Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yanti Dwi Hariyani

Nim : 170810301087

AKUNTANSI FORENSIK

Kasus E-KTP

KORUPSI

Jenis fraud korupsi merupakan kejahatan yang paling terbanyak di negara-negara berkembang yang
penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik. Seperti yang
terjadi di Negara Indonesia pada tahun 2011-2012 digemparkan dengan kasus korupsi pengadaan E-
KTP yang didalangi oleh Sugiharto (Pejabat Pembuat Komitmen pada Dukcapil Kemendagri), Irman
(Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri), dan anggota DPR. Kasus ini merugikan keuangan negara
sebesar Rp2,314 triliun.

Berikut tindak kejahatan yang dilakukan:

 Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan adalah konflik yang muncul ketika seorang pegawai bertindak atas nama
kepentingan pihak ketiga selama melakukan pekerjaannya atau atas nama kepentingan diri sendiri
dalam kegiatan yang dilakukannya. Ketika konflik kepentingan pegawai tidak diketahui oleh
perusahaan dan mengakibatkan kerugian keuangan, ini berarti telah terjadi fraud. Suatu benturan
kepentingan dapat timbul bila karyawan & pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung maupun
tidak langsung kepentingan pribadi di dalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan
tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan
terbaik perusahaan. Berikut ini konflik kepentingan yang terjadi dalam kasus E-KTP.

(1) Benturan kepentingan yang terjadi antara pejabat Sugiharto dengan atasannya Irman untuk
melakukan skandal pengadaan E-KTP. Tujuannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, dan
korporasi. Benturan kepentingan juga melibatkan anggota DPR untuk melancarkan proses
pengadaan E-KTP dari segi penganggaran, pelelangan, dan pengadaan proyek E-KTP.

(2) Terjadinya konflik kepentingan antara Andi dengan pejabat Irman dan Sugiharto dalam kasus E-
KTP. Andi Agustinus merupakan pengusaha di bidang konveksi yang ikut terlibat dalam kasus ini
sebagai pengusaha pelaksana proyek E-KTP. Andi terbukti memberikan dana kepada Irman dan
Sugiharto untuk melakukan pemenang lelang dalam pengadaan E-KTP. Sehingga pemenangnya
dapat bekerja sama dengan Andi untuk menjadi sub kontraktornya.

(3) Konflik kepentingan terjadi pada saat Irman dan Sugiharto meloloskan PNRI sebagai
pemenangnya. Dalam proses pelelangan, akhirnya diketahui berdasarkan serangkaian evaluasi teknis
uji coba alat dan “output” bahwa tidak ada peserta lelang (konsorsium) yang dapat
mengintegrasikan Key Manajemen Server (KMS) dengan Hardwere Security Module (HMS) sehingga
tidak dapat dipastikan perangkat tersebut memenuhi criteria keamanan wajib. Namun Irman dan
Sugiharto tetap memerintahkan Djarat Wisnu Setyawan dan Husni Fahmi melanjutkan proses lelang
sehingga konsorsium PNRI dan konsorsium Astragraphia dinyatakan lulus.
(4) Konflik kepentingan berikutnya adalah terjadinya hubungan bisnis atas nama perusahaan
dengan personal yang masih ada hubungan keluarga (family). Dalam kasus ini Andi Agustinus
melibatkan dua saudara kandungnya yakni, Vidi Gunawan dan Dedi Prijanto dalam proyek E-KTP.
Vidi Gunawan menyerahkan uang 1,5 juta dolar AS kepada Sugiharto.

 Penyuapan

Penyuapan atau Bribery merupakan tindakan pemberian atau penerimaan sesuatu yang bernilai
dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan orang yang menerima. Penyuapan ini melibatkan
banyak pihak untuk mendapatkan kelancaran dalam pengadaan E-KTP. Dugaan korupsi itu dilakukan
dengan mengatur proses penganggran, pelelangan, dan pengadaan proyek E-KTP dalam kontrak
tahun jamak senialai Rp5,952 triliun. Berikut ini tindakan penyuapan yang terjadi :

(1) Penyuapan dilakukan untuk melancarkan proses penganggaran, pada November 2009,
Gamawan Fauzi meminta Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas untuk mengubah sumber
pembiayaan proyek penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang semua dibiayai
menggunakan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) menjadi bersumber dari APBN murni.

(2) Untuk melancarkan pembahasan anggaran E-KTP, Irman dan Sugiharto mengucurkan uang
kepada 54 anggota Komisi II DPR dan juga Ketua DPR saat itu Marzuki Ali. Selain itu, uang juga
mengalir ke pimpinan Badan Anggran (Banggar) DPR yaitu Melchias Marcus Mekeng selaku ketua
Banggar partai Golkar, Wakil Ketua Banggar Mirwan Amir (Partai Demokrat) dan Olly Dondokambe
(PDI-Perjuangan) serta Tamsil Linrung (PKS).

(3) Pembagian uang untuk seluruh anggota Komisi II DPR dengan rincian :

· Ketua Komisi II DPR sejumlah 30 ribu dolar AS,

· 3 orang Wakil Ketua Komisi II DPR masing-masing 20 ribu dolar AS,

· 9 orang Ketua Kelompok Franksi Komisi II DPR masing-masing 15 ribu dolar AS,

· 37 orang anggota Komisi II DPR masing-masing 5 ribu dolar AS sampai 10 ribu dolar AS.

(4) Tidak hanya individu, partai juga mendapat aliran dana E-KTP yaitu Partai Golkar sejumlah
Rp150 miliar, Partai Demokrat sejumlah Rp150 miliar, PDI Perjuangan sejumlah Rp80 miliar.

(5) Tindakan Invoice Kickbacks atau menerima aliran dana dari perusahaan rekanan kepada para
pejabat Kemendagri yang mengurus pengadaan E-KTP yaitu Gamawan Fauzi, Diah Anggraeni, Irman,
Sugiharto, serta staf Kemendagri, auditor BPK, Staf Sekretariat Komisi II DPR, staf Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), staf Kementerian Keuangan, panitia pengadaan E-
KTP, hingga Deputi bidang politik dan Keamanan Sekretariat Kabinet.

(6) Tindakan Bid Ringging juga terjadi dalam kasus ini yaitu terjadinya permainan dalam
pemenangan tender atau proses lelang dan pengadaan. Pemenangan ini diatur oleh Irman dan
Sugiharto serta diinisiasi oleh Andi Agustinus yang membentuk tim Fatmawati yang melakukan
pertemuan di rumah toko Fatmawati milik Andi Agustinus. Andi memberikan uang kepada Irman dan
Sugiharto sebesar 1,5 juta dolar AS untuk mendapat pekerjaan sub kontraktor. Sehingga yang
mendapat pemenang adalah konsorsium PNRI dan konsorsium Astagraphia.

(7) Meski pekerjaan PNRI tidak sesuai target dan tidak sesuai kontrak, Irman dan Sugiharto justru
memerintahkan panitia pemeriksa dan penerima hasil membuat berita acara yang disesuaikan
dengan target dalam kontrak sehingga seolah-olah konsorsium PNRI telah melakukan pekerjaan
sesuai target.
 Gratifikasi Ilegal

Gratifikasi Ilegal merupakan pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari
penyuapan. Hal ini melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran, atau permohonan sesuatu yang
berharga karena tindakan resmi yang telah dilakukan. Ini mirip dengan penyuapan, tetapi
transaksinya terjadi setelah fakta pekerjaan tersebut dilakukan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Undang-Undang Tipikor), gratifikasi didefinisikan sebagai,

“Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitaspenginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.”

 Pemerasan Ekonomi

Dalam kasus ini melibatkan Markus Nari untuk memuluskan pembahasan dan penambahan anggran
proyek E-KTP di DPR. Oleh karena itu, Markus meminta uang kepada Irman sebanyak Rp 5 miliar atas
tindakan yang dilakukan tersebut. Markus juga menghalagi atau merintangi penyidikan yang
dilakukan KPK. Selain itu, Markus diduga memengaruhi anggota DPR Miryam S Haryani untuk
memberikan keterangan tidak benar dalam persidangan kasus korupsi E-KTP.

Red Flags yang muncul dalam Kasus E-KTP

 Red Flags dari Konflik Kepentingan

Kecurangan konflik kepentingan melibatkan karyawan yang memiliki hubungan dengan pihak ketiga
dimana karyawan dan atau pihak ketiga memperoleh keuangan keuntungan. Penipu menggunakan
pengaruh untuk kepentingan pihak ketiga karena kepentingan pribadi ini pada pihak ketiga. Red
Flags yang timbul dalam kasus E-KTP adalah sebagai berikut:

- Terjadinya transfer yang tidak biasa (dalam jumlah besar) ke rekening Irman dan Sugiharto. Irman
mendapatkan sejumlah uang atas perbuatannya tersebut sebesar Rp2,371 miliar, 877,7 ribu dolar AS
dan 6 ribu dolar singapura. Selain itu, Sugiharto menerima sejumlah 3.474.830 dolar AS. Pemberian
uang juga dilakukan kepada anggota DPR dan Kemendagri serta perusahaan korporasi.

- Penemuan hubungan baik antara Sugiharto selaku Pejabat Pembuat Komitmen Dukcapil
kemendagri dengan atasannya Irman selaku Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri. Selain itu,
hubungan Andi Agustinus dengan Irman dan Sugiharto terungkap telah mendapat aliran dana atas
pemenangan lelang yang diiniasi oleh Andi.

- Terungkapnya hubungan rahasia antara Andi Agustinus dengan Setya Novanto selaku Ketua Fraksi
Partai Golkar. Mereka bekerja sama dalam mengkondisikan perusahaan pemenang lelang
pengadaan E-KTP.

- Tersangka Irman, Sugiharto, dan Andi mengabaikan prosedur demi memenangkan pelelangan
pengadaan E-KTP. Dalam proses pelelangan yang dilakukan telah diketahui bahwa evaluasi teknik uji
coba alat dan “output” tidak ada peserta lelang yang dapat memenuhi kriteria keamanan wajib.
Namun, para pelaku Irman dan Sugiharto tetap meloloskan konsorsium PNRI dan Astragraphia. Oleh
karena pemisahan tugas yang lemah tersebut menyebabkan terpilihnya PNRI tidak sesuai prosedur
yang benar.

- Kecurangan ini dilakukan dalam pekerjaan PNRI yang tidak memenuhi target dan tidak sesuai
kontrak. Para tersangka membuat berita acara yang tidak benar seolah-olah konsorsium PNRI telah
melakukan pekerjaan sesuai target.

 Red Flags dari Skema Penyuapan/ Bribery

a) Perubahan Gaya Hidup

· Andi Agustinus memberikan puluhan aset kepada istrinya Inayah untuk dikelola seperti rumah,
bangunan serta tanah.

· Andi memiliki satu unit Toyota Alphard B-30.

· Andi membantu istrinya dalam membuka berbagai usaha seperti usaha kos-kosan dan salon.
Selain itu, membuat perusahaan baru yakni PT Selaras Clorin Pratama, PT Inayah Properti Indonesia.
Kemudian PT Prasetya Putra Naya yang diatasnamakan adik Inayah Raden Gede sebagai pemilik
perusahaan.

b) Hubungan antara Andi Agustinus dengan Anggota DPR dan Kemendagri.

Hubungan baik yang terjadi pada Andi dengan para DPR dan Kemendagri adalah untuk melancarkan
pengadaan proyek E-KTP. Para anggota DPR dan Kemendagri menerima aliran dana yang berasal dari
perusahaan rekanan.

c) Kurangnya review atas persetujuan manajemen terhadap laporan anggaran proyek E-KTP.

Pihak pemerintah kurang melakukan review atas kelengkapan laporan anggran proyek E-KTP yang
telah dibuat. Hal tersebut karena tersangka telah melakukan suap terhadap pihak yang memeriksa
laporan agar anggran tersebut dapat dinaikkan.

3. Red Flags dari Skema Gratifikasi Ilegal

· Adanya pertemuan rahasia yang dilakukan di rumah toko Fatmawati milik Andi Agustinus
untuk membahas proses lelang dan pengadaan oleh Irman dan Sugiharto yang dipimpin oleh Andi
Agustinus.

· Adanya anomali dalam menyetujui vendor yakni terpilihnya PNRI tidak sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Red Flags dari Skema Pemerasan Ekonomi

· Dalam skema ini red flags yang muncul adalah adanya hubungan rahasia antara Irman dengan
Markus Nari.

· Anggaran dalam proyek E-KTP tinggi, tidak sesuai dengan realisasinya. Hal ini terjadi karena
peran Markus Nari dalam skandal kasus E-KTP berperan sebagai memuluskan pembahasan dan
penambahan anggaran proyek pengadaan E-KTP.
Soal Latihan hal 106

1. Jelaskan apakah teknik audit bisa digunakan dalam mengumpulkan bukti dalam proses
fraud examination!
Jawab :
Dalam melakukan fraud examination teknik audit yang sederhana dapat menjadi ampuh
apabila digunakan dengan tepat. Teknik audit adalah cara-cara yang digunakan untuk
memperoleh bukti audit. Dalam konteks audit umum, teknik audit yang digunakan untuk
memperoleh bukti audit, yang mana bukti audit ini dipakai untuk mendukung opini auditor
independen. Sedangkan dalam konteks investigasi teknik audit digunakan untuk aktivitas
yang lebih eksploratif, lebih analitis, mencari “wilayah garapan” atau tujuan pendalaman.

2. Berdasarkan sifat eksploratif dari teknik audit untuk fraud examination, maka teknik
audit apa saja yang bisa digunakan dalam investigasi?
Jawab :
Teknik audit untuk tujuan investigasi terdiri atas memeriksa fisik dan mengamati, meminta
konfirmasi, memeriksa dokumen, riview analitikal , meminta informasi lisan atau tertulis
dari auditan, dan menghitung kembali.

3. Jelaskan mengenai dua teknik yang digunakan dalam pemeriksaan pajak!


Jawab:
a. Net Worth Method, bisa dipakai untuk membuktikan terdapat/tidaknya PKP yang masih
tudak dilaporkan oleh WP. Selain itu juga bisa dipakai untuk membuktikan terdapat
/tidaknya illegal income atau penghasilan tidak sah dalam arti penghasilan yang diperoleh
dari aktivitas melawan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Expenditure Method, merupakan derivasi dari Net Worth Method, cara pembuktiannya pun
juga sama yaitu dengan cara pembuktian tidak langsung dan menghitung PKP yang belum
dilaporkan. Bedanya metode ini diterapkan hanya pada WP yang melakukan pengeluaran-
pengeluaran yang bersifat Iuxurious.

4. Jelaskan cara mencari PKP yang belum dilaporkan dalam teknik Net Worth!
Jawab : PKP yang belum dilaporkan dilakukan dengan cara:
a. Tax Examiner menetapkan Net Worth (Kekayaan bersih) di awal tahun dengan metode
mengurangkan semua nilai aset yang dimiliki dengan semua liabilitasnya (misalnya, NW
tahun 1 = aset - liabilitas, Nw tahun 2 = aset – liabilitas, dst).
b. Membandingkan NW tahun 1 dan NW tahun 2 untuk melihat kenaikan NW.
c. Membandingkan kenaikan NW dengan penghasilan yang dilaporkan pada SPT PPh pada
tahub kedua, jumlah kenaikan harus sama dengan PKP untuk tahub kedua.

5. Jelaskan cara mencari PKP yang belum dilaporkan dalam teknik Expenditure Method!
Jawab:
Mencari PKP yang belum dilaporkan dengan teknik expenditure yaitu dengan jumlah
pengeluaran dikurangi PTKP menghasilkan penghasilan kotor disesuaikan. Lalu penghasilan
dikurangi dengan pengurangan yang diperbolehkan dan pengecualian, hasil dari
pengurangan tersebut yaitu PKP yang seharusnya dilaporakan. PKP yang seharusnya
dilaporakan dibandingkan dengan PKP yang dilaporkan di SPT jika terdapat selisih itulah yang
dinamakan PKP yang belum dilaporkan.
6. Mengapa fraud examiner perlu untuk mengetahui dan memahami bestanddeel terutama
30 pasal utama yang terkait dengan TPK?
Jawab:
Karena dalam proses pemeriksaan, fraud examiner harus memusatkan investigasinya pada
pencarian indikasi bestanddeel . Setelah unsur bestanddeel terpenuhi maka selaras dengan
mendalamnya investigasi, upaya diarahkan untuk pengumpulan dan penyajian alat bukti.
Dalam kertas kerja (dokumentasi) investigasi, fraud examiner merinci semua indikasi dan
alat bukti untuk setiap bestanddeel atas TPK yang didakwakan.

7. Sebutkan pasal berapa saja dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang terkait dengan TPK?
Jawab:
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal
12 UU ini.

8. Mengapa fraud examiner harus menguasai seluk beluk dan potensi fraud pada aktivitas
pengadaan?
Jawab:
Fraud examiner harus menguasai seluk beluk dan potensi fraud yang terjadi pada setiap
tahap pada aktivitas pengadaan untuk membantu fraud examiner dalam proses fraud
examination.

9. Sebutkan dan jelaskan indikasi fraud yang berpotensi terjadi pada setiap tahap tender
bebas?
Jawab:
Pada tahap pra tender bisa terjadi fraud meliputi ketidaklengkapan dokumen, spek yang
tidak jelas, kontrak dibuat dengan ceroboh, spek pengadaan yang terlalu tinggi namun akan
diubah setelah rekanan tertentu menang, inkonsisten spek, pemecahan biaya yang disebar
berbagai akun agar lolos dari pengamatan dan waspadai kemungkinan rekanan diberi
kewenangan untuk menentukan kebutuhan lembaga pembeli
Tahap penawaran dan negosiasi, permainan pemasukan dokumenpenawaran, permainan
preses permainan tender bebas, tender arisan, permainan jaga tender/ beli proposal,
memasukkan dokumen penawaran pura-pura, memasukkan dokumen penawaran hantu,
dan permainan harga
Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif, ketidaksesuaian dengan spek dengan
berbagai skema dan kekeliruan dalam pembebanan dengan skema keliru perhitungan, keliru
pembebanan biaya material atau tenaga kerja.
10. Jelaskan proses investigasi yang dilakukan untuk proses pengadaan?
1. Perencaaan Investigasi
Proses perencanaan investigasi terdiri atas kegiatan:
 Menetapkan tujuan investigasi.
 Menentukan ruang lingkup investigasi.
 Alokasi sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan investigasi.
 Bentuk tim investigasi berikut cakupan tugas dan tanggung jawabnya.
 Buat struktur untuk menjaga kerahasiaan selama proses investigasi.
 Buat daftar tindakan yang perlu dilakukan selama proses investigasi.
2. Investigasi skema fraud pengadaan
 Mengidentifikasi sumber informasi.
i. Ketahui tempat-tempat dimana informasi penting disimpan. Berpikir seperti
pelaku, kira-kira dimana tempat menyimpan bukti penting terkait dengan
kegiatan bisnisnya.
ii. Fokus menemukan sumber yang relevan dengan kasus yang diganti.
iii. Identifikasi sumber informasi internal (seperti kontrak, jalur pengaduan, BAST,
dst) dan identifikasi sumber informasi eksternal (seperti catatan perbankan,
laporan pihak ketiga, database komersial, dst.)
 Mengumpulkan dan memproses informasi
i. Temukan dokumen penting terkait kasus yang diperiksa.
ii. Sigap dalam mencari, menganalisa dan merevisi data berbentuk digital.
iii. Kumpulkan data penting dengan cermat dari memory atau tempat
penyimpanan.
 Melakukan interview
Dalam melaksanakan wawancara, perlu dilakukan perencanaan wawancara
terlebih dahulu, kemudian buat pertanyaan yang relevan, masukkan juga
pertanyaan mengenal adanya kejadian perusahaan bersinggungan dengan hukum,
jaga kerahasiaan dan dokumentasikan dengan baik setiap hasil interview.
 Analisa informasi
i. Seringkali melibatkan pengumuman software analitis.
ii. Dalam analisis tender perhatikan file-file relevan seperti file akun costumer,
file master vendor, file pihak ketiga, akun keuangan, akun penggajian, buku
besar, dan invoice.
 Melaporkan hasil investigasi
Dalam melaporkan hasil investigasi harus berisi dan menyatakan tentang fakta saja,
jangan sampai ada kesalahan dalam mencantumkan informasi penting,
mencantumkan bagian tindak lanjut dan gunakan format pelaporan standar.

Anda mungkin juga menyukai