Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Ilmuwan, sebagai manusia yang diberi kemampuan menggunakan pikirannya untuk bernalar,
Kemampuan berfikir dan bernalar itu yang membuat kita sebagai manusia menemukan
berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu digunakan untuk mendapatkan manfaat
yang besar dari lingkungan alam yang ada di sekitar kita. Pembahasan ini bertujuan untuk
menjelaskan Ilmuwan Muslim dan kontribusinya dalam perkembangan peradaban dunia.
Pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menelaah jurnal-jurnal yang bersangkutan dengan Ilmuwan Muslim dan
kontribusinya. Hasil menyatakan bahwa banyak ilmuwan muslim yang bekontribusi dalam
perkembangan peradaban dunia. Sudah banyak diketahui bahwa pada zaman keemasan Islam
banyak bermunculan ilmuwan yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing. Mereka
berhasil tampil sebagai filosof dan saintis yang mengisi berbagai bidang keilmuwan.
Keilmuwan mereka sangat berharga terutama bagi perkembangan sains pada masa-masa
berikutnya. Karena sangat berharganya keilmuwan dan yang dipersembahkan oleh mereka,
sehingga banyak para ilmuwan yang datang belakangan menjuluki mereka bapak sains di
bidangnya masing-masing. Dahulu, tepatnya pada abad ke 8 - 12 Masehi, umat Islam berada
pada zaman keemasan. Zaman dimana ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang
pesat mencapai puncaknya. Pada saat itu umat Islam menjadi pemimpin dunia karena
perhatiannya yang sangat besar tidak hanya dari sisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu- ilmu
umum, dan ilmu-ilmu murni (natural-sciences). Peralihan kekuasaan pemerintahan Islam dari
Dinasti Umaiyah ke Dinasti Abbasiyah (750 M) merupakan peristiwa terpenting dalam
sejarah peradaban Islam, yang tidak mungkin dapat dilupakan oleh insan akademik
khususnya para sejarawan muslim. Hal tersebut karena dikemudian hari tidak hanya mampu
memunculkan sebuah zaman keemasan, akan tetapi juga merupakan titik balik dalam
perputaran sejarah dunia, yang mana dengan ditandai adanya penaklukan wilayah Afrika
pada tahun 710 M, dan wilayah Spanyol pada tahun 711 M. Dalam catatan sejarah Ibnu Sina
tercatat sebagai tokoh dengan pemikiran yang sangat luar biasa, dan beberapa dari teori yang
pernah dikembangkannya masih sangat layak untuk diperbincangkan pada pendidikan
modern yang ada saat ini. Pemikiran yang tertuang dalam ragam karyanya tersebut menjadi
santapan segar untuk para tokoh kekinian, pemikiran masih sangat relevan untuk dianalisis
dijadikan sebagai dasar dan untuk pengembangan keilmuan di masa kekinian, dan bahkan
dapat memberikan solusi untuk ragam permasalahan yang yang terjadi dalam dunia
pendidikan modern saat ini.
PEMBAHASAN
A. Metode ilmu pengetahuan
Ada tujuh metode pendidikan yang ditawarkan oleh Ibnu Sina, yaitu:
(1) Talqin, metode ini digunakan dalam membaca Al-Qur'an dengan cara mendengarkan
bacaan Al-Qur'an kepada siswa secara bertahap,
(2) Demonstrasi, metode ini digunakan dalam pembelajaran menulis. Ketika guru
menggunakan metode ini, guru terlebih dahulu memberikan contoh surat tertulis di depan
siswa dan kemudian siswa menirunya,
(3) pemodelan dan pembiasaan, metode ini digunakan dalam mempelajari moral. Metode ini
berangkat dari pandangan bahwa anak-anak dalam thabi'iyah memiliki kecenderungan untuk
meniru sesuatu yang mereka lihat, rasakan, dan dengar,
(4) Diskusi, metode ini dilakukan oleh guru menggambarkan suatu masalah dalam suatu
pelajaran untuk dipecahkan bersama oleh siswa. Metode yang digunakan untuk mengajarkan
pengetahuan teoritis-rasional,
(5) Magang, metode ini adalah digunakan agar siswa dapat menggabungkan teori dan
praktek, dimana siswa diminta untuk mempraktekkan teori yang mereka peroleh. Metode ini
akan membuat siswa mahir dalam bidangnya IPA,
(6)Penugasan, metode ini dilakukan dengan cara guru menyiapkan dan memberikan modul
kepada siswa untuk belajar,
(7) targhib dan tarhib, metode ini dalam pendidikan modern¹.
B. Biografi Ibnu Sina
Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina atau yang lebih dikenal
dengan “Ibnu Sina” merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia
(Sekarang bagian kecil dari Uzbekistan). Ia dilahirkan pada tahun 370 H (980 M) di
Afsyahnah daerah dekat Bukhara dan meninggal pada 428 H (1037 M) dalam usia 58 tahun
di Hamadan, Persia (Iran).Dikalangan masyarakat barat ia lebih dikenal dengan nama
“Avicienna” dan juga banyak orang yang menjulukinya dengan “Bapak Pengobatan
Modern”. Karya terkenal yang pernah ia buat adalah Al Qanun fi Thib dan dijadikan rujukan
selama berabad-abad di bidang kedokteran.
Dalam hal pendidikan, pada umurnya yang terbilang cukup muda yaitu 10 tahun Ibnu
Sina sudah dapat menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Kemudian ia belajar filsafat pada Abu
Abdillah an-Natili, seorang filosof terkenal yang pada saat itu berkunjung ke Bukhara.
Ayahnya lah yang meminta beliau untuk tinggal di kediamannya dan mengajarkan filsafat
kepada Ibnu Sina. Ia memiliki ingatan yang sangat kuat dan mengagumkan selama hidupnya,
sehingga ia cerita bahwasannya telah menghafal kitab Metafisika kalangan Aristoteles di luar
kepala tanpa memahaminya. Pikirannya pun mulai terbuka ketika ia mempelajari kitab
Agradhu kitabma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi, seketika itu dia bagaikan
mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika sehingga ia mengakui bahwa Al-
Farabi adalah guru keduanya.
Kemudian Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran pada saat berumur 16 tahun pada
Isa bin Yahya, seorang Masehi. Kemahirannya dalam ilmu kedokteran dikenal banyak orang,
sehingga banyak orang yang berdatangan untuk berguru padanya. Ibnu Sina tidak hanya
belajar teoritis karena ia juga pergi ke desa-desa untuk memberikan pengobatan kepada orang
miskin dan juga mendidik anak orang yang kurang mampu. Pada saat umurnya menginjak 17
tahun, ia sudah dikenal sebagai dokter dan ia pun pernah menerima panggilan istana untuk
mengobati pangeran Nuh ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu
Sina mendapat apresiasi dan sambutan yang baik sekali sehingga ia dapat mengunjungi
perpustakaan yang penuh dengan buku-buku yang sukar didapat. Namun karena adanya suatu
kejadian, perpustakaan itu terbakar dan banyak yang menuduhnya sengaja membakar agar
orang lain tidak dapat mendapat manfaat dari perpustakaan tersebut.
Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan dan
juga kemudian memiliki julukan “Bapak Kedokteran Dunia” dan “Bapak Kedokteran
Modern”. Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara
lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh
manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Ia adalah orang
yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan
saling mendukung.
Ibnu Sina telah menulis sekitar 450 buku yang kebanyakan membahas tentang ilmu
kedokteran. Buku-bukunya banyak digunakan sebagai pedoman dan rujukan oleh para dokter
di seluruh dunia. Al-Qanun Fi Al-Thib (Aturan Pengobatan) adalah karya Ibnu Sina yang
paling terkenal, buku ini telah dijadikan rujukan dan pedoman di bidang kedokteran selama
berabad-abad. Juga bukunya yang berjudul Asy-Syifa, dalam buku ini, Ibnu Sina juga
menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan
berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Kitab ini terdiri dari 18 jilid dan berisi berbagai
macam ilmu pegetahuan.²
C. Karya Ibnu Sina
Karya-karya Ibnu Sina
Abdul Halim Muntashir menyebutkan bahwa jumlah karya Ibnu Sina mencapai 276 buah,
baik berupa surat-surat, buku, maupun ensiklopedia yang dia tulis semasaa hidupnya yang
tidak telalu lama. Dalam karya awalnya, gaya penulisan bahasa arab Ibnu Sina agak rumit
dan tidak jelas. Namun setelah tinggal lama di Asfahan dan mendapat kritik dari para ahli
sastra, ia mulai mempelajari literatus bahasa Arab secara intens kemudian gaya bahasanya
diperhalus dan di sempurnakan. Berikut ini merupakan karya-karya Ibnu Sina :
1.Kitab Al-Qanun Fith Thib ( Canon of Medicine)
Buku ini adalah ensklopedia dalam profesi kedokteran dan sudah diterjemahkan ke bahasa
Latin. Buku ini juga tercatat sebagai rujukan terpenting untuk mengajarkan tentang
kedokteran di berbagai belahan dunia, terkhusus di Eropa hingga era kebangkitan.Buku ini
mencakup lima bagian yakni :
Bagian pertama, membahas tentang kedokteran seara umum, seperti konsep dasar, batasan
kajian dan objek kajian, di bahas juga tentang organ tubuh manusia, seperti badan, tulang,
urat manusia, dan ragam obat dan tatacara pengobatannya, dan lain sebagainya. Bagian
ketiga, mengkaji beragam penait yang terdapa pada semua anggota tubuh manusia mulai dari
kepala sampai kaki.Bagian keempat, memuat tentang ragam penyakit komplikasi yang
menyerang lebih dari satu anggota badan, seperti yang diakibatkan oleh penyakit
demam.Bagian kelima, secara khusus membahas tentang jenis obat-obatan buatan dan
campuran.
2.Kitab Al-Juzah Ibnu Sina Ath-Tibbiyah
Buku ini termasuk dari ringkasan kitab al-Qanun, untuk masa kini buku ini disebut sebagai
buku saku yang berisi catatan singkat yang mudah untuk dihapal sehingga dapat dengan
mudah dan cepat untuk mengobati sakit, dan pada kondisi penyakit yang berbeda tidak perlu
untuk merujuk kembali kepada kitab al-Qanun, buku ini juga sudah diterjemahkan pada
bahasa latin.
3.An-Najat.
Buku ini termasuk ringkasan dari buku As-Syifa, dan pernah diterbitkan bersamaan dengan
buku al-Qanun pada tahun 593 di Roma dan tahun 1331 di Mesir.
4..Al-Isyarat wat-Tanbiat.
Buku ini merupakan buku terakhir yang terbaik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada taun
1892, dan juga sebagiannya diterjemahkan dalam bahasa
perancis. Lalu diterbitkan di kairo lagi tahun 1947 oleh Dr. Sulaiman.
5.Al-Hikmat al-Masyriqiyyah.
Buku ini banyak menjadi perbincangan dan menjadi referensi banyak orang terutama dalam
bidang logika. Tapi ada juga yang mengatakannya sebagai buku tasawuf tetapi menurut
Carlos Nallino, berisi filsafat Timur sebagian imbangan dari filsafat Barat.³
D. Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang pengetahuan
𝗣𝗲𝗺𝗶𝗸𝗶𝗿𝗮𝗻 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗦𝗶𝗻𝗮 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗕𝗶𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗙𝗶𝗹𝘀𝗮𝗳𝗮𝘁
Banyak ilmuwan muslim yang berkiprah di bidang sains dengan keahliannya masing- masing
dan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan sains itu
sendiri, diantaranya :
Ibnu Sina dikenal sebagai filosof, beliau belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili (seorang
filosof kenamaan yang kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara). Beliau diminta ayah Ibnu
Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya (Ibnu Sina). Dalam
waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan⁴ Pada abad 7-12 Masehi, yaitu
pada zaman kebangkitan Islam, banyak ilmuan sarjana muslim yang tidak puas dengan
menguasai satu cabang ilmu saja. Kecintaan para tokoh Islam terhadap ilmu pengetahuan
menjadi suatu kebiasaan untuk menambah kualitas diri dan untuk mengembangkan Islam.
Hal ini dilatarbelakangi oleh dasar dan pandangan Islam sendiri terhadap eksistensi dan
pentingnya penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di antara sekian banyak tokoh
Islam yang menguasai beberapa cabang ilmu pengetahuan ialah Ibnu Sina. Beliau adalah
seorang yang cakap di bidang sains dan falsafah.
Dalam bidang filsafat Ibnu Sina membagi filsafat menjadi 3 bagian:
(1) Filsafat Emanasi/Al-Faidh
(2) Filsafat Wujud/Ketuhanan
(3) Filsafat Jiwa/Nafus

(1)Filsafat Emanasi/Al-Faidh
Ibnu Sina dalam pandangan nya mengenai teori emanasi menggunakan sintesis antara Teori
Filsafat dengan Kalam. Misalnya : Teori Aristoteles berpendapat bahwa alam dunia adalah
azali (zaman sebelum diciptakannya manusia oleh Allah Swt) dan tidak ada dalil akal yang
bisa menunjukkan bahwa dunia ini memiliki permulaannya. Alam dunia dipersepsikan abadi
dan kekal, Sebaliknya Islam berpendapat bahwa alam merupakan baharu, fans, dan kelak
binasa. Maka dari itu Ibnu Sina mengemukakan bahwa terciptanya alam ini melalui cara
melimpah, seperti melimpahnya cahaya dari matahari atau melimpahnya panas dari api, hal
mana sudah menjadi tabi'atnya. Dalam teori emanasi, Ibnu Sina berpendapat bahwa alam
diciptakan oleh Allah dalam keadaan dalam keadaan ada bukan adanya alam dari
ketidakadaan. Dengan kata lain dapat dipahami bahwa alam ini adalah diciptakan,
Seandainya alam diciptakan dalam kondisi tidak ada maka maksud untuk mengatakan alam
ini diciptakan tidak akan memenuhi syarat-syarat logika. Dalam perspektif logika sesuatu
diciptakan haruslah didasarkan dengan yang sudah ada. Dalam Filsafat Yunani, Tuhan
bukanlah pencipta alam, melainkan penggerak pertama (prime cause). Teori Emanasi ini
bukanlah murni dari hasil renungan Ibnu Sina, tetapi berasal dari Neoplatonisme yang
menyatakan bahwa terjadinya wujud alam berasal daribpancaran Yang Esa. Kemudian Ibnu
Sina mengambil kaidah Filsafat Plotinus mengatakan bahwa : "Dari Satu Hanya Satu Yang
Melimpah". Dengan demikian, dapat dipahami berarti Tuhan bergerak (Prime spekulatif
Cause) dari filsafat doktrin Yunani (Aristoteles) telah bergeser menjadi Tuhan pencipta
(shani, Agent) dari sesuatu yang sudah ada secara pancaran. Emanasi ini disebabkan oleh
kuasa Allah dimana terciptanya sesuatu hanya Allah yang tahu.Uraian filsafat emanasi Al-
Farhabi dan Ibnu Sina berakhir pada kesimpulan bahwa alam semesta diciptakan Allah dari
sesuatu yang telah ada. Kebanyakan filosof Muslim berargumen bahwa alam ini diciptakan
dari sesuatu yang telah ada. Pandangan ini sejalan dengan kenyataan yang ada di alam. Di
alam ini yang ada hanyalah penciptaan dari sesuatu yang sudah ada atau dari suatu bentuk
berubah menjadi bentuk yang lain. Biji, misalnya berubah menjadi anak pohon, anak pohon
menjadi pohon, pohon dipotong menjadi papan, papan disambung-sambung menjadi meja,
meja using menjadi bahan bakar, bahan bakar menjadi abu dan abu menjadi tanah. Hal ini
sesuai dengan konsep penciptaan dalam al-quran. Beberapa ayat yang dijadikan landasan
filosofisnya antara lain:
(Surah Al-Hud ayat ke 7 Tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam masa)
Artinya: Dan Dialah yang menciptakan manusia dengan enam masa, dan Arsy-Nya di atas
air, agar dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.
(Surah Fussilat ayat 11 Tentang
penciptaan langit dan bumi)
Artinya: Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia
berfirman kepadanya dan kepada bumi." Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku
dengan patuh atau terpaksa". Keduanya menjawab kami datang dengan patuh.
(Surah Mukminun ayat 12-14 Tentang penciptaaan manusia)
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling baik.
(2) Filsafat Wujud/Ketuhanan
Agama adalah resonansi yang menjelaskan Tuhan sebagai poros primer yang mencipta,
menata, dan menguasa, Dia Maha Kuasa. Dia Maha diatas kemahaan segala-galanya, itulah
yang membedakan antara Tuhan dengan selain-Nya. Tuhan memberikan segala sesuatu yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki oleh makhluk- Nya. Otoritas Tuhan tidak terbatas dan
tidak terjangkau oleh makhlukNya. Dari ketidak teratasan itu, Tuhan diyakini sebagai
penguasa tunggal di alam semesta ini.
Sesungguhnya dari dimensi- dimensi yang demikian, munculah pemikiran dan perbincangan
yang berusaha menjelaskan Tuhan secara lebih spesifik. Setidaknya, perbincangan Tuhan
yang dilakukan oleh teolog dan filosof telah membantu kita memahami Tuhan. secara detil.
Bahkan kita semakin meyakini bahwa Tuhan senantiasa bertahta sepanjang zaman. Bagi
teolog, Tuhan itu sudah final, seperti apa yang di informasikan oleh wahyu dan literasi.
Sementara bagi kalangan filosof, mereka terus mengadakan perbincangan mengenai Tuhan.
Ibnu Sina termasyhur dengan rancangan pemikirannya terhadap eksistensi Tuhan yang
disebut sebagai argumen melalui kemungkinan (dalil al jawaz). Ibnu Sina membagi wujud ke
dalam tiga kategori, yakni :
1.Wujud niscaya (wajib al wujud)
adalah wujud yang senantiasa harus ada, dan tidak boleh tidak ada. Wajib niscaya (wajib al-
wujud)
ini ada dua macam yaitu:
(a) Wajib Bidhati sesuatu yang kepastian wujud-Nya disebabkan Zat-Nya sendiri. Artinya
adanya tidak bergantung pada adanya sebab lain selain diri-Nya. Dalam hal ini esensi tidak
bisa dipisahkan dengan wujud, keduanya adalah satu dan wujudnya tidak didahului oleh tiada
(ma'dum). la akan tetap ada selama- lamanya. Itulah Allah SWT. Yang Maha Esa, Yang Hak;
la adalah al-Aql al-Muhaddah.
(b) Wajib bigairihi yaitu sesuatu yang kepastian wujudnya oleh zat yang lain, artinya sesuatu
yang berwujud karena benda lain yang mewujudkannya. Misalnya adanya 4 karena 2 + 2 atau
3+ 1; Basah disebabkan karena adanya air, kebakaran disebabkan karena adanya api.
2.Wajib mungkin (mumkin al wujud)
3.Wujud mustahil (mumtani al wujud).

(3) Filsafat Jiwa/Nafus


Jiwa adalah sesuatu yang ghaib, hakikatnya hanya bisa diketahui melalui petunjuk ilahi
dalam Al-Qur'an dan Hadits, selain dari itu hanyalah ijtihad dan dugaan yang sama sekali
tidak mengandung kebenaran. Ibnu Sina seorang filosofis yang masyhur dan mencapai
beberapa pemikiran yang besar tentang jiwa manusia, dia mengatakan "Jiwa tidak mati
karena kematian tubuh". Jiwa merupakan rahasia kehidupan dalam tubuh, Sedangkan tubuh
tempat melekatnya jiwa selama hidup di dunia. Ada kemungkinan bahwasanya Ibnu Sina
dapat mencapai kebenaran tentang hakikat jiwa karena ia bersunggung -sungguh mempelajari
Al-Qur'an dan Hadits. Ibnu Sina memang menaruh perhatian yang begitu besar mengenai
jiwa, hanya saja ia sering menyangkal pendapatnya sendiri. Suatu kali ia berpendapat bahwa
jiwa adalah bagian dari kekuatan tubuh yang terbentuk dari materi tubuh, sehingga jiwa dapat
diraba dan dirasakan. Namun pada kali yang lain ia berpendapat bahwa jiwa itu kekal, akan
tetapi ada setelah tubuh binasa, dan tidak akan mati karena kematian tubuh. Wujud jiwa tetap
utuh ketika meninggalkan raga yang telah mati. Dalam kitabnya yang berjudul An-Najah
(keselamatan), Ibnu Sina benar-benar menulis tentang jiwa. Dia mengatakan jiwa tidak mati
karena kematian tubuh. Jiwa dan tubuh bukanlah sesuatu yang sama, melainkan 2 hal yang
berbeda. Ibnu Sina mengklasifikasikan jiwa kedalam tiga doktrin :
(a) Jiwa Tumbuh-Tumbuhan (nafs nabatiyah) adalah kesempurnaan yang sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup, dan dengannya makhluk hidup bisa berkembang biak, bertambah, dan
makan. Jiwa tumbuhan mempunyai 3 kekuatan : kekuatan menyerap makanan, kekuatan
pertumbuhan, dan kekuatan perkembangbiakan.
(b) Jiwa Binatang (nafs hawaniyyah) untuk melengkapi seluruh kesempurnaan manusia, yang
dengan jiwa ini ia dapat bergerak dan berfikir.
(c) Jiwa Kemanusian (nafs insaniyyah) merupakan jiwa kesempurnaan manusia, yang dengan
kekuatan ini ia dapat berbuat dan didorong oleh akalnya, meneliti, membanding, dan
mengambil kesimpulan, serta dengan jiwa itu pula ia dapat menemukan suatu pemikiran yang
hanya dapat ditemui oleh akal. 5
Dalam bidang kedokteran
Ibnu Sina di *Bidang Kedokteran*
Ibnu Sina memiliki kontribusi luarbiasa dalam kemajuan bidang kedokteran dan berbagai
cabangnya. Dia telah melakukan penelitian besar dan mendapatkan penemuan penting yang
diabadikan oleh sejarah kedokteran. Berikut ini penemuan-penemuan Ibnu Sina di bidang
kedokteran:
1. Dalam cara pengobatan
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang sakit,
dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.
2. Dalam mengobati orang yang tercekik kerongkongannya.
Ibnu Sina membuat penemuan dari pipa udara yang terbuat dari emas dan perak, kemudian
dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk mengobati orang yang
tercekik dan sulit bernafas. Cara ini masih dipakai hingga sekarang untuk mengobati pasien-
pasien dengan penyakit sama. Alat tersebut juga digunakan dokter anaesthesia sekarang
untuk memasukkan gas bius dan oksigen ke dada pasien, akan tetapi alatnya dibuat dari karet
dan plastik.
3. Dalam mengobati kepala yang terluka
Ibnu Sina mengetahui hakekat ilmiah bahwa tulang tempurung kepala apabila pecah tidak
dapat melekat kembali seperti tulang lainnya pada badan, melainkan akan tetap terpisah, dan
hanya terikat dengan selaput yang kuat.
Ibnu Sina membagi pecahnya tempurung kepala kepada dua macam, berdasarkan ada atau
tidak adanya luka pada kepala:
Pecah tertutup: Pecah pada tempurung kepala seperti ini biasanya tidak disertai luka, akan
tetapi ini sangat berbahaya karena bisa berubah menjadi tumor, dan menyebabkan
tertahannya darah dan nanah. Dalam hal ini Ibnu Sina mengatakan “Kebanyakan tumor
terjadi pada kepala yan pecah tetapi kulitnya tidak terkelupas. Apabila dilakukan pengobatan
pada tumor dan tidak dibelah barang kali akan merusak tulang dari bawah, sehingga si
penderita akan kehilangan akal dan gejala lainna, sehingga perlu untuk dibelah.”
Pecah terbuka: Pecah pada tempurung kepala seperti ini biasanya disertai luka. Parah atau
tidaknya tergantung kepada besarnya luka dan kerasnya benturan. Sehingga perlu
diperhatikan apakah luka sebatas di kulit atau sampai pada tulang. Selain itu, perlu
memperhatiakn gangguan yang dirasakan penderita.
4. Dalam mengobati penyakit dalam
Ibnu Sina dapat membedakan antara mulas pada ginjal dan mulas pada lambung. Dia juga
mampu membedakan antara peradangan paru-paru dengan peradangan pada selaput otak. Dia
adalah orang yang pertama kali mendiagnosa secara akurat antara peradangan pada paru-
paru, dan pembengkakan pada hati. Selain itu, dia juga yang pertama kali berhasil mengobati
kram pada perut yang disebabkan faktor psikologis.
5. Penemuan penyakit parasitic
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cacing Ancylostoma yang juga disebut
cacing lingkar. Ibnu Sina juga mendeteksi adanya penyakit gajah yang disebabkan oleh
cacing filaria dan menjelaskan bagaimana penyebarannya di tubuh.
6. Dalam kedokteran makanan dan penyakit perut
Ibnu Sina menjelaskan tentang penyakit menular antrak yang dalam bahasa Arab disebut al-
huma al-fasisiyyah, dan cara pengobatannya. Da juga menjelaskan tentang tuberkulosa paru-
paru, dan penularannya melalui air dan tanah.
7. Penyakit ginjal dan saluran kencing
Ibnu Sina menjelaskan tentang gangguan pada saluran kencing akibat penumpukan zat kapur,
dan dia mampu membedakan antara batu pada saluran kencing ini dengan batu ginjal.
8. Pengobatan penyakit khusus wanita
Ibnu Sina membicarakan masalah kemandulan, menjelaskan tetang demam yang diakibatkan
nifas, aborsi, kanker yang berserabut, dan tertutupnya saluran pada alat kelamin wanita. Ibnu
Sina telah mengetahui hal itu sejak dulu sebelum manusia mengenal mikroskop. Dia
menjelaskan bahwa ayah yang bertanggung jawab menentukan jenis kelamin janin.
9. Penyakit Saraf
Ibnu Sina menjelaskan tentang keadaan yang terjadi pada orang yang mengidap penyakit
saraf. Dia membedakan antara kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh pengaruh otak,
dan yang disebabkan oleh pengaruh anggota badan tersebut. Dia juga menjelaskan tentang
tidak berfungsinya otak akibat penumpukan darah di dalamnya.
10. Penyakit kejiwaan
Ibnu Sina memiliki cara pengobatan yang efektif dalam menangani benturan kejiwaan yang
diakibatkan berbagai sebab. Ibnu Sina juga memberikan nasihat agar melakukan pengobatan
dengan cara-cara psikologis untuk mengobati semua jenis penyakit secara umum.
11. Kedokteran mata
Buku Al-Qanun karangan Ibnu Sina merupakan buku pertama yang menjelaskan tentang
anatomi susunan urat yang menggerakkan mata dan kelenjar air mata. Ibnu Sina
mempelopori pengobatan pada gangguan saluran air mata, dengan memasukkan alat yang
telah diberi antiseptik.
12. Pengobatan tumor
Ibnu Sina berhasil melakkan diagnosa pada tumor kanker, dan dia adalah orang yang pertama
kali menemukan adanya tumor otak.
13. Metode Pembiusan
Ibnu Sina merupakan dokter yang pertama kali menggunakan obat bius dalam melakukan
pembedahan, dengan memanfaatkan obat-obatan herbal.
14. Pengukuran denyut nadi dan analisa kedokteran
Ibnu Sina sangat memperhatikan denyut nadi, dan menjadikannya sebagai ukuran untuk
mendiagnosa berbagai penyakit. Perhatiannya yang sangat besar ini membuahkan tulisan 19
pasal dalam bukunya, Al-Qanun, tentang denyut nadi, dan peranannya dalam diagnosa.
Selain itu, dia juga menggunakan urine sebagai media untuk diagnosa berbagai macam
penyakit.
15. Bidang Farmasi
Iibnu Sina menemukan, dan menulis sebanyak 760 jenis obat-obatan. Dia menganjurkan agar
obat-obatan dikemas dalam bungkusan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada pasien.

KESIMPULAN
Ibnu Sina merupakan seorang ilmuan yang sangat berpengaruh dalam dunia kedokteran.
Nama aslinya adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Ibnu Sina di
lahirkan pada bulan Safar 370 Hijriah/ Agustus-September 980 Masehi di Afsyanah, sebuah
kota kecil yang berada di wilayah Uzbekistan saaat ini. Di dunia Barat ia dikenal dengan
(aviccenna) dan dijuluki sebagai pangeran para dokter. Di kalangan dunia Barat sebutan yang
termasyhur ialah Aveccinna (bapak kedokteran), julukan tersebut dikarenakan beliaulah
orang pertama yang mengenalkan masalah bedah di dunia medis. Bukan hanya itu saja Ibnu
Sina juga memiliki beberapa karangan karya ilmiah yang terkenal dam Beliau juga disebut
seorang filosof yang terkenal. Filsafat Ibnu Sina yang terkenal yaitu:
(1) Filsafat Emanasi/Faidh
(2) Filsafat Wujud/Ketuhanan
(3) Filsafat An-nufus/Jiwa.

𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗨𝗦𝗧𝗔𝗞𝗔

Zaenal Abidin Ahmad, Ibnu Sina (Avecenna) sarjana dan Filosof Dunia, Jakarta,
BulanBintang, 1949
A. Jailani, "Kontribusi Ilmuwa Muslim dalam Perkembangan Sains Modern", TEO, vol. 29,
no. 1, p. 165, Sep. 2018, doi: 10.21580/teo.2018.29.1.2033

Ahmad, R. S. (2017). Ibnu Sina Ilmuan, Pujangga, Filsuf Besar Dunia, Yogyakarta: Sociality
Makalah Ilmuwan Muslim Dinasti Abbasyah Terbaru.
http://ahsanawacell.blogspot.com/2018/11/makalah-ilmuwan-muslim-dinasti.html
(accessed Oct. 26, 2020).
Daulay,Haidar.,Putra dan Z. Dahlan.Pemikiran Ibnu Sina Dalam Bidang Filsafat : Studi
Pendidikan Islam.http://jumal.stalserdanglubukpakam.ac.id/index.php/bilqolam

Anda mungkin juga menyukai