Disusun Oleh:
AJI JULHA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan masyarakat adalah sebuah ilmu dan seni (praktik) yang bertujuan
untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Sejarah kesehatan masyarakat di dunia dimulai sejak zaman Yunani
Kuno, Mesir Kuno, dan Romawi Kuno. Di Indonesia, perkembangan kesehatan
masyarakat baru terlihat pada masa penjajahan Belanda. Sejarah perkembangan ilmu
kesehatan masyarakat di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode, yakni
sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.
Ada banyak ilmuwan Islam yang membawa kemajuan dalam bidang kedokteran
dunia. Di antaranya seperti dilansir dari buku History of the Arabs oleh Philip K. Hitti,
dan jurnal 'Origin and Development of Unani Medicine: An Analytical Study' oleh
Arshad Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasilnya, pada 1956, dibentuk Proyek Bekasi di Lemah Abang sebagai contoh
pelayanan, pelatihan, serta pengelolaan program kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia. Pada 1967, para ahli kesehatan di seluruh Indonesia mengadakan
seminar pertama STOVIA yang membahas program kesehatan masyarakat terpadu.
Dalam seminar tersebut, dr Achmad Dipodilogo menggagas konsep pusat kesehatan
masyarakat sebagai upaya program kesehatan terpadu di seluruh Indonesia.
Pada 1968, dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional, konsep tersebut kemudian
diresmikan oleh pemerintah menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat atau puskesmas.
Selama periode Orde Baru, pengembangan Puskesmas sebagai sistem pelayanan
kesehatan masyarakat terpadu terus dilakukan. Memasuki era Reformasi,
dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin. Pada 2004, dikeluarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dikatakan bahwa ia merupakan dokter muslim terbesar dan ilmuwan yang paling
produktif. Bahkan ia disebut-sebut sebanding dengan Hippocrates dan Galen,
yang merupakan dokter Yunani. Pada masanya, ia juga memimpin pengetahuan
medis yang terkenal dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikirian.
Al-Razi menulis buku berjudul Kitab al-Thibb al-Manshuri dengan total 10 jilid,
yang sesuai namanya didedikasikan kepada penguasa Mansur bin Ishaq. Di
dalamnya ia tentang anatomi, kedokteran, juga fisiologi. Adapun terperincinya ia
membahas mengenai berbagai organ tubuh diet untuk menjaga kesehatan,
penyakit kulit, dan penangkal juga racun serta efeknya pada tubuh manusia.
3. Ibnu Sina
Selain Al-Razi, ada juga ilmuwan kedokteran Islam yang terkenal yakni
Ibnu Sina. Nama depannya adalah Abu Ali al-Husayn, ia dikenal sebagai
Avicenna di dunia barat, dan hidup pada tahun 980-1037 M.
Ia adalah dokter, filsuf, juga penyair yang memiliki lebih dari 200 karya di
bidang: filsafat, kedokteran, geometro, astronomi, teologi, filologi, dan
kesenian. Dikatakan bahwa Ibnu Sina lebih menguasai filsafat daripada
kedokteran dibanding Al-Razi.