Perawatan dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan, kebajikan pengaruh, suatu prinsip etis atau
suatu cara hidup di dunia. Perawatan sebagai etik tidak hanya dipandang sebagai suatu revolusi
dilemma etik, tetapi juga sebagai cara bagaimana seseorang saling bertingkah laku. Etik perawat
dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap
orang lain, dan tidak kalah pentingnya adalah perlakuan perawat yang harus bisa berlandaskan
dengan ajaran dan syariat islam.
Seorang perawat professional akan memiliki perasaan empati pada orang lain. Perawat harus bias
memahami situasi yang dialami orang lain dan mencoba sebanyak mungkin memahami kehidupan
dan pengalaman orang lain. Pemberi perawatan professional akan mampu melakukan perubahan
pada diri sendiri dan terutama pada orang lain apalagi bila semua tindakan perawatan berlandaskan
pada kode etik dan ajaran islam.
Masalah yang timbul dalam dunia kesehatan terutama pada perawat yang melakukan tindakan medis
dalam merawat orang lain adalah karena tidak memiliki landasan akhlak yang diajarkan. Sehingga
menimbulkan kesalan besar pada persepsi mayarakat tentangnya. Tanpa kode etik dan dasar moral,
perawatan dapat dengan mudah terkikis di lingkungan yang menekankan penyembuhan tehnis dan
tidak melihat seseorang dalam konteks nilai dan kehidupan tertentu. Terdapat beberapa kode untuk
perawat professional yang semuanya merefleksikan autonomi (penentuan nasib diri oleh klien),
kemurahan hati dengan bertindak baik, nonmaleficiency (penghindaran dari bahaya), keadilan
dimaksudkan dengan memperlakukan semua secara adil, serta prinsip sekunder dari kejujuran
dengan berbicara sejujurnya berdasarkan kebenaran yang ada, dan kesetiaan memegang janji dan
tidak menyebarluaskan kerahasiaan klien sebagai penghormatan pada klien. Semua ini pun berkaitan
erat dengan ajaran islam yang selalu memerintahkan setiap manusia untuk hidup saling menghargai
dan menolong yang lainnya dalam keadaan membutuhkan pertolongan. “ tolong – menolonglah kamu
dalam kebajikan, janganlah kamu tolong menolong dalam kejahatan”
Dan ayat yang menyebutkan: “Barang siapa menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-olah ia telah
menyelamatkan umat manusia seluruhnya “ QS Al-Maidah,5:32 ,
Sistem pelayanan kesehatan yang Islamai dapat tercipta bila faktor-faktor dibawah ini mendukung:
Petugas kesehatan: (baik dokter, perawat, paramedic, petugas-petugas maupun bagian administrasi)
- berakhlak dan berprilaku islami
- ramah ( senyum sebagian dari iman)
- memiliki sifat yang memenuhi 4 konsep akhlak dalam islam : yaitu farirnest (adil),
accountabilitas/amanah (bertanggung jawab), transparency ( jujur), concistent (istiqamah)}
- dapat menahan hawa nafsunya
- menolong berdasarkan atas habluminannas dan habluminnAllah.
- Sebisa mungkin/ diusahakan agar dokter atau perawat memeriksa dan merawat pasien yang sudah
baligh sesama jenis ( laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, kecuali anak-anak
yang belum mengerti)
Berdasarkan yang tertera dalam Al- Quran
Surat An-nur ayat 30-31:
Ayat 30: “katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman”hendaklah mereka menahan
pandangannyadan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adlah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.””
Ayat ke 31:“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘ hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang
biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka meutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau putra2 mereka, atau putra2 suami
mereka, atau sudara laki2 mereka, atau putra2 saudara laki2 mereka, atau putra2 saudara
perempuan mereka, atau wanita2 islam, atau budak2 yang mereka miliki, atau pelayan2 laki2 yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak2 yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orant yang beriman supaya kamu beruntung.”
Kesehatan harus menjadi tujuan dalam keperawatan. Pasien adalah tuan, perawat sebagai
pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan
sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan
kesejahteraan dan kesenangan yang pantas. Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama
ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia.
Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan
sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena pada dasarnya semua manusia sama
derajatnya di sisi allah yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya.
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan.”
Ø Fungsi Independen
Perawat yang mandiri. Dalam hal ini seorang perawat bertanggung jawab penuh atas kenyamanan,
kesehatan dan keselamatan pasien. Seorang perawat melakukan tindakan keperawatan secara
mandiri pada pasien. Islam sangat menjunjung tinggi sebuah tanggung jawab dan tanggung jawab ini
adalah sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik dunia maupun akhirat.
Sebagaimana dalam hadist yang berbunyi: “setiap kalian itu adalah pemimpin dan bertanggung jawab
terhadap apa yang Ia pimpin”. (HR. Muttafaq Alaih).
Ø Fungsi Interdependen
Hubungan perawat dengan perawat lainnya, misalnya perawat primer dan perawat sekunder dan
ketua tim yang menginstruksikan kepada anggota tim lainnya. Dalam islam kita diajarkan untuk saling
menghormati, menghargai satu sama lain, serta bekerjasama dan menjunjung tinggi profesionalisme
sesuai hadits dimana Rasulullah bersabda ‘serahkan sesuatu pada ahlinya, karena apabila sesuatu
itu diurus oleh bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya’, artinya yang dituntut adalah
profesionalisme.