Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KORUPSI MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN DALAM BIDANG EKONOMI


Nama Dosen Matakuliah:
Ns. Estefina Makausi, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh:
Noura Maria Manawan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA
TOMOHON
2023

i
DAFTAR ISI
 
1. HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….…………….i
2. DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……………ii
3. BAB I……………………………………………………………………………………………..1
Pendahuluan……………………………………………………………………..………….1
Latar belakang……………………………………………………………………….…….1
Permasalahan……………………………….……………………….…………………….1
4. BAB II………………………….………………………………………………………………….2
Pembahasan………………………………………………………………………….……….2
Makna Tindak Pidana Korupsi…………………………………………….………..2
Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi…………………………………………….3
5. BAB III………………………………………………………………………………………….…7
Kesimpulan……………………………………………………………………………….……7
6. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….….8

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik hukum
institusi Negara dirancang dan disahkan senabagai Undang-Undang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Tebah pilih. Begitu kira-kira
pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak
pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh
dalam pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui
LSM dan Ormas pun  tidak mau kalah, mengambil manfaat dari kampanye
anti korupsi di Indonesia.
Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata ampuh para koruptor
untuk menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto,
contoh kasus korupsi yang yang tak kunjung memperoleh titik
penyelesaian. Padahal penyelesaian kasus-kasus korupsi Soeharto dan
kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu
mentimulus program pembangunan ekonomi di Indonesia.

B.    Permasalahan
1.     Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan ekonomi di
Indonesia?
2.     Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek
korupsi tersebut?
3.     Bagaimana Mutiplier effec bagu efesiensi dan efektifitas
pembangunan ekonomi di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Tindak Pidana Korupsi


Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National Integrity
System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global
yang harus menjadi keprihatianan semua orang. Praktik korupsi biasanya
sejajar dengan konsep pemerintahan totaliter, dictator yang meletakakan
kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak berarti dalam system
social politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih parah
berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan ruang
terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran
hak asasi manusia, lanjut Pope.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa.
Korupsi merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa,
memperbesar utang suatu Negara, dan menurunkan standar kualitas suatu
barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alasan keterlibatan
modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public, korupsi selalu
menyebabkan situasi social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian
ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector
swasta sering melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung
dalam menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return of investment
(ROI) yang dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat
praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam makalahnya
menjelaskan bahwa korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana
Maksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana.
Mubaryanto, Penggiat Ekonomi Pancasila, dalamdalam artikelnya
menjelaskan tentang korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan
dengan keadilan adalah korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”.
Perubahan nama dari korupsi menjadi KKN ini barang kali beralasan
karena praktek korusi korupsi memang terkait koneksi dan nepotisme.
Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak “penggantian” ini tidak baik
karena KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah
diteleransi dibandingakan dengan penggunaan kata korupsi secara
gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

B.    Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi


Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar
tercapai pertumbuhan dengan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan
tentang korupsi yang setiap hari diberitakan oleh media masa baik cetak
maupun elektronik, tergambar adanya peningkatan dan pengembangan
model-model korupsi.
Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan” atau
“anactment policy”, merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant
di Negara berkembang, pengusaha tepatnya, untuk hal yang bersifat
negatif atau positif. Dan konsep perundang-undangan dengan dimensi
seperti ini dominant terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi
masuknya praktek korupsi melalui kelemahan perundang-undangan.
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak dapat
lagi menggulur

Negara-negara berkembang soal praktik korupsi, karena melalui korusilah


system ekonomi social rusak, baik Negara maju dan berkembang. Bahkan
dalam buku “The Confession of Economic Hit Man” John Pakin
mempertegas peran besar Negara adidaya seperti Amerika serikat melalui
lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan perusahaan Multinasional
terperangkap dalam hutang luar Negeri yang luar biasa besar, seluruhnya
dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini. Demokrasi dan metamorfosis
Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde
baru, Soeharto, membawa berkah bagi tumbuhnya kehidupan demokrasi di
Indonesia. Reformasi, begitu banyak orang menyebutperubahan tersebut.
Namun sayangnya reformasi harus dibayar mahal oleh Indonesia melalui
rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum” yang setiap saat
siap meledak itu. Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk
membodohi rakyat. Namun, apa mau ditanya rakyat tak pernah sadar, dan
terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi yang lahir dari
mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi
di pusat kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti
oleh desentralisasi pengelolaan kekuangan daerah, korupsi mengalami
pemerataan dan pertumbuhan yang signefikan. Disharmonisasi politik
ekonomi social, grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena
korupsi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin mudah
ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya
nilai-nilai sosial., kepentingan pribadi menjadi pilihan utama dibandingkan
kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi
etika pribadi yang melandasi prilaku sosial sebagaian besar orang. Kedua,
tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas public.

Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar
ambisi politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan
pangkat. Sementara kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan
prioritas dan orientasi yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di
Indonesia, justru memfasilitasi korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci
dari pemecahan masalah korupsi adalah keberpihakan pemerintah pada
keadilan. Korupsi harus dianggap menghambat pewujudan keadilan sosial,
pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi
telah menghinggapi anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah,
bahayanya harus dianggap jauh lebih parah karena mereka (anggota
DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah”
dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili aspirasi rakyat, jika
sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran
serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak pada
konglomerat), dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi
rakyat, maka ini berarti harus ada keadilan politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia
karena tidak  kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah
aturan main berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh
warga Negara. Kita menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social,
untuk bekerja keras dan berpikir secara empiric indktif yaitu selalu
menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya
berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-
teori berat. Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang
dihasilkan akan langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil
kebijakan masa sekarang. Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup
mewah ketika pada saat yang sama masih sangat banyak warga bangsa
yang harus mengemis sekedar untuk makan.

Negara kaya atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk
memberantas praktek korup maka akan selalu mendestruksi perekonomian
dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti yang menunjukan
bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak Negara kaya
dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy di
Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Pembangunan
ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam
kepada perusahaan multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya
telah terkemas praktik korupsi untuk menumpuk pundik-pundi harta bagi
kepentingan politik dan pribadi maupun Kelompoknya.

BAB III
KESIMPULAN

            Merangfkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun,


melaksankan rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit.
Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk mendobrak dan
merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama
lambatnya pembangunan ekonomi dan paripurna di Indonesia. Korupsi
yang telah terlalu lama wabah yang tidak pernah tepat Sasaran ibarat
“yang sakit Kepala, kok yang di obati tangan”. Pemberantasan korupsi
seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik
simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk
mengawasi dan membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya
penyakit kotor korupsi di Indonesia.Tidak mudah memang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Harian Kompas, 13 Juni 2006,


Gramedia Hikmahanto Juwana, Paper 2006, “Politik Hukum UU Bidang
Ekonomi di Indonesia” MPKP, FE,UI.

Mobaryanto, artikel, “Keberpihakan dan Keadilan”, Jurnal Ekonomi Rakyat,


UGM, 2004.
Jeremy Pope, “Confronting Corruption: The Element Of National Integrity
System”. Transparency International, 2000.

Robet A Simanjuntak, “Implementasi Desentralisasi Fiskal: Problem,


Prospek, dan Kebijakan”.  LPEM UI, 2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah            .

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/contoh-makalah-ekonomi.html

Anda mungkin juga menyukai