Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anis Viyatul Hamidah

Nim : E20173028

Kelas : Akuntansi syariah 1

Korupsi Dana Desa Tapi Dihambat Kajari Pamekasan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sempat mengamankan dua jaksa lainnya selain
mengamankan Kajari Pamekasan, Rudy Indra Prasetya dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) di
Pamekasan, Rabu (2/8/2017).

Setelah dilakukan pemeriksaan intensif, ternyata dua jaksa tersebut tidak terlibat dan akhirnya
dilepaskan oleh penyidik, tidak turut dibawa ke Jakarta untuk diproses lanjutan.

"Ada dua orang jaksa yang awalnya ikut diamankan, setelah diperiksa dengan seksama, kami
hargai integritas kedua jaksa. Ternyata mereka ingin menindaklanjuti laporan korupsi dana desa
tapi dapat hambatan dari atasannya (Kajari Pamekasan," kata Wakil Ketua KPK, Laode M
Syarif, Kamis (3/8/2017).

Laode M Syarif menjelaskan setelah mendapat laporan dari LSM dimana ada Kades bernama
Agus yang diduga korupsi dana desa, kedua jaksa langsung menyelidiki dan mengumpulkan
bahan.

Disaat kasus akan dinaikkan ke tahap penyidikan, sang kades ketakutan dan melapor ke
Inspektorat Kabupaten Pamekasan.

Lalu ada komunikasi beberapa pihak di Kejari dan Pemkab Pamekasan untuk menghentikan
laporan yang hendak naik ke tahap penyidikan.

Menurut Syarif, dalam pembicaraan antara jaksa dan pejabat di Pemkab Pamekasan, disepakati
penanganan kasus akan dihentikan apabila pihak Pemkab menyerahkan Rp 250 juta kepada
Kajari Pamekasan.
"Setelah penyelewengan dana desa dilaporkan, Kepala Desa merasa ketakutan dan berupaya
menghentikan proses hukum. Kepala Desa kemudian berkoordinasi dengan Kepala Inspektorat
Kabupaten Pamekasan (Sucipto Utomo). Upaya menghentikan perkara tersebut juga dibicarakan
dengan Bupati Achmad Syafii," tutur Laode M Syarif.

tangkap tangan (OTT) yang diduga terkait suap kasus Alokasi Dana Desa (ADD) Pamekasan.
TRIBUN JATIM/MUCHSIN

Akhirnya dilakukan penyerahan uang dari Kades Agus dan Noer S (Kabag Adm Inspektur Kab
Pamekasan) melalui Inspektur Pemkab Pamekasan, Sutjipto Utomo (SUT) di rumah dinas Rudy
Indra Prasetya (RUD), Kajari Pamekasan.

"Uang Rp 250 juta disimpan di kantong plastik hitam dan sudah kami sita. Jadi dalam prosesnya
penyelidikan diintervensi dari atas lalu di-stop. Proses stop melibatkan banyak pihak termasuk
bupati. Mudah-mudahan ke depan diperhatikan oleh jajaran penegak hukum, kita harus hargai
orang yang kerja jujur dan profesional," tambah Laode M Syarif.

Dalam kasus ini, KPK mengamankan 10 orang lalu dibawa menjalani pemeriksaan awal di Polda
Jawa Timur.

Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan awal dan gelar perkara, disimpulkan ada dugaan
tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji dan KPK meningkatkan status penanganan
perkara ke penyidikan.

Lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka yakni Bupati Pamekasan-Ahmad Syafii (ASY),
Kajari Pamekasan-Rudy Indra Prasetya (RUD), Inspektur Pemkab Pamekasan-Sutjipto Utomo
(SUT), Kades Dassok-Agus mulyadi (AGM) dan Kabag Adm Inspektur Kab Pamekasan-Noer
Solehhoddin (NS).

Atas perbuatannya sebagai pihak penerima yakni Sutjipto Utomo, Agus Mulyadi, dan Noer
Solehhoddin disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 2 ayat 1 huruf b atau Pasal
13 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan UU No 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Sebagai pihak yang diduga pemberi atau yang menganjurkan memberi, Ahmad Syafii
disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 ke 1 huruf b atau Pasal 13 UU
No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 atau ke 2 KUHP.

Selanjutnya pihak yang diduga penerima, Rudy Indra Prasetya disangkakan melanggar Pasal 12
huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 tahun 2001.
(http://m.tribunnews.com/nasional/2017/08/03/dua-jaksa-tindaklanjuti-laporan-korupsi-dana-
desa-tapi-dihambat-kajari-pamekasan.)

Analisis

Isu korupsi Dana Desa begitu gencar ketika oknum pejabat pemerintahan di Pamekasan tergerus
Operasi Tangkap Tangan pada tahun 2017. Akibatnya, Dana Desa disangka menjadi sumber
tindak pidana. Kementerian Desa pun melancarkan jurus kerjasama dengan Kejaksaan dan
Kepolisian untuk melakukan pencegahan 'korupsi Dana Desa'. Padahal bila kita seksama
membaca isi berita 'korupsi Dana Desa', korupsi yang dilakukan pejabat yang tertangkap tangan
itu tertuju pada Alokasi Dana Desa (ADD) dan bukan Dana Desa (DD).

Seperti kita ketahui bersama, kebijakan ADD bertumpu pada kekuasaan pemerintah supra Desa
(kabupaten/kota), sedangkan kebijakan Dana Desa (DD) bersumber dari APBN. Hingga saat ini
penulis belum berhasil memperoleh putusan peradilan secara resmi atas kasus Pamekasan.
Simpang siur tentang korupsi Dana Desa (DD) akhirnya berhenti sebatas isu, tapi tidak jelas apa
yang bisa dipelajari bagi Desa untuk terhindar dari tindak pidana korupsi Dana Desa (DD).

Modus oknum Kades dinilai oleh Majelis Hakim masuk kategori (a) orang selain pegawai negeri
yang menjalankan tugas negara dan dalam kedudukannya sebagai Kepala Pemerintahan Desa;
(b) tindak pidana korupsi membuat palsu atau memalsukan buku-buku atau register yang
digunakan untuk pengawasan administratif, yang pada hakekatnya terdapat dalam Pasal 9 UU
No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
KOMENTAR SEBAGAI SEORANG AKUNTANSI

Untuk mendukung suksesnya pengelolaan keuangan desa, kita butuh para kepala desa dan
perangkat desa yang punya kapasitas. Mereka harus paham dan mengerti betul apa isi regulasi
tentang desa. Jika tidak, pasti pengelolaan keuangan desa akan mengalami masalah serius ke
depannya. Pengelolaan Keuangan Desa Sebagai penyelenggara, pemerintah desa tidak hanya
mengelola dana desa yang bersumber dari APBN. Selain mengelola dana transfer Pemerintah
(pusat), pemerintah desa juga mengelola Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi Hasil Pajak dan
Retribusi Daerah, Bantuan Keungan Provinsi serta pendapatan asli desa (PADes).Secara regulatif
semua keuangan desa ini akan terdokumentasi dalam bentuk APBDes. Yang pengelolaannya
mengikuti berbagai petunjuk peraturan perundang-undangan. Ini artinya, pemerintah desa tidak
lagi sembarangan mengelola keuangan desa.

Anda mungkin juga menyukai