Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi


Dosen Pengampu : Vera Fitriana,S.Kep.Ns.M.Kep.

Disusun Oleh :

Nama : Anggi Oktavia Dewi


NIM : 20201537
Prodi : D3 Keperawatan

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2021/2022
Jejak Suap Bupati Kotim yang Rugikan Negara
Rp5,8 Triliun
CNN Indonesia | Kamis, 07/02/2019 08:28 WIB

Jakarta, CNN Indonesia - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Bupati


Kotawaringin Timur (Kotim), Supian Hadi sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait izin
usaha pertambangan (IUP) di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Izin itu
dipersiapkan untuk tiga perusahaan berbeda.

Atas penerbitan IUP itu KPK menduga Supian yang juga kader PDIP tersebut telah merugikan
negara hingga Rp5,8 triliun dan US$711 ribu (setara Rp9,9 miliar dengan asumsi kurs Rp14
ribu). Kerugian negara itu mengalahkan kerugian negara pada kasus korupsi e-KTP sebesar
Rp2,3 triliun dan korupsi SKL BLBI sebesar Rp4,58 triliun.

"Setara bila dibandingkan dengan kasus lain yang pernah ditangani KPK seperti KTP Elektronik
(Rp2,3 triliun) dan BLBI (Rp4,58 triliun)," kata Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif di Gedung
KPK, Jakarta, Jumat (1/2).
Besaran dugaan kerugian negara dalam kasus yang menerpa Supian ini hanya dikalahkan oleh
kerugian negara akibat dugaan korupsi kasus pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Pada kasus
Century, ditengarai negara mengalami kerugian sebesar Rp7,4 triliun.
Terlepas dari jumlah kerugian negara, Supian kembali menambah panjang kepala daerah yang
menjadi pesakitan di KPK. Padahal dia tengah menjalani periode keduanya sebagai orang nomor
satu di Kabupaten Kotawaringin Timur. Periode pertamanya, yakni 2010-2015.

Berdasar informasi yang diperoleh CNNIndonesia.com dari sejumlah sumber, pada periode


pertama, setelah dilantik Supian langsung mengangkat teman-teman dekatnya yang juga menjadi
bagian dari tim suksesnya sebagai Direktur dan Direktur Utama PT Fajar Mentaya Abadi.
Kolega Supian itu mendapat masing-masing mendapat jatah saham perusahaan sebesar 5 persen.

Perusahaan yang diduduki koleganya itu kemudian diberikan IUP seluas 1.671 hektar. Hal itu
tertuang dalam SK IUP yang diterbitkan Supian pada Maret 2011.

Izin itu keluar dari Supian meski dirinya mengetahui bahwa PT Fajar Mentaya Abadi belum
memiliki sejumlah dokumen perizinan, di antaranya Izin lingkungan atau Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Alhasil pada November 2011, PT Fajar Mentaya Abadi dapat
melakukan kegiatan operasi produksi bauksit dan melakukan ekspor ke China.
Pada November 2011, Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang melayangkan surat
kepada Supian agar menghentikan seluruh kegiatan usaha pertambangan oleh PT Fajar Mentaya
Abadi. Surat itu tidak diindahkan dan PT Fajar Mentaya Abadi tetap melakukan kegiatan
pertambangan hingga 2014.

Selain itu, Supian juga diketahui memenuhi permohonan PT Billy Indonesia dengan menerbitkan
SK IUP ekspolorasi pada Desember 2010. SK IUP itu diberikan tanpa melalui proses lelang
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). PT Billy Indonesia juga diketahui tidak memiliki
kuasa pertambangan.

Pada April 2011, Supian juga menerbitkan SK IUP eksplorasi kepada PT Aries Iron Mining.
Penerbitan IUP ini pun tanpa melalui proses lelang WIUP. Padahal, seperti halnya PT Billy
Indonesia, PT Aries Iron Mining tidak memiliki kuasa pertambangan. Alhasil PT Aries Iron
Mining melakukan eksplorasi yang merusak lingkungan.

Tak berhenti di situ pada Februari 2013 Supian menerbitkan SK IUP tentang Persetujuan
Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi mejadi Izin Usaha Pertambangan Operasi
kepada PT Billy Indonesia. Penerbitan SK IUP itu tanpa kelengkapan dokumen AMDAL dari PT
Billy Indonesia.
Pada April 2013 Supian turut menerbitkan keputusan izin tentang izin lingkungan kegiatan usaha
pertambangan bijih bauksit dan keputusan tentang kelayakan lingkungan rencana kegiatan
pertambangan bijih bauksit oleh PT Billy Indonesia. Berdasarkan izin tersebut PT Billy
Indonesia melakukan ekspor bauksit.
KPK pun membongkar permasalahan tersebut. KPK pun menetapkan Supian sebagai tersangka
karena diduga menerima suap dan gratifikasi atas perizinan proyek tambang yang dia keluarkan.
Atas izin-izin yang dikeluarkan untuk tiga perusahaan berbeda itu, KPK juga menduga telah
terjadi kerugian negara mencapai Rp5,8 triliun dan US$711 ribu.

Atas perbuatannya tersebut, Supian dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 3 dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. (sah/osc)

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190207072914-12-367023/jejak-suap-
bupati-kotim-yang-rugikan-negara-rp58-triliun

Anda mungkin juga menyukai