Anda di halaman 1dari 8

PERAN KEDOKTERAN MUSLIM DALAM PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN

HINGGA KINI

Qothrunnada Maulida 11200340000072


Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Abstrak
Dua karya agung dalam bidang kedokteran dilahirkan oleh dua cendekiawan Muslim, Ibnu Sina
dan al-Razi. Selama ribuan tahun teori kedokteran keduanya diakui dan dijadikan landasan
kedokteran di Barat. Melalui al-Qanun fi-Thib, Ibnu Sina yang mendapat julukan the father of
Doctor menjelaskan secara rinci berbagai macam penyakit. Semua teorinya telah dibuktikan
dengan eksperimen-eksperimen para pakar setelah masanya. Begitupun kajian dalam al-Hawi
yang ditulis oleh al-Razi. Kedua buku ini diterjemahkan kedalam bahasa latin sehingga
mempengaruhi kedokteran dengan sangat pesat. Beberapa penemuannya di klaim oleh orang-
orang Barat hingga beberapa diantaranya mendapatkan penolakan karena dianggap melenceng
dan tidak valid. Setelah berkembangnya ilmu kedokteran, penolakan tersebut akhirnya dapat
dibuktikan secara ilmiah dan tidak memiliki perbedaan sedikitpun dengan hasil penemuan
terbaru.
Keywords : Ibnu Sina, al-Razi, Kedokteran, al-Qanun fi Thib, Al-Hawi, The Father of Doctor.
Dokter Muslim

Pendahuluan
Kedokteran merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan,
pengobatan, diagnosis, dan perawatan. Kedokteran sejatinya sudah ada bahkan sebelum masehi,
namun praktiknya masih bersifat mistis dan tradisional. Kedokteran berkembang beriringan
dengan kemajuan zaman hingga akhirnya menjadi disiplin ilmu yang lebih bersifat ilmiah.1
Islam sendiri pernah mengambil alih peradaban dalam bidang kedokteran yaitu sekitar abad 8-10
Hijriah, yaitu ketika masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah dimana Islam menguasai hampir seluruh
cabang ilmu pengetahuan termasuk pada bidang kedokteran. 2 Fakta bahwa Islam pada masa ini
sangat berpengaruh dalam khazanah ilmu pengetahuan dunia hingga saat ini tidak hanya menjadi
kebanggaan kaum Muslim semata namun juga diakui oleh pakar dari Eropa, salah satunya adalah
Marquis De Dufferin yang menyampaikan dalam pidatonya bahwa bangsa Eropa berhutang budi
yang sangat besar terhadap kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan
kebudayaan. Tanpa tokoh ilmuwan Muslim, Eropa tidak dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan mereka sampai sebesar seperti sekarang ini.
1
Jumal Ahmad. Skripsi Kedokteran dalam Islam (Sejarah dan Perkembangannya) Sebuah Pengantar
Thibbunnabawi, 2015:UIN Surabaya
2
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M. A., Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran hal.200, Penerbit Salemba
Diniyah, 2016:Jakarta Selatan
Mereka juga menemukan bahwa Islam menaruh perhatian lebih pada bidang kedokteran dan
berbagai cabangnya. Ilmuwan Muslim memukau peradaban dengan penemuan ilmiahnya yang
sangat membantu perkembangan cabang ilmu kedokteran hingga saat ini. Diantara penemuannya
adalah penemuan tentang praktik bedah, penyakit menular, penemuan alat kedokteran, penemuan
pembuluh darah, dan masih banyak lagi. Al-Qanun Fi At-Thib karya Ibnu Sina bahkan menjadi
kitab suci ilmu kedokteran yang dipelajari selama beberapa abad di Eropa. Posisi ilmuwan
Muslim tidak bisa digeserkan sedikitpun melihat betapa pentingnya hasil penemuan mereka
dalam bidang kedokteran.3
Prestasi Islam dalam bidang kedokteran tidak terlepas dari sumber ajaran Islam itu sendiri yaitu
Al-Qur’an dan Hadis. Nabi banyak yang mengisyaratkan pentingnya kesehatan dan anjuran
berobat dalam sabdanya. Rasulullah bersabda pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
ُ ‫ص َّحةُ َو ْالفَ َرا‬
‫غ‬ ِ َّ‫َان َم ْغبُوْ ٌن فِ ْي ِه َما َكثِ ْي ٌر ِمنَ الن‬
ِّ ‫ ال‬: ‫اس‬ ِ ‫نِ ْع َمت‬
“dua kenikmatan yang sering dilalaikan manusia : kesehatan dan waktu luang”
Hadis ini merupakan salah satu dari beberapa sabda Nabi, bahwa Islam memperhatikan segala
aspek kehidupan termasuk kesehatan. Rasulullah memperhatikan kesehatan dengan mengatakan
bahwa manusia seringkali lalai dalam menjaga nikmat kesehatan yang telah diberikan Allah.
Dalam kehidupan pribadinyapun Rasulullah banyak mengajarkan pengobatan tradisional sebagai
upaya dalam menjaga kesehatan. Praktik kesehatan Nabi atau yang sering disebut
Thibbunnabawi (pengobatan ala Nabi) banyak mengajarkan cara-cara menjaga kesehatan dan
pengobatan yang bisa dibuktikan keabsahannya hingga masa kini. Diantara pengobatan
tradisional menurut Rasulullah adalah dengan bekam, rukyah, kompres. Beliau juga
menganjurkan beberapa obat-obatan seperti air zam-zam, madu, jintan hitam, kurma, dan lain
sebagainya.
Pembahasan
A. Sejarah Peradaban Islam
Setelah wafatnya Rasulullah, Islam mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan membawa
nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang diajarkan Rasulullah. Seiring berjalannya waktu,
Islam tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan dan spiritualitas saja. Islam juga memiliki
peran penting dalam peradaban ilmu pengetahuan modern. Islam berhasil membangun peradaban
baru dalam bidang ekonomi, sosial, ilmu yang berkaitan dengan alam, humaniora, dan ilmu
pengetahuan lainnya termasuk ilmu kedokteran.4

Sebenarnya pengetahuan tentang ilmu kedokteran sudah diajarkan oleh Rasululah melalui
kebiasaan hidupnya, dan perintah-perintah melakukan pengobatan namun masih bersifat
tradisional dan mistis. Hal ini yang kemudian menjadi motivasi para ilmuwan pada masa setelah
wafatnya Rasulullah untuk mengembangkan ilmu kedokteran mengikuti zaman dimana
kebutuhan ilmu medis semakin dibutuhkan dengan menggabungkan teori yang diajarkan Nabi
dengan teori medis Yunani yang sudah terlebih dulu berkembang.

3
Didin Saepudin, Jurnal Kedokteran Dalam Sejarah Islam, Buletin Al-Turats vol 12 no.6 th. 2006
4
Abudin Nata, Op.Cit., hlm. 201
Pada masa Bani Umayyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk
menerjemahkan kitab medis yang ditulis pada abad ke-7 Masehi oleh Pangeran Alexandria
berbahasa Syiria kedalam bahasa Arab. Kegiatan penerjemahan ini meningkat secara signifikan
pada masa Dinasti Abbasiyah ketika Khalifah Al-Ma’mun berkuasa sehingga ilmu kedokteran
menjadi mudah dipelajari oleh kaum Muslim masa itu.
Ali bin Rabban Al-Rabbani dikenal sebagai penyusun ilmu kedokteran Muslim pertama dengan
karyanya Firdaus Al-Hikmah pada tahun 238 H/850 M. dalam bukunya beliau menjelaskan
dengan jelas ilmu kedokteran dan mengkhususkan beberapa bab teori kedokteran India. Karya
ini menjadi karya yang sangat berpengaruh dalam bidang kedokteran hingga banyak dari murid
beliau yang menjadi dokter-dokter terkemuka dunia yang dikenang penemuan-penemuannya
hingga kini.5
Pada abad ke-9 hingga 13 hijriah, ilmu kedokteran semakin berkembang pesat dibuktikan dengan
mulai berdirinya rumah sakit besar salah satunya adalah rumah sakit An-Nuri, yang didirikan di
kota Damaskus pada masa Gubernur Nuruddin Zanki. Rumah sakit An-Nuri memiliki penataan
ruang yang sangat rapi. Penataan ruang dipisah antara laki-laki dan perempuan, dewasa dan
anak-anak. Mereka juga mengelompokannya berdasarkan jenis penyakit tujuannya agar orang-
orang yang dirawat tidak tertular dengan penyakit lainnya jika satu bangsal terdiri dari beberapa
penderita penyakit yang berbeda. Rumah sakit ini juga memiliki fasilitas apotek yang
menyediakan obat-obatan dan juga ramuan tradisional untuk para pasien. Pasien dirawat secara
intensif oleh para dokter yang rajin memeriksa keadaan para pasien setiap hari. Sehingga pasien
rumah sakit merasa nyaman mendapat perawatan yang demikian.
Rumah sakit An-Nuri tidak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan bagi orang-orang yang
memiliki penyakit akan tetapi rumah sakit ini juga menjadi tempat bertemunya para dokter dan
mahasiswa untuk menimba ilmu kedokteran sehingga mereka dapat secara langsung
mempraktekan teori kedokteran hingga penemuan-penemuan dalam bidang kedokteran pun
menjadi semakin banyak.6
Masa kejayaan Islam, melahirkan para dokter terkemuka dengan penemuan yang sangat
berpengaruh hingga kini. Peran mereka dalam bidang kedokteran tidak bisa diremehkan begitu
saja, karena bangsa barat pun mengakui bahwa mereka memiliki hutang besar terhadap ilmuwan
Muslim. Dua ilmuwan Muslim yang dianggap sebagai pendobrak dalam kedokteran ialah Al-
Razi, yang dianggap sebagai salah satu perintis awal kedokteran Islam dan Ibnu Sina yang sering
digadang-gadang sebagai bapak kedokteran Dunia.
Al-Razi
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi atau dikenal dengan Rhazes
di Eropa. Beliau lahir di Rayy, Iran pada abad ke 8 masehi tepatnya pada tahun 846 M. tidak
hanya ahli dalam bidang kedokteran, beliau juga menguasai fisika, matematika, sastra, dan
kimia. Beliau tertarik mempelajari kedokteran setelah mengalami kecacatan pada matanya dan
berguru kepada Ali Ibnu Sahal Al-Thabari.

5
Didin Saepudin, Op.Cit., 156
6
Sulaiman Fayyadh, Ibnu Nafis (penemu Pembuluh Darah Kapiler), terj-LPPMI Yogyakarta. CV. Pustaka Mantiq:
Solo. 1992
Namanya tercatat sebagai klinikus paling berpengaruh sepanjang masa melalui karya-karyanya
dalam bidang kedokteran. Jika dijumlahkan dengan karyanya dalam bidang lain hampir
mencapai 120 kitab yang beliau tulis. Salah satunya adalah yang berjudul Al-Hawi yang
diterjemahkan ke bahasa latin dan dikenal dengan Continens atas perintah Raja Charles I pada
1279 M. Al-Hawi terdiri dari 100 jilid yang berisi tentang teori-teori klinis serta rangkuman
kajian kedokteran Suriah, Mesir, Yunani, Arab, dan Hindu tentang jenis penyakit dan
pengobatannya. Teori Al-Razi ini sangat membantu para dokter praktisi dalam menangani kasus-
kasus yang terjadi selama beberapa abad. Penurut penuturannya, Al-Hawi tidak ditujukan
sebagai teori resmi, namun hanya sebagai kumpulan-kumpulan analisa kasus-kasus beliau yang
kemudian dicermati dan dibahas secara lengkap penanganan dan pengobatannya.
Roger Garaudi sampai mengatakan bahwa Al-Hawi merupakan satu-satunya karya ilmiah bidang
kedokteran yang sangat berpengaruh di seluruh penjuru dunia hingga 10 Abad. Karyanya terus
berpengaruh sampai muncul Farragut pada tahun 1279 yang menerjemahkan karangan Al-Razi
dalam bahasa latin, Calaude Bernard.7
Hidup Al-Razi didedikasikan sebagai dokter sekaligus pemimpin rumah sakit di Rayy dan juga
pernah memimpin rumah sakit di Baghdad pada masa Khalifah al-Muqtafi. Beliau dikenal
sebagai dokter modern pada masanya yang menguasai ahli bedah dan ilmu kedokteran anak
sehingga beliau menulis Thibb al-Athfal.
Beliau juga menulis Al-Mansuri, yang ditulis khusus untuk raja Khurasan, Al-Mansur bin Nuh.
Dalam Al-Mansuri beliau menyoroti 3 aspek pokok yaitu kesehatan, pengobatan, dan perawatan
penyakit khusus. Atas karyanya ini, beliau mendapat hadiah uang seribu dinar.8
Beliau juga menulis Al-Judari wal Hasabah, yaitu suatu karya yang pertama kali menjelaskan
tentang cacar dan campak sebagai dua penyakit yang berbeda secara rinci. Berdasarkan
penelitian Al-Razi, beliau mengemukakan bahwa cacar terjadi ketika darah mendidih dan
terinfeksi sehingga mengakibatkan keluarnya uap sehingga jika dilihat kasat mata seperti
gelembung basah di kulit. Semakin lama warnanya menjadi seperti wine. Cacar tidak hanya
menyerang pada anak-anak namun juga orang dewasa. Penyakit ini merupakan penyakit menular
sehingga tidak disarankan untuk tidak berdekatan dengan penderitanya karna bisa berakibat
menjadi wabah. Beliau juga menjelaskan ciri-ciri kemunculan cacar, yaitu dengan ditandai
demam, sakit punggung, hidung gatal, dan mengalami mimpi buruk saat tidur. Gejala semakin
terasa ketika tanda-tanda tersebut sudah semakin parah dan seluruh badan terasa gatal. Bintik-
bintik merah mulai muncul pada muka sehingga muka menjadi merah. Selain itu penderita cacar
juga merasakan seluruh tubuhnya berat dan sakit tenggorokan. Sebenarnya masih banyak
penjelasan beliau mengenai cacar dan campak dalam setiap bab dalam kitab ini yang beliau
jelaskan bahkan diklasifikasikan berdasarkan umur. Penelitian beliau mengenai cacar ini sangat
berdampak terhadap penelitian selanjutnya yaitu dengan ditemukannya vaksin sehingga penyakit
ini lebih cepat diatasi.
Beliau juga memberikan resep agar bekas cacar pada kulit dapat hilang, yaitu dengan cara
mengoleskan asam asetat pada bekas luka jika cacar sudah kering. Berbeda lagi jika bekas luka
terletak pada wajah, maka dioleskan dengan krim yang terbuat dari kacang-kacangan. Namun

7
Abudin Nata. Op. Cit., 202
8
Dr. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam (Sejarah dan Perkembangannya) hlm.58. PT. Syamil Cipta Media:
Bandung.2005.
jika bekas cacar masih basah, maka dianjurkan untuk dibersihkan terlebih dahulu tanpa
menggunakan krim. Beliau menganjurkan pasien cacar air agar melakukan diet yaitu dengan
mengonsumsi gandum dengan air atau kacang-kacangan dengan jus yang mengandung asam
asetat.
Pada tahun 1911 pada Ensiklopedia Britannica memberikan pujiannya terhadap penelitian Al-
Razi pada cacar. Dikatakan bahwa penelitian beliau merupakan penelitian yang sangat jelas dan
akurat karena dianalogikan dengan fermentasi anggur serta menyebutkan pula cara penanganan
yang sudah dibuktikan oleh beliau pada pasiennya. 9
Al-Razi bersama tiga dokter lainnya yaitu Ibnu Al-Jazzar, al-Zahrawi, dan Ibnu Sina mengkaji
tentang Urologi dengan mengembangkan teori kedokteran Yunani. Mereka meneliti penyakit
ginjal dan lainnya dan berhasil menemukan penemuan baru tentang berbagai macam penyakit
ginjal, saluran kemih, dan alat reproduksi. Teori ini kemudian dibuktikan ribuan tahun
setelahnya oleh Prof. Rabie E. Abdel Halim yaitu seorang dokter ahli Urologi. Ar-Razi
dinobatkan sebagai peletak dasar Urologi pertama dibuktikan dengan penemuannya tentang
metode-metode pengobatan dalam bidang urologi hingga obat penguji dalam perawatannya. Para
ahli tidak menemukan adanya perbedaan hasil penelitiannya dengan penelitian terbaru bahkan
metodenya masih dipakai sampai sekarang.
Beliau juga mengembangkan metode terapi medis yaitu kemoterapi. Beliau adalah orang yang
pertama kali mengenalkan alergi dan imunologi salah satunya adalah alergi asma. Tidak sampai
disitu, dalam bidang farmasi beliau berkontribusi dalam penemuannya membuat peralatan
seperti tabung, spatula, dan mortar.10
Ibnu Sina
Beliau memiliki nama lengkap Abu Ali al-Husain Ibnu Abdillah yang lahir pada tahun 371 H di
Afshana dan wafat pada tahun 429 M. Beliau sudah dikenal cerdas sejak usianya masih belia
karena berhasil menghafalkan al-Qur’an pada usia 10 tahun. Beliau mempelajari bermacam-
macam disiplin ilmu dengan mendatangi dari guru satu ke guru lainnya dan terkadang beliau
mempelajarinya secara otodidak. Dalam bidang kedokteran beliau mendatangi para dokter di
Bukhara. Pada usianya yang masih 17 tahun, beliau sudah dikenal sebagai asisten dokter dan
kemudian diangkat menjadi dokter di Bukhara. 11
Kontribusinya dalam bidang kedokteran dianggap sebagai penemuan terhebat sepanjang masa.
Bahkan menurut George Sarton, penemuan-penemuan setelah Ibnu Sina hanya dianggap sebagai
sumbangsih kecil dalam bidang kedokteran bahkan setelah beberapa abad. Al-Qanun fi ath-Thib
yang merupakan karya agung Ibnu Sina dianggap sebagai satu-satunya sumber referensi dasar
utama ilmu kedokteran di Eropa sehingga dijuluki sebagai puncak literatur kedokteran.12
Al-Qanun fi ath-Thib terdiri dari tiga jilid merupakan tulisan yang berisi kritik terhadap karya
kedokteran sebelumnya, yaitu Hipocrates dan Galen. Beliau menilai karya Hipocrates terlalu
singkat dan tidak memuaskan untuk diterapkan, sedangkan karya Galen dianggap terlalu bertele-
tele. Kehadiran Al-Qanun fi ath-Thib bertujuan untuk menyuguhkan sesuatu yang menyegarkan

9
Abdul Syukur Al Azizi, Untold Islamic History .hlm 9. Penerbit Laksana: Yogyakarta.2018
10
Ibid.,
11
Dr. Ja’far Khadem Yamani. Op. Cit., 67
12
Abdul Syukur Al.Azizi. Op. Cit.,97
dibanding karya sebelumnya, sehingga mudah dimengerti dan lengkap. Kitab ini berisi semua
ringkasan teori dan praktik kedokteran yang diketahui oleh ilmuwan pada masa itu sehingga
menghasilkan karya yang jelas dan tidak rancu.13
Pada Al-Qanun fi ath-Thib mengklasifikasikan penyakit dan gejalanya dengan sistematis dan
jelas. Metode diagnosanya menjadi metode yang paling baik dan diterapkan para ilmuwan
selama beberapa masa. Beliau juga mengenalkan teknik pengobatan patah tulang contohnya
adalah pengobatan luka pada patah tulang agar tidak dibalut namun diberi krim terlebih dahulu
agar cepat mengering sehingga mudah untuk mengobati pada bagian tulang yang patah. Beliau
bahkan mengklasifikasikan jenis patah tulang dan perbedaan penanganannya. Contohnya adalah
penanganan pada patah tulang tengkorak dan patah tulang hidung. Beliau menjelaskan bahwa
patah tulang tengkorak memiliki kemungkinan terjadinya penggumpalan darah di luar pembuluh
sehingga perlu ditangani secara hati-hati. Sedangkan pada patah tulang hidung, beliau
mengemukakan bahwa dalam penanganannya harus ditangani secara cepat karna bisa berakibat
kehilangan indra penciuman. Dan masih banyak penjelasan patah tulang di setiap bagian organ
manusia dari penyebab, jenis, bentuk, metode, hingga komplikasi yang bisa muncul 14
Kehebatan beliau dalam memaparkan pengobatan patah tulang diungkapkan oleh Abdul Nasser
Kaadan, Phd., dalam tulisannya yang berjudul Bone Fractures in Ibnu Sina’s Medicine,
menurutnya pengobatan ala Ibnu Sina dalam menangani patah tulang tidak jauh berbeda dengan
pengobatan menurut buku-buku kedokteran modern. Karena kajian tentang pengobatan patah
tulang lebih sering kali dikaitkan kepada Prof. George Perkins pencetus Theory of Delayed
Splintage yang sebenarnya teori didalamnya sudah dipaparkan oleh Ibnu Sina jauh sebelum masa
itu.
Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang yang pertama kali menemukan teori penyakit menular pada
TBC dan efek Placebo. Teori ini ditolak oleh barat selama berabad-abad dan baru menyadari
kebenerannya setelah ditemukannya mikroskop pada tahun 1960. Sedangkan teori efek Placebo
baru dibenarkan setelah ilmu kedokteran berkembang pesat. Teori efek Placebo merupakan teori
yang mengatakan adanya kaitan antara kondisi fisik dan pikiran sehingga mempengaruhi proses
penyembuhan pada pasien. Ibnu Sina selalu berpesan kepada para muridnya yang mendalami
ilmu kedokteran agar selalu memberi sugesti yang positif kepada pasiennya untuk mengatakan
bahwa semua penyakit dapat diobati. Teori ini baru dibuktikan oleh pakar kedokteran modern
akhir-akhir ini padahal sudah dikemukakan oleh Ibnu Sina jauh sebelumnya.
Bersama al-Razi, Ibnu Sina mengembangkan bakteriologi dan psikoterapi. Keduanya dianggap
sebagai dokter pertama yang mengatasi permasalahan jiwa pada manusia yang pada masa itu
dikenal sebagai ilmu nafs. Ibnu Sina juga dokter pertama yang memulai menggunakan anestesi
oral sebagai pereda sakit yang sangat manjur yang sampai sekarang masih diterapkan para dokter
untuk menghilangkan rasa sakit sementara pada pasien terutama ketika melakukan operasi.
Ibnu Sina juga merupakan dokter yang pertama kali melakukan terapi krometeri (perawatan
dengan melibatkan warna), Hirudoterapi (terapi dengan menggunakan lintah), terapi
menggunakan aroma terapi, dan terapi kanker dengan melakukan bedah untuk melakukan
pemotongan dan pembersih pembuluh darah pada kanker.15

13
Abudin Nata. Op. Cit., 203
14
Ibid
15
Abdul Syukur Al-Azizi., Op. Cit., hlm 104-109
Tidak hanya Al-Qanun fi ath-Thib karya Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, namun sebanyak
43 kitab tentang teori medis beliau tulis, sehingga tidak berlebihan jika Ibnu Sina dijuluki
sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Kontribusinya dalam bidang kedokteran tidak bisa dipisahkan
dari peradaban. Karya-karyanya banyak yang diterjmahkan ke berbagai bahasa sebagai buku
utama dalam bidang kedokteran.16
Peran Islam dalam membangun kerangka kedokteran
Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah menyampaikannya pendapatmya tentang betapa
hebatnya Islam yang dapat menaklukan peradaban dunia dengan ilmu kedokteran. Beliau
selanjutnya mengemukakan pendapatnya tentang hubungan antara kedokteran dengan agama.
Menurutnya, antara agama dan kedokteran tidak ada kaitannya karena kedokteran merupakan
ilmu duniawi yang dapat dipelajari oleh siapapun tanpa memandang status agama. Jika agama
memberi isyarat tentang ilmu ini maka hanya dianggap hanya sebagai pengetahuan belaka tanpa
adanya ikatan dan jika diikuti hanya dianggap sebagai sikap mencari berkah dari ajaran agama
itu sendiri.
Namun jika dilihat lebih lanjut, Nurcholis Madjid mengatakan bahwa masih ada agama berperan
dalam pembentukan etika suatu disiplin ilmu termasuk pada bidang kedokteran. Jika dilihat dari
aspek ontologi dan aksiologi, maka agama dalam hal ini ajaran Islam banyak memberi isyarat
tentang banyaknya kajian yang perlu diteliti dalam bidang kedokteran, walalupun al-Qur’an
sebagai landasan utama tidak menjelaskan secara langsung mengenai teknik-teknik kedokteran.
Islam dianggap memiliki pondasi kuat dalam pembentukan karakter kedokteran berdasarkan
pandangan kesatuan alam, manusia, dan Tuhan sehingga menjadikan kedokteran Islam
berkembang dengan utuh, tepat sasaran, integrasi, komprehensif, dan selalu memiliki jalan
keluar.
Teori Kedokteran Yunani dianggap rapuh karena landasan kesatuan alam, manusia, dan Tuhan
tidak mereka miliki sehingga kemudian teori mereka dikembangkan oleh para ilmuwan Muslim
dan menjadi dasar teori kedokteran yang lebih kuat dan dibuktikan keakuratannya setelah hingga
sekarang.
Banyak kejadian-kejadian masa lalu yang mendeskripsikan perbandingan pengobatan dokter
Muslim dan dokter Latin yang menunjukan bahwa mereka memiliki kemampuan yang jauh
berbeda. Para dokter Muslim membuktikan bahwa penanganan yang dilakukan mereka
berdasarkan pengetahuan ilmiah sedangkan para dokter latin tidak. Malpraktik yang mereka
lakukan mengajak kita untuk kembali berpikir kerangka dasar pengetahuan yang dipegang oleh
para dokter Muslim. Kita juga perlu meninjau kembali dasar-dasar pengetahuan pada masa
Yunani Kuno yang dianggap sebagai teori, abstraksi, penyelidikan yang berdasarkan spekulasi.17
Kesimpulan
Kehebatan kedokteran Islam seharusnya bukan hanya menjadi kebanggaan generasi setelahnya
saja. Tapi menjadi pelajaran penting bahwa Islam tidak hanya mendalami agama dan sisi
spiritualitas saja, tapi juga memedulikan sisi kehidupan yang lain. Sehingga diharapkan
menumbuhkan semangat baru untuk mengimbangi dengan kemajuan di bidang sains dan
teknologi. Islam tidak hanya melahirkan seorang dokter namun juga ilmu kedokteran yang
16
Ibid., hlm. 119-123
17
Abudin Nata. Op. Cit., 218
teorinya dipakai selama beribu-ribu tahun tanpa adanya penolakan yang mutlak. Tanpa adanya
penemuan-penemuan tersebut, kedokteran dunia akan pincang sehingga akan ditemukan banyak
kekurangan. Selain Ibnu Sina dan al-Razi masih banyak dokter Muslim yang melahirkan karya
agung lainnya dalam bidang kedokteran bahkan jumlah ilmuwan kedokteran lebih banyak
dibandingkan ilmuwan dalam bidang lainnya pada masa itu. Walaupun beberapa dari penemuan
mereka secara tidak hormat di klaim oleh oknum yang lahir setelahnya, namun pada akhirnya
tidak sedikit pula yang mengakui bahwa teori yang mereka pakai merupakan penemuan para
dokter Muslim

Anda mungkin juga menyukai