Disusun Oleh:
Noura Maria Manawan
i
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….…………….i
2. DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……………ii
3. BAB I……………………………………………………………………………………………..1
Pendahuluan……………………………………………………………………..………….1
Latar belakang……………………………………………………………………….…….1
Permasalahan……………………………….……………………….…………………….1
4. BAB II………………………….………………………………………………………………….2
Pembahasan………………………………………………………………………….……….2
Makna Tindak Pidana Korupsi…………………………………………….………..2
Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi…………………………………………….3
5. BAB III………………………………………………………………………………………….…7
Kesimpulan……………………………………………………………………………….……7
6. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….….8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik hukum
institusi Negara dirancang dan disahkan senabagai Undang-Undang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Tebah pilih. Begitu kira-kira
pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak
pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh
dalam pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui
LSM dan Ormas pun tidak mau kalah, mengambil manfaat dari kampanye
anti korupsi di Indonesia.
Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata ampuh para koruptor
untuk menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto,
contoh kasus korupsi yang yang tak kunjung memperoleh titik
penyelesaian. Padahal penyelesaian kasus-kasus korupsi Soeharto dan
kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu
mentimulus program pembangunan ekonomi di Indonesia.
B. Permasalahan
1. Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan ekonomi di
Indonesia?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek
korupsi tersebut?
3. Bagaimana Mutiplier effec bagu efesiensi dan efektifitas
pembangunan ekonomi di Indonesia?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar
ambisi politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan
pangkat. Sementara kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan
prioritas dan orientasi yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di
Indonesia, justru memfasilitasi korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci
dari pemecahan masalah korupsi adalah keberpihakan pemerintah pada
keadilan. Korupsi harus dianggap menghambat pewujudan keadilan sosial,
pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi
telah menghinggapi anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah,
bahayanya harus dianggap jauh lebih parah karena mereka (anggota
DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah”
dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili aspirasi rakyat, jika
sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran
serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak pada
konglomerat), dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi
rakyat, maka ini berarti harus ada keadilan politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia
karena tidak kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah
aturan main berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh
warga Negara. Kita menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social,
untuk bekerja keras dan berpikir secara empiric indktif yaitu selalu
menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya
berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-
teori berat. Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang
dihasilkan akan langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil
kebijakan masa sekarang. Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup
mewah ketika pada saat yang sama masih sangat banyak warga bangsa
yang harus mengemis sekedar untuk makan.
Negara kaya atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk
memberantas praktek korup maka akan selalu mendestruksi perekonomian
dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti yang menunjukan
bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak Negara kaya
dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy di
Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Pembangunan
ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam
kepada perusahaan multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya
telah terkemas praktik korupsi untuk menumpuk pundik-pundi harta bagi
kepentingan politik dan pribadi maupun Kelompoknya.
BAB III
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/contoh-makalah-ekonomi.html