Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL

Tugas ini

Disusun untuk memenuhi

Mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu :

Al-Ustadzah Puspa Devi Maharani

Oleh:

Salma Rahmadani 422021428057

Sarah Al-Faruuq 422021428060

Adzimatinoor Nabila 422021428004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

KAMPUS MANTINGAN

PERIODE 1442/2022
MARAKNYA KASUS KORUPSI DI INDONESIA

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika membicarakan
tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut
segi-segi moral, sifat-sifat keadaan yang busuk, jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan
politik, serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan dibawah kekuasaan
jabatannya. Dengan demikian secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya
istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas, seperti :

 Korupsi : penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan lainnya) untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.
 Korupsi : busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya,
dapat digosok (melalui kekuasaan untuk kepentingan pribadi).
Korupsi adalah fakta sekaligus ironi. Fakta, karena tidak ada yang dapat menyangkal eksistensi
kejahatan korupsi yang telah bekerja secara massif, sistematik, dan terstruktur pada sistem social,
politik dan kemasyarakatan di Indonesia. Ironi, karena dampak korupsi tidak hanya
menimbulkan kerugian keuangan negara yang mencapai angka triliunan rupiah, tetapi juga
menghancurkan sumber daya yang terkait dengan kemanusiaan, social, dan alam.1
Ciri-ciri korupsi :

 Suatu penghianatan terhadap kepercayaan


 Penipuan terhadap badan pemerintah
 Dengan sengaja melakukan kepentingan umum untuk kepentingan khusus
 Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa
atau bawahannya menganggapnya tidak peril.
 Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak
 Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain
 Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan
mereka yang dapat mempegaruhinya
 Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum
 Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi2

Kasus korupsi di Indonesia masih terus terjadi. Berdasakan indeks persepsi korupsi 2021,
Indonesia berapa di peringkat 96 dari 180 negara. Sementara itu berdasarkan survey dari Badan
pusat Statistik (BPS) di tahun 2021, Indeks Perilaku Anti Korupsi berada di kisaran 3,88%.
Terdapat beberapa kasus korupsi di Indonesia yang sangat merugikan Indonesia.

1
Umar. 2012.”Tindak pidana korupsi dalam tinjauan kriminologi dan yuridis”, Fakultas syariah dan hukum UIN
Alauddin Makassar. Hal 1
2
Aldyreliandi. 2013. “Korupsi di Indonesi serta cara penanganannya”
Yang pertama adalah Kasus korupsi e-KTP. Kasus korupsi e-KTP adalah kasus korupsi di
Indonesia terkait pengadaan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) untuk tahun 2011 dan
2012 yang terjadi sejak 2010-an. Kasus ini diawali dengan berbagai kejanggalan yang terjadi
sejak proses lelang tender proyek e-KTP sehingga membuat berbagai pihak seperti Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Government Watch, pihak kepolisian, Konsorsium Lintas
Peruri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menaruh kecurigaan akan terjadinya korupsi.
Sejak itu KPK melakukan berbagai penyelidikan dan investigasi.
Melalui bukti-bukti yang ditemukan dan keterangan para saksi, KPK menemukan fakta bahwa
negara harus menanggung kerugian sebesar Rp 2,314 triliun. Setelah melakukan berbagai
penyelidikan sejak 2012, KPK akhirnya menetapkan sejumlah orang sebagai tersangka korupsi,
beberapa di antaranya pejabat Kementerian Dalam Negeri dan petinggi Dewan Perwakilan DPR.
Mereka adalah Sugiharto, Irman, Andi Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan Setya
Novanto. Selain itu, KPK juga menetapkan Miryam S. Haryani sebagai pembuat keterangan
palsu saat sidang keempat atas nama Sugiharto dan Irman dilaksanakan. Penetapan tersangka
oleh KPK dalam kasus ini pertama kali dilakukan pada 22 April 2014 atas nama Sugiharto
sementara sidang perdana atas tersangka pada kasus ini digelar pada 9 Maret 2017.
Dalam perjalanannya, para pihak berwenang dibuat harus berusaha lebih giat dalam menciptakan
keadilan atas tersangka Setya Novanto. Berbagai lika-liku dihadapi, mulai dari ditetapkannya
Setya Novanto sebagai tersangka, sidang praperadilan, dibatalkannya status tersangka Novanto
oleh hakim, kecelakaan yang dialami Novanto bahkan hingga ditetapkannya ia lagi sebagai
tersangka. Perkara ini juga diselingi oleh kematian Johannes Marliem di Amerika Serikat yang
dianggap sebagai saksi kunci dari tindakan korupsi. Untuk kepentingan pengembangan kasus
atas tewasnya Marliem, KPK pun melakukan kerja sama dengan FBI.
Perkembangan kasus e-KTP yang terjadi di era digital membuat kasus ini mendapatkan sorotan
dari para warganet. Dalam beberapa kesempatan, para warganet meluapkan ekspresi mereka
terkait kasus korupsi e-KTP dengan menciptakan trending topic tertentu di Twitter dan membuat
meme di media sosial dengan sasaran ditujukan kepada Setya Novanto. Tak hanya media
nasional, media asing seperti AFP dan ABC juga turut memberitakan perkara ini, terutama
terkait keterlibatan Setya Novanto.
Kendati perkara proyek e-KTP telah berjalan selama beberapa tahun, kasus ini belum mencapai
penyelesaian. Baru dua orang, yakni Irman dan Sugiharto yang telah divonis hukuman penjara
sementara yang lain masih harus menghadapi proses hukum yang berlaku. Oleh karena itu, para
pihak berwenang masih harus ekstra kerja keras lagi untuk menutup buku atas perkara ini.3
Kasus ini berawal saat Kemendagri di tahun 2009 merencanakan mengajukan anggaran untuk
penyelesaian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAP), salah satu komponennya
adalah Nomor Induk Kependudukan (NIK). Pemerintah pun menargetkan pembuatan e-KTP bisa

3
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. “Kasus Korupsi e-KTP”
selesai di tahun 2013. Proyek e-KTP sendiri merupakan program nasional dalam rangka
memperbaiki sistem data kependudukan di Indonesia.
Lelang e-KTP dimulai sejak tahun 2011, dan banyak bermasalah karena diindikasikan banyak
terjadi penggelembungan dana. Berdasarkan catatan Kompas.com, kasus korupsi proyek e-KTP
terendus akibat kicauan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), Muhammad
Narzaruddin. Baca juga: Kasus E-KTP Diminta Tak Berhenti di Setya Novanto KPK kemudian
mengungkap adanya kongkalingkong secara sistemik yang dilakukan oleh birokrat, wakil rakyat,
pejabat BUMN, hingga pengusaha dalam proyek pengadaan e-KTP pada 2011-2012.
Akibat korupsi berjamaah ini, negara mengalami kerugian mencapai Rp 2,3 triliun. DPR pun
sempat dibuat heboh karena KPK selama menangani kasus ini, melakukan pemanggilan kepada
puluhan anggota dewan maupun mantan anggota DPR RI. Nama-nama tokoh besar bahkan ikut
dikaitkan. Dalam perkara pokok kasus korupsi e-KTP, ada 8 orang yang sudah diproses dan
divonis bersalah.
Mereka adalah Setya Novanto, dua mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri, Irman dan
Sugiharto, pengusaha Made Oka Masagung dan mantan Direktur PT Murakabi Sejahtera Irvanto
Hendra Pambudi Cahyo (keponakan Novanto). Kemudian pengusaha Andi Naragong, Direktur
Utama PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo, dan mantan anggota DPR Markus Nari.
Baca juga: Menurut Hakim, Novanto Setengah Hati Ungkap Kasus E-KTP Korupsi dimulai
setelah rapat pembahasan anggaran pada Februari 2010.
Saat itu, Irman yang masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
Kemendagri dimintai sejumlah uang oleh Ketua Komisi II DPR Burhanudin Napitupulu.
Permintaan uang itu bertujuan agar usulan anggaran proyek e-KTP yang diajukan Kemendagri
disetujui Komisi II DPR. Proyek e-KTP ini memang dibahas di Komisi II DPR, sebagai mitra
dari Kemendagri. Irman kemudian menyetujui permintaan tersebut, dan menyatakan pemberian
fee kepada anggota DPR akan diselesaikan oleh Andi Agustinus alias Andi Narogong.
Irman sendiri bekerja sama dengan Andi Narogong agar perusahaan Andi dimenangkan dalam
tender proyek e-KTP. Andi dan Irman kemudian meminta bantuan kepada Setya Novanto yang
saat itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar. Mereka berharap agar Novanto dapat mendukung
dalam penentuan anggaran proyek ini. Novanto pun menyatakan akan mengoordinasikan dengan
pimpinan fraksi yang lain agar memuluskan pembahasan anggaran proyek e-KTP di Komisi II
DPR. Beberapa nama disebut-sebut ikut dalam sejumlah pertemuan untuk membahas anggaran
proyek e-KTP, termasuk Nazaruddin dan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR kala itu, Anas
Urbaningrum.
Dari beberapa kali pertemuan, disepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun.
Sebanyak 51 persen dari total anggaran yaitu Rp 2,662 triliun akan digunakan untuk belanja
modal atau belanja rill proyek, dan sisanya 49 persen yakni Rp 2,5 triliun akan menjadi
bancakan. Rincian uang korupsi tersebut dibagi kepada pejabat Kemendagri sebesar 7 persen (Rp
365,4 miliar), anggota Komisi II DPR 5 persen (Rp 261 miliar), Setya Novanto dan Andi
Narogong 11 persen (574,2 miliar), Anas dan Nazaruddin 11 persen (Rp 574,2 miliar), serta sisa
15 persen (783 miliar( akan diberikan sebagai keuntungan pelaksana pekerjaan atau rekanan.
Dalam proses pengadaan barang, Sugiharto diangkat oleh Irman sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Pada pelaksanaan pengadaan, Sugiharto menetapkan dan menyetujui harga
perkiraan sendiri (HPS) yang telah digelembungkan. Sejumlah pihak membentuk konsorsium
dalam pengerjaan proyek ini. Isinya mulai dari pejabat Perum Percetakan Negara Republik
Indonesia (PNRI), dan perwakilan vendor-vendor (PT Sucofindo, PT LEN, PT Quadra Solution,
dan PT Sandipala Arthaputra). PNRI disepakati menjadi pemimpin konsorsium. Hal itu agar
mudah diatur karena konsorsium ini dipersiapkan sebagai pemenang lelang pekerjaan e-KTP.
Drama keterlibatan Setya Novanto Nama Setya Novanto sejak awal memang sudah disebut-sebut
terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Namun keterlibatan mantan Ketua Umum Golkar itu
semakin kuat setelah namanya disebut dalam sidang perdana kasus tersebut dengan Sugiharto
dan Irman yang duduk sebagai terdakwa. Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di
Pengadilan Tipikor, Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur besaran anggaran e-KTP
yang mencapai Rp 5,9 triliun itu. Novanto sempat membantah dan mengelak. Ia bahkan
mengajukan praperadilan atas penetapan statusnya sebagai tersangka. Sempat memenangkan
praperadilan, akhirnya Novanto kembali ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dan terus
berproses hingga divonis bersalah.
Pada September 2017, KPK memanggil Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Saat itu,
Novanto sudah menjadi Ketua DPR RI. Setya Novanto berkali-kali tak hadir, dengan berbagai
alasan. Mulai dari sakit hingga meminta KPK menunggu proses praperadilan selesai.   Bahkan
Novanto sempat mengirimkan surat ke KPK melalui Fadli Zon yang pada tahun 2017 menjabat
sebagai Wakil Ketua DPR, agar menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan
praperadilan keluar. Surat yang dikirimkan Setya Novanto menuai protes karena dikirim
menggunakan kop DPR.
Permintaan Novanto juga ditolak KPK. Tanggal 15 November 2017, KPK melakukan
penjemputan paksa ke rumah Setya Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
KPK sempat dihalang-halangi untuk masuk ke dalam. Keberadaan Novanto juga tidak diketahui.
Sehari setelahnya, Setya Novanto dikabarkan mengalami kecelakaan dan dilarikan ke Rumah
Sakit Medika Permata Hijau. Pengacara Novanto, Fredrich Yunadi mengatakan, Novanto
terburu-buru menuju ke studio salah satu stasiun televisi swasta untuk melangsungkan siaran
langsung. Mobil yang ia tumpangi menabrak tiang. Setelah melangsungkan siaran langsung,
Novanto diklaim berencana mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memberikan
keterangan.
KPK pun kemudian mengeluarkan surat penahanan terhadap Setya Novanto pada tanggal 17
November 2017. Tim KPK menjemput Setya Novanto di RS Medika Permata Hijau, kemudian
membantarkannya di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, untuk menjalani perawatan karena
mengalami luka-luka saat kecelakaan. Setya Novanto menjalani sidang perdana pada 13
Desember 2017. Di awal persidangan, Novanto sempat tidak mau berbicara sama sekali dan
memperlihatkan selayaknya orang yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Namun dokter
menyatakan, Novanto sehat dan bisa menjalani persidangan.
Hukuman pelaku Pengadilan sudah memvonis bersalah kepada 8 orang yang terlibat dalam kasus
korupsi e-KTP, yaitu Sugiharto, Irman, Andi Naragong, Setya Novanto, Anang Sugiana
Sudiharjo, Made Oka Masagung, Irvanto Hendra Pambudi Cahyo, dan Markus Nari. 4
Tindak pidana korupsi e-KTP adalah korupsi yang paling besar dan merugikan negara kita.
Dapat kita lihat dari kasus tersebut bahwa banyak orang di luar sana, apalagi pejabat-pejabat
negara kita yang masih saja haus akan uang. Banyak dari mereka yang diduga terlibat dalam
korupsi ini, masih tidak mau mengakui keterlibatannya.

Jika melihat kembali undang-undang mengenai tipikor pada UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang pada Pasal 12 disebutkan bahwa denda maksimal
untuk pelaku korupsi sebesar Rp1 miliar, Namun diragukan bahwa kerugian negara sebesar
Rp2,3 triliun itu dapat ditutup dengan menetapkan denda tersebut. Pada akhirnya, masyarakat
lagi yang berusaha bekerja dengan jujur untuk menutupi kerugian negara.

Masalah korupsi e-KTP ini juga menimbulkan permasalahan dalam pembuatan e-KTP itu
sendiri. Kerap kali kita menemukan masyarakat mengeluh dan sebagainya karena proses
mengurusnya sangat lama dengan alasan yang dapat dikatakan bukan menjadi alasan seharusnya
yang membuat proses pembuatan bisa sampai selama itu.

Terhambatnya orang-orang untuk menerima e-KTP ini akan merugikan dalam berbagai hal,
seperti tidak bisa bepergian keluar kota dengan transportasi umum yang memerlukan e-KTP,
tidak bisa membuka dan mengurus rekening tabungan, dan segala kegiatan admnistrasi lainnya
yang membutuhkan e-KTP bahkan dengan tidak adanya e-KTP pada masyarakat akan
menghambat hak elektoral mereka. Maka itu, kita sebagai masyarakat hanya dapat berharap
supaya KPK berhasil menangkap pejabat-pejabat dan politikus-politikus yang terlibat dengan
masalah korupsi e-KTP ini.

Yang kedua adalah kasus Korupsi Asabri yang merugikan Negara hingga Rp 23,7 Triliun.
Kejaksaan Agung (Kejagung) menyatakan perhitungan sementara kerugian negara pada kasus
korupsi PT Asabri (Persero) tembus Rp 23,7 triliun. Perhitungan ulang kerugian negara masih
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

4
Elsa Astari Retaduari. 2022. “Awal Mula Kasus Korupsi E-KTP yang sempat hebohkan DPR hingga Seret Setya
Novanto”, https://nasional.kompas.com/read/2022/02/04/12351421/awal-mula-kasus-korupsi-e-ktp-yang-
sempat-hebohkan-dpr-hingga-seret-setya?page=all.
Jumlah taksiran sementara kerugian negara di kasus korupsi Asabri ini melampaui kerugian
negara dalam skandal korupsi Jiwasraya sebesar Rp 16,81 triliun. Kepala Pusat Penerangan
Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak menjelaskan kronologi kasus dugaan
korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh Asabri.
Ia menyebutkan pada tahun 2012 hingga 2019, Direktur Utama, Direktur Investasi dan Keuangan
serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat dengan pihak di luar Asabri yang bukan merupakan
konsultan investasi ataupun manajer investasi yaitu Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan
Lukman Purnomosidi. Mereka bersepakat untuk membeli atau menukar saham dalam portofolio
Asabri dengan saham-saham milik Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman dengan
harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi dengan tujuan agar kinerja portofolio Asabri
terlihat seolah-olah baik.
Setelah saham-saham tersebut menjadi milik Asabri, kemudian saham-saham tersebut
ditransaksikan atau dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman berdasarkan kesepakatan
bersama dengan Direksi Asabri. Dengan transaksi itu, sehingga seolah-olah saham tersebut
bernilai tinggi dan likuid, padahal transaksi-transaksi yang dilakukan hanya transaksi semu dan
menguntungkan Heru, Benny dan Lukman serta merugikan investasi Asabri.
Ini karena Asabri menjual saham-saham dalam portofolionya dengan harga dibawah harga
perolehan saham-saham tersebut. Untuk menghindari kerugian investasi Asabri, maka saham-
saham yang telah dijual di bawah harga perolehan, dibeli kembali dengan nomine Heru, Benny
dan Lukman serta dibeli lagi oleh Asabri melalui underlying reksadana yang dikelola oleh
manajer investasi yang dikendalikan oleh Heru dan Benny.
Seluruh kegiatan investasi Asabri pada 2012 sampai 2019 tidak dikendalikan oleh Asabri, namun
seluruhnya dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman. Leonard menyebut kasus dugaan
korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp 23,7 triliun. jaksa penyidik
Jampidsus Kejaksaan Agung menetapkan delapan tersangka dalam penyidikan kasus dugaan
korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh PT. Asuransi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (Asabri).
"Delapan orang tersangka adalah inisial ARD, SW, HS, BE, IWS, LP, BT dan HH," kata
Leonard. Delapan tersangka tersebut adalah mantan Direktur Utama PT Asabri periode tahun
2011 - Maret 2016 (Purn) Mayjen Adam Rachmat Damiri, mantan Direktur Utama PT Asabri
periode Maret 2016 - Juli 2020 (Purn) Letjen Sonny Widjaja. Lalu eks Direktur Keuangan PT
Asabri periode Oktober 2008-Juni 2014 Bachtiar Effendi, mantan Direktur Asabri periode 2013 -
2014 dan 2015 - 2019 Hari Setiono, Kepala Divisi Investasi PT Asabri Juli 2012 - Januari 2017
Ilham W. Siregar dan Direktur Utama PT Prima Jaringan Lukman Purnomosidi. Kemudian
Dirut PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro dan Komisaris PT Trada Alam Minera
Heru Hidayat. Baik Benny maupun Heru merupakan tersangka dalam kasus korupsi di PT
Asuransi Jiwasraya.
Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan pasal sangkaan primer yakni Pasal 2 ayat (1) jo.
Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubag dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
serta subsidair pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No.20 Tahun 2001 tentang
Perubahan ayas UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP, demikian pernyataan Leonard Eben Ezer Simajuntak. 5
Lalu ada juga Kasus Utang BLBI yang rugikan Negara ratusan triliun. Koronologi dan
fakta utang BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) sempat dibuka kembali oleh
pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
merupakan skema bantuan berupa pinjaman dana yang diberikan Bank Indonesia (BI)
kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas saat terjadinya krisis moneter
(krimon) 1998 di Indonesia

Tentu saja skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF atau
International Monetary Fund atau dana moneter dalam mengatasi masalah krisis. Pada
Desember 1998, BI sempat menyalurkan dana BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48
bank tercatat. Namun Audit BPK terhadap penggunaan dana BLBI oleh ke-48 bank
tersebut menyimpulkan bahwa telah terjadi indikasi penyimpangan dana sebesar Rp138
triliun.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menjabat sebagai kepala negara Indonesia sejak
tahun 2014 ini berkomitmen untuk menuntaskan kasus penagihan utang BLBI yang
merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah lebih dari dua dekade. Dengan adanya
rencana tersebut, Presiden Jokowi dengan tegas mengeluarkan Keputusan Presiden
(Kepres) Nomor 6 Tahun 2021 terkait Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Hak Tagih
Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Awal kasus BLBI ini bermula pada 1997 hingga 1998, ketika Bank Indonesia
memberikan pinjaman kepada bank-bank yang memiliki masalah likuiditas dan hampir
bangkrut akibat diterpa krisis moneter. Saat itu, beberapa bank mengalami masalah
likuiditas dan mengakibatkan nilai tukar rupiah terperosok sangat dalam hingga
menyentuh angka Rp15 ribu per USD. Turunnya nilai tukar rupiah ini membuat utang
valuta asing (valas) di perbankan juga ikut membengkak.

5
Muhammad Idris. 2022. “Ini Kronologi Korupsi Asabri yang Merugikan Negara Rp. 23,7 Triliun”,
https://money.kompas.com/read/2021/02/03/030400326/ini-kronologi-korupsi-asabri-yang-merugikan-
negara-rp-23-7-triliun?page=all.
Sejak di audit oleh BPK dan terindikasi adanya penyimpangan dana sebesar Rp138 triliun
yang dilakukan oleh ke-48 bank tersebut, setelah 2 tahun pada 2002, Presiden Megawati
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 tahun 2002 yang menjadi landasan
pemerintah untuk mengeluarkan jaminan kepastian hukum kepada para debitur BLBI
yang telah melunasi kewajiban lewat penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) yang
dikeluarkan BPPN, atau menindak secara hukum bagi yang tidak melaksanakan
kewajiban.

Adapun deretan kronologi kasus BLBI yang di rangkum dari berbagai sumber,
diantaranya:
1. Vonis perdana bagi terdakwa kasus BLBI terjadi pada 2003. Oknum pejabat BI yang
bersekongkol dengan para pemilik bank, seperti Hendro Budiyanto, Heru Supratomo,
hingga Paul Sutopo Tjokronegoro yang dijebloskan ke penjara.

Dari pihak penerima dana, Sjamsul Nursalim bersama sang istri Itjih Nursalim yang
diketahui sebagai pemegang saham pengendali Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI)
diduga jadi pihak yang diperkaya dalam kasus BLBI, dan telah merugikan keuangan
negara hingga Rp4,58 triliun.

2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap membantu mengusut kasus BLBI pada
2008, dan sudah mulai memproses penyelidikan terhadap proses pemberian SKL kepada
para pengutang per 2013. Akhirnya, mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) Syafruddin Arsyad Temenggung dijerat dan diadili di pengadilan tindak
pidana korupsi (Tipikor).

3. Pasca penyelesaian masalah yang tak kunjung usai ini, pemerintah di bawah Presiden
Jokowi menugasi Satgas Penanganan Hak Tagih Negara untuk menuntaskan kasus BLBI.
Mengutip catatan BPK, Kementerian Keuangan akan terus mengejar dana BLBI dengan
total dana sebesar Rp110,45 triliun.

4. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menyampaikan kepada Satgas, total
dana BLBI Rp 110,45 triliun ini terdiri dari obligor 22 pihak dan 12 ribu dokumen
debitur.

5. Menkopolhukam Mahfud MD menyebut, pemerintah akan memanggil seluruh debitur


dan obligor yang berjumlah 48 orang dengan jumlah total utang mereka terhadap negara
disebut mencapai Rp111 triliun. Termasuk Tommy Soeharto, yang memiliki kepada
Negara. 6

6
Shifa Nurhaliza. 2021. “Cek Kronologi dan Fakta Utang BLBI yang Rugikan Negara Ratusan Triliun”,
Kemudian Kasus Jiwasraya, yang 13 Korporasi-Nya Didakwa Rugikan Negara Rp 10 Triliun.
Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN Tipikor) Jakarta menggelar sidang perdana untuk
13 tersangka korporasi kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan korupsi kepada PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) (AJS)

Adapun agenda sidang tersebut yakni pembacaan dakwaan dari jaksa penuntut umum
(JPU) Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk seluruh tersangka korporasi itu. Pada persidangan,
jaksa mendakwa seluruh perusahaan manajemen investasi itu melakukan tindak pidana korupsi
yang merugikan keuangan negara dan pencucian uang dalam pengelolaan keuangan dan Dana
Investasi pada reksa dana milik PT AJS selama 2008-2018.

Ketigabelas terdakwa korporasi manajer investasi tersebut adalah korporasi PT Millenium


Capital Management, PT Treasure Fund Investama, PT Pool Advista Aset Manajemen dan PT
GAP Capital. Kemudian, PT Maybank Asset Management, PT Pinnacle Persada Investama, PT
Sinarmas Asset Management, dan PT Corfina Capital. Lalu, PT Jasa Capital Asset Management,
PT Prospera Asset Management, PT MNC Asset Management, PT OSO Management Investasi
dan PT PAN Arcadia Capital.

"Terdakwa menyepakati dan melaksanakan pengelolaan transaksi pembelian dan penjualan


instrumen keuangan yang menjadi underlying pada produk reksa dana milik PT AJS (PT
Asuransi Jiwasraya Persero) yang dikelola oleh terdakwa untuk dikendalikan oleh Heru Hidayat
dan Benny Tjokorosaputro melalui Joko Hartono Tirto dan Piter Rasiman," kata jaksa dalam
ruang sidang Kusuma Atmadja. Lebih lanjut, dalam dakwaannya jaksa juga menyatakan bahwa
para korporasi tersebut menerima komisi yang tidak sah dan merugikan kepentingan PT
Jiwasraya.

"Terdakwa telah menerima komisi berupa management fee yang tidak sah dan merugikan
kepentingan PT AJS sebagai nasabah dalam pengambilan keputusan investasi," tutur jaksa.
Dalam perbuatan itu, para terdakwa dinyatakan tidak mematuhi ketentuan Pasal 15 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 43/POJK.04/2015.

Adapun dalam peraturan itu memuat tentang Pedoman Perilaku Manajer Investasi yang
menyatakan manajer investasi dapat menerima komisi, sepanjang komisi tersebut secara
langsung bermanfaat bagi manajer investasi dalam pengambilan keputusan investasi untuk
kepentingan nasabah dan tidak mengakibatkan benturan kepentingan dengan nasabah dan/atau
merugikan kepentingan nasabah.

Akibat perbuatan para terdakwa jaksa mengatakan negara mengalami kerugian sekitar Rp 10
triliun yang berasal dari perbuatan masing-masing terdakwa. Adapun perincian untuk para
korporasi tersebut yakni:
Pertama, PT Prospera Asset Management merugikan keuangan negara sebesar Rp 1,297 triliun.

Kedua, PT Millenium Capital Management yang sebelumnya bernama PT Millenium Danatama


Indonesia merugikan keuangan negara sebesar Rp 676 miliar.

Ketiga, PT Corfina Capital merugikan keuangan negara sebesar Rp 17,021 miliar.

Keempat, PT Treasure Fund Investama merugikan keuangan negara sebesar Rp 1,216 triliun
selama periode 2015—2018

Kelima, PT Dhanawibawa Manajemen Investasi yang saat ini bernama PT Pan Arcadia Capital
merugikan keuangan negara sebesar Rp 2,027 triliun.

Keenam, PT Pinnacle Persada Investama dalam pengelolaaan investasi reksa dana PT AJS
merugikan keuangan negara sebesar Rp 1,815 triliun.

Ketujuh, PT Sinarmas Asset Management merugikan keuangan negara sebesar Rp 77 miliar.

Baca juga: Kerugian Korupsi Asabri dan Jiwasraya Setara Harga 8 Kapal Selam Baru

Kedelapan, PT MNC Asset Management merugikan keuangan negara sebesar Rp 7,531 miliar

Kesembilan, PT Maybank Asset Management merugikan keuangan negara sebesar Rp 515


miliar.

Kesepuluh, PT Jasa Capital Asset Management merugikan keuangan negara sebesar Rp 226
miliar.

Kesebelas, PT Gap Capital merugikan keuangan negara sebesar Rp 448 miliar.

Keduabelas, PT Pool Advista Aset Manajemen merugikan keuangan negara sebesar Rp 2,142
triliun.

Ketigabelas, PT Oso Manajemen Investasi merugikan keuangan negara sebesar Rp 521,1 miliar.

Atas perbuatan itu jaksa mendakwa para korporasi manajer investasi dengan pasal Pasal 2 Ayat
(1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP;

Selain itu, pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan
ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat
(1) ke-1 KUHP. Kemudian, pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Subsidair pasal 4 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.7

Kasus Korupsi Fenomenal berikutnya adalah Korupsi PT Pelindo II, yang dilakukan oleh
Mantan Dirut nya yaitu RJ Lino. Mantan Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino akhirnya ditahan
Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK). Penahanan RJ Lino ini terkait proyek pengadaan 3 unit
Quay Container Crane (QCC) di PT Pelindo II, saat dirinya menjabat Dirut PT Pelindo II.

Perlu waktu lumayan lama bagi KPK sebelum menahan RJ Lino terkait kasus tersebut. Wakil
Ketua KPK Alexander Marwata memaparkan kronologi kasus yang menjerat RJ Lino. Dia
menyebut pada tahun 2009, PT Pelindo II (Persero) melakukan pelelangan pengadaan 3 unit
QCC dengan spesifikasi Single Lift untuk Cabang Pelabuhan Panjang, Palembang, dan
Pontianak yang dinyatakan gagal sehingga dilakukan penunjukan langsung kepada PT BI (Barata
Indonesia).

Namun penunjukan langsung tersebut, kata Alex, juga batal karena tidak adanya kesepakatan
harga dan spesifikasi barang tetap mengacu kepada Standar Eropa “18 Januari 2010, RJL (RJ
Lino) selaku Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) diduga melalui disposisi surat
memerintahkan FY (Ferialdy Noerlan) Direktur Operasi dan Teknik melakukan pemilihan
langsung dengan mengundang 3 (tiga) perusahaan, yaitu ZPMC (Shanghai Zhenhua Heavy
Industries Co. Ltd) dari China, Wuxi, HDHM (HuaDong Heavy Machinery Co.Ltd) dari China,
dan Doosan dari Korea Selatan,” kata Alex dalam konferensi pers.

Kemudian, pada Februari 2010, RJ Lino diduga kembali memerintahkan untuk dilakukan
perubahan Surat Keputusan Direksi PT Pelindo II (Persero) tentang Ketentuan Pokok dan
Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT Pelindo II (Persero), dengan mencabut
ketentuan Penggunaan Komponen Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri. “Perubahan
dimaksudkan agar bisa mengundang langsung ke pabrikan di luar negeri,” kata Alex.

“Adapun Surat Keputusan Direksi PT. Pelindo II (Persero) tersebut menggunakan tanggal
mundur (back date) sehingga HDHM dinyatakan sebagai pemenang pekerjaan,” ucap dia.
Penunjukan langsung HDHM, kata Alex, diduga dilakukan oleh RJ Lino dengan menuliskan
disposisi "Go For Twinlift" pada kajian yang disusun oleh Direktur Operasi dan Teknik. Padahal,
pelaporan hasil klarifikasi dan negosiasi dengan HDHM ditemukan bahwa produk HDHM dan
produk ZPMC tidak lulus evaluasi teknis karena barangnya merupakan standar China dan belum
pernah melakukan ekspor QCC ke luar China.

7
Irfan Kamil. 2021. “Kasus Jiwasraya, 13 Korporasi Didakwa Rugikan Negara Rp 10 Triliun”,
Lebih lanjut, pada Bulan maret 2010, RJ Lino diduga memerintahkan Direktur Operasi dan
Teknik melakukan evaluasi teknis atas QCC Twin Lift HDHM dan memberi disposisi kepada
Saptono R Irianto (Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha) juga untuk melakukan kajian
operasional dengan kesimpulan QCC Twin Lift tidak ideal untuk Pelabuhan Palembang dan
Pelabuhan Pontianak.

”Untuk pembayaran uang muka dari PT Pelindo II (Persero) pada pihak HDHM, RJL (RJ Lino)
diduga menandatangani dokumen pembayaran tanpa tanda tangan persetujuan dari Direktur
Keuangan dengan jumlah uang muka yang dibayarkan mencapai 24.000.000 dollar Amerika
yang dicairkan secara bertahap,” ujar Alex.

“Penandatanganan kontrak antara PT Pelindo II (Persero) dengan HDHM dilakukan saat proses
pelelangan masih berlangsung dan begitu pun setelah kontrak ditandatangani masih dilakukan
negosiasi penurunan spesifikasi dan harga, agar tidak melebihi nilai Owner Estimate (OE),” ucap
dia. Alex menyebut, untuk pengiriman 3 unit QCC ke Cabang Pelabuhan Panjang, Palembang,
dan Pontianak dilakukan tanpa commision test yang lengkap di mana commission test tersebut
menjadi syarat wajib sebelum dilakukannya serah terima barang.

Harga kontrak seluruhnya 15.554.000 dollar AS terdiri dari 5.344.000 dollar AS untuk pesawat
angkut berlokasi di Pelabuhan Panjang, 4.920.000 dollar AS untuk pesawat angkut berlokasi di
Pelabuhan Palembang dan 5.290.000 dollar AS untuk pesawat angkut berlokasi di Pelabuhan
Pontianak. “KPK telah memperoleh data dari ahli ITB bahwa Harga Pokok Produksi (HPP)
tersebut hanya sebesar 2.996.123 dollar Amerika untuk QCC Palembang, 3.356.742 dollar
Amerika untuk QCC Panjang dan 3.314.520 dollar Amerika untuk QCC Pontianak,” ujar Alex

”Bahwa selain itu akibat perbuatan tersangka RJL (RJ Lino) ini, KPK juga telah memperoleh
data dugaan kerugian keuangan dalam pemeliharaan 3 unit QCC tersebut sebesar 22.828,94
dollar Amerika. Sedangkan untuk pembangunan dan pengiriman barang 3 unit QCC tersebut
BPK tidak menghitung nilai kerugian Negara yang pasti karena bukti pengeluaran riil HDHM
atas pembangunan dan pengiriman 3 unit QCC tidak diperoleh, sebagaimana surat BPK
tertanggal 20 Oktober 2020 perihal surat penyampaian laporan hasil pemeriksaan investigatif
dalam rangka penghitungan kerugian Negara atas pengadaan Quayside Container Crane (QCC)
Tahun 2010 pada PT Pelabuhan Indonesia II,” ucap dia.8

Soeharto yang merupakan presiden Indonesia yang ke-2 juga terseret Kasus Dugaan Korupsi.
Pada 3 Agustus 2000, Presiden Soeharto resmi menjadi tersangka kasus dugaan penyalahgunaan

8
Anjar Wulandari. 2021. “Kronologi Kasus Korupsi Mantan Dirut PT Pelindo II RJ Lino, KPK Akhirnya Lakukan
Penahanan”, https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/03/26/kronologi-kasus-korupsi-mantan-dirut-pt-pelindo-
ii-rj-lino-kpk-akhirnya-lakukan-penahanan?page=3.
dana yayasan sosial yang didirikannya. Soeharto dinyatakan sebagai terdakwa bersamaan dengan
pelimpahan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.

Saat itu, tim penyidik yang terdiri dari Agus Sutoto, Umbu Lagelozara, Suriansyah, dan Patuan
Siahaan datang ke kediaman Soeharto di Jalan Cendana 8 Jakarta Pusat. Kapuspenkum
Kejagung, Yushar Yahya; Direktur Penuntutan Kejagung, Mochtar Arifin; Asisten Pidana
Khusus Kajati, Andi Syarifuddin; Kajari Jaksel Barman Zahir juga ikut mendampingi.

Kejaksaan Agung sebelumnya telah mengirim surat pemberitahuan pelaksanaan penyerahan


tersebut kepada Soeharto melalui tim penasihat hukumnya. Tim penyidik datang ke kediaman
Soeharto untuk menyerahkan barang bukti dan tersangka dari penyidik ke penuntut umum yang
diwakili oleh Mochtar Arifin dan Andi Syarifudin.

Kasus penyalahgunaan dana oleh Soeharto melibatkan 7 yayasan yang diketuainya, yaitu
Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial
(Dharmais), Yayasan Dana Tidak berkesudahan Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti
Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora. Pada
1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini
mengimbau para pengusaha menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana
Mandiri.

Sejak 1 September 1998, Kejaksaan Agung telah menemukan indikasi penyimpangan


penggunaan dana yayasan-yayasan yang dikelola Soeharto. Hal tersebut terlihat dari anggaran
dasar yayasan-yayasan tersebut. Meski demikian, Soeharto terus mengelak, Ia mengatakan
bahwa "tidak punya uang satu sen pun." 

Meski demikian, pengusutan terus dilakukan. Pada Desember 1998, Presiden B.J. Habibie
mengeluarkan Inpres No. 30/1998 tentang pengusutan kekayaan Soeharto. Sebelumnya, Habibie
mengusulkan untuk membentuk komisi independen mengusut harta Soeharto. Tapi usulan ini tak
diindahkan. 

Menurut laporan Jaksa Agung Andi M. Ghalib yang disampaikan di depan Komisi I DPR, hasil
pengusutan atas tujuh yayasan Soeharto, sejumlah yayasan memiliki kekayaan senilai Rp4,014
triliun. Selain itu, Jaksa Agung juga menemukan rekening atas nama Soeharto di 72 bank di
dalam negeri dengan nilai deposito Rp24 miliar dan Rp23 miliar yang tersimpan di rekening
BCA dan tanah seluas 400 ribu hektare atas nama Keluarga Cendana. 

Terdapat dana sebesar Rp400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara 1996 dan 1998
yang berasal dari pos Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos bantuan presiden. Menteri
Negara Kependudukan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Haryono
Suyono, juga terlibat dalam penyalahgunaan dana tersebut dengan mengalihkan dana untuk
yayasan Soeharto. 

Namun pada 11 Oktober 1999, Pemerintah Indonesia menganggap tuduhan korupsi Soeharto
tidak terbukti. Kejaksaan Agung lalu mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
(SP3) terhadap kasus Soeharto. Aset yang ditemukan diserahkan kepada pemerintah
Hanya selang dua bulan atau tepatnya 6 Desember 1999, Pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid membuka kembali pemeriksaan kekayaan Soeharto. Jaksa Agung yang baru, Marzuki
Darusman, juga mencabut SP3 Soeharto. 

Berbagai pemeriksaan dan penelusuran terhadap Soeharto dan berbagai pihak yang terlibat
dilakukan. Pemanggilan terhadap Soeharto juga terus dilakukan namun tidak kunjung terjadi
dengan alasan kesehatan Soeharto yang menurun. Hingga akhirnya Soeharto dijadikan tahanan
kota dan pada 3 Agustus 2000 Soeharto dinyatakan sebagai tersangka kasus dugaan
penyalahgunaan yayasan. 

Agenda persidangan pun dijadwalkan. Pertama pada 31 Agustus 2000, namun Soeharto tak hadir
lantaran sakit. Sidang kemudian diundur pada 14 September 2000. Dan lagi-lagi Presiden Kedua
RI tersebut tak hadir dengan alasan serupa. Hingga akhirnya pada 28 September 2000, Majelis
Hakim menetapkan penuntutan perkara pidana terhadap Soeharto tak dapat diterima dan sidang
dihentikan. Diketahui bahwa tak ada jaminan Soeharto hadir ke persidangan karena alasan
kesehatan. Ia juga dibebaskan dari tahanan kota dan kasus ini menguap begitu saja sampai detik
ini. 9

Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial,
politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa
korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan
“cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.

Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat setiap
hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak
ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan
persaudaraan yang tulus.

Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak Negara dan dukungan teoritik oleh para saintis
sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial dan
kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial dan
individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-lain.

9
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika korupsi
merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam masyarakat. Dinyatakan bahwa
korupsi menimbulkan iklim ketamakan, selfishness, dan sinisism. Korupsi juga menyebabkan
sikap individu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya
akan berpikir tentang dirinya sendiri semata-mata. Jika suasana iklim masyarakat telah tercipta
demikian itu, maka keinginan publik untuk berkorban demi kebaikan dan perkembangan
masyarakat akan terus menurun dan mungkin akan hilang.

Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya
generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh
dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai
hal biasa (atau bahkan budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan
sifat tidak jujur dan tidak bertanggung jawabJika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti
itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.

Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan pemimpin
masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat
tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan
patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu
yang curang, kekerasan dalam pemilu, money politics dan lainlain juga dapat menyebabkan
rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan
menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.

Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial politik dan
integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Bahkan dalam banyak
kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak terhormat, seperti
yang terjadi di Indonesia.

Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa.Jika suatu projek ekonomi dijalankan
sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme dalam
penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi
dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan
tercapai.

Penelitian empirik oleh Transparency International menunjukkan bahwa korupsi juga


mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri maupun luar negeri, karena para
investor akan berpikir dua kali untuk membayar biaya yang lebih tinggi dari semestinya dalam
berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya keamanan kepada pihak
keamanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun 1997,
investor dari negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain) cenderung lebih suka
menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) kepada negara yang
tingkat korupsinya kecil.

Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi
dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka
prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan berkualitas akan tidak pernah terlaksana.
Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja
yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan
meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial
yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.10

10
Wicipto Setiadi. 2018. “KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta
Regulasi”, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Umar. 2012. ”Tindak pidana korupsi dalam tinjauan kriminologi dan yuridis”, Fakultas syariah
dan hukum UIN Alauddin Makassar. Hal 1

Aldyreliandi. 2013. “Korupsi di Indonesi serta cara penanganannya”

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. “Kasus Korupsi e-KTP”

Elsa Astari Retaduari. 2022. “Awal Mula Kasus Korupsi E-KTP yang sempat hebohkan DPR
hingga Seret Setya Novanto”, https://nasional.kompas.com/read/2022/02/04/12351421/awal-
mula-kasus-korupsi-e-ktp-yang-sempat-hebohkan-dpr-hingga-seret-setya?page=all .

Muhammad Idris. 2022. “Ini Kronologi Korupsi Asabri yang Merugikan Negara Rp. 23,7 Triliun”,
https://money.kompas.com/read/2021/02/03/030400326/ini-kronologi-korupsi-asabri-yang-
merugikan-negara-rp-23-7-triliun?page=all.

Shifa Nurhaliza. 2021. “Cek Kronologi dan Fakta Utang BLBI yang Rugikan Negara Ratusan
Triliun”,

Irfan Kamil. 2021. “Kasus Jiwasraya, 13 Korporasi Didakwa Rugikan Negara Rp 10 Triliun”,

Anjar Wulandari. 2021. “Kronologi Kasus Korupsi Mantan Dirut PT Pelindo II RJ Lino, KPK
Akhirnya Lakukan Penahanan”, https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/03/26/kronologi-
kasus-korupsi-mantan-dirut-pt-pelindo-ii-rj-lino-kpk-akhirnya-lakukan-penahanan?page=3.

Wicipto Setiadi. 2018. “KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi”, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
“Veteran” Jakarta

Anda mungkin juga menyukai