Nim : PO.71.31.2.18.022
Program Studi DIV Gizi / Semester 2
3. Suryadharma Ali
"Sudah naik penyidikan. Dengan SDA (Suryadharma Ali) dkk sebagai tersangka,"
ujar Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis
22 Mei 2014. Tak terima ditetapkan tersangka, SDA mempraperadilankan KPK.
Namun usaha itu kandas setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak
pengajuannya. Oleh jaksa, SDA itu dinilai pantas dihukum penjara selama 11
tahun serta denda Rp 750 juta subsider 6 bulan kurungan. Dia juga dituntut
mengembalikan uang kerugian negara Rp 2,325 miliar. Tidak hanya itu, sebagai
mantan Ketua Umum PPP, hak politik SDA juga diminta dicabut selama 5 tahun,
terhitung sejak terdakwa menyelesaikan masa hukumannya.
"Maka KPK per hari ini (28 Juli 2015) akan menerbitkan Sprindik dengan
menetapkan Gubernur Sumut GPN (Gatot Pujo Nugroho) sebagai tersangka," ujar
lndriyanto dalam pesan singkatnya di Jakarta. Saat proses hukum politikus
PKS tersebut masih berlangsung. Gatot maupun istri, Evy Susanti masih
menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
5. Jero Wacik
KPK menetapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero
Wacik sebagai tersangka terkait indikasi penyimpangan dana di Kementerian
ESDM. Penetapan itu disampaikan Wakil Ketua KPK Zulkarnaen pada Rabu 3
September 2014.
Selain suap, Ojang juga ditetapkan sebagai tersangka gratifikasi dan pencucian
uang. Ia diduga menerima gratifikasi senilai Rp 38,293 miliar dan melakukan
pencucian aset senilai Rp 60,323 miliar.
Saat ditangkap, penyidik menemukan bukti uang tunai senilai Rp 1 miliar dan
bukti setoran biaya haji. Uang itu didapatkan dari seorang pengusaha bernama
Zulfikar. Rencananya, Yan akan memberikan proyek di Dinas Pendidikan sebagai
ijon dari pemberian uang Rp 1 miliar itu.
3. Wali Kota Madiun Bambang Irianto
KPK merilis penetapan Wali Kota Madiun Bambang Irianto sebagai tersangka
pada 17 Oktober 2016. Bambang diduga secara langsung dan tidak langsung
sengaja dan turut serta dalam pemborongan, pengadaan, dan penyewaan proyek
multiyear sejak 2009 sampai 2012. Saat itu, dia menjabat Wali Kota Madiun
periode 2009-2014.
Selanjutnya penanganan kasus itu diambil alih Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
Namun, pada Desember 2012, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menghentikan
penyelidikan dengan alasan tidak ada kerugian negara. Pada Agustus 2015,
korupsi proyek senilai Rp 76,523 miliar tersebut mulai diusut KPK.
Dalam kasus ini, Atty diduga menerima suap bersama suaminya, M. Itoc
Tochija. Itoc merupakan mantan Wali Kota Cimahi yang menjabat selama dua
periode sebelum istrinya.
Sri Hartini ditangkap KPK dalam rangkaian operasi tangkap tangan pada
30 Desember 2016. Sehari setelah penangkapan, KPK mengumumkan penetapan
Sri Hartini sebagai tersangka kasus suap. Dia diduga menjual promosi jabatan di
pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kasus ini berawal dari laporsn sejumlah lembaga swadaya masyarakat soal
dugaan penyimpangan anggaran dalam proyek infrastruktur senilai Rp 100 juta
yang menggunakan dana desa. Anggota LSM melaporkan Kepala Desa Dassok,
Agus Mulyadi, ke Kejaksaan Negeri Pamekasan. Laporan itu sempat
ditindaklanjuti Kejari Pamekasan dengan melakukan pengumpulan bahan dan
keterangan.
Sementara, Rp 400 juta sisanya merupakan fee yang diperoleh OK Arya dari
Syaiful terkait dengan proyek betonisasi jalan Kecamatan Talawi senilai Rp 3,2
miliar. Suap itu diduga diberikan Maringan Situmorang dan Syaiful Azhar. Uang
suap itu dikumpulkan Bupati lewat Sujendi dan Kadis PUPR Helman. Hal ini
menjadi modus yang digunakan Bupati. Ketika membutuhkan uang, Arya akan
memintanya dari Sujendi. Selanjutnya, ia memerintahkan orang untuk mengambil
uang suap dari Sujendi.
4. Wali Kota Batu Eddy Rumpoko
Kronologi Kasus
Wali Kota Tegal, Jawa Tengah, Siti Masitha, Selasa (29/8/2017) ditangkap
petugas KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT) di komplek balai kota. Orang
nomor satu di Kota Tegal ini ditangkap terkait kasus suap proyek pembangunan
RSUD Kardinah.
"Saat Ibu Wali Kota ada acara, saya lihat ada beberapa orang yang mau masuk
tapi dihalangi oleh Satpol. Tapi tidak lama setelah itu, Ibu Wali Kota keluar dan
diikuti mereka hingga masuk ke dalam ruang kerja. Setelah itu keluar dan masuk
mobil dan pergi. Mereka keluar Balai Kota persis saat adzan maghrib," ujarnya.
“Yang bersangkutan diperiksa terkait TKP pengelolaan dana jasa RSUD Kardinah
Kota Tegal tahun 2017 dan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kota Tegal
tahun 2017” ujar Juru Bicara KPK Febri Riansyah saat dikonfirmasi,
Jumat (24/11).
Pencarian Bukti
Sebelumnya, beberapa anak buah Siti Mashita juga sudah diperiksa KPK
guna melengkapi berkas perkara Siti.Mereka yakni Dr Suhardjo, Plt Kepala Dinas
Kesehatan, Iwan staf Dinas PU PR, dan Sugiyanto, Kepala Dinas PU, dan lainnya
. Sementara itu, untuk ketiga tersangka yakni Wali kota Tegal, Siti Mashita
Soeparno, tangan kanan Wali Kota Tegal, Amir Mirza Hutagalung dan Wakil
Direktur RSUD Kardinah, Cahyo Supriyadi sudah tiga kali diperiksa sebagai
tersangka.
Diketahui KPK resmi menetapkan Wali Kota Tegal, Siti Mashita Soeparno
dan Politikus Partai NasDem, Amir Mirza Hutagalung sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi di lingkungan Pemkot Tegal, Jawa Tengah. Keduanya terjerat
dalam tiga kasus dugaan korupsi. Adapun tiga kasus korupsi tersebut yakni terkait
dugaan setoran bulanan dari Kepala Dinas (Kadis) dan rekanan proyek di
lingkungan Pemkot Tegal.
Diduga, Siti Mashita dan Amir Mirza menerima total uang korupsi sebesar Rp 5,1
Miliar dari tiga kasus korupsi tersebut dengan jangka waktu delapan bulan sejak
Januari-Agustus 2017. Uang tersebut diduga digunakan untuk pembiayaan
pemenangan pasangan Siti Mashita- Amir Mirza, maju Pilkada 2018 mendatang.
Siti Masitha yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
pengelolaan dana jasa pelayanan kesehatan di RSUD Kardinah Tegal dan proyek-
proyek lainnya di lingkungan Pemkot Tegal. Untuk mendalami aliran dana itu,
KPK memeriksa Ketua DPC Partai Hanura Tegal, Abas Toya Bawazier, Kamis
(2/11).
Selain Abas, dalam pengusutan kasus ini, KPK juga memeriksa Direktur Utama
PT Barkah Satria Jaya Ali Rozi Basalamah. Dalam pemeriksaan, tim penyidik
mencecar Ali Rozi mengenai aset properti milik mantan politikus Partai Nasdem,
Amir Mirza Hutagalung yang juga telah berstatus tersangka.
Seusai diperiksa KPK, Abas mengakui Siti telah mendekati Partai Hanura untuk
diusung dalam Pilkada Tegal 2018. Siti yang rencananya akan didampingi Amir
Mirza membutuhkan dukungan Hanura yang memiliki dua kursi di DPRD Tegal
karena syarat untuk maju harus didukung oleh partai atau koalisi partai yang
memiliki 6 kursi di DPRD.
"Rekomendasi belum turun. Pendekatannya sudah. Itu saja. Betul (beda partai)
tapi kan untuk koalisi membentuk dia sebagai calon wali kota ada enam kursi,
Hanura ada dua kursi," kata Abas seusai diperiksa penyidik di Gedung KPK,
Jakarta, Kamis (2/11) sore.
Meski demikian, Abas membantah danya aliran dana atau bantuan dari Siti
Mashita kepada Partai Hanura untuk mendapat dukungan dalam Pilkada Tegal
2018. Abas mengklaim tak tahu menahu suap yang diterima Siti Masitha ini untuk
keperluan safari politik menghadapi Pilkada.
"Oh itu nggak tahu. Nggak. Keterkaitan kita hanya masalah politik saja," katanya.
Diduga, Siti Masitha dan Amir Mirza menerima total uang korupsi
sebesar Rp5,1 Miliar dari tiga kasus korupsi tersebut dengan jangka waktu
delapan bulan. Uang tersebut diduga akan digunakan untuk pembiayaan
pemenangan pasangan Siti Masitha- Amir Mirza, maju dalam Pilkada 2018.
KPK belakangan ini memang tengah mendalami dugaan uang suap yang
diterima Siti Masitha dan Amir Mirza dipergunakan sebagai modal maju dalam
Pilkada serentak tahun 2018. Pada Rabu (1/11) kemarin, KPK memeriksa Ahmad
Firdaus Muhtadi selaku tim sukses Masitha dan Amir Mirza. Selain menjadi
timses keduanya, Firdaus diketahui juga menjabat sebagai anggota Dewan
Pengawas PDAM Kota Tegal.
Perkembangan Kasus
Komisi Pemberantasan Korupsi telah selesai melengkapi berkas
penyidikan kasus suap yang melibatkan Wali Kota Tegal nonaktif Siti Masitha
Soeparno. Hari ini, KPK melakukan pelimpahan tahap dua dengan menyerahkan
berkas, barang bukti dan tersangka dari tahap penyidikan ke penuntutan. Dengan
demikian, Siti akan segera diadili.
Selain Siti, lanjut Priharsa, KPK juga melakukan pelimpahan tahap dua
terhadap Ketua DPD Partai Nasdem Brebes Amir Mirza Hutagalung. Amir
merupakan orang kepercayaan Siti, yang juga terlibat dalam kasus ini. Baca juga :
Suap Rp 5,1 Miliar kepada Wali Kota Tegal Ongkos Politik untuk Maju Jadi
Petahana Setelah melakukan pelimpahan tahap dua, Siti ditahan di Lapas kelas II
Bulu Semarang. Sementara Amir ditahan di Lapas Gedung Pane Semarang.
"Mulai hari ini untuk keduanya dipindahkan tahanannya di tempat yang berbeda,"
ujar Priharsa. Dalam kasus ini, selain Siti dan Amir, KPK juga menetapkan Wakil
Direktur RSUD Kardinah, Cahyo Supriadi sebagai tersangka. Siti diduga
menerima suap Rp 5,1 miliar. Uang suap itu diduga untuk ongkos politik Siti yang
berniat mencalonkan diri sebagai wali kota Tegal untuk periode 2019-2024.
Sejak Januari 2017, Wali Kota Tegal dan Orang Kepercayaannya Terima
Rp 5,1 Miliar Uang suap itu disebut dikumpulkan bersama Ketua DPD Partai
Nasdem Brebes Amir Mirza Hutagalung, dalam tujuh bulan terakhir. Diduga,
pemberian uang terkait pengelolaan dana jasa pelayanan kesehatan di RSUD
Kardinah kota Tegal dan fee dari proyek-proyek pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Pemkot Tegal Tahun Anggaran 2017. Nilai Rp 1,6 miliar didapat dari
jasa pelayanan total yang diindikasikan diterima dalam rentang Januari sampai
Agustus 2017. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 200 juta ditemukan saat operasi
tangkap tangan dilakukan. Baca juga : Wali Kota Tegal: Saya Korban Amir Mirza
Hutagalung Sementara itu, sisa Rp 100 juta ditransfer ke dua rekening Amir,
masing-masing Rp 50 juta.
Walikota Tegal nonaktif, Siti Masitha menjalani sidang perdana kasus dugaan
suap di Pengadilan Tipikor Semarang, Senin (15/1/2018) (tribunjateng/hermawan
handaka) Dalam dakwaannya, JPU mengatakan Siti Masitha menerima uang suap
total Rp 8,8 miliar.Suap ini diterima wanita yang akrab disapa Bunda Sitha itu
melalui Amir Mirza.
Selain itu, JPU juga mengatakan beberapa uang suap yang diberikan
kepada Siti Masitha melalui Amir Mirza seperti uang terima kasih dari pejabat di
lingkup Pemkot Tegal yang ditunjuk oleh Amir Mirza. Setelah pembacaan
dakwaan, sidang akan dilanjutkan pada tanggal 24 Januari 2018.
Setelah sidang, Siti Masitha mengatakan pihaknya tidak akan mengajukan eksepsi
dan meminta sidang dilanjutkan untuk agenda pemeriksaan saksi. "Kami tidak
akan eksepsi, langsung ke pembuktian," ujar Siti Masitha.
perkembangan kasus
Wali Kota Tegal nonaktif Siti Mashita Soeparno dituntut 7 tahun penjara
dan denda Rp 200 juta. "Menuntut Siti Mashita karena terbukti bersalah dan
melakukan korupsi dengan jatuhan pidana 7 tahun kurungan dan denda Rp 200
juta," ujar Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Fitroh Rohcahyanto di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Semarang, Senin 2 April 2018.
Tak hanya dituntut pidana penjara selama 7 tahun, Jaksa juga meminta
hakim menjatuhkan pidana tambahan pencabutan hak politik Siti Masitha selama
4 tahun terhitung sejak menjalankan hukuman pidana.
Siti Masitha terjerat kasus dugaan korupsi pengelolaan dana jasa kesehatan
di RSUD Kardinah dan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah
Kota Tegal Tahun Anggaran 2017. Siti ditangkap dalam operasi tangkap tangan
(OTT) KPK pada Selasa petang, 29 Agustus 2017. Selain Siti Masitha, hari ini
juga digelar sidang tuntutan kepada pengusaha Amir Mirza Hutagalung dalam
kasus yang sama. Sebelumnya KPK menduga Amir adalah orang kepercayaan Siti
Masitha yang diduga sebagai pihak penerima.
11 . Inneke Koesherawati.
KPK pada awal tahun 2019 ini menetapkan Bupati Kotawaringin Timur
sebagai tersangka kasus korupsi. Supian Hadi, dikutip dari CNN padahal
sedang menjalankan pemerintahan di periode kedua. Ia diduga telah
menyalahgunakan jabatan demi memperkaya diri sendiri, orang lain, hingga
korporasi.
Meski suap yang diberikan jumlahnya miliaran, tapi kerugian yang dialami
negara mencapai triliunan rupiah. Diperkirakan, negara dirugikan sekitar 5,8
triliun jika dihitung dari kerusakan lingkungan, kerusakan hutan, dan hasil
produksi tambang bauksit.
2. Romahurmuziy Ketua Umum PPP