Anda di halaman 1dari 3

AUDIT FORENSIK

BIG CASE (MEGA KORUPSI E-KTP)

Oleh :
Ananta Faturrahman Pinayungan Hutagalung

NIM 041811333180

Kelas L

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2021
KRONOLOGI KASUS MEGA KORUPSI E-KTP
Kasus korupsi e-KTP adalah kasus korupsi di Indonesia terkait pengadaan KTP elektronik
untuk tahun 2011 dan 2012 yang terjadi sejak 2010-an. Kasus ini diawali dengan berbagai
kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang tender proyek e-KTP sehingga membuat berbagai
pihak seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Government Watch, pihak kepolisian,
Konsorsium Lintas Peruri dan Komisi Pemberantasan Korupsi menaruh kecurigaan akan
terjadinya korupsi. Sejak itu KPK melakukan berbagai penyelidikan dan investigasi.

Melalui bukti-bukti yang ditemukan dan keterangan para saksi, KPK menemukan fakta bahwa
negara harus menanggung kerugian sebesar Rp 2,314 triliun. Setelah melakukan berbagai
penyelidikan sejak 2012, KPK akhirnya menetapkan sejumlah orang sebagai tersangka korupsi,
beberapa di antaranya pejabat Kementerian Dalam Negeri dan petinggi Dewan Perwakilan DPR.
Mereka adalah Sugiharto, Irman, Andi Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan Setya
Novanto. Selain itu, KPK juga menetapkan Miryam S. Haryani sebagai pembuat keterangan palsu
saat sidang keempat atas nama Sugiharto dan Irman dilaksanakan. Penetapan tersangka oleh KPK
dalam kasus ini pertama kali dilakukan pada 22 April 2014 atas nama Sugiharto sementara sidang
perdana atas tersangka pada kasus ini digelar pada 9 Maret 2017.

Perkembangan kasus e-KTP yang terjadi di era digital membuat kasus ini mendapatkan sorotan
dari para warganet. Dalam beberapa kesempatan, para warganet meluapkan ekspresi mereka
terkait kasus korupsi e-KTP dengan menciptakan trending topic tertentu di twitter dan membuat
meme di media sosial dengan sasaran ditujukan kepada Setya Novanto. Tak hanya media nasional,
media asing seperti AFP dan ABC juga turut memberitakan perkara ini, terutama terkait
keterlibatan Setya Novanto.
Kendati perkara proyek e-KTP telah berjalan selama beberapa tahun, kasus ini belum mencapai
penyelesaian. Baru dua orang, yakni Irman dan Sugiharto yang telah divonis hukuman penjara
sementara yang lain masih harus menghadapi proses hukum yang berlaku. Oleh karena itu, para
pihak berwenang masih harus ekstra kerja keras lagi untuk menutup buku atas perkara ini.
ANALISIS 5W+1H
1. What?
Kasus mega korupsi e-KTP.

2. Who?
Enam orang tersangka kasus mega korupsi e-KTP yaitu Sugiharto, Irman, Andi
Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan Setya Novanto.

3. When?
Kasus ini terjadi sejak tahun 2010-an untuk pengadaan e-KTP tahun 2011 dan 2012.

4. Where?
Negara Indonesia.

5. Why?
Kasus mega korupsi e-KTP ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor penyebab,
salah satunya yaitu berkaitan dengan organisasi dan manajemen. Kasus e-KTP ini jika
dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan dalam faktor kurang baiknya organisasi
dan manajemen yang dapat dilihat dari tidak adanya transparansi dan akuntabilitas di
instansi pemerintah yang kurang memadai. Organisasi mengambil andil dalam
terjadinya korupsi jika organisasi tersebut membuka peluang untuk terjadinya korupsi.

6. How?
Proses kejadian kasus ini bermula dari rencana Kementerian Dalam Negeri RI dalam
pembuatan e-KTP. Sejak 2006 Kemendagri telah menyiapkan dana sekitar Rp 6 triliun
yang digunakan untuk proyek e-KTP dan program Nomor Induk Kependudukan (NIK)
nasional dan dana senilai Rp 258 miliar untuk biaya pemutakhiran data kependudukan
untuk pembuatan e-KTP berbasis NIK pada 2010 untuk seluruh kabupaten/kota se-
Indonesia. Pada 2011 pengadaan e-KTP ditargetkan untuk 6,7 juta penduduk
sedangkan pada 2012 ditargetkan untuk sekitar 200 juta penduduk Indonesia. Sebelum
proses perekaman e-KTP dilaksanakan, Gamawan Fauzi yang saat itu menjabat sebagai
Menteri Dalam Negeri sempat menemui pimpinan KPK di gedung KPK pada 24
Januari 2011. Di sana ia meminta KPK untuk mengawasi proyek e-KTP sembari
menjelaskan tentang langkah-langkah pelaksanaan proyek e-KTP. Namun KPK bukan
satu-satunya institusi yang ia datangi. Sebelumnya ia juga telah meminta Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) untuk terlibat dalam pengawasan proyek ini. Dengan adanya keterlibatan
institusi-institusi tersebut ia berharap megaproyek e-KTP dapat bersih dan terhindar
dari praktek korupsi. M Jasin yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua KPK juga
menegaskan bahwa KPK memantau proses proyek e-KTP.

Anda mungkin juga menyukai