Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PERAWAT ISLAM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Perawatan dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan, kebajikan pengaruh, suatu prinsip etis atau
suatu cara hidup di dunia. Perawatan sebagai etik tidak hanya dipandang sebagai suatu revolusi
dilemma etik, tetapi juga sebagai cara bagaimana seseorang saling bertingkah laku. Etik perawat
dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap
orang lain, dan tidak kalah pentingnya adalah perlakuan perawat yang harus bisa berlandaskan
dengan ajaran dan syariat islam.
Seorang perawat professional akan memiliki perasaan empati pada orang lain. Perawat harus bias
memahami situasi yang dialami orang lain dan mencoba sebanyak mungkin memahami kehidupan
dan pengalaman orang lain. Pemberi perawatan professional akan mampu melakukan perubahan
pada diri sendiri dan terutama pada orang lain apalagi bila semua tindakan perawatan berlandaskan
pada kode etik dan ajaran islam.
Masalah yang timbul dalam dunia kesehatan terutama pada perawat yang melakukan tindakan medis
dalam merawat orang lain adalah karena tidak memiliki landasan akhlak yang diajarkan. Sehingga
menimbulkan kesalan besar pada persepsi mayarakat tentangnya. Tanpa kode etik dan dasar moral,
perawatan dapat dengan mudah terkikis di lingkungan yang menekankan penyembuhan tehnis dan
tidak melihat seseorang dalam konteks nilai dan kehidupan tertentu. Terdapat beberapa kode untuk
perawat professional yang semuanya merefleksikan autonomi (penentuan nasib diri oleh klien),
kemurahan hati dengan bertindak baik, nonmaleficiency (penghindaran dari bahaya), keadilan
dimaksudkan dengan memperlakukan semua secara adil, serta prinsip sekunder dari kejujuran
dengan berbicara sejujurnya berdasarkan kebenaran yang ada, dan kesetiaan memegang janji dan
tidak menyebarluaskan kerahasiaan klien sebagai penghormatan pada klien. Semua ini pun berkaitan
erat dengan ajaran islam yang selalu memerintahkan setiap manusia untuk hidup saling menghargai
dan menolong yang lainnya dalam keadaan membutuhkan pertolongan. “ tolong – menolonglah kamu
dalam kebajikan, janganlah kamu tolong menolong dalam kejahatan”
Dan ayat yang menyebutkan: “Barang siapa menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-olah ia telah
menyelamatkan umat manusia seluruhnya “ QS Al-Maidah,5:32 ,
Sistem pelayanan kesehatan yang Islamai dapat tercipta bila faktor-faktor dibawah ini mendukung:
Petugas kesehatan: (baik dokter, perawat, paramedic, petugas-petugas maupun bagian administrasi)
- berakhlak dan berprilaku islami
- ramah ( senyum sebagian dari iman)
- memiliki sifat yang memenuhi 4 konsep akhlak dalam islam : yaitu farirnest (adil),
accountabilitas/amanah (bertanggung jawab), transparency ( jujur), concistent (istiqamah)}
- dapat menahan hawa nafsunya
- menolong berdasarkan atas habluminannas dan habluminnAllah.
- Sebisa mungkin/ diusahakan agar dokter atau perawat memeriksa dan merawat pasien yang sudah
baligh sesama jenis ( laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, kecuali anak-anak
yang belum mengerti)
Berdasarkan yang tertera dalam Al- Quran
Surat An-nur ayat 30-31:
Ayat 30: “katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman”hendaklah mereka menahan
pandangannyadan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adlah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.””
Ayat ke 31:“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘ hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang
biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka meutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau putra2 mereka, atau putra2 suami
mereka, atau sudara laki2 mereka, atau putra2 saudara laki2 mereka, atau putra2 saudara
perempuan mereka, atau wanita2 islam, atau budak2 yang mereka miliki, atau pelayan2 laki2 yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak2 yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orant yang beriman supaya kamu beruntung.”

SERUAN UNTUK SALING BERTOLONG-MENOLONG DALAM AGAMA


ALLAH
Dalam Surat Al-Maidah : 2
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah swt dan janganlah kamu
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadya, dan
binatang qalaaid, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi baitullah sedang
mereka mencari karunia dan keridhaandari tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu umat karena
mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah swt,
sesungguhnya Allah swt maha berat siksa-Nya."

SIRAH PERAWAT MUSLIMAH


Setelah Rasulullah menyampaikan risallah Islam banyak tokoh2 islam di bidang ilmu pengetahuan
lahir, pada saat itu islam memegang peranan penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti
Filsafat, Astronomi, Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan mereka
adalah : Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ),
Imam al Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk dunia keperawatan
seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk mengobati kaum muslimin yang terluka
yang bernama RUFAIDAH BINTI SA’ AD Al- Asalmiya, Ummu Attiyah, dan masih banyak
lagi tokoh2 ilmu pengetahuan dan keperawatan lainnya baik di jaman rasul maupun sesudah
kerasulan.
Banyak perawat2 muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ ad, mereka lebih mengenal tokoh
keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan
yang berasal dari Inggris.Apabila kwn2 mo menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama
Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di
karnakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di
belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi
seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai2
kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan
makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang
tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama
kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat
membantu ayahnya. Dansaat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat
kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai.
Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka
akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan
Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar
mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka
yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia
keperawatan.
Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita
gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur danempati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini
penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch )
jadi seimbang.
Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan menjelaskan sejarah
perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam
Masa penyebaran Islam ( The Islamic Period ) 570 - 632 M. Pada masa ini keperawatan sejalan
dengan perang kaum muslimin / jihad ( holy wars ), pada masa ini lah Rufaidah binti Sa’ ad
memberikan kontribusinya kepada dunia keperawatan.
Masa setelah Nabi ( Post prophetic era ) 632 - 1000 M. Masa ini setelah nabi wafat, pada masa ini
lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh2 Islam dalam dunia kedokteran seperti
Ibnu Sinna ( Avicenna ),Abu bakar ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), bahkan Ar-Razi sendiri menulis
dua karangang tentang ” The Reason why some persons and common people leave a physician even
if he is clever “
Masa pertengahan 1000 - 1500 M. Pada masa ini negara2 arab membangun RS dengan baik dan
mengenalkan perawatan orang sakit, dan di RS tsb dimulai pemisahan antara kamar perawatan laki2
dan perempuan dan sampai sekarang banyak di ikuti semua RS di seluruh dunia.
Masa Modern ( 1500 - sekarang ). Pada masa inilah perawat2 asing dari dunia barat mulai
berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat bidan muslimah pada tahun 1960
yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.
Jadi, demikianlah sekelumit dunia keperawatan dalam Islam dan saya ingin mengajak para pembaca
terutama para perawat bahwa ilmu pengetahuan sudah dimulai oleh islam terutama dunia kesehatan
dan keperawatan sudah ada di jaman rasul.

PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN


Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar,
Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali
menuntut perlunya profesi keperawatan.
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap
penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik
secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat
manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan
tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di
bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak
kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab
al-maridh wa al-thib).
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan keperawatan
merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan Nabi
Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh
penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan
keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia
apa yang tidak diketahuinya. Allah berfirman dalam surah al alaq:
Artinya :
Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam
(baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya.(QS al-Alaq:
3-5).
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan
anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis,
eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang
kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-
makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik keperawatan adalah perintah agama kepada masyarakat,
yang diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan
masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan
ras, agama dan status sosialnya. Olehnya itu dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien
perawat harus menghargai martabat manusia dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status
social dan ekonomi, kepribadian atau sifat masalah kesehatan, perbedaan agama, ras, umur, jenis
kelamin, dan aliran politik yang dianut. Dalam hal ini perawat harus berlaku adil terhadap semua
kliennya sebagaimana yang telah diperintahkan oleh allah kepada ummatnya untuk berlaku adil. Allah
berfirman dalam surah al maidah ayat 8 :
Artinya :
Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah karena itu lebih dekat dengan takwa.

Kesehatan harus menjadi tujuan dalam keperawatan. Pasien adalah tuan, perawat sebagai
pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan
sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan
kesejahteraan dan kesenangan yang pantas. Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama
ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia.
Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan
sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena pada dasarnya semua manusia sama
derajatnya di sisi allah yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama
klien. Di samping itu dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menghargai
kepercayaan, kebiasaan individu serta harus menjaga kerahasiaan seluruh informasi mengenai klien.
Karena itu perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah
bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa
manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan. Allah berjanji akan menolong
setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja yang menolong saudaranya di dunia.

BERSUCI DAN SHALATNYA ORANG SAKIT

Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit


Diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats besar
Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat kesembuhan, maka boleh
tayamum
Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain
Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup mengusap balutan tadi dengan air
Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci sekali pukulan, kemudian
mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya
Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air jika membahayakan
cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias bertayamum
Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci
Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain yang mengandung debu
maka boleh menggunakan sapu tangan
Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka ia shalat apa
adanya, dan shalatnya sah
Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam melaksanakan shalat jika tidak
memungkainkan maka shalat apa adanya dan solatnya sah
Orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin maka cara sholat ditempat
apa adanya dan sholatnya sah
Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit
Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada tongkat
Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah shalat dengan duduk.
Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuh
sebelah kanan menghadap kiblat.
Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan kepala
agak ditinggikan.
Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika kepala
tidak mampu maka dengan mata.
Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati. Jika orang sakit merasa
kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan menjamaah

NILAI NILAI ISLAMI DALAM PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


PROFESIONAL
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan
professional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional :
Ø Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu keluarga dan masyarakat. Dalam
melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator,
serta rehabilitator.
· Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Islam
mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap sesamanya, pertolongan itu
diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan.
Ibarat orang mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu
tubuh jika salah satu angggota tubuhnya sakit maka selruh tubuh akan merasa sakit.
( HR.Muttafaq Alaih)
· Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar
hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi dan penjelasan tentang
tujuan dan manfaat serta efek samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam
islam kita tidak boleh membuka aib sausara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita
memakan bangkai saudara kita yang mati sebagaimana dalam surah al-hujurat ayat 12 yang artinya:
”hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah mencari-cari kesalah orang lain dan jangan lah sebahagian
kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seseorang diantara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima lagi Maha Penyayang.”
· Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai mediator antara klien
dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan keberadaan perawat
mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam islam harus
memberikan dukungan
· Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

Ø Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)


Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta
tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung jawabnya. Peran ini
dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat).
Sebagaimana dalam Q.S Ali-Imran ayat 148 yang artinya:
“ Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan
Allah menyukai orang-orang yang yang berbuat kebaikan.
Dan Q.S Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”,
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ø Peran Sebagai Pengelola
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep
manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat
berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan serta
mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. sesuai yang termaktub dalam
Q.S Al- Baqarah ayat 11 yang artinya:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka
menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.

Ø Peran Sebagai Peneliti


Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah
penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian bertujuan untuk
menghasilkan :
1. Jawaban terhadap pertanyaan.
2. Solusi penyelesaian masalah baik melalui produk teknologi atau metode baru maupun berupa
produk jasa.
3. Penemuan dan penafsiran fakta baru.
4. Pengujian teori berdasarkan kondisi atau fakta baru.
5. Perumusan teori baru.

Quran Surah Al-Qashash ayat 77, yang berbunyi:

Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan.”

Nilai – nilai Islami dalam Fungsi Perawat Profesional


Ø Fungsi Dependen
Perawat yang memerlukan kolaborasi dengan tim / anggota kesehatan lainnya yang ada di Rumah
Sakit atau Institusi seperti dokter, apoteker dan tim kesehatan lainnya. Dalam pandangan islam kita
diajarkan untuk bersilaturahim antar sesama manusia dalam hal ini hablumminannas atau hubungan
manusia dengan manusia seperti termaktub dalam al-qur’an surah Al-Hujurat ayat 13 yang artinya:”
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ø Fungsi Independen
Perawat yang mandiri. Dalam hal ini seorang perawat bertanggung jawab penuh atas kenyamanan,
kesehatan dan keselamatan pasien. Seorang perawat melakukan tindakan keperawatan secara
mandiri pada pasien. Islam sangat menjunjung tinggi sebuah tanggung jawab dan tanggung jawab ini
adalah sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik dunia maupun akhirat.
Sebagaimana dalam hadist yang berbunyi: “setiap kalian itu adalah pemimpin dan bertanggung jawab
terhadap apa yang Ia pimpin”. (HR. Muttafaq Alaih).

Ø Fungsi Interdependen
Hubungan perawat dengan perawat lainnya, misalnya perawat primer dan perawat sekunder dan
ketua tim yang menginstruksikan kepada anggota tim lainnya. Dalam islam kita diajarkan untuk saling
menghormati, menghargai satu sama lain, serta bekerjasama dan menjunjung tinggi profesionalisme
sesuai hadits dimana Rasulullah bersabda ‘serahkan sesuatu pada ahlinya, karena apabila sesuatu
itu diurus oleh bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya’, artinya yang dituntut adalah
profesionalisme.

Anda mungkin juga menyukai