Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya peradaban Islam didukung oleh berkembangnya ilmu
pengetahuan. Para ulama atau ilmuwan muslim telah membentuk revolusi
ilmu pengetahuan. Pada awal berkembangnya peradaban Islam, muncullah
para ilmuwan yang ahli di bidang mereka. Seperti dalam bidang ilmu
kedokteran.salah satu tokoh-tokoh di bidang ilmu kedokteran antara lain Ibnu
Nafis, Ibnu Sina, Abu Bakar Ar-Razi, Ibnu Baithar dan Az-Zahrawi.
Merekalah tokoh-tokoh ilmu kedokteran yang berperan penting dalam
perkembangan peradaban ilmu pengetahuan dalam penemuan-penemuannya
yang masih digunakan sampai saat ini. Di dalam makalah ini, penulis akan
membahas tentang riwayat hidup dan karya-karya para tokoh yang
mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah riwayat hidup Ibnu Nafis, Ibnu Sina, Abu Bakar Ar-
Razi, Ibnu Baithar dan Az-Zahrawi?
2. Apa saja karya-karya dan penemuan mereka?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswi dapat mengetahui riwayat hidup Ibnu Nafis, Ibnu
Sina, Abu Bakar Ar-Razi, Ibnu Baithar dan Az-Zahrawi.
2. Agar mahasiswi dapat mengetahui karya-karya dan penemuan dari
Ibnu Nafis, Ibnu Sina, Abu Bakar Ar-Razi, Ibnu Baithar dan Az-Zahrawi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibnu Nafis
1. Riwayat Hidup Ibnu Nafis
Alaudin abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi,
yang dikenal sebagai Ibn al-Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus. Dia
hadir di Rumah Sakit Medical College ( Bimaristan Al-Noori) di
Damaskus. Selain obat-obatan, Ibn al-Nafis belajar ilmu hukum, sastra dan
teologi. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum Syafi'i dan ahli dokter.
Salah satu yang menjadi korban distorsi sejarah itu adalah Ibnu
Nafis. Pakar kedokteran yang bernama lengkap ’Alauddin Abu Hassan Ali
Ibnu Abi Al-Hazm Al-Qurasi ini, dikenal sebagai ahli di bidang peredaran
darah paru-paru. Sejauh ini, ilmuwan yang dikenal khalayak sebagai
2
penemu teori peredaran darah paru-paru adalah ilmuwan kedokteran asal
Inggris bernama William Harwey (1578-1675 M).
3
c. Syarh Mufradat Al-Qanun
d. Al-Muhdzib Fi Al-Kuhl
e. Tafsir Al `Ilal Wa Asbab Al-Amradh
f. AI-Mukhtar Min Al-Aghdziah
g. Mausu'ah Asy-Syamil Fi Ath-Thib Ketika hendak menulis buku ini,
Ibnu An-Nafis berniat untuk menjadikannya sebagai buku referensi
besar yang mencakup delapan ratus juz. Namun belum lagi buku
tersebut rampung dan hanya tinggal delapan puluh juz lagi, dia telah
menemui ajalnya. Meskipun demikian, apa yang ditulisnya
menujukkan kedalaman ilmu dan kecemerlangan pemikirannya.2
B. Ibnu Sina
1. Riwayat Hidup Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah Abu `Ali al-Husain ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu
`Ali Sina. Di Eropa (dunia Barat) Ibnu Sina lebih dikenal dengan sebutan
Avicenna akibat terjadinya metamorphose Yahudi- Spanyol-Latin. Dari
bahasa Spanyol kata Ibnu untuk Ibnu Sina diucapkan Aben atau Even.
Terjadinya perubahan ini berawal dari usaha penerjemahan naskah-naskah
Arab ke dalam bahasa Latin pada pertengahan abad kedua belas di
Spanyol. Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 370 H/980 M di Afshana,
sebuah kota kecil dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (bagian
dari Persia), dan wafat pada jum`at pertama Ramadhan tahun 428 H/1037
M dalam usia 57 tahun, jasad Ibnu Sina dikebumikan di Hamadzan
(Tehran).3
3 Jon Mc Ginnis, Avicenna: Great Medieval Thinkers, (Oxford University Press: New York,
2010), h. 17.
4 Ibid h .18
4
kata yang tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti
artinya. Sampai suatu hari setelah dia membaca “Agradhu kitab ma
waraet thabie’ah li li Aristho”nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua
persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang,
bagaikan dia mendapat kunci bagi segala ilmu Metaphysics.
Karya yang ditulis oleh Ibnu Sina diperkirakan antara 100 sampai
250 buah judul. Karya-karya Ibnu Sina yang terkenal dalam Filsafat
adalah As- Shifa, An-Najat, dan Al-Isyarat. Karyanya yang terkenal dalam
bidang kedokteran adalah Al-Qanun. Kualitas karyanya yang bergitu luar
biasa dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran, mengajar, dan politik,
menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa. Selain itu, ia banyak
menulis karangan-karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Beberapa
Karyanya diantara lain:
6
g. Al-Musiqa (Buku tentang musik).
C. Ar-Razi
1. Riwayat Hidup Ar-Razi
Selain al-Razi sang ahli filsafat, ada lagi beberapa nama tokoh lain
yang juga dipanggilkan al-Razi, yakni Abu Hatim al-Razi, Fakhruddin al-
Razi dan Najmuddin al-Razi. Oleh karena itu, agar dapat membedakan al-
Razi, sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain, perlu ditambahkan dengan
sebutan Abu Bakar, yang merupakan nama kun-yah-nya (gelarnya).6
6Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia. 2010), hlm. 68
7
juga Al-Razi menulis bukun al-Thibb al- Mansyuri yang dipersembahkan kepada
Mansyur Ibnu Ishaq ibn Ahmad. Dari Rayy kemudian Al-Razi ke Baghdad dan
atas permintaan Khalifah Al-Muktafi (289-295 H / 901-908 M), yang berkuasa
pada saat itu, ia memimpin rumah sakit di Baghdad. Kemasyhuran Al-Razi
sebagai seorang dokter tidak saja di Dunia Timur tapi juga di Barat, ia kadang-
kadang dijuluki The Arabic Galen.
2. Karya Ar-Razi
a. Ilmu kedokteran
b. Ilmu fisika
c. Logika
8
d. Matematika dan astronomi
e. Komentar ringkasan dan ikhtisar
f. Filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis
g. Metafisika
h. Theologi
i. Ateisme
j. Campuran
Ar-Razi tidak hanya ahli di bidang ilmuan kimiawi tapi juga ahli
dengan filsafat. Karyanya yang banyak dikenal seperti logika, metafisika,
moral dan etika dan juga kenabian.pertama pada filsafat metafisikanya
filsafatnya yang terkenal dengan doktrin lima yang kekal yakni: Allah
SWT, Jiwa Universal, Materi pertama, Ruang Absolut, Masa/waktu
Absolut. Dan menurutnya dalam ilmu yang kekal tersebut hidup dan aktif,
yaitu Tuhan dan Jiwa/ Roh Universal. Satu dari padanya tidak hidup dan
pasif yaitu; materi. Dan dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula
pasif yaitu; pada ruang dan masa atau waktu.
8 Dikutip dari : Husain Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 120.
9
dipertahankan secara logis. Pasalnya, dari satu sisi bahan alam yang
tersusun dari tanah, udara, air, api, dan benda-benda langit berasal dari
materi pertama yang telah ada sejak azali. Pada sisi lain, jika Allah
menciptakan alam dari tiada, tentu Ia terikat pada penciptanya segala
sesuatu dari tiada, karena hal ini merupakan modus perbuatan yang paling
sederhana dan cepat. Namun kenyataannya penciptaan seperti itu adalah
tidak mungkin.
10
Telah disebutkan bahwa materi bersifat kekal karena ia menempati
ruang, maka ruang juga kekal. Oleh sebab itu, ruang, menurut Ar-Razi,
dapat dibedakan menjadi dua macam : ruang partikular (al-makan al-juz'i)
dan ruang universal (almakan al-kully). Ruang yang pertama terbatas dan
terikat dengan suatu wujud yang menempatinya. Ruang tersebut tidak akan
ada tanpa adanya maujud sehingga dia tidak bisa dipahami secara terpisah
dengan maujud. Ruang partikular ini akan terbatas dengan terbatasnya
maujud, berubah dan lenyap sesuai dengan keadaan maujud yang ada
didalamnya. Sementara yang kedua tidak terikat dengan maujud dan tidak
terbatas. Sebagai bukti ketidakterbatasan ruang, Ar-Razi mengatakan
bahwa wujud (tubuh) memerlukan ruang dan ia tidak mungkin ada tanpa
adanya ruang, tetapi ruang bisa ada tanpa adanya wujud tresebut. Ruang
universal ini sering juga disebut al-khala (kosong) dan ruang inilah yang
dikatakan Ar-Razi ruang yang kekal.
11
pemerintah tetapi kita harus kembali kepadanya dalam segala hal dan
menentukan segala masalah dengannya, kita harus susuai perintahnya.9
Dan yang berkaitan dengan moral atau etika yang dibahas Ar-Razi
pada filsafatnya adalah Berkaitan dengan jiwa, Al-Razi mengharuskan
seorang dokter untuk mengetahui kedokteran jiwa (al-Thibb al-Ruhani)dan
kedokteran tubuh (al-Thibb al-Jasmani) secara bersama-sama, karena
manusia memerlukan hal itu secara bersama-sama pula. Karena itu, faktor
jiwa menjadi salah satu dasar pengobatan bagi Ar-Razi. Menurutnya
terdapat hubungan yang erat antara tubuh dan jiwa. Misalnya, emosi jiwa
tidak akan terjadi, kecuali dengan melalui persepsiindrawi. Emosi jiwa
yang berlebihan akan mempenganruhi keseimbangan tubuh, sehingga
timbul keragu-raguan dan melankolik.
D. Az-Zahrawi
1. Riwayat Hidup Az-Zahrawi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim Khalaf Ibn al-Abbas Al-
Zahrawi. Ditemukan pula pada referensi lain bahwa nama lengkapnya
adalah Abu al-Qasim Az-Zahrawi al-Qurtubi. Ia dilahirkan pada tahun
936 M di kota al-Zahra pada zaman kerajaan di Andalus, sebuah kota
berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan
Arab Ansar (Ansar Madinatul Munawwarah) yang berhijrah ke Andalusia
dan menetap di Spanyol. Di kota Cordoba itulah dia menimba ilmu,
mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta
mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga ia tutup usia.10
9 Dikutip dari : Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia. 2010),
hlm. 72
10 Dikutip dari Koran Republika.Anestesi di Era Peradaban Islam. Kamis, 22 Januari 2009.
12
bedahnya hingga dia disebut sebagai cahaya dikegelapan masa
pertengahan di Eropa. Az-Zahrawi adalah seorang dokter bedah yang amat
fenomenal.Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di
dunia Barat.Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang dari 50
rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
2. Karya Az-Zahrawi
Al-Zahrawi meninggalkan sebuah karya yang sangat luar biasa dan
fenomenal bagi ilmu kedokteran, yakni kitab at-Tasrif li man ‘ajiza ‘an al-
Ta’lif (Medical Vademecum atau Buku Pedoman Kedokteran) sebuah
ensiklopedia kedokteran. Ditulis pada abad ke-10 M, Kitab al-Tasrif telah
turut berjasa mengubah dunia kedokteran moden. Kehebatan buku
kedokteran karya dokter bedah legendaris Muslim dari Andalusia itu telah
diakui para dokter dan ilmuwan Barat.11
11 Dikutip dari Republika.co.id, Kitab Al-Tasrif Rujukan Para Dokter, Kamis, 25 Januari 2018
13
Kitab al-Tasrif terdiri dari 30 volume yang mengupas dan
membahas tentang: deskripsi anatomi, klasifikasi penyakit, informasi
nutrisi, bagian-bagian pada obat-obatan, ortopedi, ophtalmologi,
farmakologi, gizi, terutama operasi. Berikut ini berbagai macam penemuan
al-Zahrawi yang tertulis dalam Kitab al-Tasrif:
14
mengurangi angka kematian sebelumnya yang disebabkan oleh
operasi-operasi yang gagal.
e. Bedah syaraf
Al-Zahrawi juga mengembangkan materi dan desain teknis yang
masih digunakan dalam bedah saraf modern. Dia telah melakukan
bedah plastik yang pertama kalinya pada masa zaman kuno Sushruta di
india. Dia juga mengembangkan metode sayatan, penggunaan benang
sutera untuk melakukan jahitan yang baik. Az-Zahrawi juga
menemukan prosedur operasi pengurangan mammoplasty untuk
memperbaiki ginekomastia.
Meski telah berusia 1.000 tahun, Kitab al-Tasrif hingga kini masih
diperbincangkan dunia kedokteran modern. Selain berhasil menjelaskan
berbagai teori penyembuhan dan operasi penyakit, Al-Zahrawi dalam
Kitab al-Tasrif, juga mengungkap beragam peralatan medis yang
ditemukannya. Beberapa penemuan sang dokter legendaris itu antara lain:
a. Alat bedah
Dalam al-Tasrif, al-Zahrawi telah memperkenalkan koleksi alat-
alat bedah yang jumlahnya lebih dari 200 buah. Kebanyakan instrumen
itu tidak pernah digunakan sebelumnya oleh para ahli bedah
terdahulu. Sekurang-kurangnya terdapat 26 instrumen bedah inovatif
yang diperkenalkan oleh Abu al-Qasim. Salah satu alat bedah
penemuan Zahrawi adalah catgut.Cutgut berbentuk benang jahitan dari
bahan alam enzyme, sifatnya lentur dan kuat. Dapat diterima tubuh,
sebagai benang yang dijahitkan kebagian tubuh yang terbelah saat
dioperasi. Kemudian yang terbelah itu dipersatukan kembali dengan
menjahitnya menggunakan benang catgut ini.
b. Perban perekat dan Plaster
Pada buku kedokterannya, Al-Zahrawi juga mengungkapkan
keberhasilannya menciptakan perban perekat dan plester, yang masih
digunakan di rumah sakit di seluruh dunia hingga zaman modern ini.
Penggunaan perban perekat digunakan untuk pasien yang mengalami
patah tulang. Hal itu juga menjadi praktik standar untuk dokter di
wilayah Arab, meskipun praktik ini tidak diadopsi secara meluas di
Eropa sampai abad ke-19.
c. Senar dan Forsep
Al-Zahrawi pun mengungkapkan penggunaan senar untuk menjahit
luka. Hal itu juga masih dipraktikkan di dalam metode bedah modern.
Senar tampaknya menjadi satu-satunya zat alami yang mampu
melarutkan dan dapat diterima oleh tubuh. Ia juga menemukan forsep
untuk mengeluarkan janin yang sudah mati, seperti digambarkan
dalam Kitab Al-Tashrif.
d. Penggunaan kapas
15
Al-Zahrawi adalah ahli bedah pertama yang menggunakan kapas
sebagai alat medis untuk mengendalikan perdarahan. Dengan
menempelkan kapas pada tubuh yang terluka dan berdarah, maka
pendarahan yang berlebihan bisa segera dicegah dengan baik.
e. Kimia dan Kecantikan
Ia juga dikenal sebagai seorang ahli kimia dan mempersembahkan
sebuah bab tentang ilmu kimia pada volume ke-19 Kitab al-Tasrif
untuk tata rias. Dia juga menemukan obat kosmetik termasuk
deodoran, alat pencabut bulu, losion tangan, pewarna rambut untuk
mengubah rambut menjadi berwarna pirang atau hitam, obat untuk
perawatan rambut untuk memperbaiki struktur rambut, obat untuk
mengeriting rambut.
Dalam bab tersebut, dia juga menggambarkan bahan-bahan yang
memiliki manfaat banyak sebagai obat. Misalnya, untuk
menghilangkan bau mulut yang dihasilkan karena makan bawang putih
atau bawang merah.Ia menyarankan mengkonsumsi kayu manis, pala,
kapulaga dan mengunyah daun ketumbar.
Kosmetika lainnya yang ditemukan Abu al Qasim antara lain;
lipstik yang wangi yang diletakkan dalam cetakan khusus, minyak
mineral yang digunakan untuk tujuan pengobatan maupun tujuan
estetika dan kecantikan. Dia juga menggambarkan perawatan dan
kecantikan baik rambut, kulit, gigi dan bagian lain dari tubuh, yang
dianjurkan dalam hadis.
f. Kosmetik gigi
Dalam kedokteran gigi, kosmetika juga diperlukan.Dia
menjelaskan metode untuk memperkuat gusi serta metode untuk
pemutihan gigi dengan menggunakan pemutih gigi. Sehingga gigi
tampak rapi, bersih dan putih, sehingga si pemilik gigi akan tampak
lebih cantik atau tampan kala tersenyum.
E. Ibnu Baithar
1. Riwayat Hidup Ibnu Baithar
Ibnu Al-Baithar lahir di Málaga dengan nama Abdullah bin Ahmad
Ad-Din bin Al-Baithar Al-Malaki pada tahun 589 H/1193 M. Beliau
berasal dari keluarga Al-Baithar di kota tersebut. Pertama kali, beliau
menuntut ilmu di Sevilla, Spanyol. Pada masanya, beliau mengumpulkan
tumbuh-tumbuhan di sekitar kota tersebut bersama beberapa orang
gurunya, yaitu Abu Al-'Abbas An-Nabati, Abdullah bin Shalih, dan Abu
Al-Hajjaj. Sekitar tahun 617 H/1221 M, beliau melintasi Afrika Utara
menuju Asia Kecil dan Suriah. Di sanalah beliau belajar banyak ilmu
tumbuhan dan mendapat kenalan tabib-tabib setempat yang terkenal.
16
botani dan berguru pada Abu al-Abbas al-Nabati yang pada masanya
merupakan ahli botani terkemuka.
Kitab tersebut pun dirujuk oleh 150 penulis Arab sebelumnya serta
20 penulis Yunani. Buku Materia Medica Dioscorides da Kitab As-
Syifa karya Ibnu Sina yang paling sering dikutip. Kedua penulis
tersebut memiliki tata letak dan materi dengan buku Ibn Al-Baitar.
Karya beliau lebih kaya dan lebih rinci, serta ada banyak tanaman dan
tumbuhan yang tidak tercakup di dalam ke dua karya penulis tersebut.
Karya beliau telah diterjemahkan ke bahasa Latin serta dipublikasikan
pada tahun 1758.
17
lalu didinginkan dalam minyak kayu manis. Minyak yang digunakan
juga diekstrak dari wijen dan zaitun. Minyak atsiri diproduksi dengan
menggabungkan berbagai uap kental dalam sebuah tabung. Airnya
yang wangi bisa digunakan sebagai parfum dan jika dicampur dengan
zat-zat lain akan menghasilkan obat-obatan yang paling mahal.”13
13 Harjin, Abd Aziz. 2015. Tajuk: Ibn Baitar dalam bidang tumbuh-tumbuhan. Diakses dari
www.azizharjinesei2015oktober.blogspot.co.id pada tanggal 10 November 2017
14 ibid
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perkembangan ilmu kedokteran, tokoh muslim memiliki peran
penting dalam kemajuan disiplin ilmu ini, antara lain:
1. Ibnu Nafis; ahli di bidang peredaran darah paru-paru.
2. Ibnu Sina; sebagai ahli pengobatan dan pengarang buku Al-
Qanuun fii At-Thiib.
3. Abu Bakar Ar-Razi; seorang filsuf yang ahli dalam bidang ilmu
falak, matematika, kimia, dan kedokteran.
4. Az-Zahrawi; seorang ahli bedah dan penemu alat-alat bedah.
5. Ibnu Baithar; ahli botani dan pengobatan herbal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Husain Ahmad. 1995. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Mc Ginnis, Jon. 2010. Avicenna: Great Medieval Thinkers. New York: Oxford
University Press
Harjin, Abd Aziz. 2015. Tajuk: Ibn Baitar dalam bidang tumbuh-tumbuhan.
Diakses dari www.azizharjinesei2015oktober.blogspot.co.id pada tanggal
10 November 2017
Nur, Cendole. 2016. Biografi dan Pemikiran Ibn Al-Baytar. Diakses dari
www.goedangbiografi.blogspot.com pada tanggal 10 November 2017
20