Anda di halaman 1dari 17

Kasus Korupsi

& Analisa berdasarkan 9 intergritas perilaku


anti-korupsi
Nadila Julia Putri
PENGERTIAN KORUPSI

KEBUSUKAN, KEBURUKAN, KEBEJATAN, KETIDAK JUJURAN, DAPAT DISUAP, TIDAK BERMORAL.


DELIK – DELIK KORUPSI :
1. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
2. Penyuapan yang bersifat aktif (yang menyuap) maupun yang bersifat pasif (yang disuap) serta gratifikasi
3. Penggelapan
4. Pemerasan dalam jabatan
5. Pemalsuan
6. Pemborongan, Rekanan

You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
Kasus korupsi e-ktp

Kasus ini berawal saat Kemendagri di tahun 2009 merencanakan mengajukan anggaran untuk penyelesaian
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAP), salah satu komponennya adalah Nomor Induk
Kependudukan (NIK).
Pemerintah pun menargetkan pembuatan e-KTP bisa selesai di tahun 2013. Proyek e-KTP sendiri
merupakan program nasional dalam rangka memperbaiki sistem data kependudukan di Indonesia.
Lelang e-KTP dimulai sejak tahun 2011, dan banyak bermasalah karena diindikasikan banyak terjadi
penggelembungan dana. Berdasarkan catatan Kompas.com, kasus korupsi proyek e-KTP terendus akibat
kicauan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), Muhammad Narzaruddin.
KPK kemudian mengungkap adanya kongkalingkong secara sistemik yang dilakukan oleh birokrat, wakil
rakyat, pejabat BUMN, hingga pengusaha dalam proyek pengadaan e-KTP pada 2011-2012. Akibat korupsi
berjamaah ini, negara mengalami kerugian mencapai Rp 2,3 triliun. DPR pun sempat dibuat heboh karena
KPK selama menangani kasus ini, melakukan pemanggilan kepada puluhan anggota dewan maupun mantan
anggota DPR RI. Nama-nama tokoh besar bahkan ikut dikaitkan.
Dalam perkara pokok kasus korupsi e-KTP, ada 8 orang yang sudah diproses dan divonis bersalah. Mereka
adalah Setya Novanto, dua mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto, pengusaha
Made Oka Masagung dan mantan Direktur PT Murakabi Sejahtera Irvanto Hendra Pambudi Cahyo
(keponakan Novanto). Kemudian pengusaha Andi Naragong, Direktur Utama PT Quadra Solution Anang
Korupsi dimulai setelah rapat pembahasan anggaran pada Februari 2010. Saat itu, Irman yang
masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri dimintai
sejumlah uang oleh Ketua Komisi II DPR Burhanudin Napitupulu. Permintaan uang itu bertujuan
agar usulan anggaran proyek e-KTP yang diajukan Kemendagri disetujui Komisi II DPR. Proyek e-
KTP ini memang dibahas di Komisi II DPR, sebagai mitra dari Kemendagri.
Irman kemudian menyetujui permintaan tersebut, dan menyatakan pemberian fee kepada anggota
DPR akan diselesaikan oleh Andi Agustinus alias Andi Narogong. Irman sendiri bekerja sama dengan
Andi Narogong agar perusahaan Andi dimenangkan dalam tender proyek e-KTP.
Andi dan Irman kemudian meminta bantuan kepada Setya Novanto yang saat itu menjabat sebagai
Ketua Fraksi Golkar. Mereka berharap agar Novanto dapat mendukung dalam penentuan anggaran
proyek ini. Novanto pun menyatakan akan mengoordinasikan dengan pimpinan fraksi yang lain agar
memuluskan pembahasan anggaran proyek e-KTP di Komisi II DPR. Beberapa nama disebut-sebut
ikut dalam sejumlah pertemuan untuk membahas anggaran proyek e-KTP, termasuk Nazaruddin
dan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR kala itu, Anas Urbaningrum.
Dari beberapa kali pertemuan, disepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun. Sebanyak
51% dari total anggaran yaitu Rp 2,662 triliun akan digunakan untuk belanja modal atau belanja rill
proyek, dan sisanya 49% yakni Rp 2,5 triliun akan menjadi bancakan (semacam hidangan
disediakan untuk merayakan sesuatu).
Rincian uang korupsi tersebut dibagi kepada pejabat Kemendagri sebesar 7 persen
(Rp.365,4miliar),anggota Komisi II DPR 5 persen (Rp 261 miliar), Setya Novanto dan Andi Narogong 11
persen (574,2 miliar), Anas dan Nazaruddin 11 persen (Rp 574,2 miliar), serta sisa 15 persen (783
miliar( akan diberikan sebagai keuntungan pelaksana pekerjaan atau rekanan.

Dalam proses pengadaan barang, Sugiharto diangkat oleh Irman sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK). Pada pelaksanaan pengadaan, Sugiharto menetapkan dan menyetujui harga perkiraan sendiri
(HPS) yang telah digelembungkan. Sejumlah pihak membentuk konsorsium dalam pengerjaan proyek
ini. Isinya mulai dari pejabat Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), dan perwakilan
vendor-vendor (PT Sucofindo, PT LEN, PT Quadra Solution, dan PT Sandipala Arthaputra). PNRI
disepakati menjadi pemimpin konsorsium. Hal itu agar mudah diatur karena konsorsium ini
dipersiapkan sebagai pemenang lelang pekerjaan e-KTP.
Nama Setya Novanto sejak awal memang sudah disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Namun
keterlibatan mantan Ketua Umum Golkar itu semakin kuat setelah namanya disebut dalam sidang perdana
kasus tersebut dengan Sugiharto dan Irman yang duduk sebagai terdakwa. Dalam dakwaan yang dibacakan
jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, Kamis (9/3/2017), Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur
besaran anggaran e-KTP yang mencapai Rp 5,9 triliun itu.
Novanto sempat membantah dan mengelak. Ia bahkan mengajukan praperadilan atas penetapan statusnya
sebagai tersangka. Sempat memenangkan praperadilan, akhirnya Novanto kembali ditetapkan sebagai
tersangka oleh KPK dan terus berproses hingga divonis bersalah. Pada September 2017, KPK memanggil
Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Saat itu, Novanto sudah menjadi Ketua DPR RI.
Setya Novanto berkali-kali tak hadir, dengan berbagai alasan. Mulai dari sakit hingga meminta KPK
Bahkan Novanto sempat mengirimkan surat ke KPK melalui Fadli Zon yang pada tahun 2017 menjabat sebagai
Wakil Ketua DPR, agar menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan praperadilan keluar.
Surat yang dikirimkan Setya Novanto menuai protes karena dikirim menggunakan kop DPR. Permintaan
Novanto juga ditolak KPK. Tanggal 15 November 2017, KPK melakukan penjemputan paksa ke rumah Setya
Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. KPK sempat dihalang-halangi untuk masuk ke
dalam. Keberadaan Novanto juga tidak diketahui. Sehari setelahnya, Setya Novanto dikabarkan mengalami
kecelakaan dan dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau.

Pengacara Novanto, Fredrich Yunadi mengatakan, Novanto terburu-buru menuju ke studio salah satu stasiun
televisi swasta untuk melangsungkan siaran langsung. Mobil yang ia tumpangi menabrak tiang. Setelah
melangsungkan siaran langsung, Novanto diklaim berencana mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi
untuk memberikan keterangan. KPK pun kemudian mengeluarkan surat penahanan terhadap Setya Novanto
pada tanggal 17 November 2017.

Tim KPK menjemput Setya Novanto di RS Medika Permata Hijau, kemudian membantarkannya di RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, untuk menjalani perawatan karena mengalami luka-luka saat kecelakaan. Setya
Novanto menjalani sidang perdana pada 13 Desember 2017. Di awal persidangan, Novanto sempat tidak mau
berbicara sama sekali dan memperlihatkan selayaknya orang yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Namun
dokter menyatakan, Novanto sehat dan bisa menjalani persidangan.
Hukuman pelaku :
Pengadilan sudah memvonis bersalah kepada 8 orang yang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Berikut
rinciannya:
1. Sugiharto: 5 tahun penjara (vonis 22 Juni 2017)
2. Irman: 7 tahun penjara (vonis 20 Juli 2017)
3. Andi Naragong: 8 tahun penjara (21 Desember 2017)
4. Setya Novanto: 15 tahun penjara (divonis 24 April 2018, kemudian mengajukan peninjauan kembali (PK)
setahun setelahnya)
5. Anang Sugiana Sudiharjo: 6 tahun penjara (divonis 30 Juli 2018, inkrah setelah banding dan PK)
6. Made Oka Masagung: 10 tahun penjara (divonis 5 Desember 2018, mengajukan PK dan ditolak pada 2020)
7. Irvanto Hendra Pambudi Cahyo: 10 tahun penjara (divonis 5 Desember 2018)
8. Markus Nari: 6 tahun penjara (divonis 11 November 2019)

Perkara tambahan :
Dalam pengusutan kasus korupsi e-KTP, muncul beberapa perkara baru. Pertama pemberian keterangan
palsu oleh mantan anggota DPR Miryam S Haryani dalam persidangan. Ia kemudian divonis bersalah
dengan hukuman 5 tahun penjara pada 13 November 2017. Pada perkara ini, Markus Nari juga ditetapkan
sebagai tersangka karena dianggap menghalangi penyidikan dan penuntutan KPK dengan mempengaruhi
Miryam untuk memberikan keterangan palsu
Perkara kedua adalah saat KPK menganggap ada pihak-pihak yang menghalang-halangi penyidikan perkara
korupsi e-KTP untuk Setya Novanto. Dua orang ditetapkan sebagai tersangka yaitu pengacara Novanto,
Fredrich Yunadi dan dokter di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, dr. Bimanesh Sutarjo. Fredrich Yunadi
Pada tahun 2019, KPK mengumumkan 4
tersangka baru dalam kasus korupsi e-KTP.
Keempatnya adalah Miryam S Hariyani,
Direktur Utama Perum Percetakan Negara RI
periode 2010-2013, Isnu Edhi Wijaya, Ketua
Tim Teknis Teknologi Informasi Penerapan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik Husni
Fahmi, dan Direktur Utama PT Sandipala
Arthaputra, Paulus Thanos. Terbaru, KPK
melakukan penahanan kepada Isnu Edhi
Wijaya dan Husni Fahmi pada 3 Februari
2022. Keduanya ditahan di Rutan Cabang
KPK pada Pomdam Jaya Guntur, Jakarta.
Analisa berdasarkan 9 Nilai Integritas Anti-Korupsi
Merupakan nilai sikap lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan
tulus-ikhlas. Dibawah ini beberapa pihak terkait tidak memiliki nilai
kejujuran tersebut :
Irman (Dirjend Kependudukan & Catatan Sipil Kemendagri) diminta
membayar sejumlah uang oleh Ketua Komisi II DPR Burhanudin
Napitupulu agar usulan anggaran proyek disetujui, kemudian disetujui
Irman.
Andi Naragong membayar sejumlah uang agar perusahaannya
memenangkan tender proyek E-KTP.
Nilai anggaran untuk proyek ini sebesar 5,9 Triliun Rupiah, 51% dari
anggaran tersebut yakni 2,662 Triliun Rupiah digunakan untuk
menyelesaikan proyek dan sisanya 49% yakni 2,5 Triliun Rupiah menjadi
bancakan (semacam hidangan untuk merayakan suatu perayaan) atau
digelapkan pihak-pihak terkait.
Setya Novanto tidak mau berbicara dan memperlihatkan selayaknya orang
dalam kondisi tidak sehat selama menjalankan persidangan padahal dokter
menyatakan tidak ada masalah kesehatan Novanto dan bisa menjalankan
persidangan.
Mantan anggota DPR Miryam memberi keterangan palsu terkait
pengusutan kasus kosupsi E-KTP.
Markus Nari dianggap menghalangi penyidikan dan penuntutan KPK serta
mempengaruhi Miryam untuk memberi keterangan palsu.
Pengacara Novanto yakni Fredrich Yunadi dan Dokter RS. Medika Permata
Hijau, Bimanesh Sutarjo menghalang-halangi penyidikan kasus Setya Novanto.

2) DISIPLIN
Merupakan sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada
saat yang tepat dan menghargai waktu. Dari kasus ini dapat dilihat beberapa
pihak tidak melakukan sikap tersebut :
Setya Novanto tidak datang memenuhi pnggilan KPK untuk dimintai
keterangan dan dapat di lihat beberapa kali tidak hadir di pengadilan bahkan
terkesan mengulur-ulur waktu.
Fredrich (pegacara Novanto) dan Bimanesh (Dokter RS. Medika Permata Hijau
yang terkesan menghalang-halangi penyidikan sehingga mengakibatkan
tertundanya proses penyidikan yang dilakukan KPK.
Adalah melakukan semua tugas dan kewajibannya dengan sungguh-
sungguh. Tanggung jawab juga berarti siap menanggung segala risiko atas
perbuatan sendiri.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pihak yang terlibat
sekarang ini sudah menanggung akibat dari perbuatan mereka sendiri yaitu
bertanggung jawab di kurung dalam penjara selama beberapa tahun serta
dikenakan sanksi administrasi hingga pencopotan jabatan mereka.
Dapat dilihat juga banyak pihak terkait terutama para petinggi ini
menyalahgunakan jabatan mereka dan tidak melakukan tanggung jawab
pekerjaan semestinya demi menguntungkan diri sendiri dan merugikan negara,
antara lain :
Jaksa KPK menyebutkan dalam sidang perdana bahwa Setya Novanto memiliki
peran mengatur besar anggaran proyek E-KTP hingga menjadi 5,9 Triliun
Rupiah
Burhanudin Napitupulu menyetujui usulan anggaran proyek e-ktp karna
menerima uang sehingga meloloskan proyek tersebut
Sugiharto menetapkan pemimpin konsorsium dengan tujuan mudah mengatur
jalannya proyek kedepannya serta menetapkan dan menyetujui HPS (Harga
Perkiraan Sendiri) yang telah digelembungkan.
Dan beberapa pihak lainnya yang menyalahgunakan jabatan dan tanggung
jawab mereka.
4) Kerja Keras
Merupakan usaha keras yang dilakukan untuk meraih hasil yang baik.
Sebenarnya pembuatan E-KTP memiliki tujuan yang baik untuk mencegah KTP
ganda dan pemalsuan KTP karena terdapat QR Barcode didalam E-KTP. Namun
dalam kasus ini pihak terkait bekerja keras melakukan segala upaya agar proyek
E-KTP berjalan dengan semestinya yang disayangkan adalah para pelaku tindak
korupsi menggembungkan anggaran dan menyalah gunakan kekuasaan agar
mendapat hasil yang maksimal dengan usaha minimal

5) Sederhana
Dapat diartikan hidup secara wajar, tidak berlebih-lebihan.
Dalam kasus ini KPK menetapkan mantan Direktur Jenderal Dukcapil
Kemendagri Irman sebagai tersangka. Motifnya melakukan korupsi serupa
dengan Sugiharto, yakni demi memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
melakukan penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan surat tuntutan jaksa, Irman
diperkaya senilai 573.000 dollar AS, Rp2,9 miliar dan 6.000 dollar Singapura.
6) Berani
Diartikan mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar
dalam menghadapi bahaya, kesulitan, tidak gentar,.
Dalam kasus ini beberapa pejabat menerima aliran dana proyek E-KTP.
Salah satunya nama Ganjar Pranowo sebelumnya tertera dalam surat
dakwaan jaksa penuntut umum perkara korupsi e-KTP yang
disidangkan di Pengadilan Tipikor pada Kamis, 9 Maret 2017. Surat
dakwaan tersebut memuat sederet nama yang menerima aliran duit
proyek e-KTP. Ganjar disebut menerima uang US$ 520 ribu. Namun
Ganjar telah membantah dakwaan tersebut dan menyatakan menolak
menerima uang tersebut yang diberikan didalam goodie bag.
7) 7) Mandiri
● diartikan dalam keadaan dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain. Namun dalam
kasus PNRI merupakan anggota konsorsium yang
memenangkan tender proyek e-KTP bersama PT
Quadra Solution, PT Sandipala Arthaputra, PT LEN
Industri, dan PT Sucofindo.

● Isnu diduga menjadi bagian dalam tim Fatmawati


yang beberapa kali melakukan pertemuan di ruko
milik pengusaha Andi Agustinus alias Andi
Narogong di Fatmawati, Jakarta Selatan.

● Pertemuan itu membahas tender proyek e-KTP,


termasuk merancang agar tender dimenangkan
konsorsium PNRI. Padahal dari keterangan sejumlah
saksi di persidangan, konsorsium PNRI memilih
8) Peduli
Sikap peduli merupakan sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang
lain. Orang yang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu
dalam rangka memberi inspirasi, perubahan dan kebaikan.
Dari kasus proyek E-KTP ini terlihat tidak adanya sikap peduli yang
dimiliki pada masing-masing individu terdakwa melakukan tindakan
korupsi yang merugikan banyak pihak dan negara. Para terdakwa lebih
memilih memperkaya diri atau menyenangkan diri sendiri sehingga
menghalalkan segala cara meskipun cara yang salah.
?
9) Adil
Yaitu tidak memihak, sama berat dan tidak berat sebelah kecuali kepada
kebenaran. Dari kasus proyek E-KTP ini dapat dilihat banyak pihak
melakukan ketidakadilan demi melancarkan aksi korupsi untuk
kepentingan dan kesengangan pribadi.
 Sugiharto menetapkan pejabat PNRI sebagai Pemimpin Konsorsium
padahal banyak pihak mengatakan PNRI tidak layak.
 Burhanudin Napitupulu sebagai Ketua Komisi II DPR meminta bayaran
pada Irman selaku Dirjen Dukcapil dari Kemendagri agar menyetujui
THANKS FOR
ATTANTION

Anda mungkin juga menyukai