Anda di halaman 1dari 5

Angkatan : VI

Nama : Adi Rachmat Syahputra


NDH : 01
Instansi : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nama Mentor : Rahadian, S.T.
Jabatan Mentor : Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Pengembangan Kepatuhan Intern
Manajemen Risiko

ANALISIS ISU KONTEMPORER INSTANSI

I. IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI ISU


Isu adalah suatu fenomena atau kejadian yang dianggap penting atau dapat menarik perhatian orang
banyak sehingga menjadi bahan yang layak untuk didiskusikan. Isu dapat berkembang dan menimbulkan
masalah yang lebih besar jika tidak segera diatasi. Isu diidentifikasi melalui environmental scanning, yaitu
suatu sikap yang menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan atau isu yang ada dalam organisasi atau
lingkungan sekitar sekaligus bentuk kemampuan memetakan hubungan kausatif yang terjadi.
Sedangkan isu kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada waktu sekarang dan
sedang hangat diperbincangkan di dalam masyarakat. Isu-isu kontemporer yang sering terjadi diantaranya
adalah korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisme, money laundering, proxy war, dan kejahatan mass
communication.
Oleh karena itu Kementerian PUPR selaku kementerian yang diberikan tugas dalam melaksanakan
pembangunan bangsa melalui infrastruktur dan permukiman juga tidak lepas dari Isu-Isu Kontemporer yang
terjadi saat ini. Pemilihan isu kontemporer nantinya akan dilakukan melalui tahapan-tahapan pemilihan isu
seperti analisis Isu Kritikal yang terdiri dari Current Issue, Emerging Issue, dan Isu Potensial, Analisis
menggunakan Teknik Tapisan untuk menetapkan rentang penilaian sampai pada pemilihan strategi terkait
isu yang terjadi menggunakan Teknik Analisis SWOT.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian PUPR antara lain:
a. Berita Hoax dalam dana Hibah Kementerian PUPR kepada Pemerintah Daerah
Buntut dari klarifikasi yang diberikan oleh Kementerian PUPR terkait stempel hoax pemberian dana
hibah kepada pemerintah Kabupaten Blitar senilai Rp 229,5 Miliar guna pembangunan infrastruktur 14 ruas
jalan di wilayah Blitar Selatan, aksi demonstrasi yang dilakukan adalah untuk menuntut para pejabat
Kabupaten Blitar yang telah mempublikasikan bahwa Kabupaten Blitar menerima dana hibah dari
Kementerian PUPR yang ternyata adalah hoax untuk minimal meminta maaf kepada seluruh masyarakat
Kabupaten Blitar khususnya kepada masyarakat Blitar Selatan.
b. Isu Kelompok Separatis dan Terorisme Menghambat Pembangangunan Papua
Peristiwa perusakan ataupun teror pembunuhan terhadap 8 pekerja yang sedang membangun,
mengartikan bahwa KST Papua tidak memiliki rasa kemanusiaan yang di junjung tinggi di dunia dan
memang apa yang dilakukan kelompok teror tidak peduli siapapun korbannya. Hal itu tentunya akan
menghambat pembangunan yang dilakukan di Papua. Penangkapan KST jadi agenda wajib bagi aparat
keamanan di Papua, karena mereka juga menghambat pembangunan di Papua. Saat ada pembuatan jalan
trans Papua maka KST melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek. Sehingga para pekerja harus
dikawal oleh aparat, agar aman dari tembakan KST.

c. Gratifikasi dan Korupsi oleh Oknum di Lingkungan PUPR


Seiring dengan berkembangnya pembangunan infrastruktur untuk kemajuan bangsa, kasus gratifikasi
dan kasus korupsi juga sering terjadi pada beberapa titik pembangunan di Indonesia terkhususnya didaerah
dan pusat. Kementerian PUPR dalam hal ini mempunyai peran dalam memberikan pembinaan baik teknis
maupun administrasi kepada pemerintah daerah khusunya dinas-dinas PUPR. Namun masih sering
dijumpai banyaknya oknum negara yang masih mencari keuntungan dalam proyek-proyek pembangunan.
II. ANALISIS ISU
a. Teknik Tapisan Isu

Proses pemilihan isu dengan metode analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak
(APKL), yaitu:

- Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa sekarang;
- Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan
kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
- Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak
dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
- Layak (L), yaitu isu yang masuk akal, pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang dan tanggungjawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu prioritas.

Tabel 1 Analisis APKL

Kriteria
No. Isu Skor
A P K L
Berita Hoax dalam dana Hibah Kementerian
1 3 4 3 4 14
PUPR kepada Pemerintah Daerah
Kelompok Separatis dan Terorisme Menghambat
2 4 4 3 4 15
Pembangunan Papua
Gratifikasi dan Korupsi oleh Oknum di
3 4 5 5 4 18
Lingkungan PUPR
Keterangan Skala Skor:
Skala 5: Skala Besar; 4: Besar; 3: Sedang; 2: Kecil; dan 1:Sangat Kecil

Berdasarkan dari angka yang didapatkan pada tabel matrik penilaian kualitas isu di atas maka dapat
disimpulkan bahwa isu yang akan dibahas yaitu isu tentang “Gratifikasi dan Korupsi oleh Oknum di
Lingkungan PUPR”.

b. Analisa SWOT

Selanjutnya, dilakukan analisa untuk mengidentifikasi penyebab masalah menggunakan Analisa


SWOT. Berikut Tabel Analisa SWOT :
No. Internal Eksternal
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Sudah memiliki sistem Lingkungan yang Adanya APH yang Pihak penyedia jasa
pelaporan gratifikasi dan mendukung untuk Bertugas dalam memberikan peluang
korupsi secara melakukan gratifikasi mengawasi pelaksanaan untuk melakukan
elektronik dan korupsi pembangunan gratifikasi dan korupsi
2. Sudah memiliki sistem Pola Pikir dan Budaya Bekerja sama dengan Pelaku Tindak Pidana
pembentukan WBK kerja yang tidak sehat media dalam Cenderung memiliki
dan WBBM transparansi pelaksanaan banyak jaringan
pekerjaan sehingga dapat menutup
rapat kejahatan
3. Memiliki personil agen Adanya praktek UU dan Peraturan
perubahan di sebagian kerjasama dalam Keterbukaan Informasi
besar unit kerja melakukan gratifikasi Publik yang mewajibkan
dan korupsi lembaga untuk
memberikan
keterbukaan informasi
4. Memiliki sanksi yang Peningkatan akan Adanya sistem
kuat terhadap pelaku kebutuhan hidup perbantuan dari
pidana korupsi oknum pegawai yang Instansi Lain seperti
bersangkutan penggunaan SPAN
Lapor yang bekerja
sama dengan PUPR
5. Memiliki Sistem Masih kurangnya
pelaporan LHKPN pemahaman pegawai
terkait gratifikasi dan
korupsi
6. Memiliki bimbingan Peraturan dan Sistem
teknis/diklat rutin untuk Penanggulan
pembekalan terkait Gratifikasi dan
korupsi dan gratifikasi Korupsi
untuk semua unit kerja Belum dijalankan
secara efektif
III. PENYEBAB TERJADINYA ISU

Berdasarkan hasil analisa SWOT diatas didapatkan bahwa Korupsi dan Gratifikasi oleh Oknum di
Lingkungan PUPR terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu
- Pola Pikir pegawai dan Budaya kerja yang tidak sehat
- Adanya praktek kerjasama dalam melakukan gratifikasi dan korupsi
- Peningkatan akan kebutuhan hidup oknum pegawai yang bersangkutan
- Peraturan dan Sistem Penanggulan Gratifikasi dan Korupsi Belum dijalankan secara efektif
- Pihak penyedia jasa memberikan peluang untuk melakukan gratifikasi dan korupsi
- Pelaku Tindak Pidana Cenderung memiliki banyak jaringan sehingga dapat menutup rapat
kejahatan

IV. DAMPAK ISU

Dampak yang akan terjadi jika isu tidak segera diselesaikan adalah sebagai berikut:
- Memperlambat proses pembangunan Infrastruktur di Indonesia
- Budaya Gratifikasi dan Korupsi dapat menjadi budaya yang menjamur dan dapat ditoleransi

V. REKOMENDASI PENYELESAIAN

Rekomendasi penyelesaian yang dapat dilakukan dalam menghadapi isu tingkat kemantapan jalan, yaitu:
- Bekerjasama dengan APH dalam membantu PUPR mengawasi potensi Tindak Pidana Korupsi,
pembangunan WBK dan WBBM di Lingkungan PUPR dan Bimbingan Teknis Pencengahan
Tipikor
- Mengintegrasikan Sistem Pelaporan Korupsi dan Gratifikasi di Internal PUPR dengan sistem
pelaporan SPAN Lapor
- Mewajibkan semua personil di PUPR memahami peraturan dan undang-undang mengenai korupsi
dan gratifikasi
- Mengefektifkan sistem pencegahan Tipikor dengan melakukan asistensi/kerja sama dengan APH,
APIP, dll
- Melakukan percepatan pembangunan WBK dan WBBM untuk meminimalisir gratifikasi dan
korupsi baik dari pihak rekanan atau yg lainnya
- Mengefektifkan pelaksanaan sistem pencegahan tipikor dengan menerapkan prinsip keterbukaan
agar pihak rekanan tidak memiliki celah dalam melakukan gratifikasi kepada pegawai PUPR

Anda mungkin juga menyukai