Anda di halaman 1dari 82

MANAJEMEN INFRASTRUKTUR

INDIKATOR PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Oleh:
Alexandro Excelino Lengo (1805511081)
Herdi Wibowo (1805511086)
Makbul Hidayat (2105511186)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Infrastruktur ini.
Adapun Makalah Manajemen Infrastruktur ini berjudul “INDIKATOR
PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR”. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi
Teknik Sipil Universitas Udayana dalam mengikuti Mata Kuliah Manajemen
Infrastruktur.

Dalam Penulisan Makalah ini, Penulis mendapatkan banyak bimbingan


serta informasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1 I Putu Ari Sanjaya, ST, MT, Selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen
Infrastruktur
2 Semua pihak dan rekan yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu.

Dimana semua yang disebut diatas telah membantu penulis menyelesaikan


sehingga makalah ini dapat selesai. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar menjadi bahan pertimbangan untuk kedepannya. Akhir
kata, penulis mengucapkan Terima Kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Denpasar, 11 Oktober 2021

iiiiiiiiPenulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Penjelasan Infrastruktur..................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Infrastruktur..................................................................................4
2.2.1 Infrastruktur Keras (Physical Hard Infrastructure)............................4
2.2.2 Infrastruktur Keras Non – Fisik (Non – Physical Hard Infratructure)7
2.2.3 Infrastruktur Lunak (Soft Infrastructure)..........................................12
2.3 Indikator Penyediaan Infrastruktur...............................................................13
2.3.1 Dana yang mencukupi......................................................................13
2.3.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai....27
2.3.3 Perkembangan IPTEK......................................................................34
2.3.4 Peran Pemerintah Pada Usaha Penyediaan Infrastruktur..................37
2.4 Ketersediaan Infrastruktur di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain.39
2.4.1. Ketersediaan Infrastruktur di Indonesia........................................................39
2.4.2. Ketersediaan Infrastruktur di Luar Negeri....................................................54
BAB III PENUTUP...............................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
LAMPIRAN...........................................................................................................68

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Transportasi Darat.................................................................................5


Gambar 2. 2 Infrastruktur Jalan..................................................................................6
Gambar 2. 3 Infrastruktur Pengairan..........................................................................7
Gambar 2. 4 Infrastruktur Air Minum........................................................................8
Gambar 2. 5 Infrastruktur Air Limbah.......................................................................9
Gambar 2. 6 Infrastruktur Persampahan...................................................................10
Gambar 2. 7 Infrastruktur Telekomunikasi..............................................................11
Gambar 2. 8 Infrastruktur Kelistrikan......................................................................11
Gambar 2. 9 Infrastruktur Gas Bumi........................................................................12
Gambar 2. 10 PT Pertamina.....................................................................................18
Gambar 2. 11 Perum Peruri......................................................................................19
Gambar 2. 12 Tol Trans Sumatera...........................................................................21
Gambar 2. 13Pembangunan Terminal Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.. 22
Gambar 2. 14 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap.............................23
Gambar 2. 15 PT Freeport Indonesia.......................................................................25

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kinerja Infrastruktur Indonesia di ASEAN.............................................39


Tabel 2. 2 Panjang Jaringan Jalan (non-tol) di Indonesia........................................41
Tabel 2. 3 Panjang Jaringan Jalan Menurut Wilayah di Indonesia, 2000 (km).......42
Tabel 2. 4 Kerusakan Jaringan Jalan Nasional (2002-2004)....................................43
Tabel 2. 5 Kinerja Infrastruktur Listrik Indonesia dan beberapa Negara Lainnya...45
Tabel 2. 6 Akses Masyarakat Terhadap Air dan Sanitasi.........................................47
Tabel 2.7 Persentase Rumah Tangga/Populasi Yang Menggunakan Pipa/PAM
Menurut Propinsi, 1992 dan 2000............................................................................47
Tabel 2. 8 Perbandingkan Persentase Teledensitas Infrastruktur Telekomunikasi
dan Informatika Indonesia dengan Negara ASEAN (2003).....................................50

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketersediaan infrastruktur sangat penting untuk keberlangsungan suatu
negara. Sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025. Salah satu upaya strategis dalam mewujudkan bangsa yang
berdaya saing yaitu melalui peningkatan kapasitas infrastruktur fisik dan
pendukung yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang
dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi
pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembangunan limbah,
transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan
sosial dan ekonomi (Kodoatie, R.J., 2005). Pembangunan infrastruktur akan dapat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Infrastruktur sendiri merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk
berkembang dan juga sebagai sarana penciptaan hubungan antara satu dengan
yang lainnya. Selama ini sektor pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur
kurang diperhatikan oleh pemerintah, sehingga membuat pemerataan ekonomi di
indonesia belum begitu sempurna di beberapa wilayah. Namun beberapa tahun
terakhir pemerintah menggalakkan pembangunan sarana dan prasarana
infrastruktur demi meratanya pembangunan di wilayah-wilayah terpencil. Karena
infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi, mulai dari
alokasi pembiayaan publik hingga swasta, infrastruktur dipandang sebagai
lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Diharapkan dengan adanya
pembangunan dan perbaikan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi di Indonesia
semakin hari akan semakin berkembang dengan pesat, seiring dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Keberhasilan suatu negara dalam penyediaan infrastruktur yang baik dan
sesuai kebutuhan, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang maju pada
suatu negara. Hal tersebut dikarenakan infrastruktur merupakan suatu alat yang
dijadikan suatu mengolah sumber daya yang ada sekaligus sebagai alat distribusi

1
pada suatu negara. Untuk menilai seberapa baiknya pembangunan infrastruktur di
suatu negara maka perlu ditinjau dengan beberapa indikator. Diamana Indikator
merupakan alat ukur untuk menilai suatu variabel. Indikator memiliki hubungan
yang erat dengan variabel. Adapun yang dimaksud dengan variabel adalah objek
penelitian atau fokus penelitian yang memiliki variasi nilai.
Indikator penyediaan Infrastrukur meliputi ,adanya ketersediaan dana yang
cukup, SDA dan SDM yang memadai ,adanya perkembangan IPTEK yang tepat
dan canggih serta peran pemerintah pada usaha penyediaan infrastruktur di
berbagai sektor. Keempat indikator tersebut harus dimiliki oleh suatu negara bila
menginginkan suatu sarana dan prasarana infrastruktur yang baik. Karena
keempat indikator tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Dukungan dari
pemerintah juga merupakan salah satu hal penting pula dalam rangka penyediaan
infrastruktur, melalui serangkaian kebijakan serta kerja sama dengan berbagai
pihak seperti BUMN, swasta dan masyarakat. Dengan begitu makan proses
penyediaan infrastruktur akan berjalan dengan baik yang nantinya diiringi dengan
kemajuan perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1 Apa saja indikator penyediaan infrastruktur?
2 Bagaimanakah ketersediaan infrastruktur di Indonesia dibandingkan dengan
Negara lain?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah ini
adalah :
1 Menjelaskan apa saja indikator penyediaan infrastruktur.
2 Menjelaskan bagaimana ketersediaan infrastruktur di Indonesia
dibandingkan dengan Negara lain.

1.4

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Infrastruktur


Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi
pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh
penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain
dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses
kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya
stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit,
dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.

Infrastruktur adalah padanan dari kata prasarana. Menurut Gregory Mankiw


(2003) dalam Teori Ilmu Ekonomi, infrastruktur artinya wujud modal publik (public
capital) yang terdiri dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan, dan
lainnya, sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Secara umum, arti
infrastruktur seringkali dikaitkan struktur fasilitas dasar untuk kepentingan umum.
Beberapa contoh infrastruktur dalam bentuk fisik antara lain jalan, jalan tol, stadion,
jembatan, konstruksi bangunan, jaringan listrik, bendungan, dan sebagainya.

Infrastruktur menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun


2015, infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak
yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung
jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 38 tahun 2015,
Jenis Infrastruktur ekonomi dan sosial mencakup :

1 Infrastruktur transportasi;
2 Infrastruktur jalan;
3 Infrastruktur sumber daya air dan irigasi;

3
4 Infrastruktur air minum;
5 Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
6 Infrastruktur sistem pengelolaan limbah setempat;
7 Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
8 Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
9 Infrastruktur ketenagalistrikan;
10 Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
11 Infrastruktur konservasi energi;
12 Infrastruktur fasilitas perkotaan;
13 Infrastruktur fasilitas pendidikan;
14 Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian;
15 Infrastruktur kawasan;
16 Infrastruktur pariwisata;
17 Infrastruktur kesehatan;
18 Infrastruktur lembaga permasyarakatan; dan
19 Infrastruktur perumahan rakyat.
2.2 Jenis-jenis Infrastruktur

Infrastruktur dapat merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi formal


dan informal serta alat-alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik
atau kepercayaan pada kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Dalam konseptual
gagasan bahwa struktur pengorganisasian merupakan penyediaan infrastruktur dan
dukungan untuk sistem atau bagi layanan organisasi seperti dalam sebuah kota,
negara, perusahaan, atau kumpulan orang dengan kepentingan umum. Infrastruktur
sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar sebagai berikut :

2.2.1 Infrastruktur Keras (Physical Hard Infrastructure)


Infrastruktur keras merupakan infrastruktur yang paling erat
kaitannya dengan kepentingan publik. Banyak orang juga mengartikan
istilah infrastruktur sebagai infrastruktur yang keras. Infrastruktur keras
merupakan infrastruktur yang memiliki bentuk fisik yang nyata dan
kegunaannya memang berasal dari bentuk fisik yang dimilikinya tersebut.
Keras merupakan infrastruktur yang paling banyak berkaitan dengan
kepentingan umum masyarakat. Kebanyakan masyarakat juga mengartikan

4
kata infrastruktur sebagai infrastruktur keras. Ini semua adalah prasarana
yang berkaitan dengan pembangunan fasilitas umum berwujud. Beberapa
di antaranya termasuk dalam infrastruktur keras, antara lain:
1 Transportasi Darat
Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, pembangunan
infrastruktur diyakini sebagai motor pembangunan suatu kawasan,
termasuk pembangunan industri. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan layanan infrastruktur
yang berkualitas, baik dalam bentuk pengaturan dengan kerangka
regulasi maupun kerangka investasi melalui rehabilitasi dan
peningkatan kapasitas fasilitas infrastruktur yang rusak, serta
pembangunan baru. Kerangka kebijakan regulasi dan kerangka
investasi diharapkan akan dapat meningkatkan ketersediaan
fasilitas dan layanan infrastruktur (Basri, 2002).

Gambar 2. 1 Transportasi Darat

Peningkatan pertumbuhan PDRB yang tinggi, sangat


dipengaruhi oleh tersedianya infrastruktur transportasi pada suatu
wilayah. Namun dari sisi penawaran (side supply), pemerintah
terkendala dengan minimnya investasi (dana) untuk pemeliharaan
maupun pembangunan baru untuk infrastruktur transportasi.
Sedangkan di sisi lain, permintaan (side demand) terhadap
infrastruktur transportasi sangat tinggi karena jumlah penduduk
dalam suatu wilayah bertambah padat. Dengan demikian moda
tranportasi bertambah pula untuk memenuhi permintaan pengguna

5
jasa pengangkutan (bandingkan dengan Basri dan Munandar,
2009).
Dengan tersedianya infrastruktur transportasi, maka
pelayanan publik terhadap masyarakat oleh pemerintah semakin
meningkat secara efektif, efisien, dan ekonomis. Semua ini
tentunya akan berimplikasi pada tingkat pertumbuhan ekonomi
regional suatu daerah yang makin meningkat dari tahun ke tahun.
Infrastruktur transportasi sebagaimana dimaksud meliputi:
a. sarana dan prasarana perkeretaapian;
b. sarana dan prasarana pelabuhan;
c. sarana dan prasarana pelabuhan penyeberangan;
d. sarana dan prasarana kebandarudaraan; dan
e. sarana dan prasarana perhubungan darat.
2 Infrastruktur Jalan
Infrastuktur jalan merupakan lokomotif untuk menggerakan
pembangunan ekonomi bukan hanya di perkotaan tetapi juga di
wilayah pedesaan. Selain itu, infrastruktur merupakan pilar
menentukan kelancaran arus barang, jasa, manusia,uang dan
informasi dari satu zona pasar ke zona pasar lainnya. Infrastruktur
jalan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. jalan umum;
b. jalan tol;
c. jembatan; dan
d. jembatan tol.

6
Gambar 2. 2 Infrastruktur Jalan

3 Infrastruktur Pengairan
Komponen dalam infrastruktur air limpasan terdiri dari air
limpasan, drainase dengan segala variasinya, dan badan air
penerima. Drainase adalah saluran yang digunakan untuk
mengalirkan air limpasan ke badan air penerima. Sama halnya
dengan air limbah, infrastruktur air limpasan terdiri dari on site dan
off site system. Pada saat ini, telah berkembang paradigma baru
dalam pengelolaan infrastruktur yang mana infrastruktur untuk
mengalirkan air limpasan tidak hanya berupa saluran drainase,
melainkan saluran yang dilengkapi dengan kolam-kolam detensi,
infiltrasi, dan pemanenan air hujan. Infrastruktur pengairan
sebagaimana dimaksud meliputi:
a. waduk;
b. bendung;
c. saluran pembawa air baku; dan
d. bangunan pengairan lainnya.

7
Gambar 2. 3 Infrastruktur Pengairan

2.2.2 Infrastruktur Keras Non – Fisik (Non – Physical Hard Infratructure)


Infrastruktur keras non fisik sangat erat kaitannya dengan masalah
kepuasan masyarakat. Biasanya hanya jika infrastruktur keras non-fisik
digabungkan atau digunakan bersama dengan infrastruktur lain (seperti
infrastruktur keras atau infrastruktur lunak) barulah berguna.
Infrastruktur keras non fisik merupakan infrastruktur keras yang
tidak memiliki bentuk fisik yang nyata/jelas akan tetapi berguna dan
mendukung keberadaan infrastuktur keras lainnya. Keras non fisik sangat
berkaitan erat dengan permasalahan kepuasan publik. Infrastruktur keras
non fisik biasanya hanya bisa dirasakan kegunaannya ketika digabungkan
ataupun digunakan bersama-sama dengan infrastruktur lainnya seperti
infrastruktur keras ataupun infrastruktur lunak.
Ini semua adalah fungsi utilitas publik yang terkait dengan
infrastruktur. Beberapa di antaranya termasuk dalam infrastruktur keras
non fisik, antara lain:
1 Infrastruktur air minum
Komponen fisik infrastruktur air bersih terdiri dari sumber,
transmisi, pengolahan, distribusi, dan konsumen. Sumber dapat
terdiri dari sumber dan sistem pengambilan/pengumpulan saja atau
dapat pula dilengkapi dengan suatu sistem pengolahan. Sumber-
sumber yang dapat digunakan, antara lain air permukaan (sungai

8
dan waduk), air tanah (mata air, sumur), air laut, dan air hujan.
Kuantitas sumber akan menentukan besarnya pengambilan yang
dapat dilakukan, sedangkan kualitas sumber akan menentukan
perlu atau tidaknya pengolahan terhadap sumber.

Gambar 2. 4 Infrastruktur Air Minum

Sistem transmisi merupakan sistem transportasi untuk air


baku (dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengolahan air
minum) dan air bersih (dari sumber yang sudah memenuhi syarat
kualitas atau dari bangunan pengolahan air minum sampai
reservoir distribusi). Cara pengangkutan dapat dilakukan, baik
dengan cara gravitasi maupun pemompaan. Fasilitas pengangkutan
dapat dilakukan dengan pipa maupun tangki pengangkut. Sistem
distribusi terdiri dari suatu reservoir dan pipa distribusi. Reservoir
dapat berupa tangki pada permukaan tanah ataupun tangki di atas
kaki, baik untuk sistem gravitasi ataupun pemompaan
2 Infrastruktur air limbah
Komponen infrastruktur air limbah terdiri dari sumber,
saluran, pengolahan, dan disposal. Produksi air limbah dihitung
dari persentase pemakaian air bersih, yaitu 70%-80% dari
pemakaian air bersih. Air limbah ini mengandung kotoran manusia,
bahan sisa pencucian barang, dan sebagainya. Kualitas air limbah
tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan. Oleh karena
itu, harus dikumpulkan dan dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah. Pengelolaan limbah domestik terdiri pengolahan terpusat
(off site sanitation) dan pengolahan setempat (on site sanitation).

9
Sistem on site adalah sistem di mana penghasil limbah mengolah
air limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan
tangki septik. Sistem off site adalah sistem di mana air limbah
disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu
kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat.
Infrastruktur air limbah sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Instalasi pengolahan air limbah
b. Jaringan pengumpul
c. jaringan utama.

Gambar 2. 5 Infrastruktur Air Limbah

3 Sarana persampahan
Dalam pengelolaan sampah terdapat sejumlah elemen
fungsional, yaitu timbulan sampah (waste generation); penanganan
dan pemilahan sampah; penyimpanan dan pengolahan di sumber;
pengumpulan, pemindahan dan transportasi; pemilahan,
pengolahan dan transformasi sampah; dan pembuangan (disposal).
Dalam elemen fungsional di atas diperlukan sejumlah prasarana,
seperti tong sampah, gerobak sampah, bak sampah, dan mobil
sampah. Infrastruktur sarana persampahan sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. pengangkut;
b. tempat pembuangan; dan
c. pengolahan sampah.

10
Gambar 2. 6 Infrastruktur Persampahan

4 Infrastruktur telekomunikasi dan informatika


Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi
pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan
bagian penting bagi ketahanan nasional. Informasi dapat diperoleh
dengan salah satu cara yaitu telekomunikasi. Infrastruktur
telekomunikasi terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu kantor pusat
(central offices), private branches exchanges, dan physical plant.

Gambar 2. 7 Infrastruktur Telekomunikasi

5 Infrastruktur ketenagalistrikan
Infrastruktur energi adalah infrastruktur yang mencakup
pembangkit, jaringan transmisi, sampai jaringan distribusi. Sistem
transmisi dan distribusi merupakan sistem penghubung antara
produsen dan konsumen akhir yang berperan penting dalam
ketersediaan energi. Infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud meliputi:
a. pembangkit
b. transmisi

11
c. gardu
d. jaringan atau distribusi tenaga listrik
e. sumur eksplorasi dan eksploitasi tenaga panas bumi

Gambar 2. 8 Infrastruktur Kelistrikan

6 Infrastruktur minyak dan gas bumi.


Minyak dan gas bumi merupakan salah satu dari sumber
daya alam (non renewable) strategis tidak terbarukan yang dikuasai
oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat
hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam
perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat
secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. kilang;
b. transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi.

Gambar 2. 9 Infrastruktur Gas Bumi

2.2.3 Infrastruktur Lunak (Soft Infrastructure)

12
Pengertian infrastruktur lunak adalah infrastruktur yang berbentuk
kelembagaan ataupun kerangka institusional. Infrasturktur lunak pada
dasarnya harus dibangun dengan memperhatikan berbagai macam nilai dan
norma seperti nilai budaya, norma agama, norma asusila, norma hukum
dan berbagai nilai dan norma lainnya. Infrastruktur lunak biasanya
berkaitan erat dengan aktivitas pelayanan masyarakat yang disediakan oleh
pemerintah. Beberapa contoh infrastruktur lunak yaitu pelayanan kantor
pos, pelayanan polisi, pelayanan pembuatan surat ijin mengemudi,
pelayanan kantor kecamatan/kelurahan, dan berbagai infrastruktur lunak
lainnya.
Infrastruktur lunak adalah segala konten yang berkaitan dengan
sistem, nilai, regulasi, regulasi, dan layanan publik yang disediakan oleh
berbagai pihak (khususnya pemerintah). Beberapa di antaranya termasuk
infrastruktur lunak, termasuk:
a Etika profesional
b peraturan lalu lintas
c Kualitas pelayanan publik
d Hukum
2.3 Indikator Penyediaan Infrastruktur
Indikator merupakan alat ukur untuk menilai suatu variabel. Indikator memiliki
hubungan yang erat dengan variabel. Adapun yang dimaksud dengan variabel adalah
objek penelitian atau fokus penelitian yang memiliki variasi nilai. Indikator
penyediaan Infrastrukur meliputi ,adanya ketersediaan dana yang cukup, SDA dan
SDM yang memadai, adanya perkembangan IPTEK serta peran pemerintah dalam
usaha penyediaan infrastruktur di berbagai sektor.
2.3.1 Dana yang mencukupi

Dana merupakan salah satu indikator dalam penyediaan


infrastruktur. Untuk di Indonesia sumber dana penyediaan infrastruktur
berasal dari Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pinjaman dan
Investor.

13
1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi pemerintah
periode 2014-2019, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-
2019, pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
dalam strategi pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan tema
rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2016, yaitu Mempercepat
Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi
Pembangunan yang Berkualitas. Anggaran infrastruktur dalam
APBN dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok besar, yaitu
infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan dukungan
infrastruktur. Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk
pembangunan (termasuk pemeliharaan) sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam rangka kelancaran mobilitas arus barang dan
jasa, serta kelancaran proses produksi. Termasuk dalam klasifikasi
ini adalah berbagai kegiatan, baik di K/L, non-K/L, transfer ke
daerah dan dana desa, maupun pembiayaan anggaran, yang antara
lain terkait dengan transportasi, pengairan/irigasi, telekomunikasi
dan informatika, perumahan/permukiman serta energi
(ketenagalistrikan, minyak, dan gas bumi).
Pemerintah saat ini sedang gencar dalam melakukan
pembangunan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang
memadai sangat penting dalam rangka mendorong penanaman
modal dan memacu pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan
target pemerintah. Dengan adanya infrastruktur seperti jalan,
pelabuhan, bandar udara, kereta api dan infrastruktur di bidang
energi, listrik dan telekomunikasi, diharapkan mampu mendukung
sektor-sektor lainnya seperti sektor pariwisata. Pemerintah juga
terus mengambil langkah-langkah perbaikan pada regulasi guna
mendukung pembangunan infrastruktur.
Namun dalam semangat membangun tersebut terdapat
beberapa kendala yang dihadapi oleh Pemerintah. Salah satu
Kendala Pemerintah dalam membangun infrastruktur adalah

14
masalah pembiayaan. Masalah pembiayaan infrastruktur tersebut
terjadi karena adanya financing gap antara dana yang dapat
disediakan Pemerintah dan kebutuhan dana untuk penyediaan
infrastruktur yang dibutuhkan. Kesenjangan dalam pembiayaan
pembangunan infrastruktur disebabkan oleh potensi pembiayaan
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) ataupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang terbatas. Infrasturuktur guna mendukung pariwisata
indonesia yang pendanaanya tidak akan cukup jika hanya
mengandalkan dana dari APBN. Pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020 – 2024.
Dengan kondisi demikian pemerintah perlu mencari solusi
atas persoalan tersebut dengan melibatkan berbagai stakeholder
terkait dalam pembangunan infrastruktur, misalnya pihak swasta
atau badan usaha. Dengan keterlibatan dari berbagai pihak ini maka
akan membantu pemerintah dalam mengatasi keterbatasan dana
untuk pembangunan infrastruktur terkait sehingga dirasa perlu
adanya keterlibatan dari swasta/badan usaha. Bentuk kerjasama
yang melibatkan pihak swasta ini disebut sebagai Public Private
Partnership (PPP) atau dikenal juga dengan sebutan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Menurut Perpres Nomor 38 Tahun 2015, KPBU
didefinisikan sebagai kerjasama antara Pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur bertujuan untuk kepentingan
umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan
pembagian risiko diantara para pihak. Dengan adanya sistem
pembiayaan KPBU tersebut diharapkan dapat meringankan beban
APBN dan membuka peluang bagi swasta untuk berpartisipasi

15
dalam pengembangan infrastruktur guna mendukung sektor-sektor
yang ada di Indonesia.
Dengan diberlakukannya skema KPBU pada pengadaan
infrastruktur ini tentunya akan memberikan manfaat seperti
terdapat efisiensi pembiayaan pembangunan karena pembangunan
proyek dilakukan melalui kerjasama pemerintah dengan swasta dan
terdapatnya transfer kemampuan dan pengetahuan dari Swasta
sehingga kedepannya menghasilkan pengelolaan infrastruktur
dengan kualitas yang baik.
2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
dibedakan antara penerimaan Daerah Kabupaten dalam rangka:
 Pelaksanaan Desentralisasi dengan
 Pelaksanaan Dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Penerimaan daerah dalam rangka desentralisasi merupakan
hak daerah dan sekaligus merupakan sumber pendapatan daerah.
Atas dasar pendapatan daerah tersebut selanjutnya akan menjadi
acuan untuk penyusunan rencana kerja dan anggaran belanja daerah
yang kemudian disebut sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Secara sistematis sumber-sumber penerimaan
Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi adalah sebagai berikut:
 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
 Dana Perimbangan Daerah;
 Pinjaman Derah
 Lain-lain penerimaan yang sah
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999,
Komponen Penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Sorong adalah sebagai berikut:
 Hasil pajak daerah
 Hasil retribusi daerah

16
 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan
 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak


daerah dan retribusi daerah merupakan penerimaan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan daerah sesuai dengan yang diatur
dalam undang-undang. Kewenangan tersebut meliputi
penghimpunan data objek dan subjek pajak dan retribusi,
penentuan besarnya pajak dan retribusi yang terutang sampai pada
kegiatan penagihan pajak dan retribusi kepada wajib pajak serta
pengawasan pemungutannya.
Rencana pembiayaan prasarana dan sarana bidang PU
(Keciptakaryaan) antara lain prasarana air minum/bersih,
persampahan, air limbah, jalan lingkungan, penataan bangunan dan
drainase, pada saat ini dilaksanakan dari beberapa sumber-sumber
pembiayaan seperti: APBD I, APBD II, Dana DAK, Dana Migas
dan Dana Otsus. Rencana pembiayaan prasarana tersebut dilakukan
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat Urgensi
akan kebutuhan prasarana dan sarana tersebut. Pelaksanaan
pembiayaan prasarana dan sarana bidang PU/Keciptakaryaan
dilaksanakan oleh masing-masing SKPD atau instansi terkait yang
membidangi pembangunan prasarana tersebut dengan sumber dana
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah
dan Swasta.
3 Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN,Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN merupakan
salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, di

17
samping badan usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan
kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan
peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.
Adapun maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah sebagai
berikut
 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian
nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
khususnya.
 Mengejar keuntungan.
 Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai
bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
 Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh swasta dan koperasi.
 Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN, Badan Usaha Milik Negara terdiri dari
dua jenis, yaitu Badan usaha perseroan (Persero) danbadan usaha
umum (Perum). Adapun penjelasan kedua jenis BUMN ini sebagai
berikut.
1 Badan Usaha Perseroan (Persero)
Badan usaha perseroan (Persero) adalah BUMN
yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

18
Gambar 2. 10 PT Pertamina

Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah


menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai badan usaha. Contoh Persero antara lain
PT Pertamina, PT Kimia Farma Tbk., PT Kereta Api
Indonesia, PT Bank BNI Tbk., PT Jamsostek, dan PT
Garuda Indonesia.
2 Badan Usaha Umum (Perum)
Badan usaha umum (Perum) adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan badan usaha.
Maksud dan tujuan Perum adalah
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan badan usaha
yang sehat. Untuk mendukung kegiatan dalam rangka
mencapai maksud dan tujuan tersebut, dengan persetujuan
menteri, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam
badan usaha lain. Contoh Perum antara lain Perum Damri,

19
Perum Bulog, Perum Pegadaian, dan Perum Percetakan
Uang Republik Indonesia (Peruri).

Gambar 2. 11 Perum Peruri

Sekuritisasi adalah proses pengumpulan aset tertentu dari


suatu entitas (pooled asset) untuk kemudian dikemas (packaging)
menjadi surat berharga (securities) dan biasanya dijadikan
interest-bearing securities. Aset yang dikumpulkan biasanya
mendatangkan penghasilan bagi entitas dimana penghasilan
tersebut lah yang akan diteruskan kepada pemilik sekuritas.
Sekuritisasi semula dilakukan untuk self-liquidating assets, yaitu
aset yang dapat menghasilkan pendapatan (income) untuk
menutupi biayanya sendiri (cost) seperti tagihan KPR. Dalam
perkembangannya, tipe aset apapun yang mengandung proyeksi
arus kas yang terjaga juga dapat disekuritisasi, dalam hal ini
contohnya tagihan listrik dan pendapatan jalan tol. Sekuritisasi
menjadi cara bagi entitas untuk mencari sumber pendanaan baru
melalui asset refinancing pada harga pasar (Jobst, 2008).
Bagi BUMN, sekuritisasi aset menjadi alternatif
pembiayaan kreatif infrastruktur ketika dukungan maupun alokasi
dana APBN dari Pemerintah terbatas, atau bahkan tidak ada sama
sekali. Keikutsertaan BUMN dalam kegiatan pembangunan
nasional baik untuk proyek infrastruktur yang financially feasible
maupun tidak, merupakan suatu keniscayaan. Meskipun BUMN
tunduk pada rezim UU Perseroan Terbatas sebagai unit organisasi

20
yang profit oriented, namun BUMN juga tunduk pada rezim UU
Keuangan Negara dan UU BUMN, dimana BUMN adalah milik
Pemerintah dan dapat menerima penugasan dari Pemerintah.
Pemerintah pun telah memberikan berbagai fasilitas dan
dukungan terkait peran BUMN sebagai agen pembangunan,
seperti Penanaman Modal Negara (PMN), Penerusan Pinjaman
Luar Negeri atau Subsidiary Loan Agreement (SLA), hingga
penjaminan Pemerintah atas Pinjaman Langsung BUMN ke
Lembaga Keuangan Internasional atau Direct Lending, serta
pemberian Penjaminan Pemerintah untuk pinjaman BUMN dalam
rangka pembangunan infrastruktur.
Sekuritisasi aset merupakan salah satu upaya BUMN
menyikapi adanya tugas dan fungsi membangun infrastruktur
tanpa adanya dukungan langsung dari APBN maupun Penjaminan
Pemerintah. Namun bukan berarti upaya tersebut tidak
menimbulkan risiko. Walaupun skema ini tidak memiliki
eksposure langsung ke APBN dan tanpa Penjaminan Pemerintah,
namun secara tidak langsung masih memiliki risiko fiskal
mengingat Pemerintah adalah pemilik (pemegang saham
mayoritas) BUMN. Konsekuensinya, “BUMN dijamin penuh
Pemerintah” (fully-backed by sovereign) merupakan persepsi
investor pada umumnya.
Berbeda dengan skema sekuritisasi, dalam skema
pemberian Penjaminan Pemerintah, Kementerian Keuangan
memiliki kewenangan melakukan monitoringperforma BUMN
secara langsung. BUMN penerima Penjaminan juga wajib
menyampaikan laporan kondisi keuangan secara periodik kepada
Menteri Keuangan. Skema sekuritisasi aset oleh BUMN tidak
melibatkan fasilitas dan dukungan Penjaminan Pemerintah (c.q.
Kementerian Keuangan). Transaksi tersebut murni aksi korporasi,
setelah memperoleh endorsement dari Kementerian BUMN
sebagai bagian RUPS yang dilakukan perusahaan untuk

21
melaksanakan kegiatan investasinya. Karena tidak melibatkan
fasilitas APBN, maka tidak ada dasar hukum bagi Kementerian
Keuangan untuk melakukan monitoring mengenai pemanfaatan
dana hasil sekuritisasi serta kondisi keuangan BUMN yang
melakukan sekuritisasi.
Percepatan pembangunan infrastruktur menjadi kebutuhan
setelah Indonesia sempat tertinggal karena ditimpa krisis
keuangan. Infrastruktur yang dibangun ditujukan untuk
peningkatan konektivitas antar pulau di Indonesia, optimalisasi
pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kekayaan negeri
ini, dan pada gilirannya terciptanya kesejahteraan yang inklusif.
Namun creative financing yang dilakukan hendaknya tetap
memperhatikan kesinambungan APBN sebagai instrument
pembangunan, karena Menteri Keuangan sebagai chief financial
officer bertanggung jawab terhadap pengelolaan fiskal negara.
Berikut adalah contoh Megaproyek yang dikerjakan BUMN :
1. Jalan Tol Trans-Sumatera - PT Hutama Karya

Gambar 2. 12 Tol Trans Sumatera


Salah satu ruas Tol Trans Sumatera yang digarap PT Hutama
Karya (Persero). Foto: dok. Hutama Karya

Pemerintah memberi amanat kepada PT Hutama Karya


(Persero) untuk membangun dan mengembangkan Jalan Tol

22
Trans-Sumatera. Jalan tol ini akan menghubungkan Lampung dan
Aceh melalui 24 ruas jalan berbeda yang panjang keseluruhannya
mencapai 2.704 km dan akan beroperasi penuh pada 2024.

2. Terminal Pelabuhan Patimban - PTPP, Wijaya Karya

Gambar 2. 13Pembangunan Terminal Pelabuhan Patimban,


Subang, Jawa Barat.

Di kluster logistik laut, terdapat megaproyek Terminal


Pelabuhan di Patimban, Subang, Jawa Barat yang direncanakan
beroperasi pada November 2020. Pelabuhan dengan terminal
kontainer dan perkiraan kapasitas sebesar 7,5 juta TEUs ini
dibangun dengan pertimbangan adanya potensi
pertumbuhan demand di wilayah timur Jawa Barat. Selain itu,
Pelabuhan Patimban mampu membantu mengurangi kelebihan
kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok.

Dalam pembangunan bernilai Rp 43,2 triliun ini, sejumlah


BUMN ikut berkontribusi. PT PP (Persero) Tbk ditunjuk untuk
mengerjakan tiga paket dari pembangunan dan pengembangan
proyek pelabuhan tersebut. PTPP juga menggandeng PT Wijaya
Karya (Persero) atau WIKA untuk menyelesaikan beberapa paket
proyek, bekerja sama dengan perusahaan Jepang dengan
membentuk konsorsium.

3. TPLTU Batang – PT PLN

23
Gambar 2. 14 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap

Berdasarkan penjelasan KPPIP, Pembangkit Listrik Tenaga


Uap Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek
pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW
di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU ini juga digadang-
gadang menjadi yang terbesar di Asia.PLTU Batang yang akan
dikelola oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN
akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT
Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER
(34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).

PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP)


ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Pulau Jawa
dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000
MW. Sebagai salah satu proyek pilot KPBU pertama dan terbesar
di Indonesia, PLTU Jawa Tengah memiliki peran strategis untuk
mendorong keterlibatan investasi swasta dalam pembangunan
infrastruktur.

4 Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)


BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta pada dasarnya
adalah sebuah jenis badan usaha yang sebagian besar modalnya
dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan dari BUMS sendiri

24
yaitu mendapatkan keuntungan secara optimal dalam hal
pengembangan usaha serta modalnya dan menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat.

Peraturan yang mengatur berbunyi, bidang-bidang usaha yang


diberikan kepada pihak swasta adalah bidang yang mengelola
sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan strategis atau
yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak. Peran BUMS
(Badan Usaha Milik Negara) dalam penyediaan Infrastruktur

 Sebagai partner atau rekan kerja pemerintah dalam upaya


meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Sebagai partner atau rekan didalam pengelolaan berbagai
sumber daya
 Sebagai dinamisator atau juga pihak yang menimbulkan
dinamika didalam perekonomian masyarakat
 Sebagai pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat

Adapun tiga jenis BUMS di Indonesia, antara lain:


1. Perusahaan Swasta Nasional

Sebuah perusahaan dengan modal usaha berasal dari pihak


masyarakat lokal dari dalam negeri misalnya swasta nasional
contoh perusahaan swasta nasional. Salah satu contohnya adalah
PT Djarum perusahaan yang bergerak pada industri rokok.,yang
ikut ambil andil dalam memajukan penyediaan serta
pengembangan Infrastruktur pendidikan serta olahraga di Indonesia
dengan menjalin kemitraan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga

2. Perusahaan Swasta Asing

Sebuah perusahaan dengan modal usahanya berasal dari pihak


masyarakat luar negeri yang menanamkan modal serta

25
implementasi perusahaannya di Indonesia. Contoh swasta asing
yaitu PT Freeport Indonesia; perusahaan yang bergerak pada
bidang engergi

Gambar 2. 15 PT Freeport Indonesia


3. Perusahaan Swasta Campuran

Sebuah bentuk korporasi perusahaan yang modal usahanya


didapatkan dari kerjasama antar pengusaha nasional (dalam negeri)
dan pengusaha dari luar negeri.

5 Investor Asing
Investasi asing (foreign investment) adalah investasi oleh
orang asing ke perekonomian domestik dengan harapan beberapa
manfaat di masa depan. Dua kategori utamanya adalah investasi
langsung dan investasi portofolio.Investasi langsung melibatkan
kontrol atas pengelolaan aset dan biasanya melibatkan
pembangunan aset produktif seperti fasilitas produktif. Mereka
lebih berorientasi jangka panjang. Sementara itu, di bawah investasi
portofolio, investor membeli instrumen keuangan seperti saham dan
surat utang di negara tujuan, biasanya untuk tujuan jangka pendek.
Investasi asing memiliki pro dan kontra. Modal asing
menciptakan lebih banyak pekerjaan, pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan infrastruktur di negara tujuan. Namun, kadang-
kadang, itu memunculkan sejumlah resistensi. Modal asing
memunculkan ketidakstabilan ekonomi, terutama akibat pergerakan
arus modal jangka pendek.

26
Meskipun demikian, investasi asing semakin penting dalam
era globalisasi sekarang ini. Dunia telah semakin terhubung, tidak
hanya melalui perdagangan internasional tetapi juga melalui aliran
modal. Kita semakin mudah untuk untuk berinvestasi di luar negeri.
Bagi negara tujuan, itu menjadi sumber pendanaan penting bagi
perekonomian, selain melalui tabungan nasional.
Salah satu contoh investasi asing yang ikut berpartisipasi
bagi infrastruktur Indonesia yaitu Sanghai Electric Group Corp.
yang telah menandatangani MoU proyek PLTG Celukan Bawang,
Bali. Proyek PLTG ini akan dibangun di atas lahan seluas 50
hektare pada semester I/2020 dengan nilai investasi US$1,3
miliar.Dengan pembangunan ini, maka Bali dapat mengantisipasi
kebutuhan di bidang elektrik karena ke depannya keperluan listrik
akan terus meningkat.
6 Pinjaman
Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang disediakan oleh
individu atau lembaga keuangan, dimana disediakan sejumlah
uang untuk dipinjamkan kepada debitur, biasanya dengan bunga .
Berdasarkan kesepakatan pinjaman, debitur diwajibkan untuk
melunasi hutang pinjaman bersamaan dengan bunga yang
ditentukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Bentuk
pinjaman juga beragam, ada yang menggunakan agunan, dan tidak
menggunakan agunan. Jika pinjaman dengan agunan biasanya
dibutuhkan jaminan yang diberikan kepada kreditur
Tahun 2021 Pemerintah mengalokasikan pinjaman PEN
daerah sebesar Rp15 triliun, dari APBN sebesar Rp10 triliun dan
PT SMI Rp5 triliun. Pinjaman PEN daerah diharapkan dapat
membantu pemulihan ekonomi daerah dan penciptaan tenaga kerja
lokal. Dalam pelaksanaannya diperlukan sinergi yang
baik, Kemenkeu dalam hal ini DJPK selaku regulator, DJPb selaku
representasi Kemenkeu dengan Kanwil yang tersebar di seluruh
provinsi, serta PT SMI selaku special mission vehicle Kemenkeu.

27
Pinjaman daerah adalah transaksi yang mengakibatkan
daerah mendapatkan sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang. Pinjaman daerah juga merupakan alternatif sumber
untuk mempercepat pemulihan ekonomi, pertumbuhan ekonomi,
dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, tujuan dan
progress pemanfaatan pinjaman daerah, yaitu untuk infrastruktur
dasar dan konektivitas wilayah di tengah keterbatasan APBD.

2.3.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu
materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya terdiri dari
sumber daya fisik dan sumber daya non-fisik (intangible). Sumber daya
ada yang dapat berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang, dan
ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula
istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable
resources) dan sumber daya tak terbarukan (non-renewable resources). Ke
dalam sumber daya dapat pulih termasuk tanaman dan hewan (sumber
daya hayati).

1 Sumber Daya Alam


Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumber
Daya Alam (SDA) adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan
sosial yang membentuk lingkungan sekitar kita. Hunker dkk
menyatakan bahwa sumber daya alam adalah semua yang berasal dari
bumi, biosfer, dan atmosfer, yang keberadaannya tergantung pada
aktivitas manusia. Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian,
pepohonan, tanah, air, udara, matahari, sungai) adalah sumber daya
alam.
SDA adalah unsur-unsur yang terdiri dari SDA nabati (tumbuhan)
dan SDA hewani (satwa) dengan unsur non hayati disekitarnya yang
secara keseluruhan membentuk ekosistem. SDA memiliki peranan
dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Secara yuridis, pengertian
SDA termuat dalam Pasal 1 ayat 9 UU No. 32 tahun 2009 tentang

28
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ialah SDA adalah
unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non
hayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.
Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga
cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam
mengolahnya, Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan dan
demokrasi juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan
perekonomian negara-negara terebut. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan investasi
dan penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya
alam. Pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu SDA
hayati dan nonhayati.
a SDA Hayati
Sumber daya alam hayati adalah sumber daya alam yang
berasal dari makhluk hidup. Sumber daya alam hayati dapat
berasal dari hewan maupun tumbuhan seperti tumbuhan,
hewan, peternakan, dan perikanan, pertanian dan perkebunan
 Tumbuhan
Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang
sangat beragam dan melimpah.Organisme ini memiliki
kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan pati melalui
proses fotosintesis.Oleh karena itu, tumbuhan merupakan
produsen atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi
tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan berdampak
pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi
karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan
akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya.
Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
o Bahan makanan: padi, jagung, gandum, tebu
o Bahan bangungan: kayu jati, kayu mahoni

29
o Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
o Obat: jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa
o Pupuk kompos.
 Hewan, Peternakan, dan Perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar
maupun hewan yang sudah dibudidayakan.
Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau sebagai sumber
bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka,
pelestarian secara insitu dan exsitu terkadang harus
dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang
dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian exsitu
adalah pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut
dari habitatnya ke tempat lain. Untuk memaksimalkan
potensinya, manusia membangun sistem peternakan, dan
juga perikanan, untuk lebih memberdayakan sumber daya
hewan.

 Pertanian dan Perkebunan


Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena
sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai
pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam.Data
statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45%
penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki
lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam,
dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa.
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai
macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi,
jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong.
Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil

30
perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa
sawit (bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku
obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil), kopi (bahan
minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
b SDA Nonhayati
Sumber daya alam adalah sumber daya alam yang dapat
diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan
secara terus-menerus, contohnya: air, angin, sinar matahari,
dan hasil tambang.
 Air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk
hidup dan bumi sendiri didominasi oleh wilayah
perairan. Dari total wilayah perairan yang ada, 97%
merupakan air asin (wilayah laut, samudra, dll.) dan
hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai,
danau, dll.).Seiring dengan pertumbuhan populasi
manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk keperluan
domestik dan energi, terus meningkat. Air juga
digunakan untuk pengairan, bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang
energi, teknologi penggunaan air sebagai sumber listrik
sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan
akanterus berkembang karena selain terbaharukan,
energi yang dihasilkan dari air cenderung tidak
berpolusi dan hal ini akan mengurangi efek rumah
kaca.
 Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara,
dan berbagai jenis bahan bakar hasil tambang mulai
digantikan dengan penggunaan energi yang dihasilkan
oleh angin.Angin mampu menghasilkan energi dengan
menggunakan turbin yang pada umumnya diletakkan

31
dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah dataran
tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu
ada, energi yang dihasilkan angin jauh lebih bersih dari
residu yang dihasilkan oleh bahan bakar lain pada
umumnya. Beberapa negara yang telah
mengaplikasikan turbin angin sebagai sumber energi
alternatif adalah Belanda dan Inggris.
 Tanah
Tanah termasuk salah satu sumber daya alam
nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan
penduduk dan sebagai sumber makanan bagi berbagai
jenis makhluk hidup. Pertumbuhan tanaman pertanian
dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas
beberapa komponen, seperti udara, air, mineral, dan
senyawa organik. Pengelolaan sumber daya nonhayati
ini menjadi sangat penting mengingat pesatnya
pertambahan penduduk dunia dan kondisi cemaran
lingkungan yang ada sekarang ini.
 Hasil Tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki
beragam fungsi bagi kehidupan manusia, seperti bahan
dasar infrastruktur, kendaraan bermotor, sumber energi,
maupun sebagai perhiasan.Berbagai jenis bahan hasil
galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini
memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut.
Beberapa negara, seperti Indonesia dan Arab, memiliki
pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.Jumlahnya
sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus
dilakukan secara efisein. Beberapa contoh bahan
tambang dan pemanfaatannya:
o Minyak Bumi

32
o Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang
o Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor
o Minyak Tanah untuk bahan baku lampu minyak
o Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan


manusia dengan mengembangkan dan memanfaatkan SDA yang ada.
Dalam pemanfaatan SDA melalui pembangunan senantiasa terjadi
perubahan ekosistem yang pada akhirnya memberi dampak positif
(manfaat) ataupun dampak negatif (resiko) terhadap manusia kembali.
Semakin besar manfaat yang akan diupayakan, semakin besar pula
resiko yang ada ataupun muncul resiko baru.
Pengelolaan SDA (natural resource management) dimaksud untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang tinggi,
aman dan manusiawi terjamin. Hanya dalam kondisi kualitas
lingkungan yang tinggi, manusia lebih banyak memperoleh manfaat
dari pada resiko lingkungan. Secara lebih spesifik pengertian
pengelolaan SDA meliputi dua hal sebagai berikut:
1. Usaha manusia dalam mengubah ekosistem SDA agar dapat
diperoleh manfaat yang maksimal dan berkesinambungan.
2. Proses pengalokasian SDA dalam ruang dan waktu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan senantiasa mengupayakan
a. Pertimbangan antara populasi manusia dan sumberdaya.
b. Pencegahan kerusakan sumberdaya alam (dan lingkungan).

Oleh karenanya ruang lingkup SDA adalah inventarisasi


perencanaan, pelaksanaan/pemanfaatan dan
pengendalian/pengawasan. Pada dasarnya hanya SDA yang dapat
dipulihkan/diperbaharui (renewable) yang benar-benar dikelola.
Sedangkan SDA yang tidak dapat dipulihkan (non-renewable) hanya
mengalami eksploitasi tidak dapat dibina kembai. SDA berdasarkan
sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan

33
SDA yang tidak dapat diperharui. SDA yang dapat diperbaharui ialah
kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak
diekploitasi berlebihan. SDA yang tidak dapat diperbaharui yaitu SDA
yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada
proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus
akan habis seperti contoh tumbuhan, hewan, mikro organisme, sinar
matahari, angin, dan air. Kebutuhan SDA meningkat dikarenakan
pertambahan penduduk serta kemajuan pembangunan. SDA yang
terbatas bahkan menurun. Adapun contoh sumber daya alam yang ada
pada Indonesia beserta pemanfaatanya anatara lain:
1 Jenis SDA: minyak bumi
Lokasi : riau, irian jaya barat, cepu
Bentuk pemanfaatan: sumber energi kendaraan bermotor,
mesin pabrik
2 Jenis SDA: batu bara
Lokasi : papua, sungai berau, sumatra selatan, ombilin
Bentuk pemanfaatan : bahan bakar
3 Jenis SDA: gas alam
Lokasi: aceh
Bentuk pemanfaatan: bahan baku pabrik pupuk, hujan buatan,
bahan bakar PLTU
4 Jenis SDA: emas
Lokasi: papua, riau, kalimantan
Bentuk pemanfaatan: perhiasan
5 Jenis SDA: timah
Lokasi: p.bangka,p.belitung, singkep, karimun, kundur
Bentuk pemanfaatan: baju anti api, pembuatan stabiliser PVC,
pestisida, pengawet kayu
6 Jenis SDA: nikel
Lokasi: kalimantan selatan
Bentuk pemanfaatan: bahan pembentuk uang logam
7 Jenis SDA: panas bumi

34
Lokasi : jawa tengah
Bentuk pemanfaatan: PLTG
8 Jenis SDA : Aliran air dengan debit tinggi
Lokasi : sumatra barat
Bentuk pemanfaatan : Pembangkit Listrik Tenaga Air
9 Jenis SDA : Aspal
Lokasi : Sulawesi Tenggara
Bentuk penggunan : Sebagai material untuk mengaspal jalan

2 Sumber Daya Manusia


Manusia merupakan komponen penting dalam upaya penyediaan
infrastruktur. Baik sebagai pekerja maupun bagian dari suatu
organisasi yang ikut andil dalam penyediaan infrastruktur. Kapabilitas
sumber daya manusia yang berorientasi pada pengetahuan
(knowledge) dan keterampilan (skill) yang akan menentukan
berhasilnya seseorang menyeiesaikan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya secara optimal. Masalah sumber daya manusia masih
menjadi sorotan dan tumpuhan bagi perusahaan untuk tetap dapat
bertahan di era globalisasi. Oleh karena itu untuk mengembangkan
SDM yang baik perlu ditindak lebih lanjut, adapun beberapa contoh
pengembangan skill SDM yaitu:

1. Adanya fasilitas pendidikan dengan kurikulum serta sarana


prasarana yang memadai
2. Adanya kesempatan kerja pada beberapa perusahan yang
bergerak di bidang pengembangan Infrastruktur
3. Adanya pelatihan mengenai teknologi terbaru dibeebagai bidang
untuk menunjang pengembangan Infrastruktur
4. Meningkatkan kompetensi SDM, melalui sertifikasi tenaga kerja
konstruksi & magang yang mempertemukan industri jasa
konstruksi & dunia pendidikan.

2.3.3 Perkembangan IPTEK

35
Fase percepatan pembangunan infrastruktur akan dibarengi dengan
peningkatan Ilmu Pengetahun dan Teknologi (IPTEK) untuk
mengembangkan produktivitas dan nilai tambah sebagai pendorong laju
pembangunan infrastruktur. Suatu negara yang sedang membangun
membutuhkan dukungan hard infrastructure sebagai pendorong capital
input, dan soft infrastructure untuk meningkatkan produktivitas. Meski
pengembangan IPTEK diakui membutuhkan investasi yang tinggi, dampak
ekonomi yang dihasilkan juga akan tinggi.
Ada dua pertimbangan utama. Pertama, perkembangan teknologi di
suatu negara akan berkembang secara kokoh dan pesat, bila didukung oleh
penguasaan dan penghayatan khazanah ilmu pengetahuan mendasar yang
kuat. Kedua, negara harus lebih menekankan pada upaya pengembangan
khazanah ilmu pengetahuan secara memadai dan konsisten, agar
pertumbuhan teknologi yang berbasiskan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan selalu bisa digalakkan. Oleh karena itu, para ilmuwan
Indonesia mendorong pemerintah untuk memunculkan pengarus-utamaan
(mainstreaming) ilmu pengetahuan sebagai gerakan nasional untuk
memperkokoh landasan pembangunan bangsa.
Untuk mengembangkan IPTEK dukungan pemerintah tidak melulu
berupa dana, namun juga berupa sinergi program dengan manarik investasi
BUMN atau swasta untuk bekerja sama dengan lembaga penelitian IPTEK
dan perusahaan negara yang bergerak di bidang IPTEK. Pengembangan
produktivitas melalui IPTEK juga diharapkan dapat berjalan seiring
dengan program peningkatan nilai tambah komoditas unggul dan produk
nasional untuk menghadapi persaingan di pasar global.
1. Transportasi
Dalam pembanguan infrastruktur sektor tranportasi salah satu
inovasi terbaru yang digunakan adalah kendaraan listrik berbasis baterai,
kendaraan autonomous, dan angkutan umum autonomous baik untuk
angkutan bus maupun kereta api dengan jenis kereta EMU (Electric
Multiple Unit) berkemampuan semi cepat, yang sedang dalam tahap
pembangunan pada proyek Ibu Kota baru Sementara, di sektor

36
transportasi laut maupun udara, juga telah direncanakan penggunaan
kapal autonomous untuk kapal penumpang maupun barang, konsep
smart port dan traffic separation service. Sedangkan untuk
pengembangan bandara mengusung konsep Aerotropolis yang cerdas,
terintegrasi, dan memperhatikan etika lingkungan.
2. Bangunan
Pada pembanguan infrastruktur sektor bangunan salah satu inovasi
yang dilakukan adalah pemanfaatan teknologi digital di bidang Jasa
Konstruksi melalui metodologi Building Information Modelling (BIM).
Salah satu prinsip dasar penerapan metode BIM berbasis industri 4.0
adalah mencapai efisiensi yang tinggi, tepat waktu, tepat guna, dan
kualitas produk yang lebih baik dalam pembangunan infrastruktur di
Indonesia. Pemanfaatan BIM dalam pembangunan infrastruktur
diantaranya renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Stadion
Manahan Solo, Pasar Atas Bukittinggi, Arena Aquatic Papua, Istora
Bangkit Papua, Pasar Pariaman Sumatera Barat, Pasar Sukawati Gianyar
Bali, Pasar Renteng Lombok Tengah, Pasar Legi Ponorogo, Pasar
Sentral Gorontalo, Politeknik Negeri Malang dan IAIN Palu Sulawesi
Tengah
3. Energi
Pada pembanguan infrastruktur sektor Energi salah satu inovasi
yang dilakukan adalah digitalisasi teknologi dan modernisasi
infrastruktur kelistrikan melalui pendekatan internet of things (loT)
dengan memanfaatakan jaringan listrik cerdas (smart grid). Smart grid
ini memungkinkan adanya komunikasi antara supply dan demand listrik.
Sampai saat ini terdapat lima lokasi pengembangan smart grid yang
telah dilakukan di Sistem Jawa Bali, yaitu Advance Metering
Infrastructure (AMI) untuk pelanggan PLN di Jakarta, Digital
Substation Sepatan II, Digital Substation Teluk Naga II, Reliability
Efficiency Optimization Center (REOC) pada sistem milik Indonesia
Power, serta Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic and
Optimization Center (REMDOC) pada sistem milik PT Pembangkitan

37
Jawa Bali (PJB). Dimana tujuan dari penggunaan smart grid adalah
adanya Super Grid Nusantara yang nantinya akan menghubungkan
jaringan listrik antarpulau besar serta Papua, Maluku dan Nusa
Tenggara, dinilai sebagai solusi potensial guna meningkatkan
pengembangan energi terbarukan dengan tetap menjaga kestabilan dan
keamanan sistem kelistrikan.
4. Telekomunikasi
Pada pembanguan infrastruktur sektor Telekomunikasi salah satu
inovasi yang dilakukan adalah penyediaan sinyal 4G di 12.548 desa dan
kelurahan dengan kecepatan bandwith yang lebih memadai. Bersama
operator layanan seluler, Kementerian Kominfo mengambil bagian aktif
dalam penyediaan infrastruktur dengan sinyal dan bandwith yang lebih
memadai di lima destinasi wisata super prioritas, yaitu Labuan Bajo,
Mandalika, Likupang, Danau Toba, dan Borobudur.

5. Sanitasi
Pada pembanguan infrastruktur sektor Sanitasi, salah satu inovasi
yang dilakukan adalah Uprating Instalasi Pengolahan Air (IPA),
teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi IPA menjadi 2-3
kali lipat dari semula, menggunakan IPA yang ada tanpa melakukan
tambahan unit pengolahan baru dengan melakukan modifikasi
komponen IPA melalui perubahan sistem proses dan/atau penambahan
aksesoris tertentu. Saat ini telah dikembangkan di PDAM Kabupaten
Bekasi (Jabar) dan Rembang (Jateng).Kemudian adanya inovasi Waste
to Energy (WTE), pengolahan sampah dengan incinerator untuk
mengkonversi material padat menjadi sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan saat ini sedang dikembangkan di Balikpapan (Kaltim),
Badung (Bali) dan Banjar Bakula (Kalsel).

2.3.4 Peran Pemerintah Pada Usaha Penyediaan Infrastruktur

Peran pemerintah sangat-sangat diperlukan karena pemerintahan


dalam suatu Negara memegang kendali penuh atas segala hal yang terjadi

38
pada negaranya, termasuk dalam hal penyediaan infrastruktur Ketersediaan
infrastruktur sangat penting dalam pembangunan. Sesuai dengan amanat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
salah satu upaya strategis dalam mewujudkan bangsa yang berdaya saing
yaitu melalui peningkatan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung
yang memadai. Pemerintah nasional terus mendorong dan berkomitmen
agar pemerintah daerah mampu menyediakan layanan infrastruktur yang
memadai dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan yang baik (yang berkelanjutan) adalah
pembangunan yang tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan
saat ini, namun juga harus berdaya guna bagi generasi yang akan datang.
Dengan demikian, penyusunan rencana pembangunan infrastruktur perlu
memasukkan unsur keberlanjutan di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan tidak hanya secara reaktif terfokus pada penyelesaian atas
masalah-masalah yang timbul saat ini, tetapi juga memperhatikan
kebutuhan penyediaan infrastruktur jangka panjang secara proaktif.
Adapun beberapa peran pemerintah pada pembangunan nasional yaitu

a Membuat serangkaian kebijakan dengan pemerintah di masing-


masing daerah untuk menigkatkan saran dan prasana Infrastruktur
b Mengatur pengalokasian dana untuk pembangunan di seluruh
wilayah Negara
c Menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terjadi kenaikan harga
material
d Mendukung pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan sumber
daya alam dan manusia

Percepatan infrastruktur Mendorong percepatan infrastruktur akan


mendukung tumbuhnya sektor-sektor ekonomi. Upaya pembangunan
infrastruktur dan pengembangan sektor ekonomi potensial juga
memerlukan adanya keselarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Peningkatan peran proaktif dari pemerintah daerah untuk
memperbaiki infrastruktur di daerah juga diperlukan.

39
1 Peningkatan kualitas dan kuantitas jalan kabupaten atau kota.
2 Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk pembangunan
infrastruktur dan sarana desa.
3 Pengembangan dan pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDES).
4 Perbaikan infrastruktur kunci lain yang menjadi tanggung jawab
pemerintah desa.

2.4 Ketersediaan Infrastruktur di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain

Keberadaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem


penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dsb,
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan suatu wilayah,
yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu bahwa daerah
yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai
tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik
pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang
terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional.

2.4.1. Ketersediaan Infrastruktur di Indonesia

Keadaan infrastruktur Indonesia secara keseluruhan jika dibandingkan dengan


negara- negara tetangga dapat dianggap belum maju. Berdasarkan tabel 1, dapat
dilihat posisi Indonesia berada pada peringkat terbawah diantara 12 negara ASEAN.
Kondisi kelistrikan Indonesia juga menempati nomor 2 dari bawah. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa dari sisi infrastruktur. Indonesia merupakan negara ASEAN
yang kurang menarik bagi investasi.

Tabel 2. 1 Kinerja Infrastruktur Indonesia di ASEAN


Indikator Indonesia Peringkat Regional

Tingkat elektrifikasi (%) 53 11 dari 12

40
Jaringan telepon (%) 4 12 dari 12

Pelanggan Seluler (%) 6 9 dari 12

Akses atas sistem sanitasi 55 7 dari 11


yang baik (%)

Akses atas sistem air bersih 78 7 dari 11


yang baik (%)

Jaringan jalan (Km per 1.000 1,7 8 dari 12


penduduk)

Sumber : World Bank 2004

Semenjak krisis ekonomi porsi pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur


juga memiliki kecenderungan menurun. Meskipun sejak desentralisasi pemerintah
pusat sudah memindahkan beberapa tanggung jawab ke pemerintah daerah namun
pengeluaran infrastruktur pada tingkat pemda juga tidak meningkat banyak untuk
menggantikan penurunan pengeluaran pemerintah pusat. Hal ini kurang mendukung
bagi iklim Investasi usaha karena pembangunan infrastukrur baru otomatis menurun
demikian juga dana untuk memelihara infrastruktur yang sudah ada.

Dapat dilihat juga terjadi ketimpangan pembangunan infrastruktur antara


Kawasan barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), secara umum
diketahui bahwa infrastruktur di Pulau Jawa lebih maju jika dibandingkan dengan
infrastruktur di luar Pulau Jawa. Misalnya panjang jalan di Indonesia hampir
mencapai sepertiganya berada si Pulau Jawa, 80% kapasitas listrik nasional berada di
sistem Jawa-Madura-Bali(JAMALI). Demikian pula sambungan telepon dan
kapasitas air bersih yang lebih dari setengahnya berada di Jawa- Bali. Ketimpangan
dapat dilihat dari besarnya investasi yang berada di pulau Jawa, padahal luasnya
hanya mencakup 7% dari seluruh wilayah indonesia. Pulau jawa merupakan
penyumbang PDB terbesar indonesia menghasilkan lebih dari 60% total output
Indonesia (BPS, 2007).

41
Selanjutnya, akan diuraikan lebih lanjut, keadaan Infrastruktur Ekonomi dan
Sosial Indonesia yang berperan besar dalam pembangunan, yaitu infrastuktur jalan,
listrik, air, telekomunikasi, Kesehatan, dan Pendidikan.

1. Infrastruktur Jalan
Jalan merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi
transportasi darat. Fungsi jalan adalah sebagai penghubung satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Dalam konteks pembangunan pertanian dan
ekonomi, jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor
produksi maupun pemasaran hasil. Jalan merupakan infrastruktur penting
untuk memperlancar distribusi barang dan faktor produksi antar daerah
serta meningkatkan mobilitas penduduk. Besarnya mobilitas ekonomi
tahun 2002 yang melalui jaringan jalan nasional dan propinsi rata- rata
per hari dapat mencapai sekitar 201 juta kendaraan-kilometer (Bappenas,
2003).

Secara umum kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih


sangat lambat dibandingkan dengan di negara-negara tetangga lainnya
(ISEI, 2005). Pembangunan jalan tol di Indonesia telah dimulai sejak 26
tahun lalu, namun total panjang jalan tol yang telah dibangun hingga saat
ini hanya 570 kilometer (km). Padahal di Malaysia yang baru memulai
pembangunan jalan tol 20 tahun lalu total panjang jalan tol yang
berhasil dibangun sudah mencapai 1.230 km. Di China, panjang jalan
tol mencapai lebih dari 100.000 km dan jalan arteri sekitar 1,7 juta km
dengan tingkat kepadatan jalan 1.384 km/1 juta penduduk. Sementara
itu, panjang jaringan jalan non-tol di Indonesia telah mencapai 310.029
km (Tabel 2). Sejak Pra-Pelita hingga tahun 2002, panjang jalan
kabupaten mencapai lebih dari 50% dan total panjang jalan, Sedangkan
panjang jalan propinsi rata- rata 18,96% dari total panjang jalan non-tol,
sisanya merupakan jalan nasional dan jalan kota.

42
Tabel 2. 2 Panjang Jaringan Jalan (non-tol) di Indonesia

Status Jalan

Periode Nasiona Propinsi Kabupaten Kota Total


l
(Km) (Km) (Km) (Km)
(Km)

Pra-Pelita Sampai 9.780 21.116 48.717 2.314 81.927


dengan 1968

Pelita I (1969-1974) 10.167 22.682 49.134 2.314 84.297

Pelita II (1974- 10.945 25.878 58.159 6.276 101.258


1979)

Pelita III (1979- 11.500 27.500 81.696 10.080 130.776


1984)

Pelita IV (1984- 12.594 33.398 113.631 11.080 170.703


1989)

Pelita V (1989- 17.800 32.250 168.600 25.514 244.164


1994)

Pelita VI (1994- 26.853 39.746 172.030 26.102 264.730


1999)

Propenas (2002) 26.271 39.746 223.318 21.526 310.029

Sumber : Ditjen Praswil, 2002.

Penyebaran pembangunan jaringan jalan juga tidak merata,


cenderung lebih terpusat di Pulau Sumatera dan Jawa. Walaupun
pembangunan jalan terus dilakukan, namun selama ini pembangunan
tersebut lebih terfokus di kawasan barat Indonesia. Hal ini terlihat dari

43
total panjang jalan yang dibangun di Sumatera dan Jawa mencapai lebih
dari 60% dari total panjang secara keseluruhan (Tabel 3). Selain
rendahnya tingkat pembangunan jaringan jalan di Indonesia Bagian
Timur, sistem jaringan jalan yang merupakan lintas utama di masing-
masing pulau di timur Indonesia, terutama Kalimantan dan Sulawesi
belum terhubungkan. Jika hal ini terus berlanjut maka hal ini dapat
mengganggu kegiatan investasi di sektor ekonomi dan lainnya yang
memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, yang pada akhirnya
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2. 3 Panjang Jaringan Jalan Menurut Wilayah di Indonesia, 2000 (km)

Status Jalan Total

Wilayah Nasional Propinsi Kabupaten Kota Km %

Sumatera 7.622 14.654 75.470 7.106 104.852 33,8

Jawa 4.373 8.498 60.445 9.714 83.030 26,8

Kalimantan 4.804 3.557 20.560 1.307 30.228 9,8

Bali & Nusa 2.069 4.724 20.507 1.020 28.320 9,1


Tenggara

Sulawesi 5.235 4.631 32.028 2.019 43.913 14,2

Maluku & 2.167 2.848 14.308 360 19.683 6,3


Papua

Total 26.270 38.912 223.318 21.52 310.026 100


6

Sumber : Ditjen Praswil, 2000

Selain masalah pentingnya pembangunan jaringan jalan,


pemeliharan jaringan jalan yang sudah ada juga merupakan hal yang
penting. Kurangnya pemeliharaan mengakibatkan kondisi jalan mudah
mengalami kerusakan. Pada tahun 2004, dari total panjang jalan 348.148
km (Tabel 4), kondisi jalan yang rusak mencapai 19% dari 34.629 km

44
jalan nasional, 37% dari 46.499 km jalan provinsi, 56% dari 240.946 km
jalan kabupaten, dan 4% dari 25.518 km jalan kota. Di samping itu
terdapat jalan tol sepanjang 606 km yang secara keseluruhan dalam
kondisi baik. Kondisi sistem jaringan jalan pada tahun 2004 yang
meliputi jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota maupun jalan tol yang
dalam kondisi baik dan sedang mencapai 54% dari seluruh jaringan jalan
yang ada.

Tabel 2. 4 Kerusakan Jaringan Jalan Nasional (2002-2004)

Kondisi Jalan (%)

Jenis Jalan Panjang (Km) Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat

Jalan Nasional 34.629 37,4 44,0 7,7 10,9

Jalan Provinsi 46.499 27,5 35,3 14,4 22,7

Jalan Kabupaten 240.946 17,0 26,4 21,9 34,7

Jalan Kota 25.518 9,0 87,0 4,0 0,0

Jalan Tol 606 100,0 0,0 0,0 0,0

Total 348.148 20,0 33,7 18,2 28,1

Sumber : Ditjen Praswil 2004

Dapat dikatakan secara umum, keadaan infrastruktur jalan di


Indonesia masih kurang mendukung untuk menarik investasi, baik dari
segi panjang jalan maupun keadaan jalan.

2. Infrastruktur Listrik
Tenaga listrik adalah salah satu sumber energi vital yang
diperlukan sebagai sarana pendukung produksi atau kehidupan sehari-
hari, dan tenaga listrik memegang peranan penting dalam upaya
mendukung pembangunan nasional secara luas baik ekonomi, sosial
maupun budaya. Dapat dilihat bahwa dari tahun-ke-tahun konsumsi
listrik di Indonesia terus meningkat, baik dari jumlah pelanggan rumah
tangga, kelompok usaha dan lainnya. Namun peningkatan konsumsi

45
seharusnya didukung oleh penambahan kapasitas produksi listrik dari
pembangunan pembangkit- pembangkit listrik baru. Sehingga
pemadaman akibat kekurangan pasokan listrik dapat dikurangi. Hal
tersebut sudah mulai terasa di berbagai pulau di Indonesia, terutama di
luar Jawa sering terjadi pemadaman total (black out), contohnya di
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung. Di Pulau Jawa
sendiri-pun juga sering terjadi pemadaman listrik secara bergilir.

Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, pertumbuhan


kelistrikan di negara ini bisa dikatakan bertumbuh dengan baik, karena
pembangunan infrastruktur kelistrikan telah mampu mengimbangi
kebutuhan tenaga listrik yang mencapai pertumbuhan rata-rata 13% per
tahun. Dalam kurun waktu 1969-1993 kapasitas pembangkit tenaga
listrik nasional meningkat tajam dari 542 MW menjadi 13.569 MW atau
meningkat lebih dari 24 kali lipat. Investasi dalam pembangunan fasilitas
ketenaga dengan kapasitas sebesar 7.996 MW, jaringan transmisi
sepanjang 6.350 km, gardu induk dengan kapasitas 16.816 MVA, serta
berbagai jaringan tegangan listrik lainnya (Kadin, 2006).

Walaupun terjadi perkembangan infrastruktur kelistrikan, namun


listrik di Indonesia dirasakan masih jauh dari mencukupi. Akses terhadap
listrik masih sulit, diperkirakan sekitar 90 juta penduduk, yang
diantaranya 90% adalah masyarakat miskin tidak mendapat akses listrik.
Selain itu, biaya sambungan di daerah pedesaan 33% lebih mahal
daripada di perkotaan. Biaya sambungan yang mahal membuat tingkat
pemasangan listrik di Indonesia termasuk rendah di Asia.

Tingkat elektrikfikasi nasional di Indonesia telah mencapai 53%


namun masih berada di bawah rata-rata dunia sebesar 74% (Tabel 2. 5).
Pelaksanaan pembangunan jaringan kelistrikan di Indonesia juga masih
belum merata. Pembangunan jaringan listrik lebih banyak dilakukan di
wilayah Jawa- Bali. Pada tahun 2003, sekitar 80% dari total pelanggan
PLN berada di pulau Jawa dan Bali.

46
Tabel 2. 5 Kinerja Infrastruktur Listrik Indonesia dan beberapa Negara
Lainnya

Listrik

Negara Tingkat Kualitas Listrik Transmisi &


distribusi
Elektrifikasi (skala 1-7)
(%) yang putus

Austalia 100 6,4 7,6

India 43 2,7 26,6

Filipina 80 3,1 14,0

Sri Langka 62 2,9 19,9

Thailand 82 5,3 7,9

Indonesia 53 3,4 11,3

China 98 4,6 6,9

Vietnam 75 3,0 13,4

Malaysia 96 5,7 8,0

Singapura 100 6,6 4,2

Korea 100 6,2 5,2

Mongolia 90 ... ...

Sumber : World Bank (2004)

Sejak tahun 1997 hingga 2004 relatif tidak ada penambahan


kapasitas baik pada sistem Jamali (Jawa- Madura-Bali) maupun sistem
diluar Jamali. Sehingga saat ini Indonesia mengalami kekurangan
pasokan listrik. Dikarenakan listrik merupakan kebutuhan dasar yang

47
penting dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas rumah tangga dan bisnis
mengandalkan listrik sebagai sumber energi. Tak heran bila permintaan
terhadap listrik terus meningkat. Pembangunan sarana dan prasarana
tenaga listrik memerlukan investasi yang sangat tinggi, mengingat
investasi pada bidang ini bersifat padat modal, teknologi dengan resiko
investasi tinggi, serta memerlukan persiapan dan konstruksi yang lama.
Oleh karena itu penambahan kapasitas listrik nasional jadi terhambat
terutama setelah krisis ekonomi melanda Indonesia.

3. Infrastruktur Air Bersih


Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di dunia
ini. Kebutuhan akan air oleh manusia menyangkut dua hal, yaitu air
untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan air untuk kehidupan
kita sebagai manusia yang berbudaya. Kebutuhan akan air diperlukan
dalam produksi bahan makanan kita, seperti untuk tanaman padi, sayur-
sayuran, holitkultura, kehidupan ikan, ternak dan sebagainya. Usaha
masyarakat untuk mendapatkan air bersih sangat beragam, dari mulai
menggunakan pompa, sumur, mata air sampai membeli air dari pedagang
keliling. Meskipun begitu, di Indonesia, akses terhadap air bersih masih
dinilai rendah bila dibandingkan dengan negara lainnya. Menurut
laporan Bank Dunia, terdapat 78% dari populasi Indonesia yang
memiliki akses air bersih (World Bank, 2002).

Berdasarkan Tabel 2.6 diperoleh bahwa hampir 80 % penduduk


Indonesia telah mampu mengakses pada sumber air bersih. Namun
masyarakat Indonesia yang memperoleh perbaikan sanitasi baru
mencapai 63,5 % penduduk saja pada tahun 2002. Artinya sampai saat
ini masalah sanitasi atau penyehatan lingkungan belum mendapatkan
perhatian dari masyarakat maupun dari pemerintah. Padahal penyehatan
lingkungan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
perbaikan terhadap air bersih.

48
Tabel 2. 6 Akses Masyarakat Terhadap Air dan Sanitasi

Persentase Akses Masyarakat Tahun

terhadap perbaikan sanitasi 1990 2000 2002

Jumlah masyarakat yang mendapat 47 55 63,5


akses

terhadap perbaikan sanitasi (%)

Jumah masyarakat yang mendapat 71 78 78

akses perbaikan terhadap air (%)

Sumber : UNDP, 2004 dan BPS, 2003

Berdasarkan data tabel di atas, berarti ada sekitar 22% dari


populasi yang tidak memiliki akses terhadap air yang layak dikonsumsi
(Tabel 2.6), sedangkan akses terhadap air bersih sangatlah dibutuhkan.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta dari pemerintah untuk membantu
masyarakat dalam mendapatkan air bersih melalui pengadaan seluran
pipa oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jumlah PDAM di
seluruh Indonesia mencapai 294 buah pada tahun 2002, dengan total
kapasitas produksi sebesar 1.095.374 m3/detik, terjadi peningkatan
sebesar 97.04% jika dibandingkan pada tahun 1994 yang sebesar
1.063.4321 Otto Soemarwoto dalam Mahida, U.N, 1984 m3/detik (BPS
2002). Namun hal ini belum berarti perbaikan akses air bersih secara
keseluruhan di Indonesia.

49
Tabel 2. 7 Persentase Rumah Tangga/Populasi Yang Menggunakan
Pipa/PAM Menurut Propinsi, 1992 dan 2000

50
Provinsi 1992 2002

DI ACEH 8,3 -

SUMUT 21,8 24,1

SUMBAR 21,5 21,0

RIAU 7,9 11,0

JAMBI 12,8 -

SUMSEL 17,2 15,8

BENGKULU 12,5 11,3

LAMPUNG 4,4 5,3

BANGKA - 8,4
BELITUNG

DKI JAKARTA 43,9 49,8

JABAR 7,6 13,6

JATENG 11,2 15,0

DI YOGYA 8,3 9,4

JATIM 14,9 19,1

BANTEN - 9,9

BALI 30,9 42,2

NTB 13,7 12,5

NTT 19,7 14,9

KALBAR 9,5 10,6

KALTENG 13,2 13,5

KALSEL 25,2 33,5

KALTIM 35,6 46,1

SULUT 21,6 32,4

SULTENG 20,6 15,4

SULSEL 14,7 20,8

SULTRA 24,8 22,5 51

GORONTALO - 11,2
Sumber : BPS, 2004

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pembangunan


infrastruktur air berupa jaringan Pipa/PAM dirasa masih kurang
memadai. Sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia masih
mendapatkan air dengan sistem self-supply. Hal ini tentunya dapat
berakibat pada kurangnya akses air bersih pada masyarakat dan tidak
terjaminnya kualitas dari air bersih yang didapat masyarakat. Propinsi
dengan persentase pemasangan jaringan Pipa/PAM yang terbesar
terdapat pada propinsi DKI Jakarta dengan persentase sebesar 49,8 %
(2002). Ini berarti hampir setengah penduduk propinsi DKI Jakarta
dapat mengakses air bersih yang disediakan oleh jaringan Pipa/PAM.
Jika dibandingkan dengan propinsi Lampung yang hanya 5,3 % maka
dapat dilihat ketimpangan yang sangat besar diantara kedua propinsi ini.

4. Infrastruktur Telekomunikasi
Penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia memang telah
mengalami pembangunan yang cukup pesat. Awal pembangunan
telekomunikasi diawali tahun 1882, yaitu saat didirikannya sebuah badan
usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap pada masa pemerintahan
kolonial Belanda. Namun perkembangan infrastruktur telekomunikasi
saat ini dirasa masih kurang, melihat luas dan jumlah populasi Indonesia
yang sangat besar. Khususnya ketimpangan penyelenggaraan
infrastruktur telekomunikasi yang sebagian besar akses masih dinikmati
oleh warga perkotaan.

Tabel 2. 8 Perbandingkan Persentase Teledensitas Infrastruktur


Telekomunikasi dan Informatika Indonesia dengan Negara ASEAN
(2003)

Telepon STB (Sambungan Pengguna Personal


Telepon
Negara Tetap Internet Computer

52
Bergerak)

Brunei 25,27 40,06 10,23 7,76

Kamboja 0,26 2,76 0,22 0,2

Indonesia 3,65 5,52 3,77 1,19

Laos 1,12 1,00 0,27 0,33

Malaysia 18,16 44,20 34,53 14,68

Myanmar 0,72 0,13 0,05 0,51

Filipina 4,17 19,13 4,40 2,77

Singapura 46,29 79,56 50,43 62,20

Thailand 10,55 26,04 9,64 3,98

Vietnam 5,41 3,37 4,30 0,98

Rata- rata 13,64 15,03 6,74 4,45


Asia

Sumber : International Telecommunications Union (ITU), 2004

Berdasarkan tabel diatas, sambungan telepon tetap di Indonesia


masih sangat rendah yaitu 3,65%, yang secara sederhana dapat
diartikan bahwa dari 100 penduduk Indonesia hanya 3,65 orang yang
memiliki sambungan telepon tetap (Tabel 8). Posisi ini tergolong rendah
dibanding negara ASEAN yang lain, yaitu Singapore 46,29%, Thailand
10,55% atau Malaysia 18,16%. Selain teledensitas, penyebaran
sambungan telepon di Indonesia juga memiliki ketimpangan yang sangat
tajam yaitu 11-25% di wilayah metropolis dan hanya sebesar 0,2% di
wilayah pedesaan. Pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi
masih terpusat di Kawasan Barat Indonesia, khususnya Jawa dan Bali.
Jangkauan infrastruktur telekomunikasi masih sangat terbatas di
Indonesia Bagian Timur. Sampai dengan tahun 2003, 86% dari
infrastruktur telekomunikasi terdapat di Sumatera, Jawa dan Bali, dengan

53
demikian hanya 14% dari infrastruktur terdapat di Indonesia bagian
timur (Bappenas 2005).

5. Infrastruktur Kesehatan
Salah satu faktor dalam membangun sumber daya manusia adalah
kesehatan, pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga,
kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk
belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan
lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan
yang tinggi. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan
belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik.
Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak
terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada
tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa
pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas
ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh
terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi. Dalam upaya mendukung peningkatan
kesehatan masyarakat maka dibutuhkan juga infrastruktur kesehatan
yang memadai. Infrastruktur kesehatan dalam skripsi ini diwakili oleh
ketersediaan puskesmas dan rumah sakit dalam mendukung peningkatan
kesehatan masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang


diperkuat juga dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling,
telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu
22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Jumlah ini mengalami
peningkatan dari tahun 2001 yang sebanyak 7.277 unit Puskesmas dan
21.587 unit Puskesmas Pembantu. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota,
Untuk rumah sakit terdapat sebanyak 1.215 RS, terdiri dari 420 RS milik

54
pemerintah, 605 RS milik swasta, 78 RS milik BUMN dan 112 RS milik
TNI & Polri, dengan jumlah seluruh tempat tidur sebanyak 130.214
tempat tidur.

Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di


semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat
dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak
transportasi.

6. Infrastruktur Pendidikan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan mempunyai peranan
penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi
kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi
sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia sangat
berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Kenaikan 1 % rata-rata
pendidikan tenaga kerja menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB)
atau ekonomi riil per kapita sebesar 0,29 % dengan asumsi yang lain
tetap (ceteris paribus). Sementara itu kenaikan 1 % rata-rata jam kerja
tenaga kerja akan menaikkan PDB sebesar 0,18 % dan kenaikan 1 %
rata-rata pendidikan penduduk akan menaikkan PDB sebesar 0,19 %. Di
lain pihak kenaikan 1% modal fisik per tenaga kerja hanya menaikkan
PDB sebesar 0,04 %. Dari informasi di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak saja dipengaruhi oleh
meningkatnya pendidikan tenaga kerja tetapi juga oleh pendidikan
penduduk secara keseluruhan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk


meningkatkan taraf pendidikan penduduk Indonesia termasuk
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang
diharapkan tuntas pada tahun 2008 yang dapat diukur antara lain dengan

55
peningkatan angka partisipasi kasar jenjang pendidikan sekolah
menengah pertama dan yang sederajat menjadi 95 %. Namun demikian
sampai dengan tahun 2003 belum seluruh rakyat dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan dasar. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang
telah menyelesaikan jenjang sekolah menengah pertama atau jenjang
yang lebih tinggi baru mencapai 45,8 % dan rata-rata lama sekolah
penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,1 tahun. Meskipun
angka partisipasi sekolah penduduk usia 7–12 tahun sudah hampir 100
%, partisipasi sekolah penduduk 13–15 tahun dan penduduk usia 16–18
tahun berturut-turut baru mencapai 81,0 % dan 51,0 %. Dengan berbagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, pencapaian
angka partisipasi sekolah sampai tahun 2005 diperkirakan masih sebesar
83,2 % untuk kelompok usia 13–15 tahun dan 56,0 % untuk kelompok
usia 16–18 tahun.

Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah angka


partisipasinya. Pada tahun 2003 APK jenjang pendidikan menengah
yang mencakup sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah
kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah (MA) baru mencapai 50,9 % yang
diperkirakan meningkat menjadi 54,32 % pada tahun 2005. Ketersediaan
pelayanan pendidikan menengah yang sebagian besar baru mencapai
daerah perkotaan berdampak pada rendahnya angka melanjutkan lulusan
SMP/MTs ke jenjang menengah. Dengan jumlah SMA/SMK secara
nasional sebanyak 16.214 dan jumlah kecamatan sebanyak 17.853, dapat
disimpulkan bahwa belum seluruh kecamatan di Indonesia mampu
memberikan pelayanan pendidikan menengah. Kondisi tersebut
menyebabkan disparitas partisipasi pendidikan antara wilayah perkotaan
dan perdesaan yang sangat lebar yang ditunjukkan oleh angka partisipasi
penduduk perkotaan pada tahun sebesar 70,6 % dan angka partisipasi
penduduk perdesaan sebesar 35,8 %. Selain itu meningkatnya
opportunity cost juga sangat berpengaruh pada rendahnya partisipasi
pendidikan menengah. Lulusan SMP/MTs yang sebagian besar sudah
berusia lebih dari 15 tahun ke atas sudah berhak untuk bekerja sehingga

56
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi belum
menjadi pilihan utama.Dari pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa
keadaan infrastruktur Indonesia dari segi kualitas maupun kualitas masih
kurang baik. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang kurang merata
juga membuat disparitas ekonomi dan sosial antar wilayah di Indonesia
menjadi lebih besar.

2.4.2. Ketersediaan Infrastruktur di Luar Negeri


1 Hongkong
Infrastruktur Teknologi yang terus berkembang dan memungkinkan
terjadinya konektivitas, membuat konsep rumah pintar atau "smart home"
bukan lagi khayalan tingkat tinggi untuk masa depan. Hongkong, merupakan
bukti nyata bahwa konsep "smart home" bisa diimplementasikan. Tingginya
tingkat infrastruktur teknologi yang tersedia di setiap rumah tangga di
Hongkong membantu mewujudkan konsep "smart home". Infrastruktur
teknologi itu termasuk di dalamnya konektivitas broadband dan penetrasi
telepon seluler.

dengan ketersediaan solusi jaringan internet di setiap rumah secara luas,


memberikan berbagai pilihan yang dapat diintegrasikan untuk menikmati gaya
hidup yang cerdas. Seluruh teknologi internet dan konektivitas broadband,
menyediakan arsitektur teknologi dan perangkat yang membantu pelanggan
terhubung dengan peralatan pengendali di sekitar dan di luar rumah. Konsep
"smart home", memungkinkan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-
hari secara efektif, efisien, lebih sederhana, cepat, dan menyenangkan.
Contohnya, pelanggan dapat menggunakan tablet mereka untuk mengontrol
pengaturan cahaya lampu, tirai, AC, televisi dan keamanan rumah, tanpa harus
berada di rumah.

Teknologi juga telah menghubungkan masyarakat ke banyak aspek


kehidupan lainnya sehingga dapat dimengerti bila mereka juga berusaha untuk
mengontrol peralatan rumah dan mengakses hiburan serta campuran layanan
informasi kapan saja dan di mana saja melalui telepon pintar atau tablet.
Jaringan serat optik yang luas masyarakat pelanggan untuk menikmati

57
konektivitas kecepatan tinggi. Jaringan serat optik bisa menjangkau orang-
orang yang tinggal di perahu dan kapal pesiar. Sehingga masyarakat dapat
menikmati televisi dan internet nirkabel hanya dengan satu sentuhan. HKT
telah menyediakan konektivitas serat optik untuk 85 persen dari semua
bangunan hunian di seluruh Hongkong.

2 Jepang
Majunya ekonomi Jepang tak terlepas dari pembangunan
infrastrukturnya yang memadai, salah satunya infrastruktur transportasi. Jadi
sudah tidak heran jika Jepang masuk ke lima negara dengan pembangunan
infrastruktur terbaik di dunia. Jepang merupakan salah satu negara yang
memiliki pembangunan infrastruktur yang sangat baik. Selain itu, dari sisi
pengerjaan pun, kualitasnya lebih bagus dan tahan lama, meskipun
pengerjaannya membutuhkan waktu yang agak sedikit lama. Salah satu bukti
yang menjadikan Jepang sebagai salah satu negara terbaik dalam infrastruktur
adalah pembangunan kereta cepat dan stasiun. Jepang memiliki pembangunan
jalur kereta cepat terbaik di dunia, selain itu penyediaan stasiun di sana
sangatlah memadai. dalam hal infrastruktur Transportasi darat khususnya pada
sektor kereta api, hampir seluruh wilayahnya sudah bisa diakses dengan moda
kereta api menggunakan kereta cepat.
Berdasarkan data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan
Transportasi (MLIT) Jepang, panjang lintasan kereta di Jepang mencapai
27.532 kilometer dengan rincian di tiga kota besar, di antaranya Tokyo
mencapai 2.420 kilometer , sementara itu di kota besar lainnya, yakni Osaka
1.552 kilometer dan Nagoya 977 kilometer. Selain itu Jepang juga sudah
menggunakan kereta cepat yang memiliki kecepatan maksimal 360 kilometer
per jam, rekor baru yang ditetapkan selama uji coba pada 2019, menjadikannya
salah satu kereta tercepat di dunia. Namun dari sisi operasional, kecepatan akan
dibatasi di 285 kilometer per jam.
Jepang merupakan negara dengan infrastruktur sanitasi terbaik di dunia,
hal ini bisa kita lihat dengan jernihnya air pada saluran drainase yang ada pada
pemukiman penduduk di negara Jepang. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap
rumah dan gedung telah dilengkapi bangunan STP (Sewerage Treatment

58
Plant), dimana bangunan STP berfungsi sebagai tempat pembuangan air kotor,
tinja dan lemak. Setiap bangunan STP di Jepang dibagi berdasarkan
wilayahnya masing-masing dan tersedia di beberapa titik di setiap daerah.
Bangunan STP ini dikelola oleh badan pemerintah dan setiap bangunan di
Jepang akan dikenakan biaya pengolahan untuk setiap air limbah yang
dihasilkannya.
3 China
China menjadi penghasil listrik fotovoltaik terbesar di dunia dengan
menorehkan kapasitas listrik 43 gigawatt. Fotovoltaik sendiri adalah
pengaplikasian panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi energi
listrik. Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi di China memberi
rincian terkait estimasi alokasi pendanaan infrastruktur energi terbarukan
miliaran dollar tersebut. Sektor tenaga surya akan menerima gelontoran dana
sebesar 1 miliar yuan, 700 miliar yuan untuk keperluan tenaga angin, 500
miliar yuan untuk pembangkit listrik tenaga air. Sisanya untuk pembangkit
listrik dari pasang surut air laut dan panas bumi. Pihak Administrasi Energi
Nasional memaparkan dalam dokumen cetak biru, investasi ini akan
menciptakan lebih dari 13 juta pekerjaan dalam rentang tahun 2016 hingga
terpenuhinya target pada tahun 2020. China memang sedang serius menggarap
energi terbarukan untuk memasok kebutuhan listrik rakyatnya.
Energi terbarukan yang juga disebut energi hijau diklaim lebih ramah
lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini sejalan
dengan keinginan pemerintah China yang menginginkan pembatasan energi
berbahan fosil, juga tren pasar energi dunia yang terus bergeser mengurangi
bahan bakar fosil. Jenis energi terbarukan dengan pemanfaatan terik matahari
memang menghasilkan produksi listrik terbanyak dibanding jenis energi
terbarukan lainnya. Wajar bila pencapaian produksi listrik 43 megawatt tahun
2015 setara dengan 22,5 persen dari total energi listrik fotovoltaik seluruh
dunia. Fortune menyebut, panel-panel surya di China mayoritas dipasang di
hamparan tanah daerah terpencil yang disusun menjadi seperti sebuah
peternakan penangkap sinar matahari. Administrasi Energi Nasional China
pernah mengatakan, dari total 28,05 gigawatt listrik yang dihasilkan pada akhir

59
2014 lalu, sebanyak 23,38 gigawatt berasal dari instalasi panel surya di
hamparan tanah. Pantauan satelit NASA juga menunjukkan gambar deretan
panel surya yang luas di daerah Dunhuang, barat laut Provinsi Gansu. Luas
deretan panel surya juga dilaporkan terus meningkat sejak tahun 2012 lalu dan
tentu berdampak pada peningkatan produksi listrik fotovoltaik. Tidak hanya
sukses pada produksi listrik fotovoltaik, China juga mampu menghasilkan
pasokan listrik dari tenaga angin terbesar di dunia.
Data Global Wind Statistic pada 2015 menyebutkan, China memimpin
sebagai penghasil listrik tenaga angin terbesar di dunia dengan kapasitas
145.104 megawatt, disusul Amerika dengan 74.471 megawatt, Jerman dengan
44.947 megawatt, India dengan 25.088 megawatt, dan Spanyol dengan 23.025
megawatt. Praktis kapasitas produksi besar yang dimiliki China ini
menyumbang 33,6 persen dari total produksi listrik tenaga angin di seluruh
dunia. Faktor daratan luas yang dimiliki negara ini juga memungkinkan
maksimalisasi tenaga angin, baik instalasi turbin angin di daerah pantai
maupun daratan. Produsen turbin angin terbesarnya dipegang oleh perusahaan
Goldwind dari Provinsi Xinjiang dan diikuti oleh Guodian United Power
Technology Company. Saat ini proyek dari perluasan ladang turbin angin di
wilayah provinsi Gansu barat terus dilakukan. Ini juga masuk ke dalam
proyeksi energi terbarukan 2020 yang ditargetkan menyentuh angka produksi
20.000 megawatt.
4 Korea Selatan
Korea Selatan, dalam hal infrastruktur Telekomunikasi telah
mengembangkan ICT (Information and Communications Technology), yaitu
salah satu program pemerintahan Korea Selatan yang meningkatkan
infrastruktur terkait informasi dan teknologi, memperluas jaringan penjualan
lewat internet, high speed and high capacity networking systems, menyusun
regulasi untuk mendorong partisipasi sektor swasta, kompetisi di pasar,
masalah terkait tenaga kerja dan juga teknik privatisasi yang optimal. Pada
tahun 1998 dilakukan privatisasi perusahaan pemerintah seperti Korea
Telecom, Korea Electric Power Corporation dan Korea gas Corporation.
Target pengembangan ICT Korea pada tahun 2014 adalah mencapai tingkat

60
koneksi internet sektor rumah tangga sebesar 8% atau 30% dari seluruh
populasi.Dengan adanya ICT Korea selatan mempunyai kecepatan jaringan
internet mobile mencapai 180,48 Mbps.Sementara itu, kecepatan jaringan
internet mobile Indonesia hanya sebesar 22,14 Mbps.

61
BAB III
PENUTUP

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari


alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh
penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain
dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan
akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya
pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Infrastruktur keras
merupakan infrastruktur yang paling erat kaitannya dengan kepentingan publik.

Infrastruktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar sebagai


berikut

1 Infrastruktur Keras (Physical Hard Infrastructure)

Infrastruktur keras merupakan infrastruktur yang memiliki bentuk fisik yang


nyata dan kegunaannya memang berasal dari bentuk fisik yang dimilikinya
tersebut. Adapun contohnya seperti pelabuhan, waduk, bendungan dan
masih banyak lagi

2 Infrastruktur Keras Non – Fisik (Non – Physical Hard Infratructure)

Infrastruktur keras non fisik sangat erat kaitannya dengan masalah kepuasan
masyarakat. Biasanya hanya jika infrastruktur keras non-fisik digabungkan
atau digunakan bersama dengan infrastruktur lain. Adapun contohnya
seperti Infrastruktur air minum, Infrastruktur air limbah dan sarana
persampahan.

3 Infrastruktur Lunak (Soft Infrastructure)

62
Infrastruktur lunak adalah infrastruktur yang berbentuk kelembagaan
ataupun kerangka institusional.Infrastruktur lunak adalah segala konten
yang berkaitan dengan sistem, nilai, regulasi, regulasi, dan layanan publik
yang disediakan oleh berbagai pihak (khususnya pemerintah). Beberapa di
antaranya termasuk infrastruktur lunak, termasuk:

a Etika profesional
b peraturan lalu lintas
c Kualitas pelayanan publik
d Hukum

Indikator merupakan alat ukur untuk menilai suatu variabel. Indikator


memiliki hubungan yang erat dengan variabel. Adapun yang dimaksud dengan
variabel adalah objek penelitian atau fokus penelitian yang memiliki variasi nilai.
Indikator penyediaan Infrastrukur meliputi ,

a Ketersediaan dana yang cukup


Untuk di Indonesia sumber dana penyediaan infrastruktur berasal dari
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Pinjaman serta dana bantuan dari Investor
b SDA dan SDM yang memadai
Ketersediaan SDA di Indonesia sangat beragam dan melimpah adapun
beberapa contohnya seperti:
 Jenis SDA: minyak bumi
Lokasi : riau, irian jaya barat, cepu
Bentuk pemanfaatan: sumber energi kendaraan bermotor, mesin
pabrik
 Jenis SDA: batu bara
Lokasi : papua, sungai berau, sumatra selatan, ombilin
Bentuk pemanfaatan : bahan bakar minyak
 Jenis SDA: gas alam
Lokasi: aceh

63
Bentuk pemanfaatan: bahan baku pabrik pupuk, hujan buatan, bahan
bakar PLTU
 Jenis SDA: emas
Lokasi: papua, riau, kalimantan
Bentuk pemanfaatan: perhiasan
 Jenis SDA: timah
Lokasi: p.bangka,p.belitung, singkep, karimun, kundur
Bentuk pemanfaatan: baju anti api, pembuatan stabiliser PVC,
pestisida, pengawet kayu, kemasan makanan kayu
 Jenis SDA: nikel
Lokasi: kalimantan selatan
Bentuk pemanfaatan: bahan pembentuk uang logam
 Jenis SDA: panas bumi
Lokasi : jawa tengah
Bentuk pemanfaatan: PLTG
 Jenis SDA : Aliran air dengan debit tinggi
Lokasi : sumatra barat
Bentuk pemanfaatan : Pembangkit Listrik Tenaga Air
 Jenis SDA : Aspal
Lokasi : Sulawesi Tenggara
Bentuk penggunan : Sebagai material untuk mengaspal jalan

Untuk SDM di Indonesia masih perlu ditingkatkan


agarketersediaan SDA bisa diolah dengan baik untuk penyediaan
Infrastruktur di Indonesia, adapun beberapa cara untuk meningkatkan
kalitas SDM anatara lain:

 Adanya fasilitas pendidikan dengan kurikulum serta sarana prasarana


yang memadai
 Adanya kesempatan kerja pada beberapa perusahan yang bergerak di
bidang pengembangan Infrastruktur
 Adanya pelatihan mengenai teknologi terbaru dibeebagai bidang
untuk menunjang pengembangan Infrastruktur

64
 Meningkatkan kompetensi SDM, melalui sertifikasi tenaga kerja
konstruksi & magang yang mempertemukan industri jasa konstruksi &
dunia pendidikan.

c Perkembangan IPTEK
 Transportasi
Dalam pembanguan infrastruktur sektor tranportasi salah satu
inovasi terbaru yang digunakan adalah kendaraan listrik berbasis
baterai, kendaraan autonomous, dan angkutan umum autonomous
baik untuk angkutan bus maupun kereta api dengan jenis kereta
EMU (Electric Multiple Unit) berkemampuan semi cepat, yang
sedang dalam tahap pembangunan pada proyek Ibu Kota baru
 Bangunan
Pada pembanguan infrastruktur sektor bangunan salah satu inovasi
yang dilakukan adalah pemanfaatan teknologi digital di bidang Jasa
Konstruksi melalui metodologi Building Information Modelling
(BIM). Salah satu prinsip dasar penerapan metode BIM berbasis
industri 4.0 adalah mencapai efisiensi yang tinggi, tepat waktu, tepat
guna, dan kualitas produk yang lebih baik dalam pembangunan
infrastruktur di Indonesia Pemanfaatan BIM dalam pembangunan
infrastruktur diantaranya renovasi Stadion Utama Gelora Bung
Karno
 Energi
Pada pembanguan infrastruktur sektor Energi salah satu inovasi yang
dilakukan adalah digitalisasi teknologi dan modernisasi infrastruktur
kelistrikan melalui pendekatan internet of things (loT) dengan
memanfaatakan jaringan listrik cerdas (smart grid). Smart grid ini
memungkinkan adanya komunikasi antara supply dan demand
listrik.
 Telekomunikasi

65
Pada pembanguan infrastruktur sektor Telekomunikasi salah satu
inovasi yang dilakukan adalah penyediaan sinyal 4G di 12.548 desa
dan kelurahan dengan kecepatan bandwith yang lebih memadai.
 Sanitasi
Pada pembanguan infrastruktur sektor Sanitasi, salah satu inovasi
yang dilakukan adalah Uprating Instalasi Pengolahan Air (IPA),
teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi IPA menjadi
2-3 kali lipat dari semula, serta inovasi Waste to Energy (WTE),
pengolahan sampah dengan incinerator untuk mengkonversi material
padat menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan saat
ini sedang dikembangkan di Balikpapan (Kaltim), Badung (Bali) dan
Banjar Bakula (Kalsel).
d Peran pemerintah dalam usaha penyediaan Infrastruktur di berbagai sektor.
 Membuat serangkaian kebijakan dengan pemerintah di masing-
masing daerah untuk menigkatkan saran dan prasana Infrastruktur
 Mengatur pengalokasian dana untuk pembangunan di seluruh
wilayah Negara
 Menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terjadi kenaikan harga
material
 Mendukung pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan sumber
daya alam dan manusia
Keberadaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, memiliki
keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan suatu wilayah, yang
antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk saat ini ketersediaan infrastruktur di Indonesia masih kurang bila
dibandingkan dengan Negara lain seperti Jepang dan Korea
Infrastruktur Transportasi di sektor transportasi darat PT.KAI bekerja
sama dengan Departemen Perhubungan sedang bekerja sama untuk
mengembangkan proyek kereta api nasional, untuk membangun jalur kereta api
yang menghubungkan seluruh Wilayah Indonesia, berbeda dengan jepang saat ini
hampir seluruh wilayahnya telah terhubung oleh jalur kereta api, bahkan Jepang

66
juga sudah mengoperasikan kereta cepat dengan kecepatan maksimal 360 kilometer
per jam
Infrastruktur Sanitasi di Indonesia untuk saat ini masih perlu ditingkatkan
lagi. Hampir 25 juta orang di Indonesia tidak menggunakan toilet. Sebuah survei air
minum 2017 di Yogyakarta, sebuah pusat kota yang makmur di Jawa, menemukan
bahwa 89 persen sumber air dan 67 persen air minum rumah tangga terkontaminasi
oleh bakteri tinja. Berbeda dengan Indonesia, Jepang merupakan negara dengan
infrastruktur sanitasi yang baik , Hal tersebut bisa terjadi karena setiap rumah dan
gedung telah dilengkapi bangunan STP (Sewerage Treatment Plant), dimana
bangunan STP berfungsi sebagai tempat pembuangan air kotor, tinja dan lemak

67
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, H. B. (2015, January 11). Kompas.com. From Kompas.com:


https://properti.kompas.com/read/2015/01/11/2205439/Berkat.Infrastruktu
r.Teknologi.Hongkong.Jadi.Kota.Ideal.Smart.Home.?page=all

APBN, D. P. (2019, Augustus 2). PORTAL DATA APBN KEMENTERIAN


KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Retrieved from PORTAL DATA
APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA:
http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1014
Azmi, B. (2020, Mei 16). HIMPUNAN MAHASISWA PLANOLOGI ITS.
Retrieved from HIMPUNAN MAHASISWA PLANOLOGI ITS:
https://hima.pwk.its.ac.id/defisit-apbn-dalam-pembangunan-infrastruktur-
pemerintah-harus-apa/
Budiyanti, E. (2018). STRATEGI PENINGKATAN PERAN SWASTA. INFO
SINGKAT, 19-21.
dhendianto. (209, April 19). JDIH Badan Pemeriksa Keungan Republik
Indonesia. Retrieved from JDIH Badan Pemeriksa Keungan Republik
Indonesia:
https://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/BangunJalanJembatan.p
df
EBTKE, H. (2021, Juli 7). DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI (EBTKE). Retrieved from
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN
KONSERVASI ENERGI (EBTKE):
https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/07/08/2903/teknologi.digital.dan.ebt.ja
di.pendorong.terkuat.transisi.energi
fajrul, d. (17, Februari 23). Universitas Muhammadiyah Malang. Retrieved from
Universitas Muhammadiyah Malang:
https://eprints.umm.ac.id/36061/3/jiptummpp-gdl-fajruldrac-47476-3-
babii.pdf
FAZA. (2015, April 21). UIN SUSKA Riau. Retrieved from UIN SUSKA Riau:
http://repository.uin-suska.ac.id/5731/3/BAB%20II.pdf
Firman, T. (2017, Januari 13). Tirto.id. Retrieved from Tirto.id:
https://tirto.id/cina-juara-dunia-infrastruktur-energi-alternatif-cgSC
Handayani, D. (2018, Januari 17). DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN
PEMBIAYAAN DAN RESIKO KEMENTERIAN KEUANGAN. Retrieved
from DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN

68
DAN RESIKO KEMENTERIAN KEUANGAN:
https://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/2052
Haris, A. (2005, Oktober 10). Bapennas. Retrieved from Bapennas:
https://bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul__20091014131228_
_2260__0.pdf
hatta, P. U. (2021, September 6). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bung
hatta. Retrieved from Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bung
hatta: https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/en/article/397-pengertian-
tujuan-jenis-dan-peran-bumn
Hartomo, G. (2017, June 6). Okezone.com. From Okezone.com:
https://economy.okezone.com/read/2017/06/06/320/1708887/jepang-
negara-dengan-pembangunan-infrastruktur-yang-baik

Idris, M. (2021, Maret 21). Kompas.com. Retrieved from Kompas.com:


https://money.kompas.com/read/2021/03/21/094946626/arti-infrastruktur-
pengertian-jenis-fungsi-dan-contohnya
Indonesia, K. E. (2020, Februari 5).
https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-minyak-dan-
gas-bumi/mgtc-bangun-infrastruktur-gas-indonesia-butuh-us-482-miliar-.
Retrieved from https://www.esdm.go.id/:
https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-minyak-dan-gas-
bumi/mgtc-bangun-infrastruktur-gas-indonesia-butuh-us-482-miliar-
Indonesia, T. (2020, Oktober 19). Telkom Indonesia. Retrieved from Telkom
Indonesia: https://www.telkom.co.id/sites/enterprise/id_ID/news/hadirkan-
konektivitas-di-seluruh-negeri-demi-wujudkan-kedaulatan-
telekomunikasi-1201
Indonesia, L. I. (2005, December 20). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
From Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: http://lipi.go.id/berita/iptek-
untuk-pembangunan/580

Maryati, S. (2013, Juli 15). https://repository.ut.ac.id. Retrieved from Universitas


Terbuka: http://repository.ut.ac.id/4290/1/PWKL4203-M1.pdf
Meilanova, D. R. (2018, Februari 18). Bisnis.com. Retrieved from Bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180218/44/739945/ini-rencana-
pembangunan-infrastruktur-energi-terbarukan-pada-2018
Nulhakim, L. (2016, November 3). Sistem Informasi Perencanaan dan
Penganggaran. Retrieved from Sistem Informasi Perencanaan dan
Penganggaran:
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/

69
DOCRPIJM_1478164434BAB_5_KERANGKA_STRATEGIS_PEMBIA
YAAN_SORONG.pdf
NWP. (2021, Juni 21). KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI/BADAN
RISET DAN INOVASI NASIONAL. Retrieved from KEMENTERIAN
RISET DAN TEKNOLOGI/BADAN RISET DAN INOVASI
NASIONAL:
https://risbang.ristekbrin.go.id/wp-content/uploads/2021/06/Draft-4-
Renstra-Deputi-Risbang-2020-2024_Penyesuaian.pdf
Palilu, A. (2018). ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA AMBON. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, 228-232.
Pamungkas, B. T. (2009). Pengaruh Infrastruktur Indonesia. In B. T. Pamungkas,
Pengaruh Infrastruktur Indonesia (pp. 28-39). Jakarta: Bagus Teguh
Pamungkas .

Pangaribuan, O. E. (2014, Desember 31). Kementerian Keuangan. Retrieved from


Kementerian Keuangan:
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-kekayaan-negara-
dan-perimbangan-keuangan-belajar-dari-korea-terkait-infrastruktur-apa-
yang-harus-dilakukan-pemerintah-indonesia-2019-11-05-417c80aa/
Publik, B. K. (2020, Augustus 11). KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA. Retrieved from KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA:
http://dephub.go.id/post/read/pembangunan-infrastruktur-transportasi,-
bangun-perekonomian-merajut-keberagaman
Publik, B. K. (2021, Mei 25). KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK
INDONESIA. Retrieved from KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA: http://dephub.go.id/post/read/menhub--
penerapan-teknologi-jadi-peluang-sekaligus-tantangan-wujudkan-sistem-
transportasi-cerdas-di-ibu-kota-baru?language=en
PUPR, B. K. (2021, Maret 27). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia. Retrieved from Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia:
https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-terus-tingkatkan-pemanfaatan-
teknologi-bim-dalam-pembangunan-infrastruktur
PUPR, B. K. (2021, September 16). Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Retrieved from Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia:

70
https://pu.go.id/berita/tingkatkan-ketersediaan-air-minum-dan-sanitasi-
layak-kementerian-pupr-luncurkan-incubits
Qurbani, I. D. (2012). POLITIK HUKUM PENGELOLAAN MINYAK DAN
GAS BUMI. ARENA HUKUM , 115-116.
Rahmah, N. (2019, Desember 12). Pengadaan barang. Retrieved from Pengadaan
barang: https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/12/infrastruktur-
adalah.html
RI, K. K. (2021, September 6). KOMINFO. Retrieved from KOMINFO:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/30841/siaran-pers-no-
145hmkominfo112020-tentang-kolaborasi-untuk-kikis-disparitas-
infrastruktur-telekomunikasi-antarwilayah/0/siaran_pers)
RI, S. K. (2014). Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 75 Tahun 2014. Jakarta:
SEKRETARIAT KABINET RI.
Syafnidawaty. (2020, November 21). Universitas Raharja. Retrieved from
Universitas Raharja: https://raharja.ac.id/2020/11/21/iptek/
Wikipedia. (2009, Februari 24). Wikipedia. Retrieved from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur
Yogyakarta, U. A. (2016, Oktober 21). Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Retrieved from Universitas Atma Jaya Yogyakarta: http://e-
journal.uajy.ac.id/10539/3/2TS14374.pdf

71
LAMPIRAN

 Kelompok 1 , Ananda Lansyahua (1805511048):

Apakah ada campur tangan investor asing dalam penyediaan infrastruktur di


Indonesia?

Jawaban

Untuk peran investasi pada penyediaan infrastruktur di Indonesia itu ada,


salah satu contohnya yaitu kerja sama perusahaan China Sanghai Electric
Group Corp. yang telah menandatangani MoU proyek PLTG Celukan Bawang,
Bali.

 Kelompok 2, Nurdiva Putri Rahmadini (2105511190) :

Apakah penyediaan infrastruktur selalu beriringan dengan pembangunan


ekonomi? Lantas kondisi apa yang mempengaruhinya?

Jawaban

Keberadaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan


tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dsb, memiliki
keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan suatu wilayah,
yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu bahwa
daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik,
mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai
kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung
pembangunan nasional.

 Kelompok 4, Tiara De (2105511181) :

Apa yang akan menentukan berhasilnya seseorang pekerjaan yang dibebankan


kepadanya secara optimal? Berikan contohnya!

72
Jawaban

Yang akan menentukan berhasilnya seseorang pekerjaan yang dibebankan


kepadanya secara optimal adalah bagaimana individu tersebut dapat
mengekplorasi dan mengeksploitasi pengetahuan maupun keterampilan yang
dimiliki dalam suatu pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat memberikan
hasil pekerjaan yang optimal. Contohnya dalam dunia kontraktor, bagaimana
memahami, manajemen, dan menentukan suatu keputusan yang tepat dari
sebuah pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya mengenai konstruksi
yang akan diaplikasikan pada suatu proyek yang tentunya memiliki berbagai
macam masalah dan hambatan yang ada.

 Kelompok 5, Adi Fitriyadi (2105511180):

Disebutkan beberapa indikator penyediaan infrastruktur jika salah satu


diantara indikator tersebut ada yang kurang apakah penyediaan infrastruktur
tetap berjalan? misalnya di suatu negara memiliki SDM tetapi dalam hal
IPTEK tidak terlalu maju. apakah infrastruktur bisa berjalan atau ada hal
alternatif yang bisa dilakukan?

Jawaban

Dalam upaya penyediaan infrastruktur pada suatu Negara, bila salah satu
indikator penyediaan infrastruktur ada yang kurang maka suatu Negara akan
mencari solusinya agar penyediaan infrastruktur tidak terhambat. Contohnya
bila pada suatu Negara memiliki SDM yang memadai namun pada IPTEK
masih kurang, makan salah satu solusinya yaitu menggunakan jasa dari
Negara lain agar penyediaan infrastruktur bisa tetap berlajan.

 Kelompok 6, Mohammad Zulficar (2105511184) :

Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan apakah pada indikator
penyedia infrastruktur yang lain ada masalah juga khususnya pada Sumber
Daya Alam? klo ada berikan contohnya

Jawaban

73
Dalam indikator penyediaan infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak
kekurangan dan masalah, salah satunya pada Sumber Daya Alam. Indikator
penyediaan infrastruktur Sumber Daya Alam dikatakan kurang bukan dalam
hal ketersediaannya, namun kurang dalam hal kemandirian dikarenakan
keterbatasan anggaran yang ada maupun pengolahan bahan mentah
dikarenakan keterbatasan infrastuktur penunjang. Contoh Pemerintah
Indonesia belum memanfaatkan kekayaan alam dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan oleh fakta bahwa hingga saat ini Indonesia masih memiliki
populasi warga miskin yang cukup besar. Bahkan, masyarakat Papua yang
merupakan pemilik dari tambang Freeport masih banyak berada di bawah
garis kemiskinan.

 Kelompok 7, Erwinson Klaiver Haposan Simbolon (1805511091) :

Apakah mungkin energi nuklir dapat diterapkan di Indonesia?

Jawaban

Berkaitan dengan energi nuklir, di Indonesia pemanfaatnya masih belum ada,


hal tersebut dikarenakan kurangnya SDM serta SDA yang ada di Indonesia,
selain itu psikologis masyarakat yang membayangkan nuklir sebagai senjata
serta kekhawatiran masyarakat bila terjadi kebocoran, sehingga banyak loksi
yang menolak untuk dijadikan loksasi pengembangan energy nuklir

 Kelompok 8, I Putu Wisnu (1805511158) :

Seperti yang diketahui bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia


tidaklah merata, indikator infrastruktur apa yang menghambat penyediaan
infrastruktur?

Jawaban

Salah Indikator penghambat dalam usaha penyediaan infrastruktur di


Indonesia saat ini adalah masalah pendanaan. Karena, dana yang ada saat ini
masih terfokus pada masalah pandemic Covid 19, oleh karena itu beberapa
proyek sempat terhambat namun seiring berjalanya waktu beberapa proyek

74
penyediaan infrastruktur di Indonesia mulai kembali di lanjutkan terutama di
Provinsi Papua pada sektor infrasturktur traneportasi

 Kelompok 9, Grandys Satrio Nugroho (1805511043):

Bagaimana cara mengetahui kebutuhan di suatu daerah agar tepat sasaran dan
tidak mengalami kenaikan harga material?

Jawaban

Untuk mengetahui kebutuhan akan pembangunan dan pemgembangan


Infrastruktur di suatu daerah, pemerintah harus mengetahui potensi SDA apa
yang sangat perlu dikembangkan pada daerah tersebut, dengan demikian
pemerintah dapat menentukan Infrastruktur yang tepat untuk mengolah dan
mendistribusikan hasil olahanya agar perekonomian pada setiap daerah di
Indonesia bisa berkembang. Dengam perekonomian yang berkembang dan
menjaga kestabilan harga

 Kelompok 10, Sutanti Tri Wahyuni (1805511005):

Salah satu indikator penyediaan infrastruktur berdasarkan perkembangan


IPTEK adalah sanitasi . Menurut kelompok penyaji bagaimana efektivitas
jaringan sanitasi di kota-kita besar, mengingat masih banyak aliran air sungai
yang tercemar oleh limbah cair. Serta solusi apa yang bisa diberikan dalam
menangani hal tersebut?

Jawaban

Pencemaran aliran air sungai sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga,
kemudian industri/usaha yang dimana itu adalah suatu konflik yang dihadapi
oleh berbagai daerah, terkhusus kota-kota besar. Sistem pengelolaan air
limbah dan sanitasi dapat dilakukan dengan:

a. Pengembangan jaringan air limbah komunal, off side, dan on side.

75
b. Perbaikan sarana sanitasi dasar permukiman, yaitu dengan membuat SPAL
(Saluran Pembuangan Air Limbah) yang meliputi tanki septik dan sumur
peresapan.
c. Pembangunan jamban keluarga maupun komunal termasuk tanki septik
komunal, MCK dan WC umum.
d. Pengembangan sistem pengumpulan dan pengolahan lumpur tinja, untuk
melayani masyarakat dalam menguras tanki septik.
e. Perbaikan sarana pengolahan air limbah peternakan dan industri. Air kotor
hasil dari limbah peternakan, industri, bengkel, dan sejenisnya harus di
treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase.
 Kelompok 11, Muhammad Qadarul Haq Madi (2105511187) :

Selain dari kurangnya edukasi, faktor apa yang mempengaruhi kurang


maksimalnya infrastruktur sanitasi? dan berikan perbandingan Indonesia
dengan negara lain dalam sector sanitasi!

Jawaban

Faktor yang mempengaruhi kurang maksimalnya infrastruktur sanitasi adalah


kurangnya fasilitas umum yang tersedia sebagai upaya dalam meminimalisir
terjadinya pencemaran air. Selain itu juga, kurangnya maintenance terhadap
infrastruktur yang telah ada menjadi salah satu factor yang kuat sehingga
kurang maksimalnya pemanfaatan infrastruktur sanitasi. Perbandingan
Indonesia dengan negara lain dalam sector sanitasi yaitu seperti halnya di
jepang dengan menyediakan infrastruktur sanitasi yang nyaman dan
maintenance yang rutin demi menjaga kepuasan dan kenyamanan masyarakat
dalam menggunakan infrastruktur tersebut. Selain jepang, adapun Korea Utara
yang dimana memanfaatkan limbah organic/kotoran menjadi sesuatu yang
memiliki nilai/manfaat dengan mengubahnya menjadi pupuk sehingga
memberikan dampak positif bagi sector pertanian yang ada.

 Kelompok 12, Wulan Kurniasih (2105511182) :

Apakah inovasi dalam sanitasi sudah terlaksana dengan baik? Jika tidak,
kendalanya apa?

76
Jawaban

Untuk saat ini inovasi teknologi dalam hal infrastruktur Sanitasi masih
belum terlaksana secara luas contohnya pada inovasi Waste to Energy (WTE),
yaitu pengolahan sampah dengan incinerator untuk mengkonversi material
padat menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan saat ini baru
dikembangkan di Balikpapan (Kaltim), Badung (Bali) dan Banjar Bakula
(Kalsel). Kendala dari hal tersebut dikarenakan inovasi tersebut merupakan
suatu inovasi yang masih jarang dikenal di Indonesia, dengan kata lain salah
satu kendalanya adalah kurangnya SDM yang menguasai bagaimana cara
membuat, mengoperasikan teknologi WTE

77

Anda mungkin juga menyukai