Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERADABAN ISLAM

IBNU AN - NAFIS

Kelompok IX

NURAENI AZIZAH AMALIA (70600116046)


YUSRIL IHSANUL M (70600116047)
DIAN WAHYUNI (70600116048)
MELATI PUTRI DITA (70600116049)
ANDI FAISAL ANSHAR (70600116050)
KARMIATI (70600116051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAE
2018
IBNU AL-NAFIS
(PENEMU SIRKULASI DARAH)

Nama lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi al-
Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan Ad-Dimasyqi, karena ia dilahirkan di Syam dan awal masa
mudanya ia habiskan di kota Damaskus, sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al Mishri,
karena ia telah mengabiskan sebagian besar usianya di kota Cairo dan memiliki ikatan yang kuat
dengan Mesir dan penduduknya. Selain itu, ia juga mempunyai nama panggilan lain, yaitu The
Second Avicenna (Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya.
Ibnu Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain menyebutkan ia dilahirkan
di Syria pada tahun 607 H (1210 M). Ia menghabiskan masa kecilnya di kota tersebut hingga
menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap di Mesir hingga ajal menjemputnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ibnu Nafis menempuh pendidikan
kedokteran di Medical College Hospital. Gurunya adalah Muhalthab al-Din Abd al-Rahim.
Selain itu, ia juga mempelajari hukum Islam. Di kemudian hari, selain sebagai dokter, Ibnu Nafis
juga dikenal sebagai pakar hukum Islam bermazhab Syafi'i. Pada tahun 1236, setelah
menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran dan hukum Islam.
Ibnu Nafis meninggalkan tanah kelahirannya menuju Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar di
Rumah Sakit al-Nassiri. Prestasinya yang gemilang membuat ia kemudian ditunjuk sebagai
direktur rumah sakit tersebut. Sebagai seorang dokter, Ibnu Nafis tidak pernah merasa puas
dengan ilmu kedokteran yang dimilikinya. Ia terus memperkaya pengetahuannya melalui
berbagai observasi. Hal inilah yang membuat namanya terkenal. Ia adalah dokter pertama yang
mampu menerangkan secara tepat tentang paru-paru dan memberikan gambaran mengenai
saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran udara dengan darah dalam tubuh manusia. Ibnu
Nafis dikenal sebagai seorang dokter muslim yang mempunyai pendapat dan pemikiran yang
masih murni, terbebas dari berbagai pengaruh Barat.
Dalam studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan
percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap sejumlah gejala dan
unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa
unsur-unsur penyebab munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai
fungsi pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac
Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah di paru-paru ini merupakan penemuan
yang menarik. Sehubungan dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar
bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat penemuannya tersebut, para
ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh pertama dalam ilmu sirkulasi darah.

KEPRIBADIANNYA
Ibnu An-Nafis merupakan seorang ilmuwan yang taat beribadah, wara', dan gemar
menimba ilmu hingga dia tidak sempat untuk menikah. Sifat keberanian ilmiahnya telah
mengantarkannya untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang kedokteran, sekalipun
pendapat itu berbeda dengan pendapat dua ilmuwan besar, yaitu Ibnu Sina dan Galenus. Padahal
pada saat itu berbeda pendapat dengan keduanya adalah suatu kesalahan yang tidak bisa
dimaafkan.
Karena kepasrahannya kepada Tuhan dan agamanya, dia menolak untuk diobati dengan
meminum arak -padahal saat itu dia sedang berbaring di ranjang kematian. Dia tidak mau
menemui Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbauk arak, yaitu minuman yang telah
diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

PENEMUANNYA
1. Penemuan terpenting Ibnu An-Nafis adalah keberhasilannya menemukan sirkulasi darah
kecil (Pulmonary Circulation), yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dari hati
ke dua paru-paru untuk membuang karbondioksida dan menggantikannya dengan
oksigen. Sedangkan hemoglobin berfungsi membawa darah ke aliran darah dan
menambah sel-sel tubuh sesuai dengan kebutuhannya. Darah kemudian kembali mengalir
ke hati untuk menyalurkannya ke seluruh organ tubuh melalui peredaran darah umum
bagi tubuh. Ibnu An-Nafis telah menulis penemuannya tersebut dalam sebuah buku yang
berjudul "Syarhu Tasyrih Ibnu Sina." Akan tetapi penemuannya belum dikenal sebelum
seorang dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddn At-Tathawi, yang diutus ke
Jerman menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu perpustakaan Jerman. Di
dalam buku ini ditegaskan secara pasti bahwa Ibnu An-Nafis telah berhasil menemukan
sirkulasi darah kecil (Pulmonary Circulation). Selanjutnya dokter Mesir ini mempelajari
manuskrip karya Ibnu An-Nafis dan membandingkannya dengan riset-riset kedokteran
modern. Hasil kajiannya dia tuangkan ke dalam sebuah buku yang diberi judul "Ad-
Daurah Ad-Damawiyah Tab'an Li Al-Qurasyi. "
Pada tahun 1924 Masehi, Muhyiddin At-Tathawi mengajukan buku yang dia tulis
ke Universitas Freiburg Jerman untuk meraih gelar doktor. Anehnya, para dosen At-
Tathawi di universitas itu merasa terkejut dan meragukan apa yang dia tulis, karena
menurut sepengetahuan mereka bahwa penemu Pulmonary Circulation adalah seorang
dokter Inggris, yaitu William Harvey (1578-1657 M). Di dalam bukunya, Harvey telah
menyebutkan sirkulasi darah secara umum termasuk di antaranya sirkulasi darah kecil
tanpa mencantumkan referensi Arab. Harvey belajar kedokteran di Padua University
yang terkenal di kota Venicia, Italia. Di antara dokter yang pernah belajar di universitas
itu, selain Harvey adalah seorang dokter Spanyol yang telah mempelajari kedokteran
Arab Andalusia dan menetap di Spanyol hingga setelah kaum muslimin diusir dari negeri
itu. Dokter Spanyol itu bernama Miguel Serveto. Dia telah menempatkan bukunya di
Padua University.
Di dalam buku itu, dia membahas tentang sirkulasi darah kecil dan hal-hal lain
sebagaimana yang telah dibahas oleh Ibnu An-Nafis di dalam bukunya. Tidak diragukan
lagi bahwa Harvey telah mempelajari buku Serveto, dari buku itu dia mengetahui
penemuan Ibnu An-Nafis tentang sirkulasi darah kecil yang kemudian dia pakai untuk
menemukan sirkulasi darah umum. Para dosen yang membimbing penulisan desertasi At-
Tathawi merasa harus merujuk kembali karya-karya dokter Arab agar mereka mengetahui
kebenaran yang dipersembahkannya. Lalu mereka memilih seorang ilmuwan Jerman
yang berprofesi sebagai dokter dan orientalis, Mairhov. Setelah mempelajari manuskrip
Ibnu An-Nafis, dia menyimpulkan pendapat yang memperkuat kebenaran pendapat Dr.
At-Tathawi, yaitu Ibnu An-Nafis adalah penemu sirkulasi darah kecil yang pertama.
Demikianlah Ibnu An-Nafis mendapatkan pengakuan secara resmi setelah sekian lama
dia tidak diakui.
2. Ibnu An-Nafis juga mempelajari ilmu anatomi, sekalipun dia telah menafikannya di
dalam beberapa bukunya. Bukti bahwa dia telah menggeluti ilmu anatomi banyak
ditemukan di dalam buku-bukunya. Di dalam bukunya dia telah membuat beberapa
kesimpulan hasil eksperimennya. Dr. Amir An Najjar telah menyimpulkannya kepada
kita di dalam bukunya "Fi Tarikh At Thib Fi Ad Daulah Al Islamiyah" beberapa hal
berikut:
a. Ibnu Nafis menyebutkan bahwa peradaran darah ke hati dilakukan melalui urat darah
halus yang tersebar di seluruh bagian hati dan bukan di jantung sebelah kanan saja.
Ini merupakan bukti bahwa Ibnu Nafis menemukan sirkulasi darah di pembuluh darah
jantung (coronary arteries). Ibnu Nafis berani mengungkapkan penemuannya ini
sekalipun bertentangan dengan pendapat Ibnu Sina.
b. Ibnu An-Nafis menegaskan bahwa darah mengalir dari hati ke paru-paru untuk
mendapatkan udara dan bukan untuk memberi makan paru-paru, sebagaimana
kesimpulan itu diyakini secara umum di kalangan semua dokter pada masanya.

c. Ibnu An-Nafis menyebutkan adanya hubungan antara urat darah halus dan pembuluh
darah di paru-paru yang berfungsi mengalirkan darah, akan tetapi penemuan ini
diklaim oleh seorang dokter Italia, Matteo Colombo (1516-1559 M), sebagai
penemuannya.
d. Ibnu An-Nafis berkesimpulan bahwa pembuluh darah pada kedua paru-pare hanya
berisi darah saja, dan dia menafikan adanya udara di dalamnya atau endapan
sebagaimana yang diyakini oleh Gelenus.
e. Ibnu An-Nafis menyebutkan bahwa dinding urat darah halus pada kedua paru-paru
lebih tebal dari pada dinding dinding pembuluh darah, karena ia terdiri dari dua
lapisan. Namun yang sangat disayangkan, sejarawan Eropa mengatakan bahwa ini
ditemukan oleh Serveto. Kita masih meragukan ini, karena bisa jadi dia mengutipnya
dari Ibnu An-Nafis atau dari salah seorang yang mengutip darinya tanpa
menyebutkan sumbernya.
f. Ibnu An-Nafis menafikan adanya lubang apapun pada dinding pemisah antara kedua
bagian hati. Kesimpulan ini sesuai dengan kedokteran modern.
3. Ibnu An-Nafis adalah orang yang pertama kali menemukan jalannya darah pada
pembuluh rambut (capillaries), yaitu sebuah tempat penampungan darah yang sangat
tinggi dan dindingnya sangat lembut.
4. Ibnu An-Nafis memperhatikan dasar-dasar ilmu kedokteran secara umum, atau dengan
mempelajari berbagai fenomena dan faktor-faktor yang berpengaruh kepada badan, serta
mempelajari sebab-sebab orang sakit, melebihi perhatiannya kepada terapi secara medis.
5. Ibnu An-Nafis selalu menghindari penggunaan obat-obatan untuk mengobati orang sakit,
selama me-mungkinkan untuk disembuhkan dengan makanan yang sesuai baginya.
Apabila terpaksa menggunakan obat-obatan, dia menghindari obat-obatan yang terdiri
dari berbagai bahan campuran, selama masih memungkinkan mengobati dengan satu
macam obat saja.
6. Ibnu An-Nafis meninggalkan gedung kedokteran yang besar, Al-Bimarstan Al-Manshuri,
bagi bangsa Mesir. Gedung ini juga berfungsi sebagai rumah sakit yang dibangun oleh
Sultan Mesir pada saat itu, Al-Manshur Al-Qalawun. Di rumah sakit ini, Ibnu An-Nafis
menjabat sebagai kepala dokter selama bertahun-tahun. Perlu diketahui bahwa Al-
Bimarstan Al-Manshuri dibangun untuk menyaingi Al-Bimarstan An-Nuri, tempat dia
belajar ilmu kedokteran di Damaskus.

KARYANYA
Salah satu karya terbaik Ibnu Nafis adalah Commentary on the Anatomy of Canon of
Avicenna. Buku ini merupakan rangkuman hasil pemikiran Ibnu Nafis mengenai anatomi,
patologi, dan fisiologi. Karya tersebut berhasil mengungkap sebuah fakta ilmiah penting, yang
kemudian diabaikan begitu saja, yaitu gambaran tentang peredaran darah paru-paru. Salah satu
ilmuwan Barat yang mempelajari pengobatan Arab di Jerman menyatakan bahwa catatan
tersebut merupakan salah satu karya ilmiah terbaik, meskipun sebelumnya telah ada teori yang
hampir sama yang dilontarkan oleh Galen pada abad II. Teori tersebut menerangkan bahwa darah
mengalir dari bilik kanan jantung ke bilik kiri jantung melalui pori-pori yang terdapat pada katup
jantung.
Dalam teorinya, Galen juga menyebutkan bahwa sistem pembuluh vena terpisah dari
sistem pembuluh arteri, kecuali terjadi kontak antara keduanya melalui pori-pori. Sebaliknya,
Ibnu Nafis meyakini bahwa darah yang berasal dari bilik kanan jantung pasti mengalir ke bilik
kiri jantung, namun tidak ada penghubung antara kedua bilik tersebut. Katup jantung tidak
berlubang dan berpori sama sekali. Selain itu, Ibnu Nafis juga menambahkan bahwa darah dari
bilik kanan jantung mengalir melalui pembuluh arteri ke paru-paru. Proses selanjutnya adalah
darah tersebut bercampur dengan udara dan mengalir melalui pembuluh vena ke bilik kiri
jantung.
Ibnu Nafis juga menyatakan bahwa nutrisi untuk jantung diekstrak dari pembuluh darah
yang melalui dinding jantung. Ibnu Nafis mengomentari Qanun fi al-Thibb, karya Ibnu Sina
yang dituangkannya dalam sejumlah manuskrip yang ditulis terpisah. Komentar tersebut
dilengkapinya pula dengan sejumlah perbaikan dan disusun berdasarkan pengelompokkan. Pada
bagian ini, Ibnu Nafis juga menambahkan teori ciptaannya tentang sirkulasi darah, yakni The
Lesser of Pulmonary Circulation of the Blood. Di kemudian hari, sejumlah komentar Ibnu Nafis
diterjemahkan dalam bahasa Latin.
Karya tulisnya dibidang kedokteran berjumlah empat belas judul buku. Dari sekian
banyak karya Ibnu Nafis, teori The Lesser of Pulmonary Circulation of the Blood dianggap
sebagai prestasinya yang paling penting dalam bidang kedokteran. Karyanya yang paling populer
lain adalah sebagai berikut:
1. Syarh Tasyrih Al-Qanun Sebuah buku yang berisi kumpulan dari buku pertama dan
ketiga dari buku"Al-Qanun" karya Ibnu Sina yang membahas tentang anatomi. Dalam
buku "Syarh Tasyrih Al-Qanun" ini, Ibnu An-Nafis menguraikan apa yang ditulis oleh
Ibnu Sina di dalam buku "Al-Qanun" serta menyebutkan beberapa kesalahan Ibnu Sina.
Buku ini telah menguatkan penemuan Ibnu An-Nafis tentang sirkulasi darah kecil
sebagaimana yang kita paparkan sebelumnya.
2. Al-Mujaz Fi Ath-Thib Buku ini merupakan ringkasan dari buku "Al-Qanun" karya Ibnu
Sina. Ibnu An-Nafis membagi buku ini kepada empat bagian; Pertama, kaidah-kaidah
kedokteran (teori dan praktek). Kedua, makanan dan obat-obatan. Ketiga, penyakit organ
tubuh. Keempat, penyakit yang pada umumnya menjangkiti semua organ tubuh.
3. Syarh Mufradat Al-Qanun
4. Al-Muhdzib Fi Al-Kuhl
5. Tafsir Al `Ilal Wa Asbab Al-Amradh
6. AI-Mukhtar Min Al-Aghdziah
7. Mausu'ah Asy-Syamil Fi Ath-Thib Ketika hendak menulis buku ini, Ibnu An-Nafis berniat
untuk menjadikannya sebagai buku referensi besar yang mencakup delapan ratus juz.
Namun belum lagi buku tersebut rampung dan hanya tinggal delapan puluh juz lagi, dia
telah menemui ajalnya. Meskipun demikian, apa yang ditulisnya menujukkan kedalaman
ilmu dan kecemerlangan pemikirannya.

KORBAN DISTORSI SEJARAH


Ibnu Nafis adalah salah satu cendekiawan islam penemu
ilmu peredaran darah dalam dunia kedokteran. Ada sementara kalangan yang menyatakan,
mengungkap kejayaan Islam dalam bidang sains di masa lalu tak lebih sekadar kenangan belaka.
Lebih banyak mudharatnya. Sepintas, klaim seperti itu mungkin ada benarnya. Tapi, bila dikaji
lebih akurat lagi dan mendalam, pengungkapan kembali masa keemasan Islam, terutama di era
abad pertengahan itu, sebenarnya mengandung pesan penting, bahwa selama ini telah terjadi
semacam distorsi sejarah terkait penemuan-penemuan para Ilmuwan Muslim di masa lalu.
Yang paling dikenal saat ini tentu saja penemuan-penemuan ilmuwan Barat, dalam
banyak bidang. Padahal, jauh sebelum ilmuwan Barat itu menemukan satu teori, teori tersebut
telah ditemukan ratusan tahun sebelumnya oleh putra-putra terbaik Islam. Di sinilah relevansi
pengungkapan kembali khazanah yang ’dilenyapkan’ oleh penulisan sejarah secara sepihak itu.
Meluruskan sejarah, kira-kira begitu.
Salah satu yang menjadi korban distorsi sejarah itu adalah Ibnu Nafis. Pakar kedokteran
yang bernama lengkap ’Alauddin Abu Hassan Ali Ibnu Abi Al-Hazm Al-Qurasi ini, dikenal
sebagai ahli di bidang peredaran darah paru-paru. Sejauh ini, ilmuwan yang dikenal khalayak
sebagai penemu teori peredaran darah paru-paru adalah ilmuwan kedokteran asal Inggris
bernama William Harwey (1578-1675 M).
Selain Harwey, ada ilmuwan Barat lainnya yang juga mengklaim sebagai penemu bidang
ini, yakni Michael Servetus, dan beberapa ilmuwan lainnya. Padahal, 300 tahun sebelumnya,
seorang ulama yang juga dokter Muslim asal Mesir telah berbicara dan cukup mendetil
mengungkap teori tersebut. Ibnu Nafis, ilmuwan Muslim inilah yang mengungkap dan
menemukan teori tersebut.

PENGAKUAN DUNIA UNTUK SANG DOKTER


George Sarton, bapak sejarah Sains mengakui bahwa penemuan sirkulasi paru-paru yang
dicapai Ibnu Al-Nafis sangat penting artinya bagi dunia kedokteran. Jika kebenaran teori Ibnu
Al-Nafis terbukti, maka dia harus diakui sebagai salah seorang dokter yang telah memberi
pengaruh terhadap William Harvey. Ibnu Al-Nafis adalah seorang ahli fisiologi terhebat di abad
pertengahan, ungkap Sarton tanpa tedeng aling-aling.
Pengakuan yang sama juga diungkapkan Max Meyrholf, seorang ahli sejarah yang
meneliti jejak kedokteran di dunia Arab. Meyrholf pun berkata, Kita telah melihat bahwa Ibnu
Al-Nafis telah mengungkapkan penampakan sa luran antara dua jenis pembuluh paru-paru.
Penemuan yang mengguncang itu, papar dia, ditemukan tiga abad sebelum Realdo Colombo
(wafat 1559 M) - dokter Barat -- mencetuskannya.
Dalam William Osler Medal EssayEdward Coppola pun sepakat bahwa Ibnu Al-Nafs
adalah penemu sirkulasi paru-paru. Dalam esai itu, Coppola berkata, Teori sirkulasi paru-paru
yang telah ditemukan Ibnu Al-Nafis pada abad ke-13 M sungguh tak dapat terlupakan. Berabad-
abad setelah kematiannya, hasil investigasi anatomi yang dilakukannya telah banyak memberi
pengaruh terhadap Realdo Colombo dan Valverde.
Malah, Encarta Encyclopedia 2003 secara tegas mematahkan klaim Barat yang selama
berabad-abad mengklaim William Harvey se bagai pencetus teori sirkulasi paru-paru. Beri kut
ini pernyataan Encarta Encyclope dia: Ib nu Al- Nafis begitu termasyhur lewat tulisan-tu lis
annya tentang fisilogi dan kedokteran. Kitab yang di tulisnya, Sharh Tashrih Al-Qanunmam pu
men jelaskan sirkulasi paru-paru be berapa abad sebelum dokter Inggris, William Harver
menjelaskan sirkulasi darah pada tahun 1628 M.
Sementara itu, Joseph Schacht, mengungkapkan bahwa teori-terori yang diungkapkan
Ibnu Al-Nafis begitu berpengaruh terhadap dokter-dokter di Barat. Selain itu, dia juga memuji
Al-Nafis yang mampu melontarkan kritik terhadap Ibnu Sina dan Galen. Al-Nafis mampu
mendirikan aliran kedokteran Nafsian dengan membuat penambahan bagian-bagian anatomi
manusia. Kemungkinan Colombo telah mendalami teori-teori Ibnu Al-Nafis, papar Schacht. Ahli
sejarah lainnya, Taj al-Din al-Subki (wafat 1370 M ) dan Ibnu Qadi Shuhba pun mengakui
kehebatan Al-Nafsi. Menurut keduanya, tak pernah ada dokter di dunia ini yang seperti Al-Nafis.
Sebagian orang mengatakan tak ada lagi dokter yang hebat setelah Ibnu Sina selain Ibnu Al-
Nafis. Namun, sebagian menyatakan bahwa Al-Nafis lebih baik dari Ibnu Sina, papar keduanya.
Begitulah dunia mengakui dedikasi dan keberhasilan sang dokter agung itu.

WAFAT
Sebagian sumber referensi berbeda pendapat tentang tahun wafatnya. Sebagaian ahli
sejarah mengatakan bahwa dia wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H ( 17 Desember 1288 M)
dan ada juga yang mengatakan, dia wafat pada tahun 696 H (1297 M). Di akhir hayatnya, Al-
Nafis menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik yang dimilikinya kepada Rumah Sakit
Masuriyah agar digunakan bagi kepentingan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai