Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SAKIT DAN ILMU KEDOKTERAN

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah


Dosen pengampu:
Kholili Badriza, Lc., M.Hum.

Disusun oleh:
Mu’iz Sri Hayati (22101020023)

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini bisa tepat pada waktunya yang berjudul “Rumah Sakit dan Ilmu
Kedokteran”.
Makalah ini berisikan pembahasan mengenai peradaban rumah sakit dan
kedokteran Islam dari masa ke masa. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi dan pengetahuan kepada pembaca terkait pembahasan diatas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih dan
semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha kita.

Yogyakarta, 27 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II: PERADABAN DUNIA PENGOBATAN DALAM ISLAM
A. Rumah Sakit dan Ilmu Kedokteran dalam Islam
B. Tokoh Cendekiawan Muslim Bidang Kedokteran
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana layanan publik khusus kesehatan yang
memiliki fungsi sebagai tempat dalam memberikan pengobatan kepada
pasien. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit memiliki
fungsi menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit dan
pencegahan penyakit kepada masyarakat, serta merupakan pusat pelatihan
bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.1
Ilmu kedokteran merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
penyakit dan pengobatannya. Menurut Merriam-Webster, kedokteran ialah
ilmu atau seni yang berkecimpung dalam pemeliharaan kesehatan, serta
pencegahan, pengobatan atau penatalaksanaan penyakit.
Dalam kedokteran modern, demi mengenal dan mengamalkan ilmu
kedokteran, biasanya seseorang diwajibkan memperoleh pendidikan
formal kedokteran untuk bisa memperoleh gelar dan profesi dokter.
Baik rumah sakit dan ilmu kedokteran sebenarnya telah dikenal manusia
sejak peradaban sebelumnya, jauh sebelum Islam dikenal luas, tentunya
dengan penyebutan yang lebih sederhana yaitu ilmu pengobatan atau ilmu
kedokteran klasik dan tempat berobat. Dalam periode Islam, rumah sakit
dan ilmu kedokteran telah dikenal umat muslim sejak masa Rasulullah
saw., dimana alat dan teknik pengobatan masih menggunakan cara
sederhana dan tenaga kesehatannya masih terbatas.
Dunia kesehatan umat Islam terus berkembang dan meluas hingga
tercatat dalam sejarah sebagai tonggak peradaban ilmu kedokteran yang
menjadi inspirasi untuk bangsa lain. Oleh karenanya penulis akan
membahas perkembangannya melalui beberapa periode yang tercantum
dalam sejarah pengobatan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana transformasi dunia pengobatan Islam dari masa ke
masa?
2. Dimanakah rumah sakit Islam pertama didirikan?
3. Siapa penemu ilmu kedokteran dalam Islam?
4. Siapakah saja para cendekiawan dalam kedokteran Islam?
C. Tujuan Penulisan

1
Fitri Ani, Definisi, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut WHO, diakses dari
https://www.academia.edu/34722488/Definisi_Tugas_Dan_Fungsi_Rumah_Sakit_Menur
ut_WHO, pada tanggal 27 November 2022, pukul 22.24.
1. Menjelaskan perjalanan dan perkembangan dunia pengobatan
Islam dari masa ke masa.
2. Mengetahui rumah sakit Islam yang pertama didirikan.
3. Membahas tokoh muslim penemu ilmu kedokteran.
4. Menguraikan secara rinci para cendekiawan kedokteran Islam.
BAB II
PERADABAN DUNIA PENGOBATAN DALAM ISLAM

A. Rumah Sakit dan Ilmu Kedokteran dalam Islam


Sebab terbatasnya referensi dan pemahaman mengenai sejarah
peradaban dunia kedokteran Islam, penulis membagi pembahasan menjadi
4 periode, antara lain:
1. Periode Klasik (Sebelum Masa Rasulullah saw.).2
Menurut catatan sejarah, kurang lebih 4.000 tahun sebelum
Masehi, telah dikenal cara pengobatan baik secara alami maupun
ilmiah. Telah dikenali pula perkembangan metode pengobatan
kedokteran, berupa pengobatan sederhana dan klasik. Selain itu
pengobatan yang digunakan biasanya mencakup ramuan-ramuan
dengan bahan yang mudah ditemukan disekitar. Pada periode ini
telah diketahui bagaimana pengkajian ilmu kedokteran kepada para
tabib di masing-masing daerah. Periode ini berakhir setelah
beberapa daerah purba mengalami keruntuhan, baik akibat
penyakit yang menelan korban jiwa, peperangan, peralihan
kepercayaan, maupun penyebaran Islam yang mulai meluas dan
menguasai.
2. Periode Rasulullah saw.
Periode ini dimulai sejak Rasulullah menyebarkan ajarannya,
dimana dalam ajarannya terkandung beberapa aspek ilmu dan
pengobatan kedokteran yang murni dan tinggi.3 Dalam periode ini
telah dikenali teknik pengobatan sederhana yang dilakukan oleh
tenaga medis untuk memberikan pengobatan keliling kepada para
tentara muslim seusai perang.4
3. Periode Akhir Abad Pertengahan.
Menurut Husain, rumah sakit permanen didirikan dan
dikembangkan sejak awal kejayaan Islam, dalam penyebutannya
adalah Bimaristan atau Maristan. Konsep rumah sakit pertama
dalam peradaban Islam yang dikenal dengan nama Bimaristan,
dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari

2
Ja’far Khadim Yamani, Sejarah Kedokteran Islam dari Masa ke Masa (Bandung: CV.
Prakarsa Intan Mandiri, 1993), hlm. 15-59.
3
Ibid, hlm. 61.
4
Ratna Ajeng Tejomukti, “Sejarah Rumah Sakit dalam Peradaban Muslim (1), diakses
dari https://m.republika.co.id/berita/qj7ttx366/sejarah-rumah-sakit-dalam-peradaban-
muslim-1, pada tanggal 30 November 2022 pukul 09.40.
dinasti Umayyah untuk memberikan pelayanan kepada penderita
penyakit lepra yang saat itu merajalela. Sedangkan bangunan
rumah sakit permanen Islam pertama kali didirikan pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) atas konsep ide dari Ar-
Razi, dimana rumah sakit Baghdadi tersebut terletak di kota
Baghdad – ibukota Umayyah pada masa itu. Rumah sakit lainnya
adalah Al-Audidi yang dibangun pada tahun 982 M, pada masa
Khalifah Adud Ad-Daulah dari dinasti Buwaihiyah, rumah sakit ini
merupakan rumah sakit termegah dengan peralatan yang memadai. 5
Selain itu terdapat rumah sakit terpenting dari dinasti Umayyah,
yaitu Al-Nuri (1156 M) pada masa pemerintahan Khalifah Nur Al-
Din Zinki.6
Ilmu kedokteran pada periode ini mengalami kemajuan yang
signifikan, dimana pada periode ini muncul berbagai cendekiawan
muslim bidang kedokteran yang mendunia. Seperti pada masa
Khalifah Yazid bin Mu’awiyah dan Khalifah Abu Ja’far Al-
Mansur, dimana mereka juga mengkaji dan mendatangkan ahli
penerjemah kitab-kitab berbagai bidang ilmu pengetahuan. 7 Pada
periode ini juga didirikan sekolah kedokteran Islam pertama yaitu
sekolah Jindi Shapur di Baghdad pada masa pemerintahan Khalifah
Al-Mansur dari dinasti Abbasiyyah.8
4. Periode Modern.
Periode ini dimulai setelah berakhirnya perang Salib hingga
sekarang. Dimana peralatan dalam rumah sakit semakin canggih
dan lengkap dengan teknologi terbaru, begitupula ilmu kedokteran
yang semakin berkembang dan dapat dipelajari siapapun.
B. Asas Kedokteran Islam
Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan berlaku universal,
akan tetapi di dalamnya ada yang berlawanan dengan syari’at Islam dan
ada yang tidak. Berikutasas-asas ilmu kedokteran Islami, yaitu:9
1) Dalam pengobatan, seorang dokter tidak melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan aturan Al-Qur’an.
5
Husain F. Nagamia MD, Islamic Medicine: History and Current Practice, diakses dari
https://islamreligionguardian.com/islamic-medicine-history-current-practice/, pada tanggal
30 November 2022, pukul 22.47.
6
Rumah Buku, Kedokteran Islam, diakses dari
http://rumahbuku.weebly.com/bangku-iii/kedokteran-islam, pada tanggal 2 Desember
2022, pukul 00.24.
7
Ja’far Khadim Yamani, Sejarah Kedokteran Islam dari Masa ke Masa (Bandung: CV.
Prakarsa Intan Mandiri, 1993), hlm. 76-79.
8
Rumah Buku, loc.cit.
9
Ja’far Khadim Yamani, Sejarah Kedokteran Islam dari Masa ke Masa (Bandung: CV.
Prakarsa Intan Mandiri, 1993), hlm. 63-73.
2) Tidak menggunakan obat-obatan yang diketahui haram atau
tercampur bahan-bahan haram.
3) Pengobatan yang dilakukan tidak berakibat mencacatkan
tubuh, kecuali dalam keadaan darurat atau tidak
ditemukannya metode pengobatan lainnya.
4) Pengobatan tidak berbau takhayul, khurafat, dan bid’ah.
5) Tidak diperkenankan seorang yang tidak pernah mengkaji
ilmu kedokteran mengobati pasien.
6) Seorang dokter terpelihara dari sikap iri hari, riya’, takabur,
tinggi hati, memeras pasien, dan sikap tidak terpuji lainnya.
7) Seorang dokter sebaiknya menggunakan pakaian yang rapi
dan bersih.
8) Balai pengobatan sebaiknya dapat menarik hati pengunjung
dengan kebersihan, keindahan, dan kerapian, sehingga ia
sekaligus sebagai tempat syiar Islam.
9) Terpelihara dari lambang-lambang jahiliyah, istilah
pemujaan kepada dewa-dewa, ataupun lambang keagamaan
Yahudi dan Nasrani.
C. Tokoh Cendekiawan Muslim Bidang Kedokteran
Dari sekian banyak cendekiawan muslim bidang kedokteran, dalam
pembahasan ini akan di perinci sebanyak 6 tokoh, antara lain:
1) Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Sabbah bin Imran bin Ismail
Al-Ash’ats bin Qais Al-Kindi (185-252 H).10
Al Kindi, selain terkenal berprofesi sebagai dokter, ia juga
dikenal sebagai filsuf, astronom, ahli kimia, dan ahli ilmu mantiq.
Tercatat dalam sejarah, jumlah karangannya sekitar 256 kitab,
diantaranya 22 kitab bidang kedokteran. Dimana dalam kitab-
kitabnya berisi metode pengobatan, cara meracik ramuan obat, cara
memilih makanan, cara mengobati penyakit dalam, dan lain-lain.
2) Abu Bakar bin Zakaria Ar-Razi (251-320 H).11
Ar-Razi atau yang lebih dikenal bangsa Eropa dengan nama
Rhazes merupakan seorang keturunan Persia yang mengkaji
beberapa keilmuan dasar, yaitu filsafat, ilmu hisab, kimia, farmasi,
dan kedokteran. Dalam mempelajari ilmu kedokteran, Ar-Razi
belajar secara khusus kepada Ath-Thabari. Selaib berprofesi
sebagai dokter dan ahli bedah, Ar-Razi merupakan seorang
pengarang kitab, diantara beberapa karyanya:

10
Ibid, hlm. 83-84.
11
Ibid, hlm. 91-94.
a. Kitabul Hawi; memuat penjelasan metode kedokteran
campuran pengobatan Syiria, Mesir, Yunani, Arab, Irak
(Persia), dan Hindu.
b. Mukhtasar Fii Laban; memuat masalah persusuan dan
payudara.
c. Judari Al-Hisbah; memuat penyakit cacar dan campak.
3) Abu Al-Qasim bin Abbas Az-Zahrawi (324-404 H).12
Az-Zahrawi dalam pembelajaran dasarnya adalah mengakaji ilmu
anatomi. Dalam perkembangannya, Az-Zahrawi disebut sebagai
bapak ilmu bedah, hal tersebut dikarenakan dia adalah peletak
dasar-dasar ilmu bedah modern. Selain itu, Az-Zahrawi juga
dikenal sebagai guru besar ilmu bedah bagi dokter-dokter bangsa
Eropa, disebabkan jahitan bedahnya yang halus.
Berikut beberapa karya Az-Zahrawi, yaitu; A’maarul ‘Aqaaqir
Al-Mufradah Wal Murakkabah dan At-Tasrif. Isinya kurang lebih
sama, memuat pengobatan penyakit dalam, kandungan, ramuan,
obat-obatan, dan lain-lain.
4) Abu Ali Al-Husain bin Abdillah bin Sina (372-429 H).13
Ibnu Sinaatau yang lebih dikenal bangsa Eropa dengan nama
Avicena, sejak kecil mulai mempelajari berbagai bidang keilmuan
seperti filsafat,astronomi, kedokteran, dan lain-lain. Dalam
mengkaji ilmu kedokteran sendiri, Ibnu Sina berguru kepada
dokter di Bukhara, dengan langkah awal menjadi asisten dari
dokter tersebut dan selanjutnya Ibnu Sina menjadi dokter juga
disana. Dalam pekerjaannya, Ibnu Sina pernah mengobati penyakit
Sultan Nuh dari dinasti Samaniyyah, selain itu lokasi pekerjaannya
berpindah-pindah dari istana satu ke istana yang lainnya.
Berikut beberapa buku kedokteran karangan Ibnu Sina:
a. Asy-Syifa; memuat masalah penyakit dan pengobatan, serta
obat yang dibutuhkan.
b. Al Qanun Fii Ath-Thib; memuat masalah-masalah obat dan
dosisnya, anatomi tubuh manusia, dan sebagainya.
c. Ar-Risalah; memuat masalah filsafat ilmu kedokteran.
5) Ibnu Zuhri (436-525 H).14
Ibnu Zuhri merupakan seorang cendekiawan asal Andalusia, ia
dikenal sebagai dokter spesialis mata. Kitabnya yang terkenal
adalah Kitab At-Taisir.

12
Ibid, hlm. 94-96.
13
Ibid, hlm. 98-100.
14
Ibid, hlm. 102.
6) Abu Umaran Musa bin Maimun Al-Qurthubi (529-601 H).15
Al-Qurthubi merupakan seorang pelajar dari Kordoba, ia
memulai pembelajarannya dari mengkaji kedokteran di Mesir.
Berikut beberapa karya Al-Qurthubi, yaitu:
a. Kitab Fushu lul Qurthubi.
b. As-Sumum Wat Taharuz Minal Adawiyah Al-Qattalah.
c. Ar-Risalah Al-Afdhaliyah.

15
Ibid, hlm. 103.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rumah sakit dan ilmu kedokteran memiliki keterikatan yang kuat, dimana
perkembangan dan kemajuan bersamaan dari masa ke masa. Terdapat 4 periode
yaitu:
1. Periode Klasik
2. Periode Rasulullah saw.
3. Periode Abad Pertengahan
4. Periode Modern
Selain itu disebutkan asas-asas kedokteran Islam yang wajib dipatuhi oleh
tenaga kesehatan, yaitu:
1. Dalam pengobatan, seorang dokter tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan aturan Al-Qur’an.
2. Tidak menggunakan obat-obatan yang diketahui haram atau tercampur
bahan-bahan haram.
3. Pengobatan yang dilakukan tidak berakibat mencacatkan tubuh, kecuali
dalam keadaan darurat atau tidak ditemukannya metode pengobatan
lainnya.
4. Pengobatan tidak berbau takhayul, khurafat, dan bid’ah.
5. Tidak diperkenankan seorang yang tidak pernah mengkaji ilmu kedokteran
mengobati pasien.
6. Seorang dokter terpelihara dari sikap iri hari, riya’, takabur, tinggi hati,
memeras pasien, dan sikap tidak terpuji lainnya.
7. Seorang dokter sebaiknya menggunakan pakaian yang rapi dan bersih.
8. Balai pengobatan sebaiknya dapat menarik hati pengunjung dengan
kebersihan, keindahan, dan kerapian, sehingga ia sekaligus sebagai tempat
syiar Islam.
9. Terpelihara dari lambang-lambang jahiliyah, istilah pemujaan kepada
dewa-dewa, ataupun lambang keagamaan Yahudi dan Nasrani.
Tokoh cendekiawan muslim bidang kedokteran antara lain:
1. Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Sabbah bin Imran bin Ismail Al-Ash’ats
bin Qais Al-Kindi (185-252 H).
2. Abu Bakar bin Zakaria Ar-Razi (251-320 H).
3. Al-Qasim bin Abbas Az-Zahrawi (324-404 H).
4. Abu Ali Al-Husain bin Abdillah bin Sina (372-429 H).
5. Ibnu Zuhri (436-525 H).
6. Abu Umaran Musa bin Maimun Al-Qurthubi (529-601 H).
DAFTAR PUSTAKA

Ani, F. (2010). Definisi, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut WHO.
Academia.edu. Diakses dari
https://www.academia.edu/34722488/Definisi_Tugas_Dan_Fungsi_Rumah_Sakit
_Menurut_WHO.
Yamani, Ja’far Khadim. (1993). Sejarah Kedokteran Islam dari Masa ke Masa.
(Bandung: CV. Prakarsa Insan Mandiri).
Tejomukti, R.A. (2020). Sejarah Rumah Sakit dalam Peradaban Muslim (1).
Republika.co.id. Diakses dari https://m.republika.co.id/berita/qj7ttx366/sejarah-
rumah-sakit-dalam-peradaban-muslim-1.
MD, H.F.N. (2020). Islamic Medicine: History and Current Practice. Islam
Religion Guardian. Diakses dari https://islamreligionguardian.com/islamic-
medicine-history-current-practice/.
Rumah Buku. (2013). Kedokteran Islam. Rumah Buku. Diakses dari
http://rumahbuku.weebly.com/bangku-iii/kedokteran-islam.

Anda mungkin juga menyukai