Disusun Oleh:
Azzahra Zulfa Pratiwi (231410118)
Ekonomi Syariah / 1C
Dalam dunia Islam, Ilmu kedokteran Islam merupakan salah satu bagian peradaban Islam
yang paling masyhur. Selama abad pertengahan, ilmu kedokteran Islam dikaji di dunia Barat.
Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembaruan ilmu kedokteran Yunani yang dirintis
oleh Hipokrates dan tradisi Galen dengan teori serta praktik bangsa Persia dan India.
Penghubung yang paling penting antara tradisi kedokteran Islamdan tradisi kedokteran
sebelumnya adalah perguruan di Jundisapur (sekarang wilayah Iran). Para dokter aliran
Nestoria mengajarkan dan mempraktikkan kedokteran Yunani. Sementara itu, pengaruh
kedokteran India mulai ada di Jundisapur.
Pengaruh langsung pertama kedokteran Jundisapur dalam kalangan Islam terjadi pada
tahun 865 M. Pada waktu itu, Khalifah Abu Ja'far al-Mansyur meminta para dokter Jundisapur
mengobatinya dari penyakit dyspepsia atau menahun (peradangan selaput lendir lambung).
Dokter Jirjis Bukhtyishuri dapat menyembuhkan penyakit Khalifah Abu Ja'far al-Mansyur
tersebut. Keberhasilan itu membuat Khalifah Abu Ja'far al-Mansyur memindahkan pusat
kedokteranJundisapur ke Baghdad.
Pada pemerintahan Bani Abbasiyah, rumah sakit menjadi pusat pengajaran ilmu
kedokteran. Sementara itu, aspek teoritisnya dibahas di masjid dan madrasah. Selain terdapat
pusat pengajaran ilmu kedokteran, banyak pula buku- buku kedokteran yang diterjemahkan
dari bahasa Yunani, Persia, dan India kedalam bahasa Arab. Pada masa pemerintahan Harun
ar-Rasyid, terdapat 800 orangdokter di Kota Baghdad. Hal itu menunjukan kemajuan ilmu
kedokteran pada masa itu.
Kegiatan penerjemahan ilmu kedokteran ke dalam bahasa Arab merupakan awal
munculnya tokoh kedokteran Islam. Banyak ilmuwan muslim menulis kitab kedokteran. Ahli
kedokteran Islam pada mulanya mendirikan tempat-tempat penelitian dan praktik dengan alat
yang didatangkan dari Yunani. Dalam perkembangannya, mereka mendapat temuan-temuan
asli dalam ilmu kedokteran. Kitab-kitab yang mereka karang jauh lebih maju daripada kitab-
kitab terjemahan. Jika pada abad ke 8 M-ke 9 M orang Islam masih menjadi murid, pada abad
ke10M -ke 11M mereka menjadi guru bagi orang-orang Kristen dan Yahudi.Pengarang
kedokteran pertama Islam adalah Ali bin Rabban at-Tabari yang menulis Firdaus al-Hikmah
pada tahun 850 M. Karyanya memuat berbagai hal dalam bidang patologi, farmakologi, dan
diet. Buku itu juga menjadi tanda munculnya aliran kedokteran yang baru pada waktu itu.
Setelah at-Tabani, lahir ratusan dokter dan ilmuwan kedokteran Islam,seperti ar-Razi,
Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al-Kindi, dan al-Farabi. Sejak saat itu mulai dari
Baghdad, Mesir, Suriah, Persia (Iran), Spanyol,Afrika Utara, sampai India banyak sekali tabib
(dokter) yang muncul. (BukuSejarah)
II. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran
2. Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan salah satu prestasi institusional terbesar masyarakat
Islamabad pertengahan. Antara abad ke-9 dan ke-10 lima RS dibangun di Baghdad. Rumah
sakit paling terkenal adalah RS Adudi yang dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada
tahun 982. Setelah periode ini jumlah RS meningkat signifikan. Ketika institusi terkenal seperti
RS Nuri di Damaskus (abadke-12), dan RS al-Mansuri di Kairo (abad ke-13) dibangun
bersamaan dengan RSlain di Qayrawan, Mekkah, Madinah, dan Rayy. Institusi-intitusi medis
terbuka bagi semua orang yang memerlukan pengobatanatau obat. Tidak memandang gender,
ras, kelas, orang miskin atau kaya, agama. Perawatan medis bergerak secara bergilir ke
pelosok-pelosok desa dan jugamelayani pengobatan para narapidana. System peraturan dan
menageman RS juga telah diterapkan. Dengan adanya pemisahan antara pasien wanita dan
laki-laki, jadwal kerja para dokter, terdapat seorang administrator kepala, seorang kepala setaf
yang juga memiliki wewenang menjalankan operasi medis. Beberapa RS tersedia tempat
pendidikan, perpustakaan dan juga ruang-ruang khusus operasi atau pembedahan. Regulasi
yang telah terorganisasikan secara sistematis, juga didukung dengan sarana-sarana lainnya.
Seperti Muhtasib (supervisor pasar) yang merupakan pegawai public, berwenang untuk
memberikan perlindungan melawan praktek curang. Manual hisbah (supervise pasar), disusun
untuk menjelaskan kewajiban muhtasib. Dalam RS lebih maju terdapat berbagai fasilitas
seperti apa yang telah dijelaskan. Termasuk apotek (toko obat) khusus untuk melayani
pembelian obat masyarakat umum. Berbicara mengenai apotek, Islam juga mewarisi apotek-
apotek yang dibangun oleh apoteker Islam zaman dulu. Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya
bertajuk The Valueble contributions of Al-Razi in the History of pharmacy duringthe middle
Ages, mengungkapkan, apotek pertama di dunia berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M.
Saat itu Baghdad sudah menjadi Ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Selain itu, peradaban Islam
juga merupakan pendiri sekolah farmasi pertama.Dengan berkembangnya ilmu farmasi yang
begitu cepat membuat apotek atautoko-toko obat tumbuh berdiri di kota-kota Islam. Hampir di
setiap RS besardilengkapi dengan apotek instalasi farmakologi. Bahkan di era Abbasyiah,
paraahli-ahli obat mempunyai apotek sendiri dirumahnya dan menggunakan keahliannya untuk
meracik, menyimpan aneka obat-obatan sendiri. Pemerintah Islam juga mendukung
pembangunan dibidang farmasi, dengan tujuan adanya selektifikasi atau ketelitian dalam obat.
Secara bersamaan, praktek sosial medis ini menjadika n kedokteran Islam berada pada satu
tingkatan yang tak terprediksikan dalam sejarah yang selanjutnya memberi kontribusi pada
perkembangan tradisi medis Timur maupun Barat.
2.4. Etika Kedokteran
Dalam praktek pengobatan dan perawatan pada pasien perlu diterapkan etika. Para
dokter harus memiliki sikap tersebut dalam menjalankan profesin yaitu. Karena itu sangat
berpengaruh pada keberhasilannya dalam menyembuhkan pasien. Selain sikap itu khusus
untuk menjaga nama baik atau keprofesionalan seorang dokter, sikap-sikap etis dokter juga
berkaitan dengan psikologi pasien. Bagaimana seorang dokter mampu menciptakan suasana,
menciptakan rasa percaya diri untuk sembuh dan sebagainya.
Profesi dokter yang disandang seseorang, sangat terhomat di mata pasiennya. Oleh
karena itu untuk menjaga kehormatan, nama baik maupun keharmonisan antara dokter dan
pasiennya, perlu diterapkan sikap-sikap etis yangdiemban para dokter. Berangkat dari situ,
tradisi kedoteran para era kejayaan Islam menetapkan peraturan atau kode etik harus diemban
oleh para dokter.Hingga era kekhalifahan Usmani peraturan berjalan sangat ketat. Para dokter
muslim diwajibkan memegang teguh etika kedokteran dalam mengobati pasiennya.
Akdeniz (sari) mengatakan dalam karyanya, Osmanlilarda Hekim ve Hekimlik
Ahlaki (Dokter Ottoman dan Etika Kedokteran), “setiap dokter harus mematuhi etika
kedokteran dalam setiap tindakannya”. Menurut is secara garis besar ada empat hal yang harus
dipegang teguh oleh para dokter di era kekhalifahan Turki Usmani, yaitu kesederhanaan /
kesopanan, kepuasan,harapan dan kesetiaan. Akdeniz juga berpendapat berdasarkan catatan
para tokoh di zaman Turki Usmani, etika kedokteran mengatur dokter saat berinteraksi dengan
pasiennya.
Nilai kesopanan dalam kutipan Akdeniz, tercermin dari sikap seorangdokter bijak
abad 16 M zaman Turki Usmani yang bernama Nidai. Nidai menasehati pasiennya ketika
memuji dirinya setelah berhasil menyembuhkan, bahwa Allah-lah yang sebenarnya
menyembuhkan. Nilai kesetiaan disarankan dokter terkemuka era Turki, Vesim Abbas bahwa
dokter harus setia dengan pasien dalam pengobatannya walaupun pasien bertindak tidak baik.
Dalam nilai kepuasan ia juga menuturkan bahwa seorang dokter harusmerasa puas
terhadap keberhasilannya mengobati dan menyembuhkan pasien tanpa ambisi mendapatkan
uang. Begitu juga rasa optimisme, seorang dokter tidak boleh menyebabkan pasiennya
mengalami keputusasaan. Seperti yang diajarkandokter abad 15 M, Ibnu Shareef, dokter harus
mengembangkan dan menumbuhkan rasa optimisme para pasiennya. Bahkan tidak boleh
memberitahukan terkait kematiannya.
Tapi dalam karyanya, “Tip Deontolojisi” Prof. Nil tampaknya menunjukkan
kesayanga. Menurut Prof. Nil dizan modern ini, telah terjadi perubahan yang begitu besar.
Akibat pesatnya perkembangan pengetahuan dan teknologi medis. Akibatnya nilai-niai moral
yang dipegang teguh dokter mulai terkikis dan tergantikan dengan nilai-nilai baru. Berbeda
dengan ungkapanBeauchamp LT dalamkarya Childress FJ: Principless of Biomedical Ethics,
padaabad ke-20 M, kemajuan besar telah dicapai dibidang studi etika medis. Etika medis saat
ini terkonsentrasi pada pemecahan pilihan moral sesuai dengan prinsip- prinsip etika dan
peraturannya.
III. KESIMPULAN