Anda di halaman 1dari 1

KASUS KORUPSI GUBERNUR PAPUA “LUKAS ENEMBE’

Gubernur Papua Lukas Enembe telah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka tindak
pidana korupsi. Aliran dana Lukas Enembe dianggap mencurigakan karena menerima gratifikasi
sebesar Rp1 miliar, menyetor USD5 juta dolar ke rumah judi dan menyetor Rp560 miliar ke
kasino. 
 "Penyidikan Kasus Korupsi Lukas Enembe Disebut Harus Tetap Jalan walau Berstatus Kepala
Suku"

"Dua regulasi itu sama sekali tidak menyebutkan alasan penghentian penyidikan karena
seseorang diangkat sebagai kepala suku," kata Kurnia dalam keterangannya saat dihubungi
Kompas.com, Selasa (11/10/2022). Kurnia mengatakan, dalam Pasal 109 Ayat (2) KUHAP
disebutkan, penyidikan hanya dapat diberhentikan karena kondisi-kondisi tertentu, yakni tidak
terdapat cukup bukti, bukan merupakan tindak pidana, atau penyidikan dihentikan demi hukum.
Semua bermula dari laporan PPATK yang mengungkap bahwa sejak 2017 ada 12 dugaan
pengelolaan keuangan yang tidak wajar. Pihak PPATK meneruskan laporan tersebut ke KPK.
Kini PPATK telah memblokir sejumlah rekening milik Lukas Enembe dengan total uang
sebanyak Rp71 miliar. 
Sementara itu, ada dua kasus yang hingga saat ini masih didalami yakni kasus pengelolaan PON
Papua dan manajer pencucian uang yang dimiliki Lukas Enembe. 
KPK juga telah melakukan dua kali pemanggilan kepada Lukas Enembe. Namun, tersangka tidak
datang dengan alasan sakit dan ia juga mengajukan permohonan untuk berobat ke Singapura. 
Lukas Enembe belum mendapatkan izin untuk berobat ke Singapura karena masih dalam status
pencegahan ke luar negeri hingga Maret 2023. Hal ini dilakukan untuk pelancaran proses
penyidikan.

Menurut peneliti ICW Kurnia Ramadhana, hanya ada dua landasan hukum yang
mengatur tentang pemberhentian penyidikan perkara tindak pidana korupsi, yaitu Pasal 109 Ayat
(2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Pasal 40 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK.

Anda mungkin juga menyukai