Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Korupsi dan Manipulasi”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Bisnis. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang pengertian Korupsi,
gambaran umum tentang korupsi di Indonesia, persepsi masyarakat terhadap korupsi di
Indonesia, fenomena korupsi di Indonesia, Hubungan Korupsi di Indonesia dengan
etika,pengertian manipulasi, pemalsuan dan pembajakan dan pengertian Diskriminasi
Gender.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Lili Karmela Fitriani, S.E.,M.Si,
selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis yang telah memberikan bimbingan kepada kami,
dan kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat.

Kuningan, 20 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASLAH
1.3 TUJUAN MASLAH
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


2.2 Gambaran Umum tentang korupsi di Indonesia
2.3 Faktor Penyebab Korupsi
2.4 Fenomena Korupsi di Indonesia
2.5 Hubungan korupsi dengan etika bisnis
2.6 Pengertian manipulasi dan pembajakan
2.7 Definisi Pemalsuan
2.8 Penegertian Diskriminasi Gender
2.9 Kasus dan Analisis Kasus

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa
maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat
tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang
terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang
korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

Maraknya pelanggaran yang terkait dengan kasus korupsi di Indonesia saat ini telah
memberikan citra buruk bagi Indonesia di mata dunia internasional. Bukan hanya itu, tetapi
budaya korupsi yang merajalela telah menyengsarakan masyarakat Indonesia sendiri. Rakyat
kecil yang tidak memiliki kuasa seperti layaknya para petinggi negara dan pengusaha-
pengusaha kaya, mejadi semakin terhimpit hidupnya akibat tidak terwujudkannya “hak-hak”
yang seharusnya menjadi milik masyarakat diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Hak-hak masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah dana yang seharusnya
diperuntukan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kegiatan ekonomi,
khususnya bisnis di Indonesia hilang dan telah menjadi hak pribadi.

Hubungan antara etika bisnis dengan korupsi yaitu praktek korupsi yang banyak
terjadi merupakan salah satu dari pelanggaran etika bisnis. Etika bisnis menyangkut moral,
kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara
umum mengenai etika mengatakan bahwa praktek korpusi adalah tindakan tidak bermoral
dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur, pelanggan, kreditur,
pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak
bermoral. Dalam makalah ini, penulis memfokuskan kajian tentang salah satu patologi
birokrasi yaitu tentang korupsi, di mana saat ini kasus korupsi yang ada di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. Korupsi merupakan sebuah masalah besar bagi negara yang mana
dampak dari korupsi itu adalah kerugian yang di alami oleh negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?


2. Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia?
3. Apa saja faktor penyebab Korupsi korupsi?
4. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia?
5. Apa hubungan korupsi dengan etika bisnis?
6. Apa yang dimaksud dengan manipulasi dan pembajakan?
7. Apa yang definisi dengan pemalsuan?
8. Apa yang dimaksud dengan diskriminasi gender?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian dari korupsi.
2. Untuk mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.
3. Untuk faktor penyebab korupsi.
4. Untuk mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui hubungan korupsi di Indonesia dengan etika.
6. Untuk mengetahui Pengertian Manipulasi Dan Pembajakan.
7. Untukmengetahui Definisi pemalsuan.
8. Untuk mengetahui Pengertian Diskriminasi gender.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau
orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dis-honest
(ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang
Penyelewengan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dise-
butkan bahwa korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-
aturan perundang-undangan yang mengatur tentang pidana korupsi.
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja “corrumpere” yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Melihat dari asal kata
saja kita dapat mengetahui bahwa korupsi berkaitan dengan hal yang buruk. Sederhana nya
korupsi dapat kita artikan sebagai suatu tindakan yang mengambil uang Negara dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok. Sedangkan dari sudut
pandang lain korupsi dijelaskan sebagai suatu tindakan penyelewengan atau penggelapan
uang baik itu uang Negara atauuang lainnya yang dilakukan untuk keuntungan pribadi atau
orang lain
Secara umum korupsi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang merugikan
mkepentingan public atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Korupsi ini merupakan salah satu tindak pidana jika dilakukan seseorang. Tindak pidana
korupsi ini sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri atau
kelompok diaman kegiatan tersebut sangat merugikan bangsa dan Negara serta melanggar
hukum yang berlaku.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:

 Perbuatan melawan hukum.


 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara.
Setelah menegetahui unsur-unsur dalam tindak pidana korupsi maka kita harus
memahami beberapa contoh/jenis tindak pidana korupsi yaitu sebagai berikut:

 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).


 Penggelapan dan Pemerasan Uang.
 Ikut serta dalam penggelapan dana dan pengadaan barang (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara).
 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Alasan Orang Melakukan Korupsi Berdasarkan Gone Theory yang dikemukakan oleh
Jack Bologne, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi yaitu:

 Greeds (keserakahan)
 Opportunities (kesempatan melakukan kecurangan)
 Needs (kebutuhan hidup yang sangat banyak)
 Exposures (pengungkapan): tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku
kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan tidak begitu jelas.

2.2 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia


Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor
24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),
namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga
Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya
menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara
yang Bersih & Bebas dari KKN.
 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan
adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh
be-berapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan
de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.
Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor.
Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas
terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin
berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan
secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Menurut Ilham Gunawan menyatakan bahwa korupsi terjadi karena Faktor-faktor


tertentu, adapun faktor penyebab terjadi korupsi adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan ajaran-ajaran agama dan etika.


2. Akibat kolonialisme atau pemerintahan asing yang tidak mengindahkan kesetiaan dan
kepatuhan dalam membendung korupsi.
3. Lemahnya penedidikan/
4. Kemiskinan yang bersifat structural
5. Terbatasnya lingkungan anti korupsi
6. Struktur pemerintahan yang lunak
7. Perubahan radikal yang menyebabkan terganggunya kestabilan sistem.
 DAMPAK KORUPSI

Bicara mengenai dampak korupsi, maka kita harus tahu bahwa korupsi tidak hanya
berdampak bagi para pelaku saja tapi juga berdampak bagi Negara. Penjelasan dampak
korupsi adalah sebagai berikut:

1. Dampak korupsi bagi pelaku ( koruptor )

Korupsi meupakan salah satu tindakan pidana sehingga para pelaku pidan korupsi akan
dijatuhi hukum pidana,

2. Dampak korupsi bagi Negara

Dampak yang paling jelas tentunya kerugian Negara. Jika korupsinya dilakukan dalam
lingkup Negara maka akan mempengaruhi keuangan Negara begitu pula jika korupsi
dilakukan pada perusahaan maka juga akan mempengaruhi keuangan perusahaan.

 Ada beberapa macam bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa
uang maupun barang.
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang
dilakukan oleh pihak-pihaak tertentu yang mengelola sumberdaya tersebut, baik
berupa dana public atau sumber daya alam tertentu.
3. Fraud merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan
(trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi
informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan.
Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional.
5. Favourtism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya.
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan Negara.
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.
2.4 Fenomena Korupsi di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

a. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga-lembaga politik yang ada.
b. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”
lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan,
kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
c. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak
di antara mereka yang tidak mampu.
d. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :


a. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-
bah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
b. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-
an umum.
c. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba
mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
d. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
e. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok
kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok
masyarakat besar (rakyat).
f. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di
bidang politik dan ekonomi-bisnis.
g. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ja-
batan dan hirarki politik kekuasaan.

 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi


dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah
melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN.
 Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-
sia, antara lain sebagai berikut :
a. Upaya pencegahan (preventif).
Preventif, merupakan suatu pengendalian sosial yang dilakukan untuk
mencegah kejadian yang belum terjadi. Atau merupakan suatu usaha yang dilakukan
sebelum terjadinya suatu pelanggaran. Dalam preventif masyarakat atau seseorang
diarahkan, dibujuk, atau diingatkan supaya jangan melakukan pelanggaran yang telah
disebutkan. Misalnya, Pak Rahman mengingatkan murid-muridnya untuk selalu
berbuat sopan santun serta baik kepada semua orang agar tidak terjadi tindakan
anarkis. Dalam contoh tersebut dijelaskan bahwa Pak Rahman perlu mengingatkan
kepada muridnya selalu berbuat baik. Karena, jika tidak mungkin murid tersebut
sudah melakukan tindakan anarkis.

 Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan
agama.
 Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
 Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.
 Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
 Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
 Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
 Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
 Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

b. Upaya penindakan (kuratif).

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-
rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh
penindakan yang dilakukan oleh KPK :
 Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
 Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
 Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
 Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-
an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
 Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
 Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
 Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
 Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
 Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).
 Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
 Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
 Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
 Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
 Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
 Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
 Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
d. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
 Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang
meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia
dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat
melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-
tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto
yg bebas korupsi.
 Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba
se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju
organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah
Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai
kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam.
Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan,
Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari
Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &
Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
e. Membangun supermasi hukum yang kuat
Indonesia merupakan Negara hukum, sehingga segala sesuatunya harus
didasarkan dengan hukum. Hukum juga merupakan pilar keadilan. Jika hukum tidak
dapat menegakan keadilan, maka kepercyaan public terhadap institusi ini akan runtuh.
Pelaku hukum yang bekerja dengan tidak jelas akan memudahkan para pelanggar
hukum contohnya koruptor untuk mengatasinya kita perlu membangun supermasi

2.5 Hubungan Korupsi Dengan Etika Bisnis

Hubungan korupsi dengan etika bisnis dapat dipahami dalam kehidupan pemerintahan
sebagai suatu keadaan, di mana jika etika dipegang teguh sebagai landasan tingkah laku
dalam pemerintahan, maka penyimpangan seperti korupsi tidak akan terjadi. Korupsi dan
etika bisnis merupakan satu kesatuan. Jika kita sudah memahami betul apa saja yang harus
diperhatikan dalam berbisnis, maka tindakan korupsi tidak mungkin dilakukan. Tindakan
korupsi jelas – jelas melanggar etika bisnis, karena kegiatan tersebut sangatlah merugikan
banyak pihak. Intinya kita harus mengerti dulu apa saja etika dalam berbisnis, baru kita
memulai bisnis. Agar bisnis kita tidak melanggar peraturan.

Misalnya kode etik pada PNS yang merupakan norma-norma sebagai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan PNS yang diharapkan dan dipertangung jawabkan dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa, negara dan masyarakat dan tugas-tugas
kedinasan, organisasinya serta pergaulan hidup sehari-hari sesama PNS dan individu-individu
di dalam masyarakat.

2.6 Pengertian Manipulasi, dan Pembajakan

 Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,


penghilangan, atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas,
kenyataan , fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem
perancangan sebuah tata sistem nilai. Manipulasi adalah bagian penting dari tindakan
menanamkan gagasan, sikap, sistem berfikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.
Pembajakan adalah Penggandaan ciptaan dari atau produk hak terkait secara tidak sah
dan pendistribusian barang dari penggandaan dimaksud secara luas untuk
memperoleh keuntungan ekonomi. Pembajakan merupakan sebuah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan berbagai macam aktifitas ilegal atau pemalsuan
yang berkaitan dengan dunia bisnis.

Alasan Seseorang Melakukan Pembajakan


 Harga dapat dijual jauh lebih murah di bandingkan aslinya.
 Dampak penyebaran dan perkembangan teknologi yang sangat pesat di dunia.
 Resiko bisnis sangat rendah karena menjanjikan biaya produksi dan overhead yang
sangat murah.
 Memiliki pasar potensial yang sangat besar.

Beberapa Bentuk Strategi Anti Pembajakan

 Warning Strategy

Perusahaan pemegang merek asli memberikan peringatan secara aktif kepada para
konsumennya terhadap produk perusahaan tersebut yang dipalsukan.

Contohnya : Pembuat jam tangan terkenal di dunia merek Rolex membuat iklan di the Wall
Street Journal yang memberikan pendidikan kepada konsumennya bagaiamana membedakan
produk Rolex asli dengan Rolex palsu. Dengan melakukan pendidikan kepada konsumen,
maka diharapkan pembelian dan penjualan produk palsu dapat di kurangi karena kesadaran
akan bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh produk palsu tersebut terhadap konsumen
dan produsen. Strategi ini dipandang sangat mahal, karena harus di kampanyekan lewat
media massa seperti koran atau televisi, tetapi dalam jangka panjang, perusahaan akan
mendapatkan profit yang lebih baik.

 Withdrawal Strategy

Perusahaan pemegang merek asli mengawasi dan memilih secara ketat distributor yang
memasarkan produknya di pasar yang dicurigai produk bajakan sangat banyak dijual. Produk-
produk di bawah merek ‘Hunting World’ hanya dijual pada 80 pengecer di seluruh dunia.
Kasus penjualan kaos merek Dagadu Yogyakarta yang hanya membuka outlet penjualan
produknya terbatas, bertujuan untuk memberikan kepastian kepada konsumennya bahwa
produk yang dibeli asli.

 Prosecution Strategy

Perusahaan pemegang merek asli melibatkan tim penyidik yang dibentuk oleh perusahaan
sendiri untuk melakukan penyelidikan secara aktif tempat-tempat yang dicurigai sebgai
pembuat produk palsu dari perusahaan tersebut. Contoh : perusahaan yang sudah
melakukannya, misalnya, Rolex dan Christian Dior. Namun, persoalan di lapangan muncul
ketika ada perusahaan yang dicurigai sebagai pembuat produk palsu yang seharusnya dikenai
sangsi hukum tetapi karena penegakan hukum diberbagai Negara berbeda, menyebabkan
sangsi hukum yang seharusnya dikenakan tersebut tidak terjadi, atau kadang sangsi
hukumnya tidak seimbang dengan perbuatan yang dilakukannya.

 Monitoring Strategy

Perusahaan pemegang merek asli memandang bahwa distributor adalah pemegang kunci
penyebaran produk palsu dipasar. Karena itu, pendekatan dengan distributor untuk
membangun loyalitas akan lebih efektif dalam menghentikan produk bajakan di pasar.
Distributor di dorong untuk memegang peranan aktif dengan cara melaporkan setiap temuan
yang mencurigakan terhadap kemungkinan produk palsu. Strategi ini biasanya di ikuti dengan
berbagai macam insentif untuk mendorong keaktifan distributor memerangi pembajakan
produk. Banyak produk merek terkenal yang bersifat ‘luxury’ atau mewah dan mahal
memiliki hubungan dengan pengecer yang memiliki reputasi tinggi dalam hal penjualan
produk asli. Dengan reputasinya ini penjual bahkan berani menanggung denda kerugian kalau
produk yang dijualnya ternyata palsu, sehingga mereka sangat aktif membantu memerangi
produk bajakan karena pada akhirnya akan merugikan mereka (pengecer).

Contoh : Mr. Charles Bogar, seorang pengecer produk mewah di San Farnsisco, berani
mengeluarkan uangnya untuk bayar denda sebasar 1,7 juta dollar karena klaim dari
pemebelinya bahwa produk yang dijual ada yang palsu (Chaudhry & Walsh 1996).

2.7 Pengertian Pemalsuan

Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru suatu benda, statistic, atau
dokumen-dokumen dengan maksud menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan adalah
kejahatan memperdaya yang lain, termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh
melalui pemalsuan. Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan yang di dalamnya mengandung
sistem ketidkbenaran atau palsu atas suatu hal ( objek ) yang sesuatunya itu nampak dari luar
seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.

 Perbuatan pemalsuan merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap dua norma dasar
yaitu:
1. Kebenaran ( kepercayaan ) yang pelanggarannyadapat tergolong dalam kelompok
kejahatan penipuan.
2. Ketertiban masyarakat, yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok kejahatan
terhadap Negara/ketertiban masyarakat.

 Macam-macam bentuk kejahatan pemalsuan

Dalam ketentuan hukum pidana, dikenal beberapa bentuk kejahatan pemalsuan, antara
lain :

1. Sumpah Palsu , Melakukan hal yang melanggar sumpah dengan sengaja merupakan
bentuk pidana. Diatur dalam pasal 242 KUHP
2. Pemalsuan Uang, Diatur dalam pasal 244 KUHP. Dibagi menjadi dua bentuk :

 Membikin Secara Meniru


 Memalsukan

3. Pemalsuan Materai, Pemalsuan materai merugikan pemerintah karena pembelian


materai adalah semacam pajak dan pemalsuan materai berakibat berkurangnya pajak
ke kas Negara. Diatur dalam pasal 253 KUHP.

2.8 Diskriminasi gender

Diskriminasi gender merupakan bentuk ketidakadilan terhadap individu tertentu,


dimana bentuknya seperti pelayanan (fasilitas) yang di buat berdasarkan karakteristik yang di
wakili oleh individu tersebut. Gender berasal dari bahasa latin berarti tipe atau jenis. Gender
adalah sifat dan perilaku yang di lekatkan pada laki-laki dan perempuan yang di bentuk
secara sosial maupun budaya.

 Bentuk-bentuk Diskriminasi Gender


 Pemarginalan posisi dan peran perempuan
 Subordinasi (wanita ada di bawah pria)
 Stereotipe-stereotipe
 Kekerasan dalam berbagai bentuk
 Beban ganda dalam rumah tangga
KONFLIK SOSIAL

Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap
ada perbedaan ‘posisi’ yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan/atau tindakan salah satu
pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang
berhasil.

 Pendekatan Konflik dalam Masyarakat

 Pendekatan Konsensus (teori fungsional-struktural)

Pendekatan ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan kejahatan.
Pendekatan consensus melihat bahwa masyarakat memiliki satu persepsi atau asumsi yang
sama dalam melihat kejahatan.

 Pendekatan Konflik (teori konflik)

Pendekatan ini melihat bahwa kejahatan merupaka satu istilah yang muncul akibat adanya
perbedaan-perbedaan gagasan di masyarakat yang pada dasarnya juga memiliki tingkat dan
kelompok kepentingan yang berbeda pula.

 Konflik dan Kekerasan

Kekerasan

Kekerasan merupakan perbuatan orang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang.

 Konflik Bernuansa Kekerasan

 Konflik Realistik

konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan
tuntunan yang terdapat dalam hubungan sosial, misalnya adanya pemogokan buruh melawan
majikanya
 Konflik Nonrealistik

konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis melainkan dari
kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan tegangan,misalnya upaya mencari kambing
hitam yang sering terjadi dalam masyarakat atau balas dendam menggunakan ilmu ghoib.

 Faktor Penyebab Konflik

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, secara umum ada faktor utama yang
menjadi penyebab terjadinya konflik, yaitu:

1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perbedaan Sosial

 Fungsi dan Akibat Konflik

Konflik memiliki fungsi positif, yaitu: Meningkatkan solidaritas sebuah kelompok konflik
dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan kelompok lainnya dalam bentuk
aliansi. Konflik dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang semula pasif untuk
kemudian memainkan peran tertentu secara lebih aktif. Konflik juga memiliki fungsi
komunikasi.

 Cara Mengatasi Konflik

Empat cara pokok yang umumnya dipakai untuk mengelola/mengatasi konflik, yaitu:

1. Paksaan/Koersi
2. Arbitrasi
3. Mediasi
4. Negosiasi
5. Masalah Polusi/Pencemaran

Pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain kedalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air dan udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

 Upaya-upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidup

1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber


daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat di perbaharui dengan
memperhtikan daya dukung dan daya tampungnya.
2. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya
alam maka di perlukan penegakan hukum secara adil dan konsisten.
3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan
dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
5. Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan penggunaan indikator harus diterapkan secara efektif.
6. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang
sudah sebelumnya.
7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan
global.

2.9 Kasus Dan analisis Kasus


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan
sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde
Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi
di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial,
kepemim-pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Rakyat
kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering menanggapi
permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.
Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom-pok
sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak
mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pri-badinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.
Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korup-si. Ada beberapa upaya
yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain :upaya
pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa
dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swada-ya Masyarakat).

3.2 Saran

a. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indo-nesia
agar mendapat informasi yang lebih akurat.
b. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-kannya
di dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Nabilla, Risti. 2017. Etika bisnis ( tugas kelompok ). [Online]. Tersedia:


http://ristinabilla.blogspot.co.id/2017/04/tugas-etika-bisnis-kelompok-8.html?m=1
(19 april 2018)
Siska. 2017. Pengertian, cirri, penyebab dampak korupsi. [Online]. Tersedia :
http://www.ilmudasar.com/2017/12/korupsi-adalah.html?m=1
(19 april 2018)
http://id.m.wikipedia.org/wiki/manipulasi
Wahyudi, Hari. 2012. Tindak pidana Pemalsuan. [Online]. Tersedia : http://makalah-
perkuliahan.blogspot.co.id/2012/09/tindak-pidana-pemalsuan.html?
(19 april 2018)
https://trademarkpatent.wordpress.com/2015/05/10/pembajakan-adalah/
Ramadhani, sri. 2013. Diskriminasi gender. [Online]. Tersedia :
http://nersstudent.blogspot.co.id/2013/11/diskriminasi-gender.html?m=1
(19 april 2018)

Anda mungkin juga menyukai