Anda di halaman 1dari 25

MAKALA

Prinsip Moral Dan Etika Keperawatan


DOSEN PENGAMPUH :

NURUL FUADY FITRIYANI AHMAD,S.KEP.,NS.,M.KEP

DI SUSUN OLEH :
TRI SEPTIADI
21071014023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR TAHUN
TAHUN 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan

rahmat danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah


Prinsip Moral

Dan Etika Keperawatan adapun maksud dari makalah ini yaitu untuk
memenuhi tugas

Konsep Dasar Keperawatan

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat


memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang

kami miliki sangat kurang oleh karena penulis harapkan kepada para
pembaca untuk

memberikan masuka –masukan yang bersifat membangun untuk


kesempurnaan

makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu


pengetahuan tentang

asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat


disebut sebagai ilmu

yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.


Pada dasarnya,etika

membahasa tentang tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang


sama bagi

seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah


laku yang baik dan

buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke


manusia

atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.


Manusia yang tidak

memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki

oleh manusia.

Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari


globalisasi.

Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek.


Sehingga banyak

kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk, sementara tidak cocok


dengan kebudayaan

kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Pada

saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang


mengkuatirkan. Para

remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang


dijumpai pemandangan di

tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa


memperdulikan

masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran


sejak awal masa

remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi


yang membanggakan.

Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk


mendapatkan pacar.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di


masa depan
mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar
lebih baik. Dalam

mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada


kesiapan masyarakat

yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang


pentingnya

memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang


antara lain; minuman

keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang


dapat menyebabkan

terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.

B. Rumusan masalah

1. Apakah etika dan moral bisa memberikan prilaku yang baik?

2. Bagaman cara mengatasi pergaulan bebas dalam kehidupan anak


remaja

3. Apa itu pergaulan bebas?

4. Apa penyebab dampak dari pergaulan bebas?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral.

2. Mengetahui prilaku etik dan moral dalam kehidupan anak remaja.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos

yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum


Bahasa Indonesia etika

berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).


Sedangkan etika

menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana


yang baik dan

mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia


sejauh yang dapat

diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang


tingkah laku

manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang


sama bagi

seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah


laku yang baik dan

buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan
tetapi dalam usaha
mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan
masing-masing

golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran


(kriteria) yang

berlainan.

Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat


dikatakan sebagai

etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam


melakukan

refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu


ilmu, objek dari etika

adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu


lain yang meneliti

juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif,


yaitu melihat

perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep


etika), etika

normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi


penggunaan nilai-nilai

etika).

Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:

a. Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang


berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh
manusia.

Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir
dari

filsafat.

b. Etika Teologis

Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama,


etika

teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama


dapat

memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis


merupakan

bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di


dalamnya

yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti


setelah

memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang


bertitik tolak dari

presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria


pembeda antara

etika filosofis dan etika teologis.

B. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos
yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan
sebagai susila.

Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum


diterima tentang tindakan

manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke


manusia

atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.


Manusia yang tidak

memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai

positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak


yang harus dimiliki

oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang


berhubungan dengan

proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan

proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan


bermasyarakat

secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan


masyarakat

setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang


dalam ber interaksi

dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai


dengan nilai rasa yang

berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta


menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga

sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap

a. Lingkungan keluarga.

Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi

perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah

laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-


orang

yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya

dimasa kecil, kemungkinan besar mereka tidak

mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa


menjadi

orang yang sering melakukan pelanggaran norma.

b. Lingkungan Sekolah.

Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku

dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana

tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan


bimbingan

guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam

bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki

moral yang baik.

c. Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan
juga turut

mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja,

biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan
selalu

ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan

terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.

d. Lingkungan Masyarakat.

Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting

terhadap pembentukan moral. Tingkah lakuyang terkendali


disebabkan

oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai


sanksisanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.

2. Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja

Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.


Dan

tidak semua individu tidak mencapai tingkat perkembangan

moral seperti apayangdiharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat

dilakukan untuk mengembangkannilai, moral dan sikap, antara lain:

a. Penciptaan Komunikasi

Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang


nilainilai dan moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi
juga
harus dirangsang agar lebih aktif. Misalnya mengikutsertakan ia
dalam

pengambilan keputusan dikeluarga dan pemberian tanggung jawab

dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan yang

dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan


dalam

konteks kehidupan besama.Selain itu, pengembangan juga bisa


dilakukan

melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan,


pemberian

hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan dibantu


oleh

para guru dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur,
moral

dan sikapyang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang

menjadi generasi penerus yang diharapkan.

b. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi.

Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan,

umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang


positif,

jujur dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk tingkah laku


yang

merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti bahwa

pengembangan tidak hanya dilakukan melalui pendekatan


intelektual tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang

kondusif, dimana faktor-faktor lingkungan itusendiri merupakan

penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup.Para remaja sering kali

menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua dan orang


dewasa

lainnya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka

akansuatusystem nilaiyang tetap. Mereka tetap

menginginkansuatusystemnilaiyang akan menjadi pegangan dan

petunjukbagi perilaku mereka. Karena itu,orang tua,guru dan

orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang


merupakan

perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.

C. Perbedaan Antara Etika dan Moral

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari


ada sedikit

perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang


sedang dinilai,

sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang


dalam bahasa

asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan


bahasa arab disebut

dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencangkup tiga hal,


yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
bermoral.

2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu


suatu

perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat,


sebagai hal

yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat

disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang
yang

berada dalam situasi yang sejenis.

3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu


kesimpulan, bahwa

moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
dilaksanakan atau

diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut


diyakini oleh masyarakat

sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan


dan ketentraman.

Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,


rasional, berlaku umum

dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam


diri seseorang,

maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang


demikian akan dengan
mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan
atau paksaan dari

luar

D. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan


akhlak, yaitu

pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik


(peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk

infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan


(wazan) tsulasi

majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-


thobi'ah (kelakuan,

tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah


(peradaban yang

baik) dan al-din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya

kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak,
tetapi ikhlak. Berkenaan

dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara


linguistic, akhlak

merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak
memiliki akar kata,
melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat


merujuk kepada

berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang

selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan


terdahulu misalnya

secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang


tertanam dalam jiwa yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan


pemikiran dan

pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya


dikenal

sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam


membela Islam

dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak


lebih luas dari Ibn

Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam


jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan


mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:

1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi


kepribadiannya.

2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada


paksaan atau

tekanan dari luar.

4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5. Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk

menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim

beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai


situasi

dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.


Berzikir

kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a

merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan

keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan


akan

kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu


d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan

menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah.


Mengakui

bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa,

oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong,

tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan

ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri

a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai


hasil

daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang

menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,

menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah


yang

tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk

ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah

dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan

dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah

sesuai dengan aturan-Nya.

c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang


dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk

melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki


yang

menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di

antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk


komunikasi.

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya


dengan

ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan


dalam

bentuk-bentuk perbuatan antara lain :

a. Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih

dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut

b. Mentaati perintah

c. Meringankan beban, serta

d. Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi


berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia

a. Akhlak terpuji (Mahmudah)

1. Husnuzan

Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka).


Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata

husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap

seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud

husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:

a.Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan

Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.

b.Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama


pasti

berakibat buruk.

c.Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh

dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh

kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan

berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri

maupun orang lain.

2. Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang

yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk

adalah takabur.

3.Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling

menghargai sesama manusia.

4.Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu

dengan sesama manusia.

b. Akhlak tercela (Mazmumah)

1. Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau

cemburu melihat orang lain beruntung.

2. Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk

membalas kejahatan.

3. Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk

menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan

tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.

Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar,

berarti pembicaraan itu disebut fitnah.

4. Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau

perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain

dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.


BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Perbedaaan antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber


yang

dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.

2. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal


pikiran, dan

pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di


masyarakat,

maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik


buruk.

3. Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam


pergaulan bebas

diantaranya dengan menjaga dengan pandangan mata dan


memelihara

kehormatan (tarji).
4. Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama
dengan

pergaulan bebas dan dampak negatif (bahayanya) tidak jauh


berbeda.

5. Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota


masyarakat

ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan


kepada para

remaja dan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan


remaja

dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang


dilakukannya

dapat bermanfaat dalam kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA

http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etikamoral.html
http://grms.multiply.com/journal/item/26.

http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/

http://marlinara.blogspot.com/2013/04/pergaulan-bebas-di-
kalangan remaja.html

Bertens K, Etika, Tilburg, Nederland,PT Gramedia Pustaka Utama


(cetakan XI,

Oktober 2011)

Bertens K, Tilburg, Nederland, Pengembangan

Diri, Inspirasional, Etika, Moral, Filsafat, PT Gramedia Pustaka Utama


(cetakan XI,

Oktober 2011)

Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988.

http://grms.multiply.com/journal/item/262

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2262832-
pengertian-era

Anda mungkin juga menyukai