Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

RENCANA AKSI
MEMBANGUN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA ASN

Oleh:
Angkatan VI
Kelompok III

Toelolo Hartono Kadir, S.Hut


Megawati, S.I.P.
Rezki Ameliyah Arief, S.IP.
Muh. Alif Alam, S.E.
Nur Fithriah, S.Gz
Joice Junansi Tandirerung, S.Kom
Andre Duma Bulo, S.E.
Ahmad Zulhikam Syarifuddin, S.Kom.
Miftahul Jannah, S.Pi.
Sugiono, S.Tr.Kes.(Rad)

Peserta Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
A. Latar Belakang

Bela negara merupakan hak sekaligus kewajiban bagi setiap warga


negara, tak terkecuali warga negara Indonesia. Bela negara merupakan hal
yang sangat penting agar dapat terciptanya kehidupan bermasyarakat yang
tertib, aman dan damai. Bela negara juga bertujuan untuk menjaga dan
memelihara kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni uang, barang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, yang dilakukan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.. Hal ini menjadi isu penting
dikarenakan menurunkan citra ASN dimasyarakat. Penilaian ini masuk dalam
kategori Korupsi. Tindak pidana korupsi diatu dalam UU Nomor 311 tahun
1999 Junto UU Nomor 20 tahun 2001.
Ancaman kedaulatan kita muncul dari tindak pidana kejahatan luar
biasa, yakni korupsi termasuk di dalamnya pungutan liar, yang telah nyata
nyata merusak fondasi kekuatan kita sebagai bangsa dan menjauhkan rakyat
dari kesejahteraan. Upaya untuk melawan korupsi di semua tingkatan
merupakan wujud pembelaan kita pada negara Karna hal ini maka salah satu
aksi bela negara adalah melawan gratifikasi yang menjadi awal dan asal tindak
korupsi itu sendiri.

B. Analisis Isu

1. Gratifikasi
Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas, yakni uang, barang,
rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, yang
dilakukan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik..
Hal ini menjadi isu penting dikarenakan menurunkan citra ASN
dimasyarakat. Penilaian ini masuk dalam kategori Korupsi. Tindak pidana
korupsi diatu dalam UU Nomor 311 tahun 1999 Junto UU Nomor 20 tahun
2001.
Isu:
Adanya pemberian uang untuk mempercepat proses pencairan SP2D
rekanan SKPD
2. Hoax
Hoax merupakan informasi, kabar, berita yang palsu atau bohong. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hoax diartikan sebagai berita yang
bohong. Hoax itu menyimpang dari nilai dasar, kode etik dan kode prilaku
ASN, Untuk menghadapi dan mengantisipasi hal tersebut, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
menerbitkan Surat Edaran Nomor. 137/2018 tentang Penyebarluasan
Informasi Melalui Media Sosial bagi ASN. “Pak Menpan sudah
menandatangani Surat Edaran Nomor 137 Tahun 2018 tentang
Penyebarluasan Informasi Melalui Media Sosial Bagi ASN.
Isu:
Adanya wacana pemberian TPP bagi CPNS untuk tahun anggaran 2023
3. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
➢ Korupsi adalah penggelapan atau penyelewengan harta milik
perusahaan ataupun milik negara untuk kepentingan diri sendiri
(pribadi) maupun untuk kepentingan orang lain.
➢ Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum
antar-Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
➢ Nepotisme Adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan
atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Isu:
Adanya dugaan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah
Setelah mengidentifikasi isu, selanjutnya diperlukan analisis lanjutan pada isu-
isu tersebut. Seluruh isu yang telah diidentifikasi kemudian ditapis
menggunakan metode APKL (Aktual , Problematik, Kekhalayakan, dan
Kelayakan).

Analisis Isu Menggunakan Metode APKL

Jumlah
Kriteria Ranking
No Isu Skor
A P K L
1 Adanya pemberian uang untuk 5 5 5 4 19 I
mempercepat proses pencairan
SP2D rekanan SKPD
2 Adanya wacana pemberian TPP 5 5 4 4 18 II
bagi CPNS untuk tahun anggaran
2023
3 Adanya dugaan penyalahgunaan 5 4 4 4 17 III
kekuasaan oleh pejabat Dinas
Sosial Provinsi Selatan

Skala Likert : 1-5 Keterangan :


Angka 5 : Sangat Kuat Pengaruhnya A :Aktual(Sedangterjadi/dalamproseskejadian)
Angka 4 : Kuat Pengaruhnya P : Problematik (Masalah mendesak untuk dipecahkan)
Angka 3 : Cukup Kuat Pengaruhnya K : Kekhalayak (Menyangkut hajat hidup orang
Angka 2 : Kurang Pengaruhnya banyak)
Angka 1 : Sangat Kurang Pengaruhnya L : Layak (Realistis dan relevan)

Berdasarkan hasil dari teknik tapisan isu tersebut, maka diambil isu kontemporer
yang lebih diutamakan penyelesaiannya yaitu tentang “Adanya pemberian uang
untuk mempercepat proses pencairan SP2D rekanan SKPD”.
Adapun analis yang ditemukan berdasarkan teknik analisis Fishbone yaitu:

Analisis Penyebab Isu Menggunakan Fishbone Diagram

Setiap komponen penilai memiliki penjabaran tentang mengapa isu tersebut dapat
terjadi, yang kemudian tulang-tulang penyebab isu tersebut mengarah kepada
kepala, yaitu permasalahan itu sendiri. Penjelasan lebih rinci mengenai hasil
analisis diagram tulang ikan di atas adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan adanya gratifikasi di instansi meliputi
adanya oknum yang memanfaatkan celah saat melakukan pelayanan. Celah
tersebut bersambut dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang tepat
cepat dan pasti. Telah menjadi kewajiban bagi Pagwai Negeri untuk
memberikan pelayanan yang selesai tepat waktu. Jenis gratifikasi yang terjadi
bisa berupa gratifikasi yang dianggap suap jika diberikan kepada Pegawai
Negeri/Pejabat Negara yang dianggap tidak sesuai dengan kode etik bilamana
gratifikasi tersebut diberikan kepada pegawai negeri / penyelenggara Negara /
pejabat yang berhubungan dengan jabatannya.
2. Sistem
Faktor sistem merupakan penyebab yang muncul dari elemen atau komponen
dalam instansi. Dalam diagram di atas penyebab gratifikasi dari sistem yakni
kurangnya sosialisasi mengenai informasi proses dan prosedur, kurangnya
pengawasan, lamanya proses dalam penyusunan berkas, dan kurangnya
sosialisasi mengenai gratifikasi.
3. Keterampilan
Faktor keterampilan merupakan bagian tulang ikan yang menjelaskan penyebab
yang berhubungan dengan keterampilan dari penerima layanan dan pelayan
publik. Namun dalam diagram di atas penyebab yang memunculkan gratifikasi
dari segi keterampilan adalah banyaknya masyarakat yang belum mengerti
teknologi. Belum mengerti teknologi dapat diartikan belum mampu mengakses
layanan secara mandiri baik melalui sistem pelayanan elektronik/berbasis web
dan memilih pelayanan secara langsung yang memungkinkan kesempatan
tindakan gratifikasi .
4. Pemasok
Faktor pemasok merupakan penyebab yang dimuncul dari dini pelayan publik
(ASN). Dalam diagram di atas ditetapkan bahwa penyebab adanya gratifikasi
adalah tingkat kesejahteraan kurang dan kurangnya kesadaran diri mengenai
gratifikasi.

Dampak yang ditimbulkan dari isu tersebut antara lain:


a) Menurunnya kepuasaan masyarakat terhadap pelayanan birokrasi
b) Menurunnya citra ASN di mata publik
c) Terjadinya benturan kepentingan sehingga perumusan kebijakan menjdi tidak
objektif, berpihak, dan diskriminatif
d) Gratifikasi menjadi bentuk awal terciptanya tindakan korupsi
C. Rekomendasi

1. Optimalisasi platform “Baju Bodo” sebagai marketplace yang


menyediakan barang atau jasa bagi intansi di Sulawesi Selatan. Pelayanan
via online untuk bisa mengetahui rekam jejak pelayanan dan transaksi agar
lebih transparan.
2. Melaporkan jika mendapatkan atau mengetahui adanya tindakan
gratifikasi pada pelayanan pemerintah (Unit Pengendalian Gratifikasi).
3. Menjamin kerahasiaan data pelapor, keamanan, dan keselamatan pelapor
misalnya dengan menggunakan Whistle Blower.
4. Pemberian sanksi yang menghasilkan efek jera terhadap pelaku gratifikasi.
5. Pemberian reward kepada pegawai yang jujur dalam memberikan
pelayanan tanpa imbalan.
6. Mengadakan sosialisasi mengenai gratifikasi bersama pihak terkait (KPK,
polisi, kejaksaan, inspektorat).
7. Meningkatkan spiritual pegawai melalui kegiatan pembangunan iman
seperti kajian rohani.

D. Penutup

Dengan menanamkan sikap anti korupsi dan menjaga integritas, kita


dapat mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berkualitas. Pejabat Negara
perlu bersikap terbuka dan jujur terhadap penerimaan gratifikasi di luar
kewenangannya, serta bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk
melaporkannya. Masyarakat juga harus bersikap bijaksana, bekerja sama
dengan aparat penegak hukum, serta menjauhi pemberian yang tidak
seharusnya kepada pejabat Negara.

Anda mungkin juga menyukai