya 73,15 80,59 89,95 99,76 91,77
PDRB 3.666,50 3.940,52 4.251,26 4.558,14 4.545,28
Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Toraja Utara
Regency in 2016-2020 (Billions Rupiah)
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 746,29 767,94 781,89 794,32 785,75
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 35,91 43,31 50,81 61,05 60,71
3. Industri Pengolahan 268,99 301,81 335,93 368,6 355,83
4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,23 6,59 7,00 7,85 8,21
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 6,18 6,48 6,87 7,2 8,14
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 608,83 645,98 687,58 740,16 738,86
7. Perdagangan Besar dan 929,35 1.048,10 1.136,70 1.237,75 1.235,11
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 177,5 197,88 216,17 242,61 217,64
9. Penyediaan Akomodasi dan 94,25 112,17 128,28 144,57 138,67
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 212,22 237,26 265,53 293,39 328,58
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 149,46 157,48 168,47 181,51 191,42
12. Real Estat 200,07 207,86 217,77 230,97 237,24
13. Jasa Perusahaan 2,88 3,03 3,36 3,60 3,35
14. Administrasi Pemerintahan. 204,05 215,22 257,26 287,9 286,80
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 290,62 305,07 325,56 338,39 350,00
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 96,06 103,82 119,31 125,83 133,16
Sosial
17. Jasa Lainnya 56,83 61,67 70,04 74,3 69,10
PDRB 4.085,69 4.421,68 4.778,53 5.140,01 5.148,57
Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2. Konstruksi
3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Enrekang Tahun 2016-2020 (Miliar Rupiah)
Table Gross Domestic Regional Product by Industries in Constant Price Enrekang Regency in
2016-2020 (Billions Rupiah)
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.605,28 1.698,23 1.642,78 1.726,32 1.729,39
2. Pertambangan dan Penggalian 127,88 138,32 151,50 152,12 154,60
3. Industri Pengolahan 279,38 300,02 320,54 374,00 365,27
4. Pengadaan Listrik dan Gas 5,82 6,16 6,56 6,83 7,25
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 4,14 4,45 4,91 5,08 5,53
Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 546,55 590,71 637,41 665,20 677,35
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 409,38 442,73 471,53 487,24 493,12
Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 38,36 41,66 47,09 48,57 45,78
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 30,36 33,28 36,55 39,69 38,54
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 172,61 188,28 206,99 215,77 240,03
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 108,77 112,57 119,18 122,83 123,85
12. Real Estat 108,87 116,92 122,99 129,66 136,52
13. Jasa Perusahaan 1,00 1,08 1,20 1,32 1,30
14. Administrasi Pemerintahan. Pertahanan 285,69 302,83 325,15 337,42 337,83
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 79,12 84,55 91,94 98,20 103,44
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 77,21 83,53 91,87 99,08 106,56
17. Jasa Lainnya 19,18 21,09 23,86 26,23 25,86
PDRB 3.899,60 4.166,41 4.302,05 4.535,56 4.592,22
Data di atas merupakan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Toraja Utara tahun 2016-2020 (Miliar
Rupiah). Dari data di atas kita juga bisa melihat bahwa ada 3 sektor yang paling banyak
dimiliki di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
Catatan lain tentang nilai LQ untuk tahun 2015 adalah sektor yang akan menjadi
mandiri adalah Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai LQ = 0,99 dan pada tahun 2020
sektor ini menjadi mandiri dengan nilai LQ = 1,06. Sektor yang paling kecil adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian dengan LQ= 0,13.
Tabel Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Enrekang Tahun 2016-
2020
Kategori/Industry Tahun/Year
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pertanian, Kehutanan, dan 1,90 1,91 1,82 1,89 1,87
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,58 0,65 0,64 0,64
3. Industri Pengolahan 0,50 0,51 0,56 0,61 0,61
4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,56 1,57 1,61 1,60 1,63
5. Pengadaan Air, Pengelolaan 0,90 0,90 0,97 1,00 1,00
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 1,18 1,17 1,21 1,18 1,16
7. Perdagangan Besar dan 0,74 0,73 0,72 0,69 0,71
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 0,27 0,27 0,29 0,30 0,35
9. Penyediaan Akomodasi dan 0,57 0,56 0,57 0,59 0,65
Makan Minum
10. Informasi dan Komunikasi 0,70 0,70 0,71 0,67 0,66
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,76 0,76 0,80 0,80 0,77
12. Real Estat 0,77 0,79 0,83 0,84 0,83
13. Jasa Perusahaan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07
14. Administrasi Pemerintahan. 1,74 1,75 1,78 1,70 1,67
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 0,38 0,37 0,38 0,39 0,38
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,02 1,01 1,06 1,08 1,03
Sosial
17. Jasa Lainnya 0,38 0,38 0,39 0,40 0,44
PDRB 13,98 14,03 14,42 14,44 14,47
PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
LAMBAT
DAYA SAING KUAT
DAYA SAING LEMAH
Tabel Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016-2020
PDRB Toraja Utara
Perubahan PDRB Komponen Pertumbuhan Net Shift
2016 2020
Yij Y'ij ΔY % PN % PP % PPW % PN+PP+PPW %
746287.03 785751.85 39,465 5.29 162756.43 21.81 -63143.29 (8.46) -60148.33 (8.06) 39,465 5.29
35905.98 60713.15 24,807 69.09 7830.67 21.81 -4835.46 (13.47) 21811.96 60.75 24,807 69.09
268987.14 355829.15 86,842 32.28 58662.93 21.81 -28542.75 (10.61) 56721.83 21.1 86,842 32.28
6233.17 8207.85 1,975 31.68 1359.38 21.81 136.94 2.20 478.36 7.67 1,975 31.68
6180.06 8138.21 1,958 31.68 1347.80 21.81 100.21 1.62 510.14 8.25 1,958 31.68
608825.84 738861.56 130,036 21.36 132777.76 21.81 53368.24 8.77 -56110.29 (9.22) 130,036 21.36
929348.54 1235114.33 305,766 32.90 202680.00 21.81 77697.13 8.36 25388.66 2.73 305,766 32.90
177495.72 217637.45 40,142 22.62 38709.73 21.81 -46648.61 (26.28) 48080.61 27.09 40,142 22.62
94249.29 138665.79 44,417 47.13 20554.66 21.81 -5573.59 (5.91) 29435.43 31.23 44,417 47.13
212219.6 328582.24 116,363 54.83 46282.60 21.81 64647.93 30.46 5432.11 2.56 116,363 54.83
149460.37 191416.23 41,956 28.07 32595.55 21.81 -8078.36 (5.41) 17438.67 11.67 41,956 28.07
200065.25 237235.32 37,170 18.58 43631.88 21.81 -4368.57 (2.18) -2093.24 (1.05) 37,170 18.58
2876.57 3347.76 471 16.38 627.35 21.81 -91.77 (3.19) -64.39 (2.24) 471 16.38
204045.61 286798.22 82,753 40.56 44499.95 21.81 10926.25 5.35 27326.41 13.39 82,753 40.56
290624.86 349995.43 59,371 20.43 63381.87 21.81 41701.72 14.35 -45713.02 (15.73) 59,371 20.43
96056.86 133160.92 37,104 38.63 20948.87 21.81 17954.98 18.69 -1799.79 (1.87) 37,104 38.63
56826.01 69099.24 12,273 21.60 12393.09 21.81 -1215.34 (2.14) 1095.49 1.93 12,273 21.60
PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
LAMBAT
DAYA SAING KUAT
DAYA SAING LEMAH
Tabel Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Enrekang Tahun 2016-2020
PDRB Enrekang
Perubahan PDRB Komponen Pertumbuhan Net Shift
2016 2020
Yij Y'ij ΔY % PN % PP % PPW % PN+PP+PPW %
1605.28 1729.39 124 7.73 350.09 21.81 -135.82 (8.46) -90.16 (5.62) 124 7.73
127.88 154.6 27 20.89 27.89 21.81 -17.22 (13.47) 16.05 12.55 27 20.89
279.38 365.27 86 30.74 60.93 21.81 -29.65 (10.61) 54.61 19.5 86 30.74
5.28 7.25 2 37.31 1.15 21.81 0.12 2.20 0.70 13.30 2 37.31
4.14 5.53 1 33.57 0.90 21.81 0.07 1.62 0.42 10.14 1 33.57
546.55 677.35 131 23.93 119.20 21.81 47.91 8.77 -36.31 (6.64) 131 23.93
409.38 493.12 84 20.46 89.28 21.81 34.23 8.36 -39.77 (9.71) 84 20.46
38.36 45.78 7 19.34 8.37 21.81 -10.08 (26.28) 9.14 23.82 7 19.34
30.36 38.54 8 26.94 6.62 21.81 -1.80 (5.91) 3.35 11.05 8 26.94
172.61 240.03 67 39.06 37.64 21.81 52.58 30.46 -22.81 (13.21) 67 39.06
108.77 123.85 15 13.86 23.72 21.81 -5.88 (5.41) -2.76 (2.54) 15 13.86
108.87 136.52 28 25.40 23.74 21.81 -2.38 (2.18) 6.28 5.77 28 25.40
1.00 1.3 0 30.00 0.22 21.81 -0.03 (3.19) 0.11 11.38 0 30.00
285.69 337.83 52 18.25 62.31 21.81 15.30 5.35 -25.46 (8.91) 52 18.25
79.12 103.44 24 30.74 17.26 21.81 11.35 14.35 -4.29 (5.42) 24 30.74
77.21 106.56 29 38.01 16.84 21.81 14.43 18.69 -1.92 (2.49) 29 38.01
19.18 25.86 7 34.83 4.18 21.81 -0.41 (2.14) 2.91 15.16 7 34.83
PERTUMBUHAN CEPAT
PERTUMBUHAN
LAMBAT
DAYA SAING KUAT
DAYA SAING LEMAH
Jadi dari ketiga hasil perhitungan LQ di atas dapat disimpulkan bahwa Sektor-Sektor
Produktif yang memberikan dampak besar dalam perekonomian wilayah Masserempulu.
Berdasarkan hasil kajian dengan analisis LQ dan analisis Shift Sshare maka dapat diketahui
sektor-sektor yang memiliki produktifitas yang tinggi dalam perekonomian wilayah
Masserempulu. Kriteria yang dipakai untuk menentukan sektor yang produtif atau unggul
adalah merupakan sektor basis, memiliki nilai pergeseran proporsional (Proportional Shift)
yang positif serta memiliki nilai pergeseran diferensial (Differensial Shift) yang poisitif.
Sektor-sektor tersebut adalah:
a. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
b. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
c. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Ketiga sektor ini memiliki keunggulan sektoral yang bersifat basis, mempunyai
pertumbuhan sektoral yang lebih cepat serta memiliki daya saing yang lebih kuat
dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan
maupun perekonomian wilayah Masserempulu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sektor-sektor yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Masserempulu terdiri atas 11
sektor yakni Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Sektor real estate, Sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Sektor Jasa Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, Sektor Jasa lainnya.
Sektor-sektor yang memiliki perekembangan yang produktif dan memiliki dampak
yang besar dalam perekonomian wilayah Masserempulu adalah Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Saran dan masukkan yang dapat berikan melalui penelitian ini, adalah untuk
pemerintah wilayah Masserempulu kiranya dapat memperhatikan potensi sektoral yang ada
dalam perekonomian daerah dimana sektorsektor basis dan memiliki pertumbuhan cepat serta
daya saing yang kuat harus menjadi prioritas dalam pembangunan, supaya sektor-sektor
tersebut dapat semakin bertumbuhan jauh lebih baik dan dilirik oleh investor asing maupun
domsestik untuk menanamkan modal mereka dalam investasi di wilayah Masserempulu.
Untuk sektor-sektor yang potensial dalam perkembangannya diharapkan juga dapat
diperhatikan pembangunan dan pengembangan sektoral terutama potensi-potensi alam yang
belum terkelola dengan baik dan maksimal.
Terdapat empat sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi rata-rata di atas 10
persen, yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian (15,55 persen), Sektor Informasi dan
Komunikasi (11,52 persen), kemudian diikuti dengan Sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum bangunan (10,84 persen) dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas (10,07
persen).
Sementara tiga belas sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan rata-rata relatif rendah
di bawah 10 persen, meliputi sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (8,53 persen), sektor
industri pengolahan (7,51 persen), perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor (7,21 persen), sektor pengadaan air, pengelolaan sampah limbah dan Daur Ulang (6,78
persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (6,68 persen) dan sektor jasa pendidikan (6,58
persen) sektor jasa lainnya (5,93 persen), Real Estat (5,87 persen), sektor transportasi dan
pergudangan (5,71 persen), sektor konstruksi (5,42 persen), sektor jasa perusahaan (5,08
persen), sektor administrasi pemerintahan. Pertahanan dan jaminan sosial wajib dan
pengolahan (4,85 persen) dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (2,81 persen).
Sebagai sektor basis, laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian relatif lambat
dibanding sektor lain, yaitu hanya rata-rata sebesar 2,81 persen. merupakan sektor dengan
laju pertumbuhan paling kecil di wilayah Masserempulu, karena hanya disumbang dari
perkembangan sub-sektor industri non migas yang secara kumulatif percepatan
pertumbuhannya juga lamban. Sementara sektor administrasi pemerintahan, Pertahanan dan
jaminan sosial wajib sebagai sektor basis kedua, dengan laju pertumbuhan hanya rata-rata
4,85% per tahun.
Sekalipun laju pertumbuhannya relatif kecil di bawah 10 persen, namun relatif cepat
bila dibandingkan dengan tiga sektor basis lainnya, yaitu 8,42 persen. Sementara sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi di antara
tiga sektor basis lain, yaitu rata-rata sebesar 15,55 persen. Pertumbuhan sektor pertambangan
dan penggalian lebih dominan disumbang dari sub sektor pertambangan umum. Idealnya
besaran nilai tambah dan kontribusi masing-masing sektor dalam perekonomian suatu daerah
berimplikasi dengan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor tersebut. Menurut Arsyad
(1999), pembangunan ekonomi suatu daerah mestinya akan merangsang kesempatan kerja.
Atau sebaliknya, kemajuan penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor akan berimplikasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik ini tentunya secara normal bisa
terjadi demikian. Namun logika ini perlu dibuktikan dalam suatu analisis, apakah benar
perkembangan ekonomi sektor berjalan sejajar dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor
tersebut. Apakah pertumbuhan sektor basis di wilayah Masserempulu berkorelasi dengan
penyerapan tenaga kerja pada sektor basis tersebut.