Indonesia
Disusun oleh :
JAKARTA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................1
1.1 Analisis kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia.............1
1.1.1 Alasan rasional percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia....1
1.1.2 Peranan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam percepatan
pembangunan infrastruktur Indonesia..................................................................2
1.1.3 Pengeluaran pemerintan pusat untuk pembangunan infrastruktur
pada tingkat nasional (APBN).................................................................................8
1.1.4 Pengeluaran pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur
pada tingkat Kabupaten/Kota...............................................................................13
1.1.5 Pembiayaan infrastruktur di Indonesia, khususnya dengan PPP
(Public Private Partnership)..................................................................................14
2.1 Hutang Luar Negeri.............................................................................................24
2.1.1 Kondisi Hutang Luar Negeri........................................................................24
3.1 Penyebab, konsekuensi, dan solusi potret ketimpangan ekonomi dan
kemiskinan di Indonesia pasca reformasi................................................................27
3.1.1Potret Rasio Gini Indonesia Pasca Reformasi......................................34
3.1.2 Potret Distribusi Pendapatan Indonesia Pasca Reformasi.................35
3.1.3 Potret garis kemiskinan Indonesia pasca reformasi analisis growth and
share kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia periode 1998 – 2014.............36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
ii
BAB I
PEMBAHASAN
1
1. Climate Change Fiscal Framework (CCFF), yang di mana merupakan satu
kerangka untuk memformulasikan kebijakan fiskal dan strategi memobilisasikan
dana di luar apbn.
2. Carbon Pricing atau nilai ekonomi karbon, kebijakan yang satu ini
menerapkan polluters-pay-principle yaitu dimana setiap pelaku kegiatan atau
pelaku usaha yang menimbulkan pencemaran, maka harus membayarkan biaya
atas dampak pencemaran yang telah ditimbulkannya
3. Energy Transition Mechanism (ETM), dapat mengubah penggunaan batu bara
menuju energi baru dan terbarukan (EBT)
4. Pooling Fond merupakan mekanisme pengumpulan dana dengan menghitung
resiko bencana pada suatu daerah.
2
Pembangunan infrastruktur sendiri dapat dilakukan dengan berbagai pola antara
lain:
a. Proyek Pemerintah Pusat/Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD.
Pembangunannya dilaksanakan oleh BUMN/BUMD/swasta. Sumber
dananya bisa melalui:
- Rupiah murni, atau
- Pinjaman/hibah luar negeri (lembaga multilateral/ bilateral/kredit
ekspor), biasanya disertai dengan rupiah pendamping
b. Proyek BUMN/BUMD, yang dibiayai oleh anggaran perusahaan sesuai
dengan RKAP yang disetujui oleh Meneg BUMN/Pemda.
c. Proyek Kerjasama Pemerintah-Swasta (Konsesi), yang dibiayai oleh modal
investor swasta, pinjaman perbankan/pasar modal domestik dan luar negeri.
Peran Pemerintah hanya memberikan dukungan untuk proyek yang kurang
menarik minat swasta, tetapi mempunyai kelayakan ekonomi yang tinggi.
Terbatasnya dana yang dimiliki, menyebabkan pemerintah tidak mampu
membiayai pembangunan seluruh infrastruktur yang dibutuhkan oleh
masyarakat seperti jalan, jembatan, jaringan air minum, dan Pelabuhan, maka
peran swasta dalam pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan sehingga
pendanaan atau investasi untuk pembangunan infrastruktur dapat terpenuhi.
Bentuk kerjasama ini biasa dikenal dengan istilah kerjasama pemerintah swasta
atau konsesi.
3
Tujuan utama pembangunan ialah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pemerintah dan masyarakat harus saling
bekerja sama dan bekerja keras dalam melaksanakan pembangunan.
- Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
4
sekitar 63,48 % dari kebutuhan pembiayaan infrastruktur. Untuk itu perlu dibuka
peluang untuk sektor swasta juga berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur.
Dalam meningkatkan iklim investasi, Pemerintah memberikan kontribusi kepada
swasta diantaranya Dukungan Pemerintah berupa beberapa fasilitas diantaranya
Dana Penyiapan Proyek (PDF (Project Development Fund, Dana Dukungan
Kelayakan (VGF (Viability Gap Funding) dan Penjaminan Pemerintah yang
timbul akibat terjadinya Risiko Politik.
Dalam melakukan kegiatan KPBU, tentunya banyak pemangku
kepentingan (stakeholders) yang terlibat sehingga membutuhkan sosialisasi yang
matang. Oleh karena itu, hukumonline.com bekerja sama dengan IIGF Institute
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) telah menyelenggarakan
workshopdengan topik Kerjasama Pemerintah Badan Usaha yang diikuti oleh
berbagai praktisi hukum dan legal counsel dari beberapaperusahaan serta
masyarakat umum. Workshop dengan judul “Peran Pemerintah dalam
Percepatan Proyek Infrastruktur denganSkema KPBU di Indonesia” tersebut
telah dilaksanakan pada Selasa, 20 Desember 2016 bertempat di Kantor PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Gedung Capital Place Lantai 7, Jl.
Jendral Gatot Subroto Kav. 18 Jakarta Selatan.
Adapun Narasumber yang hadir dalam workshoptersebut adalah:
1. Novie Andriani (Perencana Muda – Direktorat Kerja Sama Pemerintah
Swasta dan Rancang Bangun, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional / BAPPENAS)
2. Insyafiah Hariri (Kepala Subdirektorat Evaluasi Dukungan Pemerintah -
Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (PDPPI)
Kementerian Keuangan)
3. Ria Frilina (Senior Vice President PRL Division PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero)
4. Lili Soleh Wartadipradja (Kepala Badan Penanaman Modal (BPMD)
Provinsi Jawa Timur)
5. Delano Dalo (Project Manager for Umbulan PPP Water Supply Project
Advisory Facilitation - PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
5
6. Anang Latif (Direktur Utama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI)
7. Roi Sudiro (Kepala Bidang Investasi Badan Pengatur Jalan Tol)
Workshop tersebut dibuka dengan Keynote Speech dari Ibu Sinthya Roesly
selaku Direktur Utama dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero).
Sesi Pertama dimoderatori oleh Kanya Satwika selaku Partner dari Kantor
Hukum Assegaf Hamzah & Partners. Melanjutkan sesi I yang lebih membahas
mengenai latar belakang Skema KPBU, dilanjutkan dengan Sesi II mengenai
Case Studies KPBU yang dimoderatori oleh Ibrahim Assegaf selaku Partner dari
Assegaf Hamzah & Partners.
Kurangnya koordinasi menjadi masalah utama yang sudah sejak lama dialami
Indonesia dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur seringkali berjalan lambat dari perencanaan karena bentuk keputusan
antar lembaga yang kurang terkoordinasi.
2. Kurangnya dana
Masalah biaya menjadi masalah selanjutnya yang kita hadapi, kurangnya dana
yang dimiliki pemerintah menjadi hambatan yang sudah lama dialami.
6
Lembaga pembangun infrastruktur yang kurang berkompetensi juga kerap
menjadikan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Indonesia
terhambat.
Dengan baiknya kerjasama yang dilakukan antar lembaga pemerintah tentu akan
sangat membantu dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur di
Indonesia. Dengan koordinasi yang baik tentu pekerjaan yang dilakukan oleh satu
lembaga tidak akan bertubrukan dengan lembaga lainnya.
Selain koordinasi yang baik antar lembaga, komunikasi yang baik dengan pihak
masyarakat juga dibutuhkan agar pembangunan dapat berjalan lancar serta dapat
7
melibatkan masyarakat secara aktif. Dengan begitu masyarakat juga dapat
menyampaikan aspirasinya yang berguna untuk memudahkan dalam
pembangunan infrastruktur.
Dari sisi pemerintah, perbaikan birokrasi harus menjadi konsen utama untuk
menunjang pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kebijakan lembaga
pemerintah yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur harus dapat
memprioritaskan kebijakannya agar lebih efisien.
Perawatan infrastruktur yang telah dibangun juga harus dilakukan dengan baik
agar dapat digunakan dengan baik dan berumur panjang. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menghemat pengeluaran negara untuk masalah infrastruktur.
salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah infrastruktur ini
adalah dengan memperbaiki kualitas desain proyek infrastruktur. Dengan desain
proyek infrastruktur yang berkualitas, akan lebih mudah untuk menjelaskan
mengenai rencana pembangunan infrastruktur kepada calon investor. Desain
proyek yang berkualitas juga bisa lebih mudah meyakinkan pihak investor untuk
menanamkan dananya dalam rangka pembangunan infrastruktur. Dengan
demikian, masalah pendanaan akan lebih mudah diatasi dan proyek pembangunan
infrastruktur pun bisa berjalan dengan lebih lancar.
Salah satu fokus dari Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini adalah
pembangunan infrastruktur selain pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka menggalakkan pembangunan
infrastruktur di daerah yaitu melalui pengalokasi Anggaran Infrastruktur sebesar
8
25% dari Dana Transfer Umum yang mencakup Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Bagi Hasil (DBH). Kebijakan tersebut bertujuan agar belanja
pemerintah daerah tidak hanya untuk belanja aparatur saja namun lebih kepada
belanja yang ditujukan untuk pelayanan publik.
Pada belanja APBD Tahun 2020, belanja modal pemerintah daerah yang
terdiri dari provinsi, kabupaten, kotamadya hanya sekitar 18%. Angka tersebut
jauh di bawah belanja pegawai yang mencapai 34% atau belanja barang dan jasa
yang di kisaran 25%. Kewajiban pemenuhan belanja infrastruktur sebesar 25%
dari Dana Transfer Umum (DAU dan DBH) memang menjadi tambahan beban
bagi daerah sehingga menambah jenis belanja daerah yang telah ditentukan
seperti belanja pendidikan, kesehatan serta Alokasi Dana Desa (ADD).
Ketidakpatuhan daerah terkait pemenuhan belanja tersebut akan mendapatkan
sanksi berupa penundaan DAU atau DBH sebagaimana yang termuat dalam
Pasal 39 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Otonomi Khusus.
9
Berdasarkan data APBD tahun 2019, provinsi yang telah memenuhi
anggaran infrastruktur 25% dari Dana Transfer Umum (DAU dan DBH)
sejumlah 29 provinsi dimana Provinsi Banten merupakan provinsi dengan
alokasi persentase tertinggi yaitu 62,79%. Untuk kabupaten, ada 263 kabupaten.
Kabupaten yang tertinggi mengalokasikan adalah Kabupaten Musi Rawas Utara,
Provinsi Sumatera Selatan dengan 95,52%. Untuk kotamadya tertinggi dengan
alokasi belanja infrastruktur dari DTU adalah Kota Batam dengan 52,84%.
Sedangkan untuk provinsi yang terendah mengalokasikan dan termasuk 5
daerah yang belum memenuhi kewajiban tersebut adalah Provinsi Papua hanya
dengan 3,56%. Sebagai informasi, Provinsi Papua dan Papua Barat setiap tahun
mendapatkan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) yang sebagian besar untuk
pembangunan infrastruktur di Papua dan Papua Barat. Untuk tahun 2019, total
alokasi DTI untuk Papua dan Papua Barat berjumlah Rp4,2 triliun.
10
pendapatan maupun belanja. Daerah dapat melakukan berbagai hal untuk
meningkatkan pendapatan, yaitu dengan menggali potensi pajak dan retribusi
daerah, mendorong masuknya investasi di daerah, mengoptimalkan penerimaan
dari pemanfaatan kekayaan daerah, dan optimalisasi penerimaan dividen dari
BUMD. Selain itu, begitu pandemi Covid-19 muncul di kuartal I tahun 2020,
pemerintah pusat telah menginstruksikan daerah untuk merealokasi dan
merefocusing APBD-nya untuk penanganan Covid-19. Hal ini juga
berkontribusi mengurangi ruang fiskal untuk anggaran infrastruktur.
11
1. Pembangunan infrastruktur jalan, seperti :
3. Pembangunan sekolah
12
investasi pada infrastruktur yang baik dapat mengembangkan ekonomi nasional,
lingkunganserta sosial dalam beberapa tahun kedepan.
Indonesia memiliki dana anggaran yang besar dan itu bertujuan untuk
membangun infrastruktur yang baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
yang lebih maju untuk Indonesia kedepannya. Tercapainya pemerataan
pembangunan, menghasilkan lapangan kerja baru yang dapat mengurangi angka
kemiskinan, sehingga semakin banyak investor dan memajukan wilayah tersebut
serta membuat Indonesia lebih maju lagi.
13
pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3% terhadap GDP (Gross
Domestic Product) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3% terhadap GDP tahun
2005/2006, hanya mencapai 1.8% terhadap GDP dalam APBN 2011. Padahal,
dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi
negara berkembang adalah sekitar 5-6 % dari GDP.
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil,
walaupun sejak dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran
pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis.
Berbagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut terus dilakukan, salah satunya
adalah dengan akselerasi pembangunan infrastruktur daerah guna mengejar
ketertinggalan daerah dengan pusat dan daerah yang tertinggal dengan daerah
lain.
Transfer ke Daerah
14
sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana
pembangunan daerah. Kebijakan transfer ke daerah tidak akan berhasil tanpa
disertai kebijakan yang mendukungnya, termasuk dalam optimalisasi
penyerapan anggaran.
15
swasta sangatlah diperlukan untuk membangun dan mengembangkan sarana dan
prasarana sebagai bentuk nyata pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat
Dengan adanya pihak swasta yang masuk dalam proyek pemerintah hal
tersebut menyebabkan munculnya banyak kontrak-kontrak antara pihak swasta
dengan pihak pemerintah. Dengan munculnya kerjasama tersebut diharapkan
memberikan dampak yang postif dalam alokasi investasi dan juga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan.Tetapi pada kenyataanya kerjasama
yang dilakukan pemerintah dengan swasta tidak selalu berdampak positif
karena seringkali kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang berbeda.
Dimana kepentinganpemerintah lebih bersifat sosial kemasyarakataan
sedangkan sebaliknya kepentingan swasta sifatnya profit oriented yang hanya
mementingkan keuntungan yang banyak tanpa memperhatikan dampak yang
akan di timbulkan.
16
Beberapa negara maju juga menerapkan Public Private Partnership dalam
membangung infrastruktur misalnya saja di Negara Belanda. Dimana peran
PPP sangat penting dalam berlngsungnya pembangunan infrastruktur di
negaranya. Menurut Ecorys Negara Belanda proyek PPP dilaksanakan untuk
membangun infrastruktur dan pengembangan wilayah.
17
Kebutuhan akan akses infrastruktur terus meningkat sehingga memerluka
investasi yang besar. Untuk tahun 2010-2014 kebutuhan pembiayaan
infrastruktur di Indonesia adalah senilai Rp. 1.429 triliun rupiah.Sedangkan
kapasitas pembiayaan yang mampu ditanggung oleh pemerintah adalah sebesar
Rp 451 triliun atau sama dengan 31% dari total pembiayaan. Sedangkan
kesenjangan kebutuhan pembiayaan adalah sebesar Rp. 978 triliun, dimana hal
tersebut harus ditutupi dengan sumber pembiayaan lain Pemerintah selalu
berupaya menyediakan barang dan pelayanan yang baik untuk warganya
terutama dalam penyediaan infrastruktur. Penyediaan infrastruktur merupakan
tanggung jawab pemerintah bagi warga negaranya karena infrastruktur tidak
hanya dipandang sebagai public goods tetapi lebih kepada economic goods,
oleh karena itu, pemerintah memiliki kepentingan untuk membangun
infrastruktur yang penting bagi masyarakat. Pembangunan infrastruktur sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai pola antara lain:
18
pemerintah dengan swasta, muculnya kerjasama yang dilakukan oleh
pemerintah dengan swasta seperti :
19
dengan usaha menegah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menegah dan atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat saling
menguntungkan .
20
tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan memberikan keuntungan kepada
masing-masing pihak. Prediksi untuk kemungkinan adanya kendala-kendala
maupun kerugian harus dipersiapkan dengan strategi khusus.
21
Didalam pelaksanaan Publik Private Partnership ada beberapa tahapan
dalam pelaksanaan perjanjian yang sudah disebutkan oleh Kementrian
Koordinator bidang Perekonomian, beberapa tahapan tersebut meliputi:
1. Pemilihan Proyek
2. Konsultasi Publik.
3. Studi Kelayakan
4. Tinjauan Resiko
5. Bentuk Kerjasama
6. Dukungan Pemerintah
22
Dukungan pemerintah pada dasarnya dilakukan bertujuan untuk
mengetahui potensi keayakan finansial pada suatu proyek
7. Pengadaan.
8. Pelaksanaan
9. Pengawasan
Tujuan dari pemantauan proyek Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta
adalah, Memastikan bahwa operasi proyek sesuai dengan peraturan-
peraturan, Memastikan Perjanjian kerja sesuai dengan hasil pelaksanaan,
khususnya sebagaimana diperlukan untuk penyesuaian tarif, Berbagai
masalah dan perubahan yang mungkin muncul.
23
5. Penerapan kebijakan yang berkaitan dengan proyek yang diadakan tidak
sepenuhnya dilaksanakan
Untuk menghindari adanya hambatan yang mampu meminimlkan
kemungkinan kerjasama untuk mencapai kesuksesan maka diperlukan
adanya prinsip yang sejalan antrara pemerintah dengan swasta seperti
kesesuaian kebijakan PPP. Selain itu, diperlukan transparansi dan kompetitif
dalam pengadaan kegiatan kerjasama tersebut serta selalu dilakukannya
monitoring terhadap kondisi untuk menghindari ketidaksesuaian kegiatan
yang berlangsung dengan konsep yang telah di rencanakan.
24
2.1 Hutang Luar Negeri
25
Pemerintah tetap berkomitmen menjaga kredibilitas dengan memenuhi
kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta
mengelola ULN secara hati-hati, kredibel dan akuntabel. Penarikan ULN
yang dilakukan di bulan januari 2022 tetap diarahkan pada pembiayaan
sector produktif, serta diupayakan turut mendukung penanganan covid-19
dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dukungan ULN
pemerintah dalam memenuhi pembiayaan sector produktif dan kebutuhan
belanja prioritas antara lain mencakup sector jasa kesehatan dan kegiatan
social (24,5% dari total ULN Pemerintah), sector jasa pendidikan (16,5%).
Sector administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan social wajib
(15,1%), sector kontruksi (14,2%), dan sector jasa keuangan dan asuransi
(11,8%). Posisi ULN pemerintah relative aman dan terkendali jika dilihat
dari sisi risiko refinancing jangka pendek, mengingat hampir seluruh ULN
memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total
ULN Pemerintah.
ULN swasta kembali menurun. Posisi ULN swasta tercatat sebesar
205,3 miliar dolar AS pada januari 2022, menurun dari 206,1 miliar dolar AS
pada desember 2021. Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 1,0% (yoy)
pada januari 2022, lebih dalam dibandingkan kontraksi 0,8%pada periode
sebelumnya. Perkembangan tersebut bersumber dari adanya pelunasan
pinjaman luar negeri swasta yang jatuh tempo selama periode januari 2022
sehingga menyebabkan ULN lembaga keuangan (financial corporations)
terkontraksi sebesar 4,3% (yoy), lebih dalam dbandingkan kontraksi 4,2%
(yoy) pada desember 2021, serta ULN korporasi bukan lembaga keuangan
(nonfinancial corporations) yang terkontaksi sebesar 0,1 % (yoy) pada bulan
sebelumnya. Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari
sector jasa keuangan, dan asuransi, sector pengadaan listrik, gas, uap/air
panas, dan udara dingin, sector industry pengolahan, serta sector
pertambahan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 76,6% dari total ULN
swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan
pangsa mencapai 76,3% terhadap total ULN swasta.
26
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip
kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada bulan januari 2022
tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga dikisaran 34,1% menurun
dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 35,0%. Selain itu,
struktur ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang,
dengan pangsa mencapai 88,2% dari total ULN. Dalam jangka menjaga agar
struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat
koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus
mengoptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan
mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi resiko
yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
27
penerbitan atau penarikan utang ini haruslah mempertimbangkan cost and
benefit dan perhitungan yang matang.
Definisi Kemiskinan
28
a. Kemiskinan (proper)
b. Ketidakberdayaan (powerless)
d. Ketergantungan (dependence)
e. Keterasingan (isolator)
29
Iradian menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan pendapatan per kapita
tidak akan terlalu berdampak apabila tidak disertai dengan perbaikan
distribusi pendapatan.
30
2. Perbedaan kulaitas sumber daya manusia
3. Bermuara pada teori lingkaran kemiskinan yang dikemukakan oleh
Nurkse pada tahun 1953, bahwa “a poor country is poor because it is
poor ” yaitu negara miskin itu miskin karena memang miskin.
31
Upaya pemerintah dalam mengatasi kemiskinan pasca reformasi
pasca reformasi pd tahun 1998-sekarang dapat di katakan tingkat kemiskinan
tahun terakhir merupakan tingkat terendah, dengan adanya bantuan dari
pemerintah . Demikian pula bantuan sosial tunai dari pemerintah yang tumbuh
87,6 persen pada kuartal I 2018 atau lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2017
yang hanya tumbuh 3,39 persen juga menjadi pendorong utama lainnya.
Kendati demikian, pemerintah masih memiliki banyak pekerjaan rumah
untuk dilakukan. Pasalnya, berdasarkan daerah tempat tinggal, masih terdapat
disparitas angka kemiskinan yang sangat tinggi antara di perkotaan dan
perdesaan.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:
* Menyempurnakan program perlindungan sosial
* Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
* Pemberdayaan masyarakat, dan
* Pembangunan yang inklusif
Terkait dengan strategi tersebut diatas, Pemerintah telah menetapkan instrumen
penanggulanang kemiskinan yang dibagi berdasarkan empat klaster, masing-
masing:
* Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
* Klaster II – Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat
* Klaster III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Mikro dan Kecil
32
Indikator dan Ukuran Ketimpangan serta Kemiskinan
33
Konsep Koefisien Gini
GK (Garis Kemiskinan)
34
aproach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan non-makanan yang diukur dari sisi pengeluaran yang
dikonseptualisasikan dengan GK. GK merupakan representasi dari jumlah
rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari
dan kebutuhan pokok non makanan.
Distribusi Pendapatan
35
Rasio Gini di Indonesia pada periode 1998-2014 rata-rata
0,36. Menunjukkan ketimpangan yang terjadi di Indonesia termasuk
kriteria sedang karena angka koefisien Gini berada di antara 0,35 dan
0,50. Besarnya rasio Gini disebabkan oleh melambungnya harga
komoditas. Tahun 2014 kesenjangan terbesar, dimana dilihat dari
pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas sehingga laju pendapatan
orang miskin tidak bisa mengejar kecepatan tumbuhnya harta orang
kaya.
36
Tabel ini menunjukkan krisis ekonomi yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997 tidak begitu mempengaruhi distribusi pendapatan,
tapi kenaikan harga BBM tahun 2006 diindikasikan sebagai salah satu
penyebab porsi pendapatan kelompok 40% penduduk terendah menurun
menjadi 21,4%. Penurunan terus terjadi hingga tahun 2014.
Distribusi pendapatan pada tahun 2014 dikategorikan ke dalam
tingkat ketidakmeraataan “rendah” (low inequality). Jika dibandingkan
perkotaan dan pedesaan, pada tahun 2014 ketimpangan distribusi
pendapataan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan ketimpangan
yang terjadi di daerah pedesaan.
37
Jika dilihat dari data tersebut jumlah penduduk miskin di perkotaan
lebih kecil dibandingkan dengan pedesaan dan dilihat dari jumlah perkotaan
dan pedesaan dari tahun 1998 – 2014 semakin lama semakin menurun
jumlah penduduk miskin.
38
Analisis growth and share
39
Pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2007
berada dikuadran I, yang berarti jumlah penduduk Indonesia berada
pada kondisi buruk karena meroketnya harga-harga komoditas baik
makanan maupun non-makanan. Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2002 telah mencapai 60%
dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa. Hal ini
terjadi dikarenakan ketidakmampuan mengakses sumber-sumber
pemodalan, dan infrastruktur yang juga belum mendukung untuk
dimanfaatkan masyarakat demi memperbaiki kehidupannya.
Perkembangan tingkat kemiskinan pada periode maret 2009-2010.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada maret 2010 sebanyak
31,02 juta orang atau 13,33%. Jumlah ini mengalami penurunan
sebesar 1,51 juta jiwa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
40
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/talks/baca/arsip/lt584a884ab3900/peran-
pemerintah-dalam-percepatan-proyek-infrastruktur-dengan-skema-kpbu-di-
indonesia
https://www.bi.go.id/en/statistik/ekonomi-keuangan/sulni/Documents/SULNI-
Maret-2022_.pdf
https://repository.unair.ac.id/72514/
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/pemenuhan-anggaran-
infrastruktur-di-daerah-dan-tantangannya/
https://www.kemenkeu.go.id/dataapbn
41