Judul :
Dosen Pengampu :
Oleh :
Sarah Al-Faruq
Nim :422021428060
KAMPUS MANTINGAN
PERIODE 1442-1443/2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
Islam telah memperkenalkan diri sebagai agama yang sangat dekat dengan manusia.
Islam hadir sebagai rahmatan lil'alamin (memberi rahmat bagi seluruh alam), hudan li an-
nas (sebagai petunjuk bagi manusia), syifa an-nas (obat penawar bagi manusia),
litukhrijakum min adz-dzulumat ila an-nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan ke
alam terang benderang), serta sebagai basyiran (pemberi kabar gembira) dan nadziran
(kabar duka bagi manusia).
Selama abad ke-7 Masehi sampai dengan abad ke-13 Masehi Islam mengalami masa
keemasan (the golden age of Islam), di mana Islam mengalami kemajuan dalam bidang
politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan, dan arsitektur. Kemajuan yang dicapai
oleh umat Islam menunjukkan dengan jelas bahwa umat Islam telah memainkan perannya
secara signifikan sebagai pelopor kemajuan peradaban umat manusia.
Ilmu kedokteran di era modern saat ini masih terus berkembang begitu mengagumkan.
Ilmu kedokteran juga tidak pernah lepas dari sejarah kegemilangan Islam di masa
lampau. Sudah banyak sekali bukti adanya tokoh-tokoh kedokteran muslim yang pada
masa kejayaan Islam menuliskan begitu banyak karya serta melahirkan metode
pengobatan seperti pembedahan
Ilmu kedokteran yang saat ini masih terus berkembang dan maju pesat di barat dan seolah
berkiblat pada dunia barat, menjadikan banyak umat Islam secara membabi buta menolak
untuk menerima ajaran ilmu tersebut. Bahkan hingga tidak menerima karena
menganggap bahwa pengobatan modern memberikan dampak yang tidak baik bagi
Kesehatan. Ironisnya, hingga melupakan kontribusi ulamaulama muslim dalam sejarah
perkembangannya.
Di sisi lain, tidak terbantahkan lagi bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk mencintai
ilmu pengetahuan. Terbukti bahwa wahyu Allah yang pertama kali turun melalui nabi
Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca, yaitu “iqra’”, ayat pertama surat al-
‘Alaq. Sehingga pada Makalah ini, akan dibahas bagaimana perkembangan ilmu
kedokteran modern dengan cara yang mudah untuk dibaca dan dipahami.
I.III Tujuan
PEMBAHASAN
Ilmu kedokteran dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan cara-cara pemeliharaan tubuh
manusia agar tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga
membahas tentang cara-cara penanggulangan atau penyembuhan tubuh yang terkena penyakit
dengan cara mendiagnosis (menentukan) penyakitnya, kemudian mengobatinya (terapi). Dengan
demikian, ilmu kedokteran meliputi unsur tindakan penjagaan tubuh dan penyakit (preventif) dan
pengobatan ketika kena penyakit (kuratif).
Pengobatan adalah suatu cara untuk melakukan penyembuhan, tanpa didasari adanya pendidikan
secara husus dan semua orang dapat mempelajarinya, perbedaan antara pengobatan dengan
kedokteran adalah jika kedokteran merupakan penerapan dari suatu ilmu kedokteran dan harus
memiliki keunggulan dalam bidang tersebut serta harus melalui pendidikan khusus dalam bidang
tersebut, akan tetapi pengobatan merupakan suatu ilmu yang dipelajari tanpa membutuhkan
pendidikan husus.
Ajaran Islam sangat menganjurkan agar setiap orang menjaga kesehatannya, yaitu diantaranya
dengan makan dan minum yang halal dan baik. Berolahraga, berpakaian bersih, mengatur
lingkungan sehingga rapi, bersih serta dianjurkan berobat jika terkena penyakit.
Dalam Islam ilmu kedokteran (‘ilm al-Țibb) adalah suatu keahlian yang mempelajari tentang
tubuh manusia dari segi sakit dan sehat, dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu yang memelihara kesehatan
orang yang sehat, dan menghilangkan atau menolak penyakit pada orang sakit.
Menurut Ibnu Sina, dalam kitabnya Al-Qānūn fi al- Țibb (The Canon of Medicine) menyakatan
bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan tubuh,
baik dalam keadaan sehat maupun tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika hilang, perlu
diperbaiki. Dengan kata lain, seni yang berkaitan dengan kesehatan, dan akan diperbaiki setelah
kesehatan tersebut hilang.
Kedokteran Islam biasannya identik dengan istilah kedokteran nabi (Țibb al- nabawi). Secara
sederhana kedokteran islam diartikan sebagai kumpulan ucapan nabi yang disusun oleh para
penulis muslim secara sistematis. Namun, secara kompleks kedokteran nabi diartikan sebagai
teori dan praktik yang dilakukan nabi, kemudian dilakukan penelitian dan pemikiran dalam
kurun waktu yang lama dengan menggabungkan antara ilmu yang berasal dari Alquran dengan
teori-teori lain yang berasal dari luar Islam, khususnya dari Yunani.
Pemerintah Islam saat itu banyak memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari
bahasa Yunani ke bahasa Arab. Hal ini sudah dilakukan sejak khalifah dinasti Umayyah, Umar
ibn Abdul Aziz memerintahkan penterjemhan dari bahasa Syiria ke Bahasa Arab sebuah buku
pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun. Pengalihbahasaan
literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma’mun dari Diansti
Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundisyapur dipekerjakan. 1
1
digilib.uinsby.ac.id, “PERKEMBANGAN AWAL KEDOKTERAN Di DUNIA ISLAM”, dalam
http://digilib.uinsby.ac.id/5127/5/Bab%202.pdf
mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkmbangan ilmu kedokteran diambil alih
dunia Islam yang telah berkembang pesat di Timur Tengah, menurut Ezzat Abouleish.
seperti halnya ilmu-ilmu yang lain.
3. Masa Kejayaan
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu
pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya
berfungsi
sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat
menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang
begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru.
Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka
dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. “Islam banyak memberi
kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran,” papar Ezzat Abouleish. Era kejayaan
Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-
Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Al-Nans, dan Ibn Al-Maiman. 2
Pembahasan di bagian ini meliputi ilmu bedah, ilmu kebidanan atau kandungan, dan
pembangunan rumah sakit. Pertama, ilmu bedah. Pembedahan adalah bidang kedokteran yang
mengkhususkan diri dalam mengobati penyakit atau cedera dengan operasi manual
menggunakan peralatan khsusu. Beberapa dokter muslim yang terkenal dalam hal ini adalah al-
Razi dan al-Zahrawi.
2
Hj Maryam, PERKEMBANGAN KEDOKTERAN DALAM ISLAM, Al Urwatul Wutsqa: Volume 2, No. 1; Juni
2022, hlm 100-101
Sebelumnya, ilmu pembedahan telah lama dikenal di berbagai negara, seperti Sumeria, Akkadia,
Mesir, dan Babilonia kuno. Di Sumeria dan Mesir, tabib dikenal terampil menjahit luka bedah
tanpa meninggalkan banyak bekas luka. Menurut Riwayat, seseorang yang memiliki penyakit
dan sulit disembuhkan akan datang ke dokter bedah. Mereka beranggapan bahwa ahli bedah
memiliki sihir yang dapat mengobati rasa sakit. Memang, pada waktu itu tabib Mesir telah
mengetahui anestesi atau semacam obat penghilang rasa sakit yang disebut taftah dalam bentuk
minuman atau tablet.
Kedua, ilmu kebidanan atau kandungan. Awalnya, ilmu ini ditemukan di daerah Sumeria dan
Mesir. Meskipun bangsanya primitif, ternyata dasar ilmu ini telah dikenal. Pada periode islam,
Pendidikan kebidanan dan ginekologi berbasis di kota Haran, Baghdad, dan Jundishapur. Ketiga
tempat ini memiliki fasilitas Kesehatan yang lengkap. Di Baghdad, didirikan rumah sakit
terbesar yang berdampingan dengan sekolah kedokteran. Sedangkan rumah sakit bersalin
didirikan atas perintah Harun ar-Rasyid kepada Menteri Kesehatan al-Masawayh yang juga
dikenal sebagai tabib istana. Selain itu, juga didirikan sekolah menengah kebidanan di Shiraz dan
sebuah rumah sakit besar di Rayy. Pada era Nizamul Mulk, para perawat di desa-desa diberi
bimbingan oleh dokter kandungan setiap dua minggu. Para ahli kandungan yang terkenal adalah
al-Zahrawi, Abu Raihan al-Biruni, Shahib Anwar Kut, dan Bahrum Tajul Amin. Ketiga,
pengembangan rumah sakit. Sebelum kelahiran islam, belum terdapat konsep rumah sakit.
Orang-orang Yunani merawat orang sakit di sebuah tempat dekat kuil untuk disembahkan oleh
para pendeta. Dalam upaya penyembuhannya, mereka masih menggunakan kekuatan mistis
untuk mengorbankan sesuatu sebagai persembahan untuk dewa. Pada waktu itu, tempat
perawatan disebut bimaristan atau maristan.
Rumah sakit islam didirikan pada periode Abbasiyah memiliki karakter sendiri. Karateristik
rumah sakit islam meliputi :
1. Menjunjung toleransi. Rumah sakit islam melayani dan menghormati semua orang
dari berbagai warna, agama, atau latar belakang. Rumah sakit ini dikelola oleh
pemerintah, dan direktur mereka umumnya dokter dibantu oleh orang yang berasal
dari berbagai macam agama. Para dokter bekerja sama untuk merawat pasien
2. Panti dan perawat terpisah. Pasien dengan jenis kelamin berbeda menempati bangsal
yang terpisah. Pasien yang memiliki penyakit berbeda, terutama yang menular,
ditempatkan di bangsal berbeda. Perawat laki-laki untuk pasien pria dan perawat
Wanita untuk pasien Wanita
3. Adanya catatan medis pasien. Rumah sakit islam menyimpan catatan medis pasien
dan perawatan medis mereka untuk pertama kalinya
4. Penyediaan air dan perlengkapan mandi. Untuk melayani dan memberikan
kemudahan bagi muslim mengerjakan kewajibannya, rumah sakit menyediakan
pasokan air bersih dan fasilitas mandi sebagai layanan khusus bagi pasien untuk
menunaikan shalat
5. Status dokter praktik. Khalifah al-Muqtadir memerintahkan Kepala Lembaga
Kedokteran, Sinan bin Thabit, untuk menyaring 860 dokter dari Baghdad. Hanya
mereka yang memenuhi syarat yang memperoleh izin praktik
6. Adanya peraturan medis. Muslim memiliki regulasi untuk menjaga pasien dari
kecurangan dokter selama pengobatan. Hal ini menjadi institusi Muslim lebih
professional dan lebih aman
7. Memiliki sekolah kedokteran. Rumah sakit bukan hanya tempat untuk merawat
pasien, tetapi juga untuk mendidik para mahasiswa kedokteran. Di sana juga
dilengkapi dengan perpustakaan mahal dan tempat tinggal untuk para siswa
8. Adanya keterlibatan penguasa dalam membangun rumah sakit
9. Pembiayaan cukup untuk menjalankan rumah sakit
Pemerintah islam memiliki rumah sakit, apotek, klinik, lembaga medis, sekolah atau lembaga
lembaga kedokteran tinggi yang hadir di hampir setiap kota. Di Kairo, pada masa pemerintahan
Ahmad bin Toulon, rumah sakit besar yang didirikan dilengkapi ruang perpustakaan. Beberapa
pasien dibebaskan dari biaya berobat. Selain itu, masjid-masjid besar tersedia ruang perawatan
untuk merawat pengurus masjid yang jatuh sakit dan mereka dibebaskan dari biaya. Sedangkan
tabib masjid diberi tempat tinggal di dekat masjid dan diberi biaya hidup yang memadai.
Pemerintah islam memberikan perawatan kesehatan tingkat tinggi bagi rakyatnya bukanlah tanpa
alas an. Khalifah menyadari bahwa kesehatan adalah bagian dari peradaban bangsa. Selain itu,
umat Islam percaya bahwa setiap penyakit memiliki obat, sehingga ilmu kedokteran dibutuhkan
dengan standar pelayanan yang baik. 3
َ ع ْن
ع ْب ِد َربِّ ِه ب ِْن َ ثِ ار ِ ع ْم ٌرو َوه َُو ابْنُ ْال َح َ ب أ َ ْخبَ َرنِي ٍ سى قَالُوا َحدﱠثَنَا ابْنُ َو ْه َ طاه ِِر َوأَحْ َمدُ بْنُ عِي
َارو ُن ْب ُن َم ْع ُروفٍ َوأَبُو ال ﱠ
ُ َحدﱠثَنَا ه
ع ﱠزَ ِ يب دَ َوا ُء الدﱠاءِ بَ َرأ َ بِإِذْ ِن ﱠ
َ ص ِ ُ سلﱠ َم أَنﱠهُ قَا َل ِل ُك ِّل دَاءٍ دَ َوا ٌء فَإِذَا أ َ ُ صلﱠى ﱠ
َ علَ ْي ِه َو َ ِ سو ِل ﱠ ُ ع ْن َر
َ ع ْن َجابِ ٍر ع ْن أَبِي ﱡ
َ الزبَي ِْر َ سعِي ٍد
َ
َو َج ﱠل
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Abu Ath Thahir serta Ahmad bin 'Isa
mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku
'Amru, yaitu Ibnu al-Harits dari 'Abdu Rabbih bin Sa'id dari Abu Az Zubair dari Jabir dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila
ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah
'azza wajalla." (HR Muslim).
Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan berlaku universal. Namun, kedokteran islam
adalah yang sejalan dengan syariat. Menurut Ja’far Khadem Yamani, kedokteran islam memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengobati pasien dengan ihsan, dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
Al-Quran dan Hadis
2. Tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampuri bahan yang
haram. Misalnya menggunakan arak, opium, dan darah sebagai obat, atau mencampur
obat dengan zat yang haram, seperti membuat cangkang kapsul dari lemak babi
3. Pengobatan ini tidak sekali-kali mencacatkan tubuh, kecuali kondisinya sangat darurat
dan tidak ada pengobatan lain kecuali dengan car aitu
4. Pengobatan tidak berbau takhayul, khurafat, dan bid’ah, seperti dengan jampi-jampi,
menggunakan roh yang sudah mati, memanggil makhluk halus
3
M. Kholid Muslih et al. TRADISI INTELEKTUAL ISLAM: MELACAK SEJARAH PERADABAN ILMU PADA
MASA KEJAYAAN, Direktorat Islamisasi Ilmu Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, 2022, hlm 233-236
5. Islam tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu kedokteran turun tangan
mengobati pasien
6. Seorang tabib harus menjauhkan diri dari iri hati, riya, takabbur, merendahkan orang lain,
tinggi hati, memeras pasien, dan sifat tercela lainnya.
7. Seorang dokter harus bersih, rapi, dan sebaiknya berpakaian putih
8. Dokter harus menjadi juru dakwah dengan profesi yang dimilikinya, sehingga pasien
merasa tentram dengan siraman rohaninya.
9. Jauhkan lambing dan istilah yang berasal dari pemujaan pada dewa atau lambang
keagamaan Yahudi-Nasrani. 4
4
Didin Saepudin, Kedokteran dalam Sejarah Islam, Vol 12, No 2 (2006), Hlm 157-158
Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan
sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan
temannya.
Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya.
Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.
Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam
bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu
Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga
kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada
Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim)
dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas
filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,
termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh
orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan
sikap keberagamaannya.
Karya :
· Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
· Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
· Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa AsySyari’at (filsafat dalam Islam
dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat)
2. Al-Biruni
Dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah yang pada masa itu terletak
dalam kekaisaran Persia.
Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-
Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu
Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al
Abbas Ma'mun Khawarazmshah.
Ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika,
filsafat, obat-obatan.
Matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,
pengembara, sejarawan,
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku
Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan
menggunakan altitude maksima matahari. ·
membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di
Barat pada abad ke 16)
Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian
proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi
belahan bumi pada bidang datar. ·
Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk
kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk
sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang
pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
5. Ar-Razi / RAZHES
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi seorang pakar sains Iran yang hidup
antara tahun 864 – 930 M. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan
wafat pada tahun 313 H/925.
Sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam
bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad
Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu
penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia.
Didalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah
menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan,
sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-Razi telah
mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan
bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Laboratorium Kimia yang
pertama di dunia.
Memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah
Sakit Muqtadari di Baghdad
Beliau dijuluki sebagai “Bapak Imunologi”
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan
orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini
akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan
seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan
warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam
bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa
kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini
adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar
bisa menjadi epidemi."
PencetuskKonsep imunitas adaptif.
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis:
"Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah
ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia
menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan
perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku
pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan
bahasa Eropa lainnya.
Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates
dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini
6. Al-Kindi
Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi dikenal dengan nama Al-Kindus.
Al Khindi ahli adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli
matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan
Yunani kuno. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim dan ilmuwan sedang
bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu
Kedokteran
7. Ibnu Nafis
Merupakan orang pertama yang secara akuratmendeskripsikan peredaran darah
dalam tubuhmanusia (pada 1242). Penggambaran kontempore proses ini telah
bertahan. Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru.
Secara besar-besaran karyanya tak tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924.
Dia lahir di Damaskus (kini wilayah Suriah) tahun 1210 dan meninggal di Kairo
(kini wilayah Mesir), 17 Desember 1288 pada umur 77/78 tahun)
5
Dr.Susilorini, Sejarah Kedokteran Islam, dalam https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/Tokoh-
%20tokoh%20pegobatan%20Muslim.pdf
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan tentang ilmu Kedokteran dalam Islam dapat diambil
kesimpulan bahwa khzanah pengetahuan Islam dalam bidang kedokteran sangat kaya dan
luas. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya, serta sejarah yang lain terlihat pada
bangunan-bangunan Institusi kedokteran atau rumah sakit, apotek dan institusi yang
lainnya.Warisan-warisan Islam dalam bidang kedokteran tersebut tidak hanya menjadi
kenangan masa lampau. Tapi lewat karya dokter-dokter Islam, para ilmuan Timur
maupun Barat dapat menguras habis teori-teori atau metode pengobatan dan analisis
berbagai penyakit beserta obatnya. Dengan begitu literatur Islam dalam ilmu medis dapat
mengilhami banyak ilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Didin Saepudin, Kedokteran dalam Sejarah Islam, Vol 12, No 2 (2006), Hlm 157-158