Proses pemilihan isu dengan metode analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak
(APKL), yaitu:
- Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa sekarang;
- Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan
kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
- Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak
dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
- Layak (L), yaitu isu yang masuk akal, pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang dan tanggungjawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu prioritas.
Kriteria
No. Isu Skor
A P K L
Berita Hoax dalam dana Hibah Kementerian
1 3 4 3 4 14
PUPR kepada Pemerintah Daerah
Kelompok Separatis dan Terorisme Menghambat
2 4 4 3 4 15
Pembangunan Papua
Gratifikasi dan Korupsi oleh Oknum di
3 4 5 5 4 18
Lingkungan PUPR
Keterangan Skala Skor:
Skala 5: Skala Besar; 4: Besar; 3: Sedang; 2: Kecil; dan 1:Sangat Kecil
Berdasarkan dari angka yang didapatkan pada tabel matrik penilaian kualitas isu di atas maka dapat
disimpulkan bahwa isu yang akan dibahas yaitu isu tentang “Gratifikasi dan Korupsi oleh Oknum di
Lingkungan PUPR”.
b. Analisa SWOT
Berdasarkan hasil analisa SWOT diatas didapatkan bahwa Korupsi dan Gratifikasi oleh Oknum di
Lingkungan PUPR terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu
- Pola Pikir pegawai dan Budaya kerja yang tidak sehat
- Adanya praktek kerjasama dalam melakukan gratifikasi dan korupsi
- Peningkatan akan kebutuhan hidup oknum pegawai yang bersangkutan
- Peraturan dan Sistem Penanggulan Gratifikasi dan Korupsi Belum dijalankan secara efektif
- Pihak penyedia jasa memberikan peluang untuk melakukan gratifikasi dan korupsi
- Pelaku Tindak Pidana Cenderung memiliki banyak jaringan sehingga dapat menutup rapat
kejahatan
Dampak yang akan terjadi jika isu tidak segera diselesaikan adalah sebagai berikut:
- Memperlambat proses pembangunan Infrastruktur di Indonesia
- Budaya Gratifikasi dan Korupsi dapat menjadi budaya yang menjamur dan dapat ditoleransi
V. REKOMENDASI PENYELESAIAN
Rekomendasi penyelesaian yang dapat dilakukan dalam menghadapi isu tingkat kemantapan jalan, yaitu:
- Bekerjasama dengan APH dalam membantu PUPR mengawasi potensi Tindak Pidana Korupsi,
pembangunan WBK dan WBBM di Lingkungan PUPR dan Bimbingan Teknis Pencengahan
Tipikor
- Mengintegrasikan Sistem Pelaporan Korupsi dan Gratifikasi di Internal PUPR dengan sistem
pelaporan SPAN Lapor
- Mewajibkan semua personil di PUPR memahami peraturan dan undang-undang mengenai korupsi
dan gratifikasi
- Mengefektifkan sistem pencegahan Tipikor dengan melakukan asistensi/kerja sama dengan APH,
APIP, dll
- Melakukan percepatan pembangunan WBK dan WBBM untuk meminimalisir gratifikasi dan
korupsi baik dari pihak rekanan atau yg lainnya
- Mengefektifkan pelaksanaan sistem pencegahan tipikor dengan menerapkan prinsip keterbukaan
agar pihak rekanan tidak memiliki celah dalam melakukan gratifikasi kepada pegawai PUPR