Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ADM NEGARA 2

OLEH

NAMA SRI MULIA NOVA SARI

NIM 031071479

UNIVERSITAS TERBUKA UBJJ BATAM

2018
1. Mengidentifikasi masalah Birokrasi di Indonesia

1.1 Masalah Birokrasi di Indonesia

Ada 3 masalah utama di dalam birokrasi Indonesia.

 masalah pertama adalah korupsi. Permasalahan ini terjadi disemua organisasi


pemerintahan. Biasanya korupsi terjadi pada tiga aktifitas utama, yaitu bidang pelayanan
administrasi, pelaksanaan proyek pembangunan dan terakhir penegakan hukum. Pada
bidang pelayanan administrasi kita bisa melihat pada kasus Gayus Tambunan. Pada
bidang pelaksnaan proyek pembangunan kita bisa melihat pada kasus pembangunan
wisma atlet sea games di Palembang ( kasus Nazaruddin) yang melibatkan Wafid
Muharam. Pada kasus penegakan hukum kita bisa melihat pada kasus jaksa Urip, Cirus
Sinaga dan juga terkhir kasus jaksa Sistoyo di Kejaksanaan negeri Cibinong Jabar.
Dalam kasus Hakim kita bisa lihat pada kasus hakim Imas, hakim Syarifuddin, belum
lagi kasus yang melibatkan aparat kepolisian.Kasus-kasus diatas adalah contoh sebagian
kecil dari beribu-ribu kasus korupsi sejenis yang terjadi di Indonesia yang melibatkan
birokratnya.

 Masalah kedua dalam birokrasi di Indonesia adalah masalah efisiensi. Jumlah lembaga-
lembaga pemerintahan baik di pusat dan didaerah sangat banyak, yang dampaknya
memperbesar jumlah PNS yang harus mengisinya. Data yang adalah jumlah PNS di
Indonesia saat ini adalah sekitar4,7 juta jiwa. Besarnya jumlah PNS, berdampak lurus
dengan besarnya anggaran negara yang tersedot untuk membayar gaji mereka.

 masalah ketiga adalah masalah efektifitas, menyangkut manfaat dari pekerja pemerintah
tersebut bagi masyarakat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelyanan birokrasi di
Indonesia sangat lambat dan berbelit. Begitu pula masalah proyek-proyek pemerintah
yang tidak tepat sasaran, sehingga tidak dirasakan manfaatnya.
1.2.Masalah politik di Indonesia

Saat ini, kondisi politik di negara kita sedang mengalami banyak masalah. Banyak penguasa
yang terjerat berbagai kasus seperti korupsi.Saat ini situasi politik di Indonesia memang terjadi
banyak masalah di dalamnya.

- Korupsi

kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat dari tingkat rendah seperti kabupaten atau kota
hingga pada pejabat pusat. Hal ini sangat disayangkan karena para pejabat tersebut sudah dipilih
dan dipercaya oleh masyarakat untuk menjalankan roda pemerintahan. Masyarakat berharap
mereka mampu menjalankan roda pemerintahan tersebut dengan baik sesuai dengan janji-janji
manis mereka saat melakukan kampanye. Namun nyatanya saat mereka sudah terpilih dan
dilantik menjadi pejabat, mereka justru banyak yang berkhianat. Para pejabat tersebut melakukan
korupsi yang sama saja dengan makan uang rakyat. Rakyat bukannya makin sejahtera malah
makin menderita. Ketika rakyat sedang kesusahan untuk mencari pekerjaan guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari, para pejabat tersebut justru lebih sering leyeh-leyeh dan tidur saat rapat.
Semua janji-janji yang mereka teriakkan saat kampanye hanyalah bualan. Padahal, seharusnya
mereka bekerja keras, mendengarkan aspirasi rakyat, sehingga rakyat bisa hidup dengan aman da
sejahtera. Pejabat harus meletakkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama dan
mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka bisa terpilih juga karena
dipilih oleh rakyat, jadi mereka bekerja juga harus untuk rakyat, bukan untuk memperkaya diri
sendii.

- Kampanye Hitam

politik lain yang sering terjadi adalah kampanye hitam. Dalam masa kampanye, tim sukses dari
para kubu yang akan bersaing dalam pemilihan umum akan berusaha keras untuk mendapatkan
dukungan dari rakyat. Mereka biasanya memberikan janji-janji manis kepada masyarakat.
Memang tidak ada salahnya, selama janji-janji tersebut bisa mereka realisasikan saat sudah
terpilih. Dan masyarakat juga harus terus memantau dan membantu menyuarakan aspirasi agar
janji-janji tersebut bisa terealisasi. Namun yang disayangkan, banyak oknum-oknum tidak
bertanggung jawab yang saling menjatuhkan pihak lawan dengan kampanye hitam. Mereka akan
membuat isu-isu buruk tentang pihak lawan untuk memengaruhi masyarakat. Hal ini tentu akan
merugikan dan menurunkan elektabilitas pihak lawan.

2.Mengidentifikasi teori dan konsep permasalahan dalam kasus korupsi

2.1.Teori Korupsi

2.1.1 Teori Utilitarianisme

Teori utilitarianisme tentang motivasi melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan manfaat


yang akan diterima dan pengorbanan yang dilakukan. Ada tiga hal penting dari teori
utilitarianisme yaitu: pertama, akibat atau konsekuensi dari suatu tindakan dijadikan acuan untuk
menilai apakah suatu tindakan dinilai baik atau buruk. Kedua, satu – satunya hal penting dalam
menilai konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan adalah manfaat yang diterima dan
pengorbanan yang dilakukan untuk tindakan tersebut. Maka tindakan yang menghasilkan
manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan pengorrbanannya adalah tindakan yang benar.

Ketiga, kebahagiaan seseorang tidak boleh dianggap lebih penting dari kebahagiaan orang lain.
Asumsi tersebut dipergunakan untuk menghitung seberapa besar manfaat dan pengorbanan yang
dihasilkan. Dengan kata lain kebahagiaan setiap orang sama pentingnya (Nugroho 2012). Maka
tindakan ini memungkinkan seseorang melakukan apa saja asalkan hal itu membawa
kebahagiaan.Jika dilihat pada kenyataannya, paham utilitarianisme telah diterapkan pada pihak –
pihak yang berada pada lembaga pemerintah

2.1.2 Teori Principal - Agent

Principal-Agent adalah suatu hubungan dimana satu atau beberapa orang sebagai principal
mengikat orang lain sebagai agen dengan memberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan
kepada agen. Teori ini karena menganggap munculnya korupsi disebabkan oleh Asymetric
Information yang terjadi antara principal dan agen (Nugroho, 2012). Para ahli ekonomi
menggunakan teori ini untuk menganalisis masalah – masalah yang terjadi seputar dua atau lebih
individu, kelompok atau organisasi pada suatu instansi (Yulianita 2013)
2.1.3 Teori Biaya - Manfaat

Menurut Becker (1968), mengemukakan analisis korupsi dengan menggunakan teori biaya –
manfaat. Menurutnya seseorang melakukan korupsi dengan sebelumnya mempertimbangkan
biaya dan manfaatnya. Dalam hal ini manfaat yang dimaksud adalah harta atau keuntungan dari
korupsi. sedangkan biayanya adalah hukuman penjara yang diterima jika melakukan korupsi.

2.2 Pola – pola korupsi

Terjadinya korupsi pada suatu lembaga atau instansi pasti memiliki pola – pola tertentu dalam
pelaksanaannya. Menurut (Fadjar 2002), pola terjadinya korupsi dapat dibedakan menjadi 3
yaitu: pertama, penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kewenangan tertentu dengan pihak lain dengan cara sogok menyogok, suap, mengurangi standar
spesifikasi, atau volume dan penggelambungan dana. Hal ini dikenal dengan Mercenery abuse of
power. Biasanya penyalahgunaan wewenang seperti ini dilakukan oleh pejabat dengan level
kedudukan yang tidak terlalu tinggi dan bersifat non politis. Kedua Discretinery Abuse of Power,
pejabat yang memiliki kewenangan istimewa seperti walikota/bupati menyalahgunakan
wewenangnya dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan tertentu yang bias
menjadikan pihak tersebut dapat bekerjasama dengan pihak tertentu. Ketiga Ideological Abuse of
Power, biasanya pada pejabat untuk tujuan dan kepentingan tertentu dari kelompok atau
partainya. Bisa juga terjadi dukungan kelompok pada pihak tertentu demi mencapai jabatan
strategis pada birokrasi atau lembaga eksekutif dan pada waktu yang akan datang mereka
mendapatkan kompensasi atas tindakan tersebut.

2.3 Dampak Korupsi

Korupsi memiliki dampak yang besar terhadap berbagai aspek terutama dilihat dari aspek
ekonomi. Menrut (Eric Chetwyn, Frances Chetwynd, dan Bertram Spector 2003), korupsi
memiliki dampak terhadap kemiskinan yang kemudian dapat dijelaskan melalui dua model yaitu
model pemerintahan dan model ekonomi. Model pemerintahan menjelaskan bahwa korupsi
mengikis kapasitas lembaga pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas,
menurunkan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan, meningkatkan tekanan
anggaran pemerintah, serta mengalihkan investasi publik jauh dari kebutuhan publik utama
dalam proyek-proyek modal (dimana suap dapat terjadi). Sedangkan model ekonomi
menjelaskan bahwa korupsi menciptakan inefisiensi dengan meningkatkan biaya untuk berbisnis,
mengurangi investasi, mendistorsi pasar, menghalangi kompetisi, dan meningkatkan kesenjangan
pendapatan. Sehingga akan menciptakan ketidak adilian, melemahkan demokrasi, membuat yang
kaya menjadi lebihkaya dan mendukung para diktator, menyebabkan berkurangnya investasi
domestik dan asing, mengurangi penerimaan pajak dan melemahkan jiwa wirausaha,
menghambat penyediaan barang publik.

KESIMPULAN

Pelaksanaan birokrasi dalam hal pelayanan publik di setiap negara tentunya berbeda, begitu juga
diantara negara berkembang dengan negara maju. Di negara berkembang yaitu Indonesia,
pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sepertinya belum bisa dikatakan
baik atau maksimal karena tidak semua lapisan masyarakat yang belum menikmati pelayanan
yang ada dan birokrasinya sangat berbelit-belit.

Jika birokrasi buruk, upaya pembangunan akan dipastikan mengalami banyak hambatan. Tidak
hanya dalam hal pembangunan, birokrasi yang buruk dapat memicu permasalahan yang komplek
dalam masarakat.

Meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menciptakan birokrasi
yang bersih dan ideal sesuai harapan, bukan tidak mungkin semuanya dapat diselesaikan dengan
berbagai proses dan tahapan melalui reformasi birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai