Hasan 1172002019 UAS PPKN
Hasan 1172002019 UAS PPKN
TUGAS PPKN
Hasan 1172002019
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2021
HASIL TURNITIN SEBELUM DIFILTER 15%
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Korupsi sudah menjadi persoalan utama di semua negara-negara terbelakang dan
berkembang (Dininio, 2004) .Korupsi merupakan masalah bentuk permasalahan global yang
harus dihadapi oleh semua negara di dunia ini, pemerintah, dan komunitas (Ho dan Huang,
2011).
Korupsi menghambat jalannya upaya suatu bangsa untuk mewujudkan negara yang
sejahtera. Dan juga banyak sumber daya diambil oleh orang-orang yang hanya
mementingkan pribadinya sendiri. Akibatnya, masyarakat miskin tidak dapat mengakses
banyak program pembangunan sehingga tidak dapat meningkatkan taraf hidup mereka, hal
ini mengakibatkan kondisi yang lebih buruk, dimana beberapa orang hidup dalam kondisi
makmur dan pada saat yang sama sebagian besar masyarakat hidup dalam taraf subsistensi
(Morris, 2012). Korupsi secara umum seperti kebanyakan menyalahgunakan posisi atau
mengambil sumber daya bagi para pejabat publik untuk keuntungan pribadi mereka biasanya
dalam bentuk penyuapan (Lee dan Oh, 2007).
Korupsi di Indonesia dapat terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka. Di era kerajaan,
otoritas lokal harus melayani raja di pusat otoritas. Mereka tidak mendapat gaji. Kalau tidak,
mereka bisa mengeksploitasi sumber daya ekonomi di wilayah mereka dan memperoleh
pendapatan dari itu. Setelah Indonesia merdeka, kondisinya lebih buruk dari sebelumnya.
Ketidakstabilan politik mendorong kondisi ekonomi yang buruk. Hal ini menyebabkan
Indonesia mengalami hiperinflasi pada periode 1965-1966 dan merugikan karyawan
pendapatan tetap. Partai politik juga menyusup ke pemerintahan. Di era ini, kolusi dan
nepotisme lebih kuat. Rekrutmen, penempatan, dan promosi hanya didasarkan pada partai
politik yang sama (Widodo, 2006; Economakis, 2010).
Dalam beberapa kasus korupsi di indonesia, negara juga turut menangung defisit
materiil yang sangat besar. akhir-akhir ini pada tahun 2020 indonesia digemparkan dengan
kasus korupsi yang tengah menjadi sorotan masyarakat indonesia yaitu kasus dugaan korupsi
PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Yang menelan kerugian negara mencapai Rp16,81 triliun
dalam kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Menurut Badan Pemeriksa
Keuangan menyatakan Persoalan mengklaim skandal itu bersifat gigantik atau berskala besar
di perusahaan asuransi.
Bahkan, apabila tak segera diselesaikan, sistematik dampaknya akan. Jiwasraya akan
meluas, bukan hanya di tubuh Artinya, pengaruh dari persoalan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita dapat rrumuskan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud korupsi itu sendiri?
2. Bagaimana gambaran umum pada kasus korupsi di Indonesia?
3. Apa penyebab kasus korupsi di Indonesia? Apa akibatnya bagi bangsa
Indonesia?
4. Kasus korupsi apa yang dilakukan PT Asuransi Jiwasrya (Persero)?
5. Apa dampak yang terjadi atas kasus korupsi PT Asuransi Jiwasrya (Perssero)?
6. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus korupsi PT Asuransi
Jiwasrya (Perssero)?
BAB IV PENUTUP
Salah satu cara terbaik untuk melihat korupsi adalah ketika tindakan individu
meniadakan prinsip moral yang memandu kewajiban resmi mereka. Korupsi dengan demikian
tidak dapat dihindarkan dari pelanggaran aturan etnis yang mengikat pelaksanaan tugas
resmi. Setiap posisi resmi baik secara pribadi atau publik dipandu oleh etika dan etika ini ada
untuk mengatur perilaku resmi. Beberapa faktor akan membuat konsensus tentang penyebab dan
cara yang berhasil pemberantasan korupsi agak bermasalah. Diantara faktor-faktor tersebut
menurut Agubamah (2009) keunikan setiap masyarakat dan atau negara, dinamika atau sifat
sosial yang berubah interaksi politik dan ekonomi dalam komunitas global dan perbedaan dalam
persepsi praktik korupsi oleh berbagai disiplin ilmu.
Salah satu teori korupsi adalah teori modernisasi. Di kata Huntington 1968, salah satu
ahli teori modernisasi yang dikutip oleh Adefulu (2007) mengamati bahwa: proses pembangunan
ekonomi dan politik dalam masyarakat modern cenderung melahirkan ketidaksetaraan,
ketidakstabilan politik dan korupsi yang dapat didefinisikan hanya dalam istilah penggunaan
publik kekuatan untuk mencapai tujuan pribadi. Bekerja dengan sungguh-sungguh setelah
Konferensi Gerakan Non-Blok Bandung (1955)…Ahli teori modernisasi menjelaskan bahwa:
penyebab, skala dan kejadian korupsi dan korupsi
Praktek di negara-negara pra-kolonial dalam hal logika patrimonialisme, neo
patrimonialisme, prebendalisme, dan patro-klientelisme dan proposisi utama yang umum untuk
semua teori kerjasama ini berpusat pada pandangan bahwa korupsi ekstraktif di indonesia (dan di
tempat lain di negara berkembang) adalah salah satu konsekuensi yang tidak dapat diterima dari
pencangkokan modern struktur politik dan proses pada struktur sosial politik masyarakat adat
yang berfungsi di dasar nilai dan kewajiban lama (ibid). Terlepas dari manfaat yang diperkirakan
dari pemerintah campuran pinpiontedlyl Sklar (2003) sebagai dilaporkan dalam Adefulu (2007)
insiden korupsi di indonesia dipandang sebagai hasil dari perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma yang berlaku, dan yang juga menandakan tidak adanya kelembagaan
politik yang efektif yang membuat para pejabat tersebut sulit untuk melakukannya menceraikan
peran publik mereka dari peran pribadi, sehingga mendorong mereka untuk menundukkan
mereka peran institusional terhadap tuntutan eksogen '.
Menurut Adefulu (ibid) Huntington cara menunjukkan casing teori ortodoks korupsi
hanya menggambarkan asal ancaman dengan membenarkan korupsi berdasarkan alasan parokial
di dalam hal keterbelakangan politik dan dalam hal kecenderungan masyarakat tradisional untuk
terlibat dalam apa yang oleh Clapham (1985) dikutip oleh Adefulu (2007) sebagai pribadi hadiah
pemberian yang diyakini hampir universal dalam masyarakat patrimonial.
Sekuat file Argumen dari teori ortodoks patrimonialsm misalnya Huntington, adalah
untuk menjelaskan dan spiral Alasan korupsi di negara-negara yang memiliki studi kasus
patrimonialisme, yang berkembang biak ketimpangan, ketidakstabilan politik yang diyakini
disebabkan oleh proses ekonomi yang salah dan perkembangan politik, konsep patrimonialisme
gagal memberi tahu kita alasan yang berarti tentang penyebab aktual dan prevalensi
korupsi. Kegagalan ini mendorong para analysst liberal Barat untuk melakukannya
mengoperasionalkan konsep terkait lainnya yang diberi tag neo patrimonialisme untuk
menjelaskan fenomena tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Korupsi
Corruption atau rasuah (Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak,
diguncang, dipelintir, disuap ialah merupakan |yakni perbuatan pejabat publik, bagus politisi
ataupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam perbuatan itu yang secara tak
wajar dan tak resmi menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan terhadap mereka
untuk menerima profit sepihak.
Dari sudut pandang peraturan undang-undang, tindak pidana korupsi secara garis
besar memenuhi faktor - faktor sebagai berikut:perbuatan melawan hukum,
Menggunakan wewenang demi hal pribadi, dan kesempatan pribadi , atau sarana
kesenangan pribadi tidak memperdulikan orang banyak,
Memperkaya diri sendiri dengan kekusaan, dan bersekutu seseama orang lain, atau
korporasi, dan
Memyebabkan kerugikan keuangan negara yang tidak sedikit atau perekonomian negara.
Beberapa jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah :
Memberi atau menerima hadiah atau janji demi tujuan yang ingin dicapai (penyuapan),
Melakukan Penggelapan dalam jabatan agar teman sesama bisa masuk dengan mudah,
Ikut memeras bawah dengan posisi jabatannya,
Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Terbongkarnya kasus korupsi milik usaha BUMN oleh perusahaan Jiwasraya telah
menarik masyarakat luas. Perusahaan Jiwasraya sudah lama berdiri mulai era rezim Hindia
Belanda pada tanggal 31 Desember tahun 1859 dan di tanggal 21 Agustus tahun 1984 berganti
nama menjadi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) .
Pada masa itu bisnis Jiwasraya pernah pulih pada tahun 2011 tapi malah terseret
dampak pada darurat ekonomi atau krisis moneter pada musim 1998 Jiwasraya juga kehilangan
likuiditasnya yang membuat Jiwasraya mengalami gagal tukar tuntutan pengguna Rencana
Tabungan JS pada bulan Oktober tahun 2018 sebesar Rp802 miliar dan triliun per Desember
tahun 2019 mencapai Rp12,4. Buruknya penangganan keuangan Jiwasraya dikarenakan
perusahaan tapi Jiwasraya tetap membeli saham-saham pada rangkap 2 & 3 mendekati tutup
triwulan atau tutup tahun demi strategi “memperbarui” informasi keuangan (window dressing)
milik mereka.
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) mendeteksi adanya ketidakwajaran nilai saham
tempat Jiwasraya berinvestasi selalu “melompat” menjelang 19 Vol. 12,
No.2/II/Puslit/Januari/2020 tutup tahun, dan kemudian saham itu tercatat dijual kembali
dibeberapa ditahun-tahun berikutnya. Karena nilai saham yang dibayar di bawah nilai bursa,
dibeberapa laporan finansial final tahun akan tercatat ke produk pendanaan Jiwasraya profitable
(untung sedikit). Namun pada kenyataannya perusahaan telah mengalami kerugian yang sangat
besar
Kronologi Kasus Korupsi PT Asuransi Jiwasraya
Tahun Terjadi Korupsi Keterangan Kasus Korupsi PT Asuransi Jiwasraya
2002 Insolvensi Jiwasraya(simpanan yang semakin mengecil dari semestinya) sebesar Rp2,9 triliun.
2004 Insolvensi perusahaan Jiwasraya juga mengalami risiko pailit(macet dalam pemabayaran) sebesar Rp2,76 triliun.
2006 -Ekuitas perusahaan Jiwasraya mengalami efek minus Rp 3,29 triliun dan dengan modal yang dimiliki jauh makin kecil
dibandingkan keharusan.
2008 -Defisit sebesar perseroan Rp5,7 triliun. Untuk memusnahkan bukti sengsara di informasi keuangan mereka. Setelah itu
Jiwasraya menghadirkan reksa fulus penyertaan terbatas dan resuransi (penyelamatan berjangka pendek).
2009 Defisit perusahaan Jiwasraya sebesar Rp6,3 triliun dan melanjutkan skema reasuransi.
2010 Perusahaan Jiwasraya melanjutkan rencana reasuransi.
2011 PT Asuransi Jiwasraya melakukan rencana reasuransi dan mengalami keumtungan sebesar Rp1,3 triliun
- Bapepam-LK berharap Jiwasraya memberikan alternatif dalam menyelesaikan secara menyeluruh dan mendasar
2012 jangka pendek. Rencana Tabungan JS untuk mendapatkan ijin dari Bapepam-LK pada 12 Desember tahun 2012
dengan guaranteed return 12% per tahun (lebih tinggi dibanding yield obligasi).
- Bapepam-LK resmi mengalihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan meminta Kementerian BUMN untuk
2013 melakukan langkah alternatif memulihkan keuangan Jiwasray beserta jangka waktunya karena rasio solvabilitas
perusahaan yang kurang dari 120%.
.
2014 -Perusahaan Jiwasraya mengalami peningkatan penempatan dana dibursa saham dan reksa dana.
- Perusahaan Jiwasraya mengalami lonjakan pendapatan premi sebasar 50%.
2015 - Hasil audit BPK ini menunjukkan adanya dugaan penyelewenggan tanggung jawab dan laporan aset investasi
keuangan melebihi realita (overstated) serta kewajiban di bawah realita (understated).
2016 - OJK memohon industri Jiwasraya melaksanakan rencana pemenuhan rasio kecukupan investasi pada industri
Jiwasraya sebab telah tidak lagi memakai mekanisme reasuransi.
2017 - Otoritas Jasa Keuangan meminta Jiwasraya melakukan evaluasi terhadap produk JS Saving Plan agar sesuai
kemampuan pengelolaan investasi.
2018 . - Otoritas Jasa K euangan dan Jiwasraya melakukan pembahasan penurunan pendapatan premi secara signifikan akibat
penurunan guaranted return (garansi imbal hasil) atas produk JS Saving Plan.
2019 - Jiwasraya sangat membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas (Risk Based Capital)
mencapai 120%.
2020 - Kejaksaan Agung meminta Badan Pemeriksa Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan melakukan kerjasama untuk
memulai audit investigasi kepada perusahaaan Jiwasraya.
2.5 Apa dampak yang terjadi atas kasus korupsi PT Asuransi Jiwasrya (Perssero)
Dampak yang terjadi atas kasus Dampak ekonomi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) bisa
lebih besar dari kerugian nasional yang mencapai Rp 16,8 triliun. Meski begitu, skala kasus Jiwasraya masih
memaksa BPK menghitung kerugian ekonomi negara. Agung menilai kasus Jiwasraya (Jiwasraya) sangat
berpengaruh sehingga perlu perhitungan ini.
Wakil Ketua Badan Pengawas Keuangan Agus Joko Pramono menegaskan,
dampak menilai kerugian ekonomi lebih luas daripada dampak kerugian nasional. Badan
Pengawas Keuangan akan mempertimbangkan berbagai faktor yang muncul dari kasus korupsi
Jiwasraya.
Permasalahan PT Jiwasraya( Persero) berakibat pada industri asuransi lain ialah 800
rekening diblokir dari 137 industri serta 25 rekening sudah dibuka kembali atas instruksi
OJK sebab tidak ikut serta dengan Jiwasraya. banyak nasabah yang dirugikan oleh
permasalahan Jiwasraya yang berefek pada kandas bayar. Permasalahan Jiwasraya
berakibat pula ke Industri Reksa Dana.
Bagi industri reksa dana, pengembalian semua modal yang diinvestasikan juga
dianggap bencana. Pasalnya, tidak ada jaminan investasi pokok di industri reksa dana.
Meskipun produk tersebut reksa dana terproteksi. Bukan hanya investor / nasabah
Jiwasraya, artinya setiap nasabah perusahaan asuransi lain juga bisa meminta full refund
jika merugi. Padahal, seperti yang diketahui semua orang, investasi di industri pasar modal
saat ini sedang terpuruk. Oleh karena itu, multiplier effect dari keputusan ini sangatlah
besar.
Yang penting tingkah laku untuk diukur adalah apakah itu intern auditor adalah
sadar akan itu keberadaan beberapa pers abnormal pada, fenomena, acara atau keadaan urusan
(Krathwohl et al., 1964). Tugas-tugas yang dilakukan dalam audit internal membutuhkanuire
seperangkat keterampilan sosial yang mungkin berbeda di tempat kerja lingkungan dan
ekonomi (Siegel & Tukang giling, 2010). Di memesan untuk bertindak secara etis, individu
harus menjadi sadar dari apa adalah dipertimbangkan right dan salah dalam masyarakat
(Dickerson, 2009). Jika ada ambiguitas, itu akan meningkatkan kemungkinan individu akan
menjaditidak menyadari etika situasi tertentu. Dalam profesi auditing, sosial consensus mungkin
mengurangi etis ambiguitas (Chia & Mee, 2000; Jones, 1991) dan oleh karena itu heighten
etis kesadaran, pertimbangan dan tingkah laku. Dickerson (2009) melaporkan that sebuah
auditor' skepekaan etis diperkuat oleh luasnya kesepakatan sosial seputar etika masalah.
Wimbush & Shepard (1994) dilaporkan bahwa itu etis iklim dalam sebuah organisasi /
lingkungan berpengaruh positif terhadap etika kepekaan.
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu cara terbaik untuk melihat korupsi adalah ketika tindakan individu
meniadakan prinsip moral yang memandu kewajiban resmi mereka. Bekerja dengan sungguh-
sungguh setelah Konferensi Gerakan Non-Blok BandungAhli teori modernisasi menjelaskan
bahwa: penyebab, skala dan kejadian korupsi dan korupsi praktek di negara-negara pra-kolonial
dalam hal logika patrimonialisme, neo patrimonialisme, prebendalisme, dan patro-klientelisme
dan proposisi utama yang umum untuk semua teori kerjasama ini berpusat pada pandangan
bahwa korupsi ekstraktif di indonesia adalah salah satu konsekuensi yang tidak dapat diterima
dari pencangkokan modern struktur politik dan proses pada struktur sosial politik masyarakat
adat yang berfungsi di dasar nilai dan kewajiban lama.
Terlepas dari manfaat yang diperkirakan dari pemerintah campuran pinpiontedlyl
Sklar sebagai dilaporkan dalam Adefulu insiden korupsi di indonesia dipandang sebagai hasil
dari perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma yang berlaku, dan yang juga
menandakan tidak adanya kelembagaan politik yang efektif yang membuat para pejabat tersebut
sulit untuk melakukannya menceraikan peran publik mereka dari peran pribadi, sehingga
mendorong mereka untuk menundukkan mereka peran institusional terhadap tuntutan eksogen '.
Sekuat file Argumen dari teori ortodoks patrimonialsm misalnya Huntington, adalah untuk
menjelaskan dan spiral Alasan korupsi di negara-negara yang memiliki studi kasus
patrimonialisme, yang berkembang biak ketimpangan, ketidakstabilan politik yang diyakini
disebabkan oleh proses ekonomi yang salah dan perkembangan politik, konsep patrimonialisme
gagal memberi tahu kita alasan yang berarti tentang penyebab aktual dan prevalensi korupsi.
Mereka menemukan korelasi negatif yang signifikan antara desentralisasi pengeluaran dan
tindakan korupsi, yang kuat dalam kaitannya dengan rangkaian kontrol yang tepat atau tindakan
atau sub periode korupsi.
Gambaran yang kontras muncul dari serangkaian hasil regresi lintas negara yang
komprehensif oleh Treisman yang meneliti korelasi antara delapan ukuran desentralisasi yang
berbeda dengan berbagai ukuran korupsi dan pemberian layanan sosial, sambil mengendalikan
rentang variabel yang lebih besar. Dampak yang ditimbulkan dari korupsi bagi Indonesia :
Jumlah kasus korupsi yang terus meningkat di Indonesia telah meningkatkan kesadaran akan
dampak korupsi yang merusak pembangunan ekonomi, meskipun belum ada penelitian yang
mempertimbangkan nilai ambang batas di mana korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi
3.2. Saran
Demikian paper yang penulis buat, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Lebih khusus bagi teman-teman mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan terutama mengenai kasus korupsi. Adapun mengingat keterbatasan penulis dan
penyusun makalah ini, jika ada kekeliruan atau kesalahan dalam penyusunan, maka sebagai
penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman atau pembaca.
3.3. Referensi
Author RienditasaffiraNuran
Article title: 281669604 makalah-kasus-korupsi
Website title: Slideshare.net
URL: https://www.slideshare.net/RienditasaffiraNuran/281669604-makalahkasuskorupsi
Article title: Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Aspek Kehidupan
Website title: KOMPASIANA
Author RienditasaffiraNuran
Article title: 281669604 makalah-kasus-korupsi
Website title: Slideshare.net
URL: https://www.slideshare.net/RienditasaffiraNuran/281669604-makalahkasuskorups
Article title: Kronologi Kasus Gagal Bayar Jiwasraya Versi OJK
Website title: Cnnindonesia
https:// www.cnnindonesia.com/ekono mi/20191230095752-78-460918/ kronologi-
URL:
kasus-gagal-bayarjiwasraya-versi-ojk
Article title: Perjalanan Jiwasraya, Pionir Asuransi Jiwa yang Kini Terseok-seok
Website title: Kompas
https://www..com/tren/ read/2019/12/25/164037765/ perjalanan-jiwasraya-
URL:
pionirasuransi-jiwa-yang-kini-terseokseok?page=all
Quah, J. S. T. (2003). Causes and Consequences of Corruption in Southeast Asia: A Comparative Analysis of
Indonesia, the Philippines and Thailand. Asian Journal of Public Administration.
https://doi.org/10.1080/02598272.2003.10800416
Henderson, J. V., & Kuncoro, A. (2004). Corruption in Indonesia. NBER Working Paper Series.