Anda di halaman 1dari 105

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Buku ini disusun agar dapat

membantu para mahasiswa dalam mempelajari konsep-konsep mengenai Manajemen

Infrastruktur serta mempermudah dalam mempelajari materi Manajemen Infrastruktur

terutama bagi kaum awam yang belum mengenal manajemen infrastruktur itu sendiri.

Adapun tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memenuhi tugas Manajemen

Infrastruktur. Selain itu, bertujuan untuk menambah wawasan mengenai topik tersebut bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Agung Sutarto, M.T., selaku dosen

mata kuliah Manajemen Infrastruktur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini mempunyai kekurangan,

namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan

sebuah manfaat bagi pembaca.

Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan saran dari pembaca

sangatlah berguna untuk penulis kedepannya.

Bandung, 4 Juni 2021

Tahta Athallah Nur Cahyo

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

BAB I PENGENALAN INFRASTRUKTUR

1.1. Definisi infrastrukur ................................................................................... 4

1.2. Kelompok dalam infrastuktur .................................................................... 7

1.3. Manajemen sistem infrastuktur .................................................................. 15

BAB II PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

2.1. Aspek interaksi dalam sistem infrastruktur ............................................... 20

2.2. Proses dan dasar – dasar perencanaan ....................................................... 22

2.3. Analisis kebijakan ..................................................................................... 31

2.4. Evaluasi program manajemen infrastruktur .............................................. 32

BAB III ORGANISASI, KOMUNIKASI DAN PENUNJANG KEPUTUSAN

3.1. Tujuan dan fungsi organisasi ..................................................................... 37

3.2. Struktur dan prinsip organisasi .................................................................. 38

3.3. Prinsip manajemen dalam organisasi ........................................................ 43

3.4. Komunikasi dalam organisasi ................................................................... 45

3.5. System penunjang keputusan dalam organisasi infrastruktur ................... 48

BAB IV PROSES PENDANAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

4.1. Analisis dan perencanaan keuangan .......................................................... 51

4.2. Pengontrolan dan pelaporan ...................................................................... 55

ii
4.3. Manajemen penerimaan dalam pengoperasian dana ................................. 56

4.4. Alokasi biaya ............................................................................................. 59

BAB V PRIVATISASI DAN KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA

5.1. Konsep umum privatisasi .......................................................................... 60

5.2. Analisis privatisasi sebagai salah satu Teknik manajemen ....................... 61

5.3. Pemilihan kemitraan .................................................................................. 63

5.4. Kontrak dalam kemitraan .......................................................................... 64

5.5. Resiko dalam kemitraan ............................................................................ 66

BAB VI REKAYASA DAN MANAJEMEN PROYEK

6.1. Proses perencanaan – desain – konstruksi ................................................. 68

6.2. Proses manajemen proyek ......................................................................... 68

6.3. Kontrak pembangunan, pengawasasn dan kendali mutu ........................... 70

BAB VII STRATEGI PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

7.1. Model manajemen untuk pengoperasian ................................................... 73

7.2. Model manajemen untuk pemeliharaan ..................................................... 75

7.3. Sistem informasi untuk pengoperasian dan pemeliharaan ......................... 77

BAB VIII REGULASI DAN PERUNDANGAN INFRASTRUKTUR

8.1. Peraturan – peraturan di bidang infrastruktur ............................................ 79

8.2. Regulasi infrastruktur di beberapa negara ................................................. 83

BAB IX ISSU MASA YANG AKAN DATANG DI INFRASTRUKTUR

9.1. Issu di masa yang akan dating dalam manajemen infrastruktur ................ 88

PENUTUP......................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii

iii
PENDAHULUAN

Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat

diperlukan dan menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.

Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung berbagai kegiatan

pemerintahan, perekonomian, industri dan kegiatan sosial di masyarakat dan pemerintahan

(Soemardi dan Reini D, 2009).

Sedangkan menurut (Sadono, 2011) infrastruktur merupakan komponen utama dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi suatu

negara. Infrastruktur dalam meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi ini berupa jalan raya,

pelabuhan laut, lapangan terbang, kawasan industri, alat-alat perhubungan seperti telepon dan

alat pengangkutan, dan fasilitas penyediaan air dan listrik.

Infrastruktur dalam suatu negara mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi

efisiensi dan biaya produksi perusahaan-perusahaan. Fasilitas infrastruktur dipahami sebagai

input infrastruktural publik dari sudut pandang suplai. Jika dilihat dari sifat pelayanan yang

diberikan, infrastruktur secara luas dapat digolongkan menjadi kategori fisik, sosial dan

finansial. Kategori fisik meliputi transportasi (rel kereta, jalan, jalur udara dan jalur perairan),

listrik, irigasi, telekomunikasi, suplai air dan sebagainya.

Infrastruktur fisik berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dengan cara

mengurangi biaya transaksi dan menciptakan banyaknya investasi, lapangan kerja, hasil

(output), pendapatan dan pertumbuhan sampingan.

1
Infrastruktur sosial berkontribusi melalui pengayaan sumber daya manusia dalam hal

pendidikan, kesehatan, perumahan, fasilitas rekreasi dan sebagainya, sehingga dapat

memajukan kualitas hidup. Infrastruktur ini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya

manusia dan akan meningkatkan produktivitas pekerja. Selanjutnya, infrastruktur finansial

yang meliputi kerjasama perbankan, pos, dan pajak dari suatu populasi yang mewakili kinerja

finansial negara.

Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi

dan sosial karena infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik

bagi dunia usaha maupun bagi sosial kemasyarakatan. Infrastruktur yang memadai

menyebabkan biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah

produksi meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Ketersediaan infrastruktur juga akan mempercepat pemerataan pembangunan melalui

pembangunan infrastruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan antar

wilayah sehingga mendorong investasi baru, lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Suroso, 2015).

Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga akan

berpengaruh pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi, dan banyaknya tenaga kerja juga

akan meningkatkan pendapatan perkapita. Ketersedian infrastruktur yang memadai

menyebabkan efisiensi dalam dunia usaha akan semakin besar dan investasi yang didapat

akan semakin meningkat.

Ketersediaan infrastruktur di suatu negara adalah faktor penting dan menentukan bagi

tingkat kecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang pesat

akan berakibat pada meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi dan

2
permintaan terhadap pelayanan infrastruktur akan meningkat pesat seiring dengan

pertumbuhan ekonomi suatu negara (Kuncoro, 2004).

3
BAB I

PENGENALAN INFRASTRUKTUR

1.1. Definisi Infrastruktur

Gambar 1.1 Dampak Infrastruktur

Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974

Dalam Kodoatie, R. J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau

dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam

penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-

pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi.

4
Menurut Grigg, 1988 Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang

menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas publik

yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam lingkup sosial

dan ekonomi.

Infrastruktur juga dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik

pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor

publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar

perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal

infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas

berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan

limbah, perlistrikan, telekomunikasi, dan pelabuhan secara fungsional. Selain itu,

dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran

produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi

pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga

sampai kepada masyarakat.

Infrastruktur menurut pendapat beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:

1. N. Gregory Mankiw

Menurut N. Gregory Mankiw (2003), dalam ilmu ekonomi, arti infrastruktur

adalah wujud modal publik (public capital) yang terdiri dari jalan umum,

jembatan, sistem saluran pembuangan, dan lainnya, sebagai investasi yang

dilakukan oleh pemerintah.

2. Neil S. Grigg

5
Menurut Neil S. Grigg (1998), pengertian infrastruktur adalah sistem fisik

yang menyediakan sarana drainase, pengairan, transportasi, bangunan gedung

dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi berbagai

macam kebutuhan dasar manusia baik itu kebutuhan sosial maupun kebutuhan

ekonomi.

3. Robert J. Kodoatie

Menurut Robert J. Kodoatie (2005), pengertian infrastruktur adalah suatu

sistem yang menunjang sistem sosial dan ekonomi yang secara sekaligus

menjadi penghubung sistem lingkungan, dimana sistem ini bisa digunakan

sebagai dasar dalam mengambil kebijakan.

Dalam penggunaan dalam aplikasi lain, infrastruktur bisa diartikan sebagai

teknologi informasi, saluran komunikasi formal dan informal dan perangkat

pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik atau kepercayaan pada

kelompok masyarakat.

Secara konseptual gagasan bahwa struktur organisasi merupakan penyediaan

infrastruktur dan dukungan untuk sistem atau untuk organisasi layanan seperti di kota,

negara, perusahaan, atau kelompok orang dengan kepentingan publik. Infrastruktur

juga dapat merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx yang

berartikulasi dengan superstruktur.

Dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur termasuk pula infrastruktur

sosial kebutuhan dasar seperti sekolah dan rumah sakit. Akan tetapi dalam militer,

istilah ini dapat pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi yang

diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan tersebut. Jadi infrastruktur

6
merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

dalam lingkup sosial dan ekonomi.

1.2. Kelompok Kegiatan Dalam Infrastruktur

Terdapat 6 kelompok kegiatan dalam infrastruktur yaitu:

1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);

2) Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara);

3) Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);

4) Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);

5) Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;

6) Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas);

Gambar 1.2 Infrastruktur jalan raya

7
Gambar 1.3 Infrastruktur jalan rel

Gambar 1.4 Contoh saluran distribusi listrik

8
Selain itu, Menurut APWA (American Public Works Association) Komponen-

komponen yang ada di dalam infrastruktur adalah:

1) Sistem penyediaan air: waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,

fasilitas pengolahan air (water treatment)

2) Sistem pengelolaan air limbah: pengumpul, pengolahan, pembuangan, daur

ulang

3) Fasilitas pengelolaan limbah padat

4) Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi

5) Fasilitas lintas air dan navigasi

6) Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara (termasuk tanda-tanda lalu lintas

dan fasilitas pengontrol

7) Sistem transit public

8) Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi

9) Fasilitas gas alam

Gambar 1.5 Fasilitas penyimpanan gas alam

9
10) Gedung publik: sekolah, rumah sakit

11) Fasilitas perumahan public

12) Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion

13) Komunikasi

Sedangkan menurut P3KT, komponen-komponen infrastruktur antara lain:

1. Perencanaan kota

Perencanaan merupakan proses yang berkelanjutan dan melibatkan

keputusan atau pilihan tentang cara-cara alternatif untuk menggunakan sumber

daya yang tersedia pada tujuan mencapai tujuan tertentu di masa depan. Dari

adanya suatu perencanaan diharapkan untuk menciptakan keadaan yang baik

dan berusaha untuk mencegah dan menghindarkan hal-hal yang buruk di masa

depan.

Perencanaan kota merupakan perencanaan yang multi-dimensi dan

berhubungan dengan tiga kerangka kerja, meliputi sumber daya alokasi; tujuan

dan sasaran; dan desain serta bentuk (spasial).

Dalam perencanaan kota ini membahas tentang perkembangan dan

pertumbuhan kota, pengaturan peruntukkan lahan, penataan jaringan jalan,

utilitas, penempatan fasilitas sosial dan umum. Selain itu, terdapat pula dua

aspek perencanaan kota mulai dari tahap preparing hingga implementasi.

Pada tahap preparing, dilakukan penyiapan perangkat, pengelolaan

perkembangan dan perubahan kota dalam aspek communal actions (dengan

dasar kegiatan masyarakat) dan communal regulations (berdasar pada

perangkat peraturan). Sedangkan pada tahap implementasi berkaitan dengan

pelaksanaan rencana-rencana yang telah dibuat sesuai kondisi saat ini dan juga

harus dilihat dalam wawasan aktual (keseluruhan wilayah) tidak hanya

10
terbatas kepada wilayah administratif. Perencanaan kota ini juga didasarkan

pada potensi dan permasalahan yang ada sehingga diharapkan akan menjadi

lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah tersusun.

Gambar 1.6 Contoh perencanaan kota

2. Peremajaan kota

Peremajaan kota adalah kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan

dan harkat masyarakat berpenghasilan rendah, yang dilakukan melalui

penataan dan perbaikan kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan

hunian yang kumuh yang merupakan salah satu cara dalam intensifikasi lahan

di kawasan perkotaan.

11
Gambar 1.7 Contoh kasus peremajaan kota

3. Pembangunan kota baru

Pembangunan kota-kota baru adalah salah satu strategi dalam

mengelola urbanisasi melalui pengendalian pertumbuhan pinggiran kota

(suburbanisation planning) dan menjadi kepentingan publik.

Gambar 1.8 Salah satu pembangunan kota baru meikarta

12
4. Jalan kota

5. Air minum

6. Drainase

Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami

atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.

Contoh 1.9 Permasalahan drainase

7. Air limbah

8. Persampahan

9. Pengendalian banjir

10. Perumahan

11. Perbaikan kampung

Perbaikan kampung lebih sering diartikan menggusur dan

membongkar kampung kumuh, dan menggantinya dengan rumah susun.

13
Gambar 1.10 Contoh perbaikan kampung

12. Perbaikan prasarana kawasan pasar

13. Rumah sewa

Rumah sewa adalah bangunan yang ber'ungsi sebagai rumahtinggal

yang dipakai atau di man'atakan dengan membayar uang sewa dimana

didalamnya ada persetujuan antara pihak yang menyediaakan dengan pihak

penyedia yang dimana pihak yang menyediakan tadi menyerahkan barang

yang hendak disediakan kepada pihak penyedia untuk dinikmati sepenuhnya

yang kemudian barang yang disediakan tadi dapat dipungut hasilnya oleh

pihak yang menyediakan dengan syarat pembayaran uang sewa oleh pemakai

kepadai pemilik seperti kesepakan yang sudah di setujui sebelumnya.

Dilihat dari input - output bagi penduduk, komponen-komponen tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu:

1. Komponen yang memberi input kepada penduduk. Jenis infrastruktur yang

termasuk dalam kategori ini adalah prasarana air minum dan listrik

14
2. Komponen yang mengambil output dari penduduk. Jenis infrastruktur yang

termasuk dalam kelompok ini adalah prasarana drainase/pengendalian banjir,

pembuangan air kotor/sanitasi, dan pembuangan sampah.

3. Komponen yang dapat dipakai untuk memberi input maupun mengambil

output. Jenis infrastruktur yang termasuk dalam kelompok ini meliputi:

prasarana jalan dan telepon.

1.3. Manajemen Sistem Infrastruktur

Manajemen merupakan suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya

manajemen yang terbatas untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya tersebut bisa

juga dikatakan dengan 5M, menurut Grigg dalam Kodoatie (2003) yaitu:

1) Men (manusia)

2) Materials (bahan)Machines (peralatan/mesin)

3) Methods (cara kerja/metode)

4) Money (modal)

Proses – proses yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan sumber daya alam

dapat dilakukan dengan cara (Grigg dalam Kodoatie, 2003):

1) Perencanaan investasi (investment planning);

2) Perancangan (designing);

15
Gambar 1.11 Perancangan bangunan bertingkat

3) Pelaksanaan konstruksi (construction);

Gambar 1.12 Contoh pelaksanaan konstruksi

16
4) Pemakaian/penggunaan (operation), pemeliharaan (maintenance);

5) Pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation) tingkat pelayanan

infrastruktur, meliputi:

a. Sistem manajemen pemeliharaan

b. Sistem manajemen operasi

c. Sistem pendukung keputusan

d. Sistem manajemen kerja & organisasi

e. Rencana dan program kerja

f. Kepala Pengoperasian

g. Budget

h. Sistem manajemen financial

i. Sistem manajemen proyek

j. Sistem infrastruktur

Gambar 1.13 Contoh pemantauan konstruksi struktur rangka

Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar,

peralatan instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
17
sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalamKodoatie, 2003). Sistem

infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan system

ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem

infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang

dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.

Marwan (2007) menjelaskan ada empat komponen dasar dalam infrastruktur

yaitu:

1. Transportasi, meliputi jalan, highways, railroads, transportasi masyarakat,

bandara, transportasi laut, jalur sepeda, sidewalks, jalur-jalur hijau;

2. Public utilities, meliputi listrik, gas, pasokan air, pembuangan, telepon, radio

dan televisi;

3. Public services, meliputi pelayanan pemadam kebakaran, flood protections,

sekolah, jasa kesehatan seperti rumah sakit, perpustakaan publik, waste

management;

4. National service, meliputi pertahanan, sistem perbankan dan moneter, system

pos, frequency allocation.

Dilihat dari input - output bagi penduduk, komponen-komponen tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu:

1. Komponen yang memberi input kepada penduduk. Jenis infrastruktur yang

termasuk dalam kategori ini adalah prasarana air minum dan listrik.

18
2. Komponen yang mengambil output dari penduduk. Jenis infrastruktur yang

termasuk dalam kelompok ini adalah prasarana drainase/pengendalian banjir,

pembuangan air kotor/sanitasi, dan pembuangan sampah.

3. Komponen yang dapat dipakai untuk memberi input maupun mengambil

output. Jenis infrastruktur yang termasuk dalam kelompok ini meliputi:

prasarana jalan dan telepon.

Gambar 1.14 Hubungan manajemen infrastruktur

19
BAB II

PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR

2.1. Aspek Interaksi Dalam Sistem Infrastruktur

1) Aspek Permintaan (Demand)

Infrastruktur tersebut merupakan respon terhadap permintaan yang ada

dengan cara menyediakan jasa-jasa yang dibutuhkan. Pembangunan infrastruktur

yang dilakukan karena adanya kebutuhan masyarakat akan prasarana sehingga

munculah permintaan infrastruktur. Permintaan infrastruktur ini dikatakan

permintaan turunan atau derived demand karena permintaan infrastruktur ini

ditentukan oleh permintaan barang dan jasa.

Gambar 2.1 Salah satu penurunan permintaan infrastruktur gas

20
Infrastruktur tertentu dapat menarik dan memicu pembangunan dan

pengembangan lahan baru. Ketersediaan akan infrastruktur akan menjadi

perwujudan terhadap kebutuhan di daerah tersebut. Infrastruktur dapat menjadi

katalisator dalam menciptakan koordinasi yang lebih baik antara fasilitas dengan

rencana pengembangan lahan karena investasi infrastruktur dan perbaikan

kapasitas terkesan tidak merata.

2) Aspek Sediaan (Supply)

Tuntutan dan kebutuhan industrialisasi serta pembangunan ekonomi,

membutuhkan kekuatan-kekuatan semua aspek seperti sosial politik, sosial

ekonomi baik dalam tataran nasional maupun internasional. Ketersediaan

infrastruktur seperti jalan merupakan suatu keharusan dan tuntutan untuk

mencapai pembangunan ekonomi yang lebih baik.

Gambar 2.2 Salah satu infrastruktur jalan

21
2.2. Proses dan Dasar-Dasar Perencanaan

Gambar 2.3 Proses Perencanaan Infrastruktur

Proses perencanaan infrastruktur merupakan suatu proses yang kompleks.

Secara lebih rinci proses perencanaan infrastruktur dijelaskan sebagai berikut:

a. Kebutuhan Infrastruktur

Kebutuhan infrastruktur berbeda-beda untuk tiap kota sesuai dengan

karakteristik masyarakatnya, untuk memperkirakan kebutuhan infrastruktur

terdapat beberapa metode kuantitatif yang dapat digunakan. Selain itu,

22
pemilihan metode peramalan yang tepat untuk kebutuhan infrastruktur harus

didasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya ketersediaan data,

tujuan peramalan, dan jenis prasarana.

b. Sediaan Infrastruktur

Kajian sediaan meliputi kajian kondisi saat ini, yaitu sediaan yang

telah ada, dan kajian potensi sediaan. Kedua kajian ini mencakup aspek

kuantitas, penyebaran lokasi, dan kualitas. Contoh dari kajian sediaan untuk

perencanaan air bersih adalah kajian mengenai kuantitas (debitair), lokasi

sumber air bersih yang digunakan, dan potensi sumber air bersih yang dapat

digunakan.

c. Keseimbangan Sediaan dan Kebutuhan

Setelah kebutuhan yang ada dihitung dan dibandingkan dengan

sediaan yang ada maka diketahui apakah sediaan yang ada dapat mencukupi

kebutuhan di masa mendatang. Jika tidak mencukupi, maka pertanyaan yang

harus dijawab adalah apakah potensi yang ada dapat dimanfaatkan. Jika

potensi yang ada ternyata tidak mencukupi, harus dipikirkan upaya dalam

penggunaan sumber daya atau upaya pengelolaan permintaan.

d. Pemilihan Sistem

Sistem yang dimaksudkan disini adalah pilihan teknologi maupun

bentuk pengelolaan. Beberapa variasi sistem infrastruktur diantaranya

adalah:

a. Sistem publik, yaitu sistem yang meliputi seluruh kota;

b. Sistem komunal, yaitu sistem yang meliputi sebagian dari kota;

23
c. Sistem individual, yaitu sistem yang digunakan oleh tiap rumah

tangga.

e. Desain, Pricing, dan Kelembagaan

Tahap terakhir dari perencanaan infrastruktur adalah melakukan

desain, menentukan tarif, dan kelembagaan. Infrastruktur mempunyai peran

dalam pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan

lingkungan. Walaupun tidak diketahui secara pasti yang mana yang

merupakan sebab dan akibat, terdapat hubungan yang positif antara

pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan adanya hubungan yang positif ini, maka pengembangan infrastruktur

diharapkan juga dapat mengentaskan kemiskinan. Komponen fisik infrastruktur

berbeda-beda untuk setiap infrastruktur, namun demikian secara umum setiap

infrastruktur terdiri dari komponen sumber, pengolahan, disposal/konsumen. Uraian

terhadap komponen-komponen infrastruktur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Infrastruktur Air Bersih

Komponen fisik infrastruktur air bersih terdiri dari sumber, transmisi,

pengolahan, distribusi, dan konsumen. Sumber dapat terdiri dari sumber dan

sistem pengambilan/pengumpulan saja atau dapat pula dilengkapi dengan

suatu sistem pengolahan.

Sumber-sumber yang dapat digunakan, antara lain air permukaan

(sungai dan waduk), air tanah (mata air, sumur), air laut, dan air hujan.

Kuantitas sumber akan menentukan besarnya pengambilan yang dapat

24
dilakukan, sedangkan kualitas sumber akan menentukan perlu atau tidaknya

pengolahan terhadap sumber.

Gambar 2.4 Infrastruktur air bersih

b. Infrastruktur Air Limbah

Komponen infrastruktur air limbah terdiri dari sumber, saluran,

pengolahan, dan disposal. Pengelolaan limbah domestik terdiri pengolahan

terpusat (off site sanitation) dan pengolahan setempat (on site sanitation).

Sistem on site adalah sistem dimana penghasil limbah mengolah air

limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik.

Sistem off site adalah sistem dimana air limbah disalurkan melalui

sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi

pengolahan terpusat.

25
Gambar 2.5 Infrastruktur air limbah

c. Infrastruktur Air Limpasan

Komponen dalam infrastruktur air limpasan terdiri dari air limpasan,

drainase dengan segala variasiny, dan badan air penerima. Sama halnya

dengan air limbah, infrastruktur air limpasan terdiri dari on site dan off site

system. Pada saat ini, telah berkembang paradigma baru dalam pengelolaan

infrastruktur yang mana infrastruktur untuk mengalirkan air limpasan tidak

hanya berupa saluran drainase, melainkan saluran yang dilengkapi

dengan kolam-kolam detensi, infiltrasi, dan pemanenan air hujan.

26
Gambar 2.6 Infrastruktur air limpasan

d. Infrastruktur Persampahan

Dalam pengelolaan sampah terdapat sejumlah elemen fungsional,

yaitu timbulan sampah (waste generation); penanganan dan pemilahan

sampah; penyimpanan dan pengolahan di sumber; pengumpulan,

pemindahan dan transportasi; pemilahan, pengolahan dan transformasi

sampah; dan pembuangan (disposal). Dalam elemen fungsional diatas

diperlukan sejumlah prasarana, seperti tong sampah, gerobak sampah, bak

sampah, dan mobil sampah.

27
Gambar 2.8 Infrasrtuktur persampahan

e. Infrastruktur Transportasi

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut

atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat

lainnya. Infrastruktur transportasi dapat diklasifikasikan dalam infrastruktur

transportasi darat, laut, dan udara. Untuk masing-masing klasifikasi, terdapat

sistem simpul dan jaringan. Sebagai contoh dari sistem simpul adalah

terminal, stasiun, bandara, dan pelabuhan, sedangkan contoh jaringan adalah

jaringan jalan, rel, alurpelayaran, dan jalur penerbangan.

28
Gambar 2.9 Infrastruktur transportasi

f. Infrastruktur Energi

Infrastruktur energi adalah infrastruktur yang mencakup pembangkit,

jaringan transmisi, sampai jaringan distribusi. Sistem transmisi dan distribusi

merupakan sistem penghubung antara produsen dan konsumen akhir yang

berperan penting dalam ketersediaan energi.

Gambar 2.10 Pembangunan infrastruktur energi

29
g. Infrastruktur Telekomunikasi

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi

pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan

bagian penting bagi ketahanan nasional. Informasi dapat diperoleh dengan

salah satu cara yaitu telekomunikasi. Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari

beberapa sub sistem, yaitu kantor pusat (central offices), private branches

exchanges, dan physical plant.

Gambar 2.11 Salah satu infrastruktur telekomunikasi

h. Infrastruktur Sumber Daya Air

Salah satu infrastruktur sumberdaya air adalah infrastruktur irigasi.

Infrastruktur irigasi adalah infrastruktur yang diperlukan untuk kepentingan

30
irigasi. Infrastruktur irigasi terdiri dari komponen sumber air, seperti air

permukaan dan air tanah, infrastruktur pengambilan, saluran primer, saluran

sekunder, saluran tersier, dan saluran kuarter. Dari saluran kuarterair

disalurkan ke sawah, setelah melewati sawah air dibuang melalui saluran

drainase dan kembali ke sungai.

Gambar 2.12 Infrastruktur sumber daya air

2.3. Analisis Kebijakan

Dalam bidang infrastruktur terdapat beberapa kebijakan didalamnya meliputi:

1) Memprioritaskan penyediaan prasarana dan sarana untuk memenuhi

kebutuhan dasar serta prasarana untuk memperlancar logistik melalui:

rehabilitasi akses jalan masuk dan jaringan jalan pendukungnya serta

pembangunan kembali perumahan, air minum, sanitasi, irigasi dan drainase.

31
2) Membantu dan melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan beserta

prasarana dan sarana dasar pendukungnya bagi para korban bencana. Selain

itu juga untuk menyelesaikan bantuan dan penyediaan perumahan bagi

korban bencana secepat mungkin.

3) Membangun kembali sistem transportasi dan komunikasi yang memadai

untuk mendukung kelancaran hubungan antar wilayah di dalam dan antar

kabupaten disertai dengan pembukaan jalur transportasi yang

terintegrasi untuk memperlancar distribusi logistik yang efisien dan

pengembangan wilayah.

4) Menjaga ketersediaan pangan dengan memprioritaskan rehabilitasi jaringan

irigasi dan drainase yang rusak pada wilayah dimana petani penggarapnya

telah siap. Prioritas diutamakan pada wilayah-wilayah pusat kegiatan

ekonomi dan pemukiman, serta pengembalian fungsi sumber-sumber

penyedia air baku.

5) Membangun kembali tanggul pengaman pantai dan tebing untuk pengamanan

pusat-pusat kegiatan masyarakat.

6) Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana melalui peningkatan

penyiapan fasilitas infrastruktur untuk mendukung upaya penyelamatan

terhadap ancaman bencana.

7) Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi yang didasarkan pada

kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial dan budaya.

2.4. Evaluasi Program Manajemen Infrastruktur

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan

32
serta alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi

pemerintah. Program Infrastruktur terdapat 3 tahap yaitu program jangka panjang,

program jangka menengah dan program jangka pendek.

Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah

program dilaksanakan, evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan

program sesuai dengan rencana dan atau dampak apa yang terjadi setelah program

dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi pengambil keputusan untuk

menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau

ditingkatkan.ana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.

Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan atau sewaktu-

waktu pada saat sebelum, sedang dan atau setelah program dilaksanakan. Evaluasi

merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan

dapat dicapai, apakah program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang

terjadi setelah program dilaksanakan.

Dalam proses evaluasi berbagai aspek dapat menjadi pertimbangan dalam

menyusun daftar pertanyaan sebagai bahan evaluasi, seperti:

1) Aspek sosial, misalnya, apakah terjadi kekecewaan masyarakat sebagai akibat

dari adanya program yang disusun, sehingga masyarakat menyampaikan

protes keras atau demonstrasi.

2) Aspek lingkungan, apakah terjadi dampak negatif atas pelaksanaan program.

Salah satu contoh evaluasi program tersebut yaitu pada evaluasi pelaksanaan

program jangka menengah. Dokumen yang dilakukan evaluasi seperti yang terlihat

pada gambar 2.4.

33
Gambar 2.13 Contoh Master Plan Infrastruktur

Contoh dokumen Masterplan Infrastruktur sebagai dokumen yang akan

dilakukan evaluasi pelaksanaan programnya. Ketidak sesuaian pelaksanaan akan

dibandingkan dengan dokumen rencana sehingga dapat diketahui sejauh mana

penyimpangan atau perubahannya serta tindak turun tangan apa yang perlu dilakukan.

Dalam melaksanakan evaluasi program jangka menengah, perlu diperhatikan

seluruh program untuk setiap sektor. Pertanyakan apakah lokasi proyek sesuai dengan

program atau tidak, apakah setiap sektor yang diprogramkan dilaksanakan pada tahun

anggaran sesuai rencana atau tidak, apakah volume (Besaran Program) sesuai dengan

program yang disepakati, dan bagaimana dengan besaran dana sesuai program atau

lebih kecil, sekaligus diperhatikan alokasi dana sesuai besaran dan sumbernya apakah

sesuai dengan kewenanganatau tidak.

34
Seluruh pertanyaan tersebut harus terjawab dengan jelas dan pasti agar dalam

melaksanakan evaluuasi tidak terjadi kesalahan. Hasil dari evaluasi yang dilakukan

oleh tim, dirancang opsi penanganan ketidak sesuaian dan disusun rekomendasi

tindak turun tangan yang dituangkan dalam laporan monitoring dan evaluasi program.

Selain itu, program evaluasi lain yaitu pada evaluasi pelaksanaan program

tahunan. Dokumen yang dilakukan evaluasi seperti yang terlihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.14 Contoh Dokumen Development Plan Pengembangan

Infrastruktur Wilayah

Contoh dokumen development plan Pengembangan Infrastruktur sebagai

dokumen yang akan dilakukan evaluasi pelaksanaan programnya. Ketidaksesuaian

35
pelaksanaan akan dibandingkan dengan dokumen program sehingga dapat diketahui

sejauh mana penyimpangan atau perubahannya serta tidak turun tangan apa yang

perlu dilakukan. Faktor keberlanjutan, hal yang dapat dievaluasi adalah kebijakan

lingkungan, kelayakan ekonomi dan finansial, kapasitas institusi, aspek sosial dan

budaya, partisipasi dan kepemilikan, gender, lungkungan dan teknologi tepat guna.

Gambar 2.15 Contoh Dokumen Program Tahunan Pengembangan Infrastruktur

Contoh dokumen program tahunan Pengembangan Infrastruktur sebagai

dokumen yang akan dilakukan evaluasi pelaksanaan programnya. Ketidaksesuaian

pelaksanaan akan dibandingkan dengan dokumen program sehingga dapat diketahui

sejauh mana penyimpangan atau perubahannya serta tidak turun tangan apa yang

perlu dilakukan.

36
BAB III

ORGANISASI, KOMUNIKASI DAN SISTEM PENUNJANG

KEPUTUSAN

3.1. Tujuan dan Fungsi Organisasi

Gambar 3.1 Sistem komunikasi organisasi

1) Tujuan Organisasi yaitu:

• Mendapat keuntungan dan penghasilan bersama-sama.

• Mendapatkan pengalaman dan interaksi dengan anggota lain.

• Mencapai atau merealisasikan keinginan atau cita-cita bersama dari tiap

anggota organisasi.

37
• Memperoleh hasil akhir pada waktu yang ditentukan.

• Mengatasi terbatasnya kemandirian dan kemampuan pribadi untuk

mencapai tujuan bersama.

2) Fungsi dari Organisasi yaitu:

• Memberikan suatu pengetahuan dan pengalaman baru kepada anggotanya,

agar dapat memiliki wawasan yang siap untuk terjun ke organisasi yang

jauh lebih besar.

• Memberikan arahan atau bimbingan dan pemusatan kegiatan organisasi,

mengenai apa saja yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan dalam organisasi.

• Meningkatkan kemampuan atau skill individu anggota organisasi dalam

mendapat sumber daya dan dukungan dari lingkungan sekitar atau

masyarakat.

• Tempat mencapai suatu tujuan dengan selektif dan efisien karena

melakukan secara bersama-sama.

• Tempat dalam mendapatkan kekuasaan dan pengawasan.

3.2. Struktur dan Prinsip Organisasi

1) Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan

hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan

dalam bentuk bagan (grafik) yang memperlihatkan hubungan unit kerja dan

jalur-jalur wewenang yang ada.

38
Struktur organisasi merupakan kelanjutan dari dua bentuk pola

organisasi. Adapun struktur organisasi ini secara otomatis merupakan

perwujudan struktur organisasi formal dengan jalan menganalisis jabatan-

jabatan yang telah ditetapkan.

Operasi kegiatan perusahaan akan berjalan lancar jika struktur

organisasi yang dipakai dapat memberikan dukungan moral bagi karyawan

sehingga mereka mau bekerja sama dan selalu berusaha menjalin koordinasi

yang mereka sadari sebagai tanggung jawab penting untuk menjadi bagian dari

seluruh perusahaan yang saling menunjang pencapaian tujuan organisasi

(perusahaan).

Keuntungan Penggunaan Bagan Organisasi:

• Memperlihatkan karakterisitik/tipe dari organisasi yang bersangkutan.

• Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan/keterkaitan antar

pekerjaan.

• Sebagai pedoman untuk mengetahui jalur wewenang dan tanggung

jawab.

Struktur organisasi yang dibentuk akan selalu berdasarkan pada 3

komponen organisasi yaitu:

• Interaksi kemanusiaan

• Kegiatan yang terarah pada tujuan

• Struktur

Berdasarkan ketiga komponen organisasi itu seorang manajer puncak

harus dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan karyawan dalam mencapai

tujuan organisasi. Di samping pertimbangan ketiga komponen tersebut,

39
struktur organisasi harus memberi penjelasan pembagian kekuasaan

(authority/wewenang) dan tanggung jawabnya.

Pendelegasian wewenang dapat sangat erat hubungannya dengan

batasan wewenang dan tanggung jawab seseorang tentang suatu bagian

kegiatan yang dilaksanakan. Dengan menugaskan sebagian pekerjaan kepada

bawahan berarti manajer memberikan wewenang dan tanggung jawab yang

seimbang, untuk kemudian setiap bawahan harus

mempertanggungjawabkannya kepada atasannya sesuai dengan struktur

organisasi.

Hubungan wewenang dan tanggung jawab dalam struktur organisasi

dapat terlihat seperti Gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Hubungan wewenang dan tanggung jawab

2) Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah

satunya A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap

dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration”

(1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi:

40
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin

dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organiasi tanpa adanya

tujuan.

b. Prinsip Skala Hirarkhi

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas

dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat

mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan

pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya

organisasi secara keseluruhan.

c. Prinsip Kesatuan Perintah

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau

bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam

menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian

wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus

dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam

pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan

dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang

lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu

kepada atasannya lagi.

e. Prinsip Pertanggungjawaban

Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus

bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

41
f. Prinsip Pembagian Pekerjaan

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan

berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan

optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan

kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai.

Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam

pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang

efektivitas jalannya organisasi.

g. Prinsip Rentang Pengendalian

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus

dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional.

Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin

besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak,

semakin kompleks rentang pengendaliannya.

h. Prinsip Fungsional

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara

fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan

kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

i. Prinsip Pemisahan

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan

tanggung jawabnya kepada orang lain.

j. Prinsip Keseimbangan

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan

tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus

sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi

42
tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan

dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks)

contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan

berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di

Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

k. Prinsip Fleksibilitas

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan

perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal

factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external

factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam

mencapai tujuannya.

l. Prinsip Kepemimpinan

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya

kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan

aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh

pemimpin organisasi tersebut.

3.3. Prinsip Manajemen Dalam Organisasi

Pada tahun 1937, Gullick pernah mengemukakan prinsip Manajemen

Organisasi yang terkenal dengan akronim PODSCORB. PODSCORB di

publikasikan didalam Paper yang yang berjudul Papers on the Science of

Administration. PODSCORB merupakan akronim dari Planning, Organizing,

Staffing, Directing, Co-Ordinating, Reporting dan Budgeting atau Perencanaan,

Pengorganisasian, Pengadaan Tenaga Kerja, Pemberi Arahan, Pengkoordinasian,

Pelaporan, dan Penganggaran. Berikut penjelasan dari nilai-nilai tersebut:

43
1) Planning (Perencanaan)

Perencanaan mengacu pada estimasi sumber material manusia dan sumber

yang tersedia bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan

ekonomi dan efisiensi.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Organisasi adalah struktur administrasi yang mengoperasionalkan

berbagai kegiatan.

3) Staffing (Pengadaan Tenaga Kerja)

Mengacu pada aspek personil seperti rekrutmen, pengangkatan, promosi,

disiplin, pensiun, dll. Ini adalah salah satu fungsi terpenting untuk mencapai

tujuan organisasi.

4) Directing (Pemberian Arahan)

Mengacu pada perintah yang dikeluarkan oleh para Manager kepada

bawahan yang mengarahkan kegiatan administrasi.

5) Coordinating (Pengkoordinasian)

Ini berarti mengamankan kerja sama dan kerja sama tim antara berbagai

unit dan di antara karyawan.

6) Reporting (Pelaporan)

Melalui pelaporan, manajemen terus menginformasikan berbagai aktivitas

yang terjadi dalam organisasi. Ini mungkin memerlukan tindakan perbaikan

berdasarkan umpan balik ini.

7) Budgeting (Penganggaran)

Mencakup seluruh bidang administrasi keuangan. Seiring keuangan

adalah darah kehidupan dari setiaporganisasi, fungsi penganggaran ini sangat

penting dalam berfungsinya organisasi manapun.

44
3.4. Komunikasi Dalam Organisasi

Gambar 3.4 Komunikasi dalam organisasi

Komunikasi merupakan elemen penting dalam organisasi. Karena tanpa

adanya komunikasi segala sesuatunya pasti tidak akan berjalan baik. Kemungkinan

besar banyak terjadi “Miss Communication” dengan rekan kerja atau atasan yang

dampaknya cukup besar bagi karir kita.

Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang

merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari

pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-

communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu

45
diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-

cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan

sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu

keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan

dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Berdasarkan sifat

komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam

bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke

dalam tiga kategori:

1) Komunikasi antar pribadi

Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha

menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan

pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.

2) Komunikasi kelompok

Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan

adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam

usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti

komunikasi antar pribadi.

3) Komunikasi massa

Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa

yang meliputi cetak dan elektronik.

Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L. Tubbs dan Sylvia

Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam

komunikasi yaitu:

1) Model komunikasi linier (one-way communication)

46
Dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan

komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi

dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.

Gambar Model Komunikasi linier

2) Model komunikasi interaksional

Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah

terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat

dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda,

dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang

lain bertindak sebagai komunikan.

3) Model komunikasi transaksional

Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks

hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini

menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun

yang tidak dapat dikomunikasikan. Mengenai organisasi, salah satu

defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau

sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja,

47
berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebagaimana telah disebut

terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi

vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi

tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler

dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication,

mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi

dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

➢ Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung

ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen

mengirimkan pesan kepada bawahannya

➢ Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika

bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya.

➢ Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini

berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki

kedudukan yang setara.

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi.Dalam suatu organisasi baik

yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi

atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

• Fungsi informative dan Fungsi Regulatif

• Fungsi Persuasif dan Fungsi Integratif

3.5. Sistem Penunjang Keputusan Dalam Organisasi Infrastruktur

Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support System (DSS) secara

umum dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang

48
mampu memberikan dan mendukung kemampuan pemecahan masalah maupun

kemampuan pengomunikasian untuk masalah semi terstruktur dalam suatu organisasi

maupun perusahaan.

Sistem ini menggunakan dan memanfaatkan data dan model yang diinput oleh

pengguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dan memberi solusi alternatif

sehingga memudahkan pengambilan keputusan suatu masalah.

Jenis keputusan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang dirumuskan dengan cermat dan

bersifat berulang sehingga dapat dirumuskan terkait aturan keputusan atau

algoritma keputusannya.

2) Keputusan tidak terprogram, yaitu keputusan yang bersifat tidak sering

diulang atau dapat dikatakan keputusan ini sangat berbeda di setiap

pengulangannya, sehingga tidak dapat dibuat suatu model umum sebagai

suatu dasar untuk memogramnya karena membutuhkan analisa baru untuk

setiap kejadiannya.

Sementara itu tujuan detail dari sistem penunjang keputusan adalah sebagai

berikut:

• Membantu manajer perusahaan atau organisasi dalam pengambilan

keputusan atas masalah semiterstruktur.

• Mendukung pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk

menggantikan fungsi manajer.

• Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer daripada

perbaikan efisiennya.

49
• Memungkinkan pengambilan keputusan secara cepat dengan biaya yang

rendah.

• Meningkatkan produktivitas perusahaan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses permodelan pada

pembangunan suatu sistem penunjang keputusan adalah sebagai berikut:

• Tahap pemahaman (inteligence phase), yaitu aktivitas menyelidiki

lingkungan kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Pembuat

keputusan akan mengumpulkan sejumlah informasi dan data mentah,

kemudian data tersebut diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang

dapat menentukan masalahnya.

• Tahap perancangan (design phase), yaitu menemukan, mengembangkan,

dan menganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan dalam

menyelesaikan masalah. Hal tersebut merupakan aktivitas dalam

memahami masalah, untuk menghasilkan cara pemecahan, dan untuk

memvalidasi dan memverifikasi apakah cara pemecahan tersebut dapat

dilaksanakan.

• Tahap pemilihan (choice phase), yaitu memilih arah tindakan tertentu dari

semua arah tindakan yang ada.

• Tahap impelementasi (implementation phase), yaitu setelah menentukan

pilihan arah tindakan kemudian pada tahap ini dilakukan penerapan

terhadap alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan.

50
BAB IV

PROSES PENDANAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

4.1. Analisis dan Perencanaan Keuangan

4.1.1. Analisis Keuangan

Analisis keuangan digunakan untuk menilai kelangsungan usaha,

stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek.

Analisis keuangan dilakukan oleh seorang profesional yang

menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi

sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan

kepada pimpinan puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu

kebijakan perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis ini maka manajemen dapat memutuskan

berbagai keputusan manajemen misalnya:

• Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau

bagian dari suatu usaha.

• Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses

produksi.

• Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi.

51
• Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk

memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja

perseroan.

• Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen

melakukan pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada

dalam mengelola perusahaan.

Analisis keuangan sering kali menilai suatu usaha berdasarkan:

a. Profitabilitas: kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu

keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek

maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari

laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan

laporan hasil kinerja perseroan.

b. Solvabilitas: kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh

kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh

kewajiban terhadap ekuitas

c. Likuiditas: kemampuan perseroan untuk memenuhi kewajiban

lancarnya yang diukur dengan menggunakan perbandingan antara

aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

d. Stabilitas: kemampuan perseroan dalam mempertahankan usahanya

dalam jangka waktu panjang tanpa harus menderita kerugian. Untuk

menilai stabilitas perseroan digunakan laporan laba rugi dan neraca

keuangan (balance sheet) perseroan serta berbagai indikator keuangan

dan non keuangan lainnya.

52
4.1.2. Perencanaan Keuangan

Gambar 4.1 Proses perencanaan keuangan

Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan atau membuat

rancangan keuangan terkait dengan kebutuhan dana, pengadaan dana,

penggunaan dana, dan metode analisis laporan keuangan yang akan digunakan

dalam organisasi.

Perencanaan keuangan menyangkut juga tentang masalah proyeksi

pendapatan perusahaan dalam satu periode tertentu. Dengan melakukan

53
perencanaan keuangan, organisasi bisa mendapat gambaran tentang kegiatan

manajemen keuangan yang akan dilakukan.

Tujuan dari perencanaan keuangan yaitu:

✓ Menentukan persyaratan modal

Persyaratan modal tergantung dari faktor-faktor seperti: biaya

aset lancar dan tetap, biaya promosi dan perencanaan jangka panjang.

Persyaratan modal harus dilihat dengan kedua aspekyaitu persyaratan

jangka pendek dan jangka panjang.

✓ Menentukan struktur modal

Struktur modal adalah komposisi modal, yaitu jenis relatif dan

proporsi modal yang diperlukan dalam bisnis. Ini termasuk keputusan

rasio utang ekuitas, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

✓ Membingkai kebijakan keuangan

Hal ini terkait dengan kemungkinan untuk pengambilan

keputusan pada kondisi tertentu. Kebijakan keuangan berkaitan dengan

kontrol dana tunai, utang, piutang, dan lainnya.

✓ Memanfaatkan sumber daya keuangan langka

Manajer keuangan harus memastikan bahwa sumber daya

keuangan yang langka dimanfaatkan secara optimal dengan cara sebaik

mungkin, setidaknya biaya untuk mendapatkan pengembalian investasi

maksimum.

Selain itu, Pentingnya perencanaan keuangan dilakukan

organisasi karena alasan-alasan berikut ini:

✓ Memastikan ketersediaan dana yang memadai.

54
✓ Membantu dalam memastikan keseimbangan yang wajar antara aliran

keluar dan aliran dana sehingga stabilitas tetap terjaga.

✓ Memastikan bahwa pemasok dana mudah berinvestasi di perusahaan yang

menjalankan perencanaan keuangan.

✓ Membantu dalam membuat program pertumbuhan dan ekspansi yang

membantu kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

✓ Mengurangi ketidakpastian sehubungan dengan perubahan tren pasar yang

dapat dihadapi dengan mudah melalui dana yang cukup.

✓ Membantu dalam mengurangi ketidakpastian yang dapat menjadi

penghalang bagi pertumbuhan perusahaan. Ini membantu dalam

memastikan stabilitas dan profitabilitas yang menjadi perhatian.

Perencanaan keuangan harus bisa menangani masalah-masalah itu sehingga

bisa memberikan ketahanan keuangan bagi perusahaan atau organisasi.

4.2. Pengontrolan dan Pelaporan

4.2.1. Pengontrolan Keuangan

Pengontrolan merupakan evaluasi terhadap keuangan yang sedang

berjalan. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki sistem keuangan perusahaan

agar perusahaan dapat bertahan. Pengontrolan keuangan memainkan peran

penting sebagai penyedia informasi sebagai sarana pengambilan keputusan

strategis dapat diambil tepat waktu dan relevan. Pengontrolan keuangan

dengan tepat dapat menghasilkan beberapa output bagi perusahaanbdan dapat

juga digunakan untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi perusahaan.

55
4.2.2. Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan (financial reporting) merujuk pada pemberian

informasi keuangan kepada pemangku kepentingan. Perusahaan menyiapkan

dan menyajikan laporan keuangan secara berkala, biasanya triwulanan dan

tahunan. Pemangku kepentingan tertarik pada laporan keuangan perusahaan

untuk membuat keputusan ekonomi. Mereka termasuk investor, pemberi

pinjaman, pemegang saham, dan pemerintah.

Pelaporan keuangan memberikan informasi keuangan yang penting

dalam membuat keputusan ekonomi. Melalui hasilnya, investor, kreditor, dan

pihak berkepentingan lainnya dapat membuat keputusan tentang penyediaan

sumber daya perusahaan.

4.3. Manajemen Penerimaan Dalam Pengoperasian Dana

Gambar 4.2 Sumber pendanaan

Penerimaan dana perusahaan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk

memperoleh sumber dana. Entah itu berasal dari internal perusahaan ataupun

56
bersumber dari eksternal perusahaan. Terdapat dua sumber dana perusahaan, yaitu

ekuitas dan utang. Kedua sumber pendanaan tersebut adalah sebagai berikut:

• Pendanaan Ekuitas (Modal Sendiri)

Salah satu sumber dana dari dalam perusahaan adalah tabungan

individu, teman dan atau saudara, investor perorangan lain, perusahaan-

perusahaan besar, perusahaan modal ventura dan penjualan saham. Ini

juga dapat dikatakan sebagai dana internal perusahaan, yaitu dana yang

berasal atau dipenuhi dari dalam perusahaan.

Contohnya laba ditahan, yakni laba bersih perusahaan yang

berhasil diperoleh dan digunakan kembali untuk membiayai kebutuhan

atau suatu kegiatan utama perusahaan.

Gambar 4.3 Pendanaan ekuitas

57
• Pendanaan dari Utang (Pinjaman).

Dapat diperoleh dari teman atau saudara, investor perorangan

lainnya, para pemasok bahan baku pemberi pinjaman berbentuk aset,

bank-bank komersial, program-program yang didukung oleh

pemerintah, lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat,

perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan modal ventura. Ini juga

disebut sebagai dana eksternal perusahaan, yaitu dana yang berasal dari

pihak di luar perusahaan.

Contohnya modal baru atau berhutang. Modal baru berarti

menerbitkan saham baru sedangkan utang berarti dihadapkan dengan

pilihan jangka panjang dan pendek.

✓ Utang jangka pendek yaitu utang yang jatuh tempo pelunasannya

kurang dari 1 periode. Contohnya utang kepada supplier bahan

baku dan kredit dagang.

✓ Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktu

pelunasannya lebih dari 1 periode yang biasanya 5 tahun keatas.

Contohnya obligasi dan utang hipotik.

Manajemen keuangan memperhitungkan berapa banyak dana yang

diperlukan oleh perusahaan agar dapat terus berjalan serta melakukan

alokasi dari pendanaan tersebut untuk kegiatan ataupun aktivitas yang

tepat. Manajemen pada dasarnya adalah upaya untuk menggunakan

sumber daya (dalam konteks ini uang) secara efektif sehingga mencapai

tujuan.

58
4.4. Alokasi Biaya

Alokasi Biaya merupakan biaya – biaya yang memberikan manfaat bersama,

yang terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih

jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama (commont cost).

Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen

pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu yaitu:

1. Bentuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan.

2. Bentuk menghitung probilitas lini produk.

3. Bentuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian.

4. Bentuk meniai persedian.

Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, beberapa biaya dapat terlalu

tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi

bisnis. Sebaliknya, jika biaya terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian. Hal

yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai

laba berbagai jasa, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting

untuk menentukan laba.

Gambar 4.4 Alokasi biaya

59
BAB V

PRIVATISASI DAN KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA

5.1. Konsep Umum Privatisasi

Gambar 5.1 Prosedur privatisasi

Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan

dari milik umum menjadi milik pribadi. Lawan dari privatisasi adalah nasionalisasi.

Privatisasi sering diasosiasikan dengan perusahaan berorientasi jasa atau industri,

60
seperti pertambangan, manufaktur atau energi, meski dapat pula diterapkan pada aset

apa saja, seperti tanah, jalan, atau bahkan air.

Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya

kompetisi kapitalis, yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan harga

yang lebih kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap

privatisasi sebagai hal yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk

publik kepada sektor privat akan menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan

kualitas layanan yang buruk, akibat penghematan-penghematan yang dilakukan oleh

perusahaan dalam mendapatkan profit.

Konsep kebijakan privatisasi sebetulnya merupakan bagian dari kebijakan

deregulasi secara umum dan kelanjutan proses deregulasi itu sendiri. Pada kasus

privatisasi di Indonesia, kebijakan tersebut lahir dan berawal dari keterpurukan

perekonomian Indonesia akibat krisis moneter yang telah berkembang menjadi krisis

multidimensi dan mengakibatkan perusahaan pemerintah mengalami kesulitan untuk

meneruskan usahanya, sehingga perlu adanya usaha untuk menyelamatkan usaha

tersebut agar tetap eksis.

Pada dasarnya, misi dari kebijakan privatisasi adalah baik dan bisa dibenarkan bila

tetap berpegang pada tujuan dan sasaran yang hakiki. Tujuan privatisasi bila

disarikan akan menjadi beberapa point. Pertama, meningkatkan efisiensi, kedua,

peningkatan mutu pelayanan publik dan ketiga, mengurangi serta melepaskan

campur tangan langsung pemerintah.

5.2. Analisis Privatisasi Sebagai Salah Satu Teknik Manajemen

Di Indonesia, gelombang privatisasi mulai terjadi setelah krisis ekonomi pada

pertengahan tahun 1997. Walaupun demikian, sebenarnya privatisasi BUMN di

61
Indonesia sudah dimulai sejak awal tahun 1990-an, tetapi privatisasi pada waktu itu

baru dalam bentuk kebijakan perekonomian terhadap BUMN, berupa penjualan

saham perusahaan milik negara di Pasar Bursa. Kebijakan pemerintah Indonesia

melakukan privatisasi tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan.

Sebagian menganggap hal tersebut sebagai terobosan yang diperlukan untuk

memperbaiki pelayanan umum di Indonesia. Akan tetapi, sebagian yang lain

memandang bahwa privatisasi adalah satu langkah yang patut dikhawatirkan,

terutama terhadap jaminan akan kepentingan masyarakat. Pada dasarnya kelompok

terakhir memiliki ketakutan akan prinsip neoliberalisasi yang berada dibelakang

kebijakan privatisasi yang diaplikasikan.

Di berbagai pemerintahan, proses privatisasi telah disebarkan sampai ke

pemerintah daerah. Di dalam prakteknya, latar belakang ekonomi dan politik ternyata

amat dominan mempengaruhi proses privatisasi itu sendiri. Pihak yang mendukung

kebijakan privatisasi menyebut pergeseran dari pengelolaan oleh negara kepada

swasta ialah sangat beralasan karena akan menghasilkan banyak sekali perbaikan-

perbaikan yang signifikan, seperti meningkatkan efisiensi dan kualitas kinerja

pemerintah yang tersisa, mengurangi pajak, dan mengecilkan ukuran pemerintahan.

Ikenberry memberikan memberikan penjelasan mengenai alasan teknis

pemerintah melakukan privatisasi yang dipelopori oleh Inggris dan Amerika Serikat

sebagaimana berikut ini:

1. Respons terhadap Krisis Fiskal;

Besarnya intervensi pemerintah dalam perekonomian (termasuk di dalamnya

pengelolaan BUMN) mengakibatkan beban pemerintah dalam APBN semakin

besar, dan salah satu cara memperoleh fresh money adalah dengan melakukan

privatisasi atas aset dan perusahaan negara.

62
2. Meningkatkan Efisiensi;

Libenstein dan Prasetiantono menyampaikan bahwa alasan paling

dasar dari privatisasi adalah menciptakan efisiensi dalam oprasi BUMN.

3. Revitalisasi Instrumen Pemerintah;

BUMN sebagai salah satu tulang punggung pemerintah, salah satu alat

stabilisasi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan publik tidak dapat dilaksanakan

secara bersamaan. Oleh karena itu, orientasi kepemilikan pemerintah atas

perusahaan negara perlu dikaji ulang dalam konteks revitalisasi instrumen

pemerintah dalam pembangunan.

4. Membangun Koalisi;

Privatisasi merupakan salah satu gerakan yang populis dan sebagai

salah satu upaya untuk menumbuhkan perekonomian yang kondusif.

Meningkatnya peran swasta (nasional dan asing) diyakini akan mampu

menciptakan stabilitas ekonomi dan politik sehingga dapat meminimalisasi

tekanan pihak luar.

5. Depolitisasi Ekonomi dan Sosial.

Depolitisasi menjadikan hubungan antara pemerintah dan pihak

swasta menjadi sejajar. Pola hubungan yang dibangun diharapkan bersifat

simbiosis mutualisme dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

5.3. Pemilihan Kemitraan

Mitra adalah faktor penting dalam dunia kerja. Bahkan, di kondisi tertentu,

adanya mitra kerja justru bisa membawa angin segar yang dapat menyelamatkan

kondisi suatu pekerjan. Namun, tidak sedikit yang berhasil menjalin kemitraan

kemudian yang terjadi justru sebaliknya. Pentingnya memahami mitra kerja sama

63
dengan memahami instrumen investasi dimana akan berpikir tentang resiko. Terdapat

4 hal yang harus diperhatikan dalam pemilhan kemitraan yaitu:

1. Mitra memliki pengalaman bekerja yang sama.

Dalam memilih mitra perlu ditinjau pengalamannya dalam bekerjasama.

Hal ini dikarenakan pengalaman sangat penting dalam berpikir cepat,

menanganalisa, menimpulan serta memberikan keputusan pada suatu

pekerjaan.

2. Mitra dengan motivasi yang sama

Setiap mitra memiliki karakter tertentu termasuk dalam membangun

motivasi pada suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, perlu memilih mitra yang

memiliki kesamaan motivasi serta visi dan misi. Hal ini penting untuk

menguatkan visi pekerjaan.

3. Memahami arti kata “The Power Of Two”

Dalam pekerjaan dibutuhkan mitra kerja. Hal ini dikarenakan dalam suatu

pekerjaan yang besar tidak mudah dijalankan sendiri. Jika jumlah pendiri

hanya satu, maka ide akan terbatas. Jika lebih dari dua, maka angka

perselisihan akan semakin tinggi dan mengakibatkan kinerja melambat. Maka

sebaiknya, perusahaan dipimpin oleh dua kepala yang bisa membuat

keputusan bulat.

4. Memahami Istilah “One Build, One Sell”

Mitra seharusnya menjadi faktor penguat dalam membangun suatu

pekerjaan. Maka diperlukan mitra yang menguasai dibidang pekerjaan yang

sesuai agar dapat mendorong pekerjaan menjadi lebih maju.

5.4. Kontrak Dalam Kemitraan

64
Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris

disebut sebagai Public Private Partnership atau disingkat PPP atau P3 adalah bentuk

perjanjian jangka panjang (biasanya lebih dari 20 tahun) antara pemerintah, baik

pusat ataupun daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset

dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta) bekerjasama dalam menyediakan

pelayanan kepada masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat

potensial dalam menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada

pemerintah dan swasta.

Gambar 5.2 Konsep kemitraan

Dalam kemitraan terdapat beberapa konsekuensi dari penentuan jangka waktu

perjanjian, perjanjian dengan jangka waktu yang lama akan menciptakan insentif

yang layak bagi pihak swasta untuk melakukan investasi termasuk investasi dalam

65
perawatan pada saat perjanjian konsesi tersebut berlangsung. Sementara perjanjian

dengan jangka waktu yang pendek akan semakin memperburuk masalah terkait

dengan kurangnya insentif bagi pihak swasta untuk melakukan investasi saat

kerjasama tersebut akan berakhir, itu sebabnya pihak swasta biasanya menaikkan

biaya penawaran. Sisi positif dari kontrak jangka pendek pada KPS adalah

dimungkinkannya tender yang kompetitif, namun konsesi jangka pendek dapat juga

mengindikasikan bahwa terdapat ketidakpastian pada masa depan pasar.

5.5. Resiko Dalam Kemitraan

Sebagai suatu perjanjian kontrak antara pemerintah, baik pusat ataupun daerah

dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini , keahlian dan aset dari kedua belah pihak

(pemerintah dan swasta) dikerjasamakan dalam menyediakan pelayanan kepada

masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini resiko dan manfaat potensial dalam

menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan

swasta. Dengan memperhatikan definisi diatas jelas bahwa proyek infrastruktur

resiko merupakan salah satu hal didalam melakukan keputusan investasi dalam

kemitraan antara pemerintah dengan swasta, semakin besar resiko yang dihadapi

semakin kecil peluang untuk terjadinya kemitraan dan semakin besar profit margin

yang akan diambil oleh pihak mitra swastanya.

Untuk meningkatkan minat pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur

perlu diambil langkah untuk mengendalikan dan menekan resiko yang mungkin

timbul, baik selama proses pembangunan maupun pada saat operasi infrastruktur

yang dikerjasamakan. Untuk itu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah

mengidentifikasi semua resiko yang mungkin terjadi, serta mengukur seberapa besar

66
pengaruh resiko tersebut terhadap proyek pembangunan infrastruktur. Resiko

tersebut selanjutnya dialokasikan antara pemerintah dengan pihak swastanya,

semakin besar resiko yang dibebankan kepada pemerintah semakin besar peluang

pihak swastanya untuk ikut berpartisipasi dalam proyek infrastruktur tersebut dan

sebaliknya semakin kecil resiko yang akan ditanggung pemerintah maka semakin

kecil pula resiko akad perjajian kerjasama terwujud. Langkah selanjutnya yang

penting adalah bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko

yang akan dihadapi. Setelah semua resiko yang bakal dihadapi diredam maka

langkah selanjutnya menhitung besarnya biaya yang akan dibabnkan kepada proyek

ini untuk mengatasi resiko yang mungkin timbul.

Gambar 5.3 Pola kemitraan

67
BAB VI

REKAYASA DAN MANAJEMEN PROYEK

6.1. Proses Perencanaan Desain Konstruksi

Proses perencanaan merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek,

meliputi: Rekruitment konsultan (MK, perencana) untuk menerjemahkan kebutuhan

pemilik, membuat TOR, survey, feasibility study kelayakan proyek, pemilihan desain,

schematic design, program dan budget, financing.

Dalam suatu konstruksi, setelah data konsep sudah tersusun maka akan di

lanjutkan ketahap perencanaan dimana data konsep akan di implementasikan ke

dalam gambar terukur atau disebut juga gambar kerja.

Gambar tersebut dimulai dari gambar denah, dengan organisasi ruang dan

sirkulasi yang nyaman dengan berpedoman pada faham-faham dan data – data

arsitektur. Selanjutnya diteruskan ke denah yang lainya seperti: Denah Pondasi,

Denah Sloof, Denah Kolom, Denah Irigasi, Denah Pola Lantai, Denah Instalasi

Listrik, Potongan dan detail-datail arsitektur, dan seterusnya.

6.2. Proses Manajemen Proyek

68
Sebuah proses adalah serangkaian tindakan dan aktivitas yang saling terkait

untuk membuat suatu spesifikasi produk, layanan, atau hasil. Setiap proses ditandai

dengan input, alat dan teknik yang dapat diterapkan, dan output yang dihasilkan.

Pada Manajemen Proyek terdapat sejumlah proses yang saling berkaitan.

Masing-masing proses mencerminkan suatu aktivitas mulai dari proyek dimulai

sampai dengan proyek berakhir. Proses Manajemen Proyek ini memberikan pedoman

dan kriteria untuk menyesuaikan proses organisasi dengan kebutuhan spesifik

proyek. Menurut PMBOK proses yang terjadi dalam aktivitas proyek dibagi menjadi

lima tahapan utama atau yang dikenal dengan istilah Project Management Process

Groups (Process Groups) yaitu:

1. Initiating

Tahap permulaan ketika sponsor memberikan mandat kerja kepada

PM. Sebuah proyek dikatakan memasuki tahap ini jika sudah mendapatkan

beberapa dokumen seperti SPK (Surat Perintah Kerja), Agreement, Statement

of Work (SOW), Purchase Order atau bentuk kesepakatan lainnya. Proses

dari tahap ini menghasilkan dua dokumen penting, yaitu Project Charter dan

Stakeholder.

2. Planning

Tahap perencanaan yang berisi Project Scope dan pendefinisian

aktivitas untuk menyelesaikan suatu proyek. Target utama dari tahap ini

adalah menghasilkan dokumen perencanaan proyek atau Project Management

Plan.

3. Execution

Tahap pelaksanaan proyek dimana pengendalian jadwal, anggaran, dan

pengawasan mutu menjadi tugas utama yang harus dilakukan oleh manajer

69
proyek. Proses utama dalam tahap ini adalah mengarahkan dan mengelola

pelaksanaan proyek ke arah penyelesaian, sesuai dokumen perencanaan.

4. Monitoring & Controlling

Tahap pengendalian sejak tahap perencanaan hingga proses eksekusi

selesai dilaksanakan. Selain melakukan perencanaan, mengawasi dan

memotivasi tim, tugas seorang Manajer Proyek adalah melakukan

pengawasan dan pemantauan. Tujuan utama dalam tahap pengawasan adalah

memastikan agar pelaksanaan proyek tidak jauh menyimpang dari rencana.

Terutama dari sisi waktu, biaya, mutu, dan ruang lingkup pekerjaan. Manfaat

utama dari proses ini adalah bahwa kinerja proyek diukur dan dianalisis

secara berkala.

5. Closing

Tahap untuk mengakhiri sebuah proyek dimana Project Manager

secara resmi mendokumentasikan seluruh arsip proyek dan catatan hasil

pembelajaran proyek (lessons learned).

6.3. Kontrak Pembangunan, Pengawasan, dan Kendali Mutu

6.3.1. Kontrak Pembangunan

Kontrak Pembangunan adalah dokumen yang mempunyai kekuatan

hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu

dan pihak kedua. Pihak kesatu berjanji untuk memberikan jasa dan

menyediakan material untuk membangun proyek bagi pihak kedua, pihak

kedua berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan untuk jasa dan

material yang telah digunakan.

70
Kontrak konstruksi memuat beberapa hal antara lain:

• Pasal yang melindungi pemilik terhadap kemungkinan tidak

tercapainya sasaran proyek.

• Pasal yang memperhatikan hak – hak kontraktor

• Memberikan keleluasaan kepada pemilik untuk dapat meyakini

tercapainya sasaran – sasaran proyek tanpa mencampuri tanggung

jawab kontraktor, pengawasan dan pemantauan selama proyek, laporan

berkala, pengetesan, ujicoba, dll.

• Penjabaran yang jelas tentang segala sesuatu yang diyakini pemilik.

Contoh: definisi lingkup kerja, spesifikasi materi dan peralatan.

6.3.2. Pengawasan

Pengawasan adalah proses untuk menjaga agar kegiatan terarah

menuju pencapaian tujuan seperti yang direncanakan dan bila ditemukan

penyimpangan-penyimpangan diambil tindakan koreksi.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 tahun 2006 tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Rencana pembangunan menyatakan bahwa

pengawasan pembangunan adalah kegiatan mengawasi perkembangan

pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisiasi

permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan

sedini mungkin.

6.3.3. Kendali Mutu

Kendali mutu atau yang bisa juga disebut dengan quality control

dilakukan untuk memperoleh standar kualitas yang ditentukan. Kendali mutu

mencakup pemeriksaan dan pengkaian, inspeksi dan pemeriksaan peralatan,

71
dan pengujian. Tim kendali mutu harus memastikan semua standar kualitas

terpenuhi.

Adapun pedoman teknis pengendalian mutu ini berisi latar belakang

dan pengertian pengendalian mutu dalam proyek, prosedur pengendalian

mutu, strategi pengendalian mutu, sasaran pengendalian mutu, metodologi

yang digunakan, tahapan pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja. Pedoman

teknis pengendalian mutu ini dapat dilengkapi pula dengan bagan atau skema

alur pengendalian mutu dan alur pelaporan pengendalian mutu.

Pengendalian mutu proyek dapat dikerjakan oleh sebuah tim yang

dikepalai oleh seorang manager. Pengendalian mutu dalam sebuah proyek

terdiri dari tiga langkah utama yakni perencanaan mutu, pengendalian mutu,

dan peningkatan kualitas.

Gambar 6.1 Proses pengendalian mutu

72
BAB VII

STRATEGI PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

7.1. Model Manajemen untuk Pengoperasian

Gambar 7.1 Model manajemen operasi

Manajemen operasi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan

barang, jasa, atau kegiatan yang mengubah bentuk dengan menciptakan atau

menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan digunakan untuk memenuhi

73
kebutuhan manusia, serta berusaha untuk menyeimbangkan biaya dengan pendapatan

untuk mencapai laba operasi yang lebih tinggi.

Peran manajemen menjadi penting dalam posisinya, baik manajemen

produksi, pemasaran, sumber daya manusia maupun keuangan. Selain itu,

manajemen operasi merupakan satu fungsi manajemen yang penting bagi sebuah

organisasi atau perusahaan.

Dalam perkembangannya, manajemen operasi sangat pesat terutama bila

dikaitkan dengan lahirnya inovasi dan teknologi baru yang kerap diterapkan dalam

operasi bisnis. Oleh karena itu, banyak organisasi/perusahaan yang memprioritaskan

aspek-aspek manajemen operasi sebagai salah satu model strategis untuk bersaing

dan menjadikan perusahaan atau industri yang terbaik di antara pesaingnya.

Ketika menggunakan strategi dalam manajemen operasi, mengacu pada taktik

perencanaan yang dapat membantu melalui sumber daya yang dioptimalkan dan

pengembangan keunggulan kompetitif atas bisnis lain. Banyak strategi bisnis

termasuk konfigurasi rantai pasokan, penjualan, kapasitas untuk menyimpan uang,

dan pemanfaatan sumber daya manusia yang optimal. Selain itu, fungsi manajemen

operasi ini berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan kontrol

keseluruhan dari semua kegiatan dalam organisasi. Ini adalah fungsi utama

manajemen operasi dan secara efektif akan membantu dalam mengubah bahan baku

dan upaya manusia menjadi barang dan layanan yang tahan lama yang dapat

dimanfaatkan konsumen.

74
7.2. Model Manajemen untuk Pemeliharaan

Gambar 7.2 Sistem manajemen pemeliharaan

Pemeliharaan didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menjaga

agar fasilitas tetap berada pada kondisi yang sama pada saat pemasangan awal

sehingga dapat terus bekerja sesuai dengan kapasitas produksinya.

Manajemen pemeliharaan secara umum merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan perencanaan, organisasi dan kepegawaian, implementasi

program dan metode kontrol kegiatan pemeliharaan. Kegiatan bertujuan

mengoptimalkan kinerja pemeliharaan dengan meningkatkan keandalan dan

ketersediaan (availability) dari suatu sistem atau peralatan melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengaturan tenaga kerja, pengawasan dan evaluasi yang baik.

Setiap jenis kegiatan pemeliharaan pasti mempunyai tujuan. Secara umum

tujuan dilakukannya pemeliharaan adalah menjaga kondisi dan atau untuk

memperbaiki mesin agar dapat berfungsi sesuai tujuan usaha. Kondisi yang diterima

75
adalah sesuai mesin yang mampu menghasilkan produk sesuai standar, yaitu

memenuhi toleransi bentuk, ukuran dan fungsi. Namun demikian secara umum tujuan

utama pemeliharaan adalah: (Ngadiyono, 2010)

• Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang tepat guna memenuhi

rencana kegiatan produksi dan proses produksi dapat memperoleh laba

investasi secara maksimal.

• Memperpanjang umur produktif suatu mesin pada tempat kerja, bangunan

dan seluruh isinya.

Terdapat dua jenis strategi pemeliharaan yaitu:

1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan sebuah rencana yang meliputi pemeriksaan

rutin, pemeliharaan, dan menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik utuk

mencegah kegagalan. Sebuah tingkat kegagalan awal yang tinggi, dikenal

sebagai tingkat kematian dini (infant mortality), yang mungkin terjadi pada

banyak produk. Yang dimaksud tingkat kematian dini sendiri yaitu tingkat

kegagalan di awal kehidupan sebuah produk atau proses.

Hasil yang cacat / gagal akan menyebabkan tambahan biaya karena

harus diproses kembali dan yang lebih besar resikonya adalah kurangnya

kepercayaan konsumen kepada perusahaan akibat produk gagal. Tambahan

yang timbul menyebabkan biaya produksi membengkak (tidak minimal). Jika

biaya produksi membengkak, maka harga barang menjadi tinggi.

2. Pemeliharaan Kerusakan / Perbaikan

Pemeliharaan kerusakan adalah pemeliharaan secara langsung yang

terjadi ketika peralatan gagal dan harus diperbaiki dalam kondisi darurat atau

76
dengan dasar prioritas. Karena itu perlu untuk meningkatkan kemampuan

memperbaiki. Memperbesar atau meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat

menjadikan system bekerja secara lebih cepat. Sebuah fasilitas pemeliharaan

yang baik memerlukan enam fitur berikut: Personel yang terlatih dengan baik,

Sumber daya yang cukup, Kemampuan untuk menetapkan sebuah rencana

perbaikan dan prioritas, Kemampuan dan otoritas untuk melakukan

perencanaan material, Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab

kerusakan, Kemampuan untuk mendesain cara untuk memperluas mean time

between failures (waktu rata-rata kegagalan).

7.3. Sistem Informasi untuk Pengoperasian dan Pemeliharaan

1. Sistem Informasi Operasi

Sistem informasi operasi memproses data yang berasal dari dan yang

digunakan dalam kegiatan usaha. Sistem ini dapat dibagi ke dalam beberapa

kategori, yaitu:

• Transaction-processing systems (sistem proses-transaksi) mencatat

dan memproses data dari transaksi bisnis, database terbaru, dan

menghasilkan berbagai macam dokumen dan laporan.

• Keputusan operasional yang mengontrol proses-proses secara fisik

dibuat oleh process control systems (sistem pengendalian proses).

• Komunikasi dan produktivitas kantor didukung oleh office automation

systems (sistem otomasi kantor).

Dalam dunia kerja nyata, sistem informasi yang digunakan merupakan

kombinasi dari berbagai macam sistem informasi yang telah disebutkan di

atas. Pada prakteknya, berbagai peranan tersebut diintegrasi menjadi suatu

77
gabungan atau fungsi-silang (cross-functional) sistem informasi yang

menjalankan berbagai fungsi.

2. Sistem Informasi Pemeliharaan

Sistem informasi pemeliharaan untuk menjaga fasilitas yang ada agar

sesuai dengan kapasitasnya. Fungsi dari sistem ini tidak terbatas pada pihak

manajemen saja, melainkan juga bagi organisasi secara keseluruhan yaitu :

• Meningkatkan produktivitas serta penghematan dalam hal biaya di

dalam organisasi.

• Meningkatkan kualitas dari SDM dikarenakan unit sistem kerja akan

lebih terkoordinasi serta sistematis.

• Mempermudah pihak manajemen dalam melakukan pengawasan,

perencanaan, pengarahan serta pendelegasian kinerja pada semua

departemen yang mempunyai koordinasi dan hubungan.

• Meningkatkan efisiensi serta efektivitas data yang lebih realtime dan

akurat.

Gambar Siklus pengembangan sistem

78
BAB VIII

REGULASI DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG

INFRASTRUKTUR

8.1. Peraturan-peraturan di Bidang Infrastruktur

• KPPIP

79
• KPBU

80
81
• Proyek Strategis Nasional

• Penjaminan Infrastruktur

82
8.2. Regulasi Infrastruktur di Beberapa Negara

Reformasi Regulasi mulai menjadi suatu tren sejalan dengan meningkatnya

hubungan antarnegara di dunia pada pertengahan 1960-an. Hubungan antarnegara itu,

walaupun kadang-kadang berawal dari kepentingan politik, dalam perkembangannya

ternyata mulai bergeser ke arah hubungan yang lebih bersifat ekonomi.

Hubungan ekonomi tersebut tidak sesederhana sebagaimana tampaknya. Di

balik hubungan perekonomian tersebut, sesungguhnya terdapat rivalitas

perekonomian yang memaksa tiap negara untuk meningkatkan efisiensi dalam rangka

meningkatkan daya saing masing-masing. Untuk mengejar efisiensi yang tinggi

tersebut maka negara-negara pun melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah

menyelenggarakan Reformasi Regulasi.

Secara umum, pemahaman dari terminologi efisensi dalam perspektif regulasi

ini adalah ‘better policy results at lower cost. Sejumlah negara pun menetapkan

jargon-jargonnya masingmasing di bawah bendera ‘better policy results at lower

cost’.

Di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, Reformasi Regulasi dilakukan

oleh, antara lain, Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, Kamboja, Malaysia, dan

Thailand. Di sini Korea Selatan merupakan negara yang memiliki hasil fenomenal

dalam pelaksanaan Reformasi Regulasi hingga saat ini.

83
Gambar 8.1 Jargon reformasi regulasi di beberapa negara

Salah satu negara yang sukses dalam regulasi tersebut yaitu Korea

Selatan. Korea Selatan mencatat kisah sukses dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi sejak 1961. Sehubungan dengan adanya kelangkaan sumber daya, ketiadaan

teknologi produksi serta berbagai hambatan dan kelemahan pada sector swasta,

Pemerintah Korea Selatan mulai menyelenggarakan pembangunan secara efektif dan

efisien. Ketika itu pemerintah Korea Selatan mulai merancang langkah-langkah

intervensi kebijakan alokasi anggaran dan pembukaan pasar melalui pembentukan

regulasi secara besar-besaran.

84
Kesimpulan utama yang dapat dipelajari dari kisah sukses Korea Selatan

adalah bahwa mereka menjadi negara terdepan di antara negara-negara Asia yang

terkena krisis dalam melaksanakan Reformasi Regulasi. Simplifikasi regulasi pun

membawa dampak yang luar biasa pada sistem regulasi secara menyeluruh. Regulasi

didorong untuk meningkatkan efisiensi, mendorong lahirnya kreativitas, serta

meningkatkan daya saing. Regulasi yang tidak mendukung peningkatan daya saing

pun dicabut.

Gambar 8.2 Infrastruktur Korea

85
Korea Selatan telah secara efektif menghilangkan berbagai hambatan dan

distorsi perekonomian melalui pengelolaan regulasi. Pendekatan berorientasi target

ditambah dengan cara top-down di bawah dukungan politik yang kuat terbukti efektif

dalam mencapai kemajuan. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Reformasi Regulasi

di Korea telah berada di jalur yang tepat.

Gambar 8.3 Contoh regulasi di Korea

Selain regulasi yang terdapat di negara lain, di Indonesia sendiri juga sudah

terdapat pula regulasi. Regulasi tersebut terkait dengan infrastruktur di bidang

transportasi. Regulasi ini terdapat dalam sektor perkeretaapian, seperti yang terlihat

pada gambar di bawah ini:

86
Gambar 8.4 Contoh regulasi di Indonesia

87
BAB IX

ISSU DI MASA YANG AKAN DATANG DALAM MANAJEMEN

INFRASTRKTUR

9.1. Issu Di Masa Yang Akan Datang Dalam Manajemen Infrastruktur

Gambar 10.1 Infrastruktur di Indonesia

Di Indonesia infrastruktur memang menjadi salah satu sektor utama yang terus

didorong pertumbuhannya oleh pemerintah dengan harapan infrastruktur yang maju

dan memadai dapat meningkatkan daya saing, pertumbuhan serta pemerataan

ekonomi nasional.

88
Infrastruktur masih terus dipercepat pembangunannya agar dapat mencapai

target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Fokus pembangunan kali ini memang

tetap secara merata dimulai dari sumber daya air, jalan dan jembatan serta

pemukiman dan perumahan. Selain itu, seringkali isu utama yang dibahas dalam

mengelola infrastruktur publik adalah pada aspek pendanaan, dampak lingkungan,

sosial, bahkan politik. Artinya kebanyakan masalahnya adalah non teknis. Sementara

aspek rekayasa dan teknologi, porsinya lebih sedikit.

Indonesia bukan hanya Jawa. Ada Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Papua, Maluku, serta Bali dan Nusa Tenggara. Wilayah tersebut perlu dibangun agar

pembangunan tidak menumpuk di Jawa. Meski aktivitas bisnisnya tidak sebesar

Jawa, pembangunan sudah harus dilakukan dan daya tariknya adalah infrastruktur.

Pembangunan di luar Jawa sangat penting untuk mengurangi ketimpangan ekonomi

dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konsentrasi

penduduk harus mulai digeser ke luar Jawa. Ekonomi di luar Jawa perlu segera

dibangun dan itu semuanya harus dimulai dari infrastruktur.

Semua kota besar di Sumatera bisa diakses lewat tol guna memperlancar

pergerakan manusia dan barang. Lalu lintas yang masih sepi akan menyulitkan

pengembalian investasi. Pembangunan infrastruktur yang terlalu cepat akan

membangkrutkan BUMN dan pemerintah.

Malaysia yang pada era 1980-an belajar membuat jalan tol dari Indonesia.

Kini, tol mulus sudah membelah Malaysia. Semua kota besar di negeri jiran itu sudah

terhubungkan tol. RRT sudah maju pesat berkat infrastruktur yang bagus. Setiap kota

besar di Negeri Tirai Bambu itu sudah terhubung tol. Apalagi dengan konsep One

Belt, One Road yang diimplementasikan sejak 2013, tol Trans Tiongkok kini menjadi

bagian dari jalur darat mulus yang melintasi 65 negara dengan jumlah penduduk 4,4

89
miliar. Belajar dari negara lain, pembangunan ekonomi harus dimulai dari

penyediaan infrastruktur atau business follow the infrastructure. Itulah yang terjadi

dengan Eropa, AS, Jepang, Korsel, dan RRT.

Gambar 10.2 Contoh Infrastruktur di Jepang

Pemerintah sudah tepat ketika memutuskan untuk membangun infrastruktur

terlebih dahulu. Apalagi sejak memulai pembangunan Tol Trans Sumatera,

pemerintah sudah merumuskan sebuah perencanaan komprehensif. Sejumlah

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sudah ditetapkan. Di dalam KEK ada kawasan

industri yang dekat dengan pelabuhan dan bandara. Ada enam tujuh KEK untuk

menggerakkan perekonomian Sumatera. Dengan kekayaan alam yang besar,

Sumatera adalah new engine of Indonesia. Setelah Jawa, Indonesia harus punya

mesin pertumbuhan baru. Yang paling dekat adalah Sumatera. Selain penghasil

berbagai komoditas, pulau ini cukup padat dibanding pulau lainnya. Sumatera adalah

90
penghasil komoditas perkebunan dan mineral. Sumatera adalah penghasil sawit, kopi,

kakao, kayu, besi, batu bara, urea, timah, dan migas. Sebagai sentra energi, kegiatan

ekonomi di pulau ini akan lebih efisien. Belajar dari Jawa, kawasan industri di

Sumatera akan dibuat lebih integratif. Industri hulu hingga hilir harus berada di satu

kawasan yang dekat dengan pelabuhan.

Gambar 10.3 Proyek tol Sumatera

Pabrik elektronik dan otomotif harus satu kawasan dengan pabrik baja dan

industri barang modal. Pabrik tekstil satu kawasan dengan pesawat pabrik purified

terephthalic acid (PTA). Kawasan industri dan pelabuhan dihubungkan oleh rel

kereta api (KA). Semua peti kemas diangkut lewat KA. Kepabeanan dan imigrasi

berada dalam satu atap, sehingga produk Sumatera bisa diekspor dari setiap

pelabuhan. Tol Trans Sumatera akan menarik minat wisatawan mancanegara

(wisman) dan wisatawan Nusantara (wisnus). Pariwisata Indonesia jangan lagi

91
tergantung Bali. Dengan jalan darat yang mulus yang menghubungkan setiap kota

besar, pergerakan manusia akan lebih cepat. Kehadiran Tol Trans Sumatera akan

menempatkan Indonesia bagian dari Asian Highway Network, yakni jalur darat

mulus sepanjang 141.000 km yang menghubungkan 34 negara di Asia dan Eropa.

Sukses Sumatera akan diikuti Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.

Empat pulau besar Indonesia patut dijadikan mesin pertumbuhan selain Jawa.

Jalan darat yang berstandar internasional juga perlu dibangun di Bali, Nusa

Tenggara, dan Maluku. Untuk jalur yang layak secara finansial dan ekonomi, swasta

perlu dilibatkan. Sedangkan untuk jalur yang hanya layak secara ekonomi, namun

tidak secara finansial, pemerintah lewat BUMN harus mengambil risiko. Itulah yang

kini terjadi dengan Tol Trans Sumatera dan sejumlah proyek infrastruktur lainnya.

Langkah pemerintah sudah tepat.

Pembangunan infrastruktur selama empat tahun terakhir sudah memberikan

hasil yang signifikan: inflasi rendah, angka kemiskinan menurun, kesenjangan dan

ketimpangan menyempit. Meski laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5%, kualitas

pertumbuhan cukup bagus. Selama ini, pembangunan ekonomi tidak bisa ‘digas’

lebih kencang karena akan menimbulkan pemanasan mesin ekonomi. Pembangunan

ekonomi kencang, inflasi membengkak. Tapi, dengan infrastruktur yang sudah lebih

siap, pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang bisa dipacu lebih kencang tanpa

menimbulkan pemanasan.

Beberapa target infrastruktur di Indonesia dalam 5 tahun kedepan yaitu:

• Sumber daya air

Pada bidang ini pemerintah menargetkan untuk membangun sekiranya

60 unit bendungan, 1000 embun dan 500.000 hektar pembangunan daerah

irigasi.

92
• Jalan dan jembatan

Jalan dan jembatan juga menjadi fokus pembangunan pemerintah

dengan menargetkan 3000 kilometer jalan baru untuk mendukung kawasan

strategis diantaranya Trans Papua, Manokwari – Pegunungan Arfak, Akses

Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Galang Batang dan KEK Bitung,

Pelabuhan dan Bandara Akses Patimban, Akses NYIA Kulon Progo, Akses

PLBN Yetekkun dan Sei Nyamuk Nunukan. Selain itu akses ke kawasan

industri antara lain kawasan industri dan pelabuhan internasional (KIPI)

• Pemukiman dan perumahan

Sementara Kementerian PUPR juga melakukan peningkatan akses

terhadap air minum layak, sanitasi dan pembuangan sampah, serta penanganan

10.000 hektar kawasan kumuh yang tersebar di seluruh Indonesia. Di bidang

perumahan juga pemerintah mencanangkan pembangunan 50.000 unit rumah

susun, 25.000 unit rumah khusus dan 1.500.000 unit rumah swadaya.

Gambar 10.4 Salah satu proyek infrastruktur di Indonesia

93
Selain yang dijelaskan di atas mengenai issu infrastruktur di masa yang akan

datang, dalam beberapa waktu/tahun kedepan juga Indonesia sudah memiliki strategi

tertentu terhadap perkembangan infrastruktur Indonesia untuk kedepannya. Hal ini

dibuktikan dengan adanya kerangka pembangunan infrastruktur di Indonesia. Seperti

yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10.5 Kerangka pembangunan infrastruktur Indonesia

94
Gambar 10.6 Fokus kementrian perhubungan

Gambar 10.7 Target infrastruktur di bidang transportasi

95
PENUTUP

Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pembagunan infrastruktur adalah sebagai sebuah

pelayanan yang diberikan oleh Negara kepada rakyat sebagai unsur pembangunan nasional.

Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan seperti halnya infrastruktur jalan

dan jembatan. Keterbatasan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, menyebabkan

melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan pembangunan jalan umum dan

jembatan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi salah satu hal yang penting dan

fundamental hal tersebut karena infrastruktur yang baik tentu akan berdampak pada

kesejahteraan masyarakat serta perekonomian nasional. NamunPerkembangan infrastruktur di

Indonesia masih sangat sangat mencemaskan. Pembangunan infrastruktur dirasakan tidak

merata diseluruh wilayah Indonesia. Dapat dilihat terdapat ketimpangan dalam pembangunan

infrastruktur antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI),

secara umum diketahui bahwa infrastruktur di Pulau Jawa lebih maju jika dibandingkan

dengan infrastruktur di luar Pulau Jawa.

Akibatnya pelayanan kepada masyarakat menjadi kurang maksimal karena

sangat terbatasnya infrastuktur yang tersedia di Indonesia.Kendala utamanya yaitu belum

memadainya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan prasarana

infrastruktur antar daerah, kurangnya mekanisme dengan Public Private Partnership dalam

menarik investor, serta kurang baiknya pengelolaan anggaran pemerintah dalam

mengalokasikan infrastuktur yang sangat di butuhkan oleh masyrakat, khususnya bagi

masyarakat miskin.

96
DAFTAR PUSTAKA

https://www.itb.ac.id/berita/detail/57038/mendorong-manajemen-

infrastruktur-publik-yang-berkelanjutan

https://www.indonesiainvestments.com/id/bisnis/risiko/infrastruktur/item3

81

https://www.dosenpendidikan.co.id/infrastruktur/#:~:text=Secara%20umu

m%20pengertian%20infrastruktur%20ialah,operasional%20kegiatan%20

masyarakat%20atau%20perusahaan.

https://kppu.go.id/blog/2010/07/kerjasama-pemerintah-dan-swasta-pada-

sektor-infrastruktur/

https://kppip.go.id/tentang-kppip/perkembangan-pembangunan-

infrastruktur-di-indonesia/perkembangan-perbaikan-regulasi-untuk-

mendukung-proyek-infrastruktur/

https://www.kompasiana.com/leonardo60970/5eeb91d5097f3672272a1cc4/

manajemen-proyek-rekayasa

https://jdih.bpk.go.id/wp-

content/uploads/2011/03/BangunJalanJembatan.pdf

https://kppip.go.id/opini/tantangan-pembangunan-infrastruktur-indonesia/

iii
https://www.itb.ac.id/berita/detail/57038/mendorong-manajemen-

infrastruktur-publik-yang-berkelanjutan

https://id.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur

https://www.academia.edu/33710507/PROSES_MANAJEMEN_INFRAST

RUKTUR

iv

Anda mungkin juga menyukai