Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alief Nugraha Prakasa

NIM : 2220901150
Kelompok : Ibnu Zuhr
Kadam : Amirul Thufail Ramadhan
Fachrina Safira

Resume Ibnu Zuhr

Bapak ilmu bedah eksperimental’‘ begitulah Ibnu Zuhr kerap dijuluki. Menurut
Abdel-Halim (2005) dalam tulisannya bertajuk Contributions of Ibn Zuhr (Avenzoar)
to the progress of surgery: A study and translations from his book Al-Taisir, dokter
Muslim kelahiran Seville, Spanyol Islam, itu dianggap telah berjasa memperkenalkan
metode eksperimental dalam ilmu bedah. Sang dokter pun tercatat sebagai dokter
perintis yang memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi. ‘’Ibnu Zuhr
adalah penemu prosedur bedah tracheotomy (leher),’‘ papar Abdel-Halim. Dokter
terkemuka pada era kejayaan Islam di Spanyol itu juga berhasil mengungkap misteri
penyebab kudis dan radang. Dialah dokter pertama yang meyakinkan eksistensi
parasit lewat parasitologi.

Berkat sederet pencapaian yang berhasil ditorehkannya itu, para sejarawan sains
pun menabalkan Ibnu Zuhr sebagai dokter Muslim terhebat di zaman keemasan
Islam. Ia dianggap mampu melampaui prestasi yang dicapai dokter-dokter Muslim
lainnya di dunia Islam. Ibnu Zuhr memosisikan dirinya sebagai seorang dokter
spesialis yang fokus pada satu bidang kedokteran. Padahal, kala itu tenaga medis
Muslim lebih memilih berpraktik sebagai dokter umum. Itulah yang menyebabkan
Ibnu Zuhr mampu memproduksi karya-karya yang tetap termasyhur hingga era
milenium baru. Terobosan dan temuan penting yang berhasil dicapainya dalam ilmu
kedokteran itu dituliskannya dalam sebuah buku monumental berjudul Kitab al-
Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Book of Simplification concerning Therapeutics
and Diet).

Kitab itu ditulis atas permintaan Ibnu Rushd alias Averroes. Inilah masterpiece yang
dihasilkan Ibnu Zuhr. Dalam Kitab al- Taisir, Ibnu Zuhr memaparkan sederet
kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran. Buku itu mengupas
beragam penyakit dan cara penyembuhannya. Ia juga menulis Kitab al- Iqtisad fi
Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course concerning the Reformation of
Souls and the Bodies). Kitab itu berisi rangkuman beraneka jenis penyakit,
pengobatan, dan pencegahannya. Buku itu pun dipandang sangat bernilai tinggi
karena di dalamnya mengupas dan membahas kajian psikologi.

Ibnu Zuhr juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang
baik dan seimbang. Buah pikirannya itu dituliskannya dalam Kitab al-Aghthiya (Buku
mengenai Bahan Makanan). Di buku itu, Ibnu Zuhr memerinci dan menjelaskan
aneka jenis makanan dan obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan. Pemikiran
dan penemuan yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di dunia
kedokteran Barat maupun Timur selama beberapa abad. Buah pikir sang dokter itu
lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Yahudi (Hebrew). Buku-buku
yang ditulis Ibnu Zuhr itu masih populer dan menjadi rujukan sekolah kedokteran di
Eropa hingga abad ke-18 M.

Sebagai perintis ilmu bedah eksperimental, Avenzoar julukan Ibnu Zuhr merupakan
dokter pertama yang memanfaatkan binatang sebagai ‘kelinci percobaan’. Untuk
bedah tracheotomy, misalnya, Ibnu Zuhr menyempurnakan prosedur bedahnya
melalui uji coba pada seekor kambing. Ibnu Zuhr juga sempat melakukan percobaan
pada seekor biri-biri ketika menangani penyakit paru-paru. ‘’Dia merupakan pendiri
ilmu bedah yang independen dari bidang kedokteran,’‘ cetus Abdel-Halim. Secara
khusus, dokter Muslim legendaris dari abad ke- 12 M itu memperkenalkan sebuah
pusat pelatihan khusus bagi para calon dokter ahli bedah di masa depan.

Menurut Ibnu Zuhr, tak sembarang dokter bisa melakukan operasi atau bedah.
Hanya dokter yang memenuhi syaratlah yang boleh melakukan operasi. Selain
berjasa dalam bidang ilmu bedah eksperimental, Ibnu Zuhr turut berkontribusi
dalam mengembangkan anatomi, fisiologi, etiologi, dan parasitologi. Ia adalah
seorang dokter yang brilian. Ibnu Zuhr kerap mengkritisi berbagai karya kedokteran
yang terdahulu, termasuk Kitab Qanun fi al-tib karya Ibnu Sina. Sang dokter
legendaris ini pun membenarkan adanya darah dalam tubuh. Ibnu Zuhr juga
merupakan dokter pertama yang mendirikan etiologi atau ilmu dalam kedokteran
yang membahas penyebab dan asal mula penyakit. Etiologi dirintisnya saat meneliti
penyakit radang telinga. Ia pun berperan dalam pengembangan ilmu anestesi.
Berkat jasa Ibnu Zuhr dan Abu Al- Qasim Al-Zahrawi, Spanyol Islam tetap dikenal
sebagai pengembang anestesi modern.

Kontribusi penting lainnya yang diwariskan Ibnu Zuhr bagi ilmu kedokteran modern
adalah dalam bidang neurologi dan neurofarmakologi. Martin-Araguz dkk (2002)
dalam bukunya bertajuk Neuroscience in al- Andalus and its influence on medieval
scholastic medicine, mengungkapkan bahwa Ibnu Zuhr adalah dokter pertama yang
menjelaskan gangguan pada syaraf, termasuk meningitis, intracranial
thrombophlebitis, dan tumor. Menurut Martin-Araguz, Ibnu Zuhr juga turut
mengembangkan neurofarmakologi modern. Ia tercatat dalam sejarah kedokteran
sebagai dokter perintis yang menulis pharmacopoeia (buku daftar obat-obatan
resmi). Sang dokter dari Spanyol Islam juga menerapkan sistem pengobatan dengan
obat untuk menyembuhkan gejala dan penyakit tertentu.

Ibnu Zuhr dikenal sebagai dokter yang unik. Ia mengembangkan ilmu kedokteran
yang berbasis pada riset dan percobaan ilmiah. Berkat sistem yang
dikembangkannya itu, Ibnu Zuhr mampu menemukan beberapa penyakit yang tak
diketahui sebelumnya, seperti penyakit paru-paru. Yang lebih memukau lagi, Ibnu
Zuhr merupakan dokter yang menggunakan jarum suntik untuk memberikan
makanan buatan bagi pasiennya. Studi penyakit lingkungan juga sangat menarik
minat dan perhatiannya. Ketika wabah penyakit melanda kota Marrakech, Ibnu Zuhr
turun langsung ke lapangan melakukan penelitian dan memberikan pertolongan. Ia
merupakan dokter perintis dalam berbagai hal. Dalam mengembangkan sesuatu
yang baru dalam ilmu kedokteran, Ibnu Zuhr selalu tampil sebagai penemu.

Sang dokter dari Spanyol Islam itu lagi-lagi tercatat sebagai yang pertama berhasil
mengungkapkan nilai gizi yang terkandung dalam madu. Terobosan demi terobosan
yang berhasil dikembangkannya membuat dokter-dokter lainnya kagum. Ibnu Rushd
dalam bukunya Al-Kuliyat menyebut Ibnu Zuhr sebagai dokter terbesar setelah
Galen. Dunia kedokteran sungguh telah banyak berutang budi dan pantas berterima
kasih atas jasa dan kontribusi Ibnu Zuhr.
Jejak Hidup Sang Dokter

Abu Marwan Abdal-Malik Ibnu Zuhr. Itulah nama lengkap Avenzoar yang terlahir di
Seville, Spanyol, pada tahun 1091 M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli
bedah, sarjana Islam, dan seorang guru. Beberapa sejarawan menyebut Ibnu Zuhr
sebagai orang Yahudi, namun Bapak Sejarah Sains, George Sarton memastikan
bahwa sang dokter adalah seorang Muslim.

Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr merupakan


keturunan dari keluarga Bani Zuhr yang melahirkan lima generasi dokter, termasuk
dua di antaranya wanita. Ibnu Zuhr pertama kali belajar praktik kedokteran dari
ayahnya bernama Abu’l- Ala Zuhr (wafat tahun 1131 M). Kakeknya juga adalah
seorang dok - ter yang termasyhur di Andalusia. Setelah merampungkan studinya,
sastra, hukum, dan doktrin, Ibnu Zuhr mulai mendalami ilmu kedokteran secara
khusus, Ibnu Zuhr lalu mendedikasikan dirinya untuk penguasa Dinasti Al- Murabitun
penguasa Spanyol Islam setelah padamnya Kekha - lifah an Umayyah.

Hubungannya dengan penguasa Dinasti Mura - bitun memburuk ketika Ali Ibnu
Yussuf Ibnu Tachfine berkuasa. Ibnu Zuhr lalu dipenjara selama 10 tahun di
Marrakech. Setelah kekuasaan dinasti itu berakhir, Ibnu Zuhr kembali ke Andalusia
dan mengabdi pada Abd al-Mu’min penguasa pertama Dinasti Al-Mu - wahidun. Ia
adalah teman, murid, dan guru seorang dokter serta filsuf terkemuka Ibnu Rushd. Di
era kekuasaan Dinasti Muwahidun, Ibnu Zuhr menulis karya-karyanya. Ia tutup usia
pada 1161 M di tanah kelahirannya, Seville. Meski begitu, ia tetap dikenang dan
namanya masih tetap abadi.

Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia
modern, seperti: Kitab at-Taysirfi al-mudawat wa at-tadbir(Perawatan dan Diet). Ini
adalah ensiklopedia kedokteran yang membuktikan bakat dan keahlian Ibnu Zuhr.
Dia lalu menawarkan kepada temannya, Ibnu Rushd, untuk mengumpulkan bukunya
dalam Generalities in Medicine. Kedua buku itu saling melengkapi satu sama lain.
Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1490 M dan masih
digunakan sebagai referensi hingga abad ke-17 M.
Salinan buku kompilasi antara karya Ibnu Zuhr dan Ibnu Rushd itu masih tersimpan
di banyak perpustakaan, seperti di Perpustakaan Umum Rabat, perpustakaan-
perpustakaan di Paris, Oxford di Inggris, dan Florence di Italia. Kitab al-Iktisad fi Islah
an-Nufus wa al-Ajsad (Curing souls and bodies)adalah rangkuman berbagai penyakit,
perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi. Salinan kitab ini masih
tersimpan di Perpustakaan Istana di Rabat. Kitab al-Aghdia wa al-adwya (Nutrition
and Medication). Dalam kitab ini, Ibnu Zuhr menjelaskan beragam jenis makanan
bergizi, obat-obatan, serta dampaknya bagi kesehatan risalah. Dua salinannya masih
tersimpan dengan baik di Perpustakaan Istana di Rabat. Lewat karya-karyanya itulah
pemikiran Ibnu Zuhr hingga kini tak pernah mati.

Anda mungkin juga menyukai