Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Korupsi sudah ada di tengah – tengah kita sejak awal manusia mulai membentuk
organisasi. Korupsi adalah bagian dari kegiatan kolektif kita. Namun demikian, tidak berarti
kita boleh bersikap acuh tak acuh menngenai korupsi. Korupsi merusak kehidupan ekonomi
dan landasan moral tata kehidupan kita.
Benar memanng, sulit untuk melihat korupsi ada atau tidak, karna korupsi
berlangsung dalam selubung kerahasiaan. Selain itu kesulitan itu karena kata Aristoteles
‘’Hal yang biasa terjadi sehari – hari mendapat perhatian paling kecil dari masyarakat’’.
Bahkan hingga detik ini sekalipun, sebagian besar korupsi terjadi di sektor pemerintah. Kita
harus membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita masing – masing untuk
membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah organisasi yang
bertujuan besar untuk membebaskan Negara kita ini dari kasus korupsi yaitu komisi
pemberantasan korupsi (KPK) namun kenyataanya korupsi masih meraja lela di negeri kita.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul rumusan masalah yaitu :

1. Konsep Pemberantasan Korupsi

2. Bagaimana penangannan korupsi di Indonesia paska pembentukan Komisi


Pemberantasan Korupsi (KPK).

3. Bentuk – bentuk korupsi di Indonesia

4. Upaya penangannanya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk mengambil
keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau
dishonest (ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu pelanggaran.
Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan Negara dan kurangnya kepercayaan.
Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu muncul kelompok sosial
baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu.
Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya menindak dan
mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti di
Indonesia yang memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani oleh
lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dll. Yang paling penting agar tidak terjadi korupsi
adalah disetiap diri harus memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang
haram. Karena sejatinya orang yang memiliki harta yang halal adalah orang-orang yang
paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya, paling lapang dadanya, paling
sukses kehidupannya, dipenuhi keberkahan dan kehormatan serta harga diri bersih dan
terjaga.

2.2 Konsep Pemberantasan Korupsi

Banyak sekali hambatan dalam pemberantasan korupsi. Terlebih bila korupsi sudah
secara sistemik mengakar dalam segala aspek kehidupan masyarakat di sebuah negara.
Beragam cara dicoba, namun praktek korupsi tetap subur dan berkembang baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Kegagalan pemberantasan korupsi di masa lalu tidak boleh
menyurutkan keinginan semua pihak untuk memberantas korupsi. Perlu dipahami bahwa
tidak ada satu konsep tunggal yang dapat menjawab bagaimana korupsi harus dicegah dan
diberantas. Semua cara, strategi dan upaya harus dilakukan dalam rangka memberantas
korupsi.

2
Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi
adalah menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum
khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk
memberantas korupsi. Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai
perangkat hukum untuk memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita
memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut
baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga
independen yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk
salah satunya untuk memberantas korupsi. Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh
subur dan berkembang dengan pesat. Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan
aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan
korupsi yang terjadi di Indonesia.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal pendidikan (termasuk Pendidikan
Agama) memegang peranan yang sangat penting untuk mencegah korupsi. Benarkah
demikian? Yang cukup mengejutkan, negara-negara yang tingkat korupsinya cenderung
tinggi, justru adalah negara-negara yang masyarakatnya dapat dikatakan cukup taat
beragama.
Ada yang mengatakan bahwa untuk memberantas korupsi, sistem dan lembaga
pemerintahan serta lembaga-lembaga negara harus direformasi. Reformasi ini meliputi
reformasi terhadap sistem, kelembagaan maupun pejabat publiknya. Ruang untuk korupsi
harus diperkecil. Transparansi dan akuntabilitas serta akses untuk mempertanyakan apa yang
dilakukan pejabat publik harus ditingkatkan. Penting pula untuk membentuk lembaga
independen yang bertugas mencegah dan memberantas korupsi. Lembaga ini harus
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya kepada rakyat. Ruang gerak serta
kebebasan menyatakan pendapat untuk masyarakat sipil (civil society) harus ditingkatkan,
termasuk di dalamnya mengembangkan pers yang bebas dan independen.
Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk menjawab mengapa korupsi
timbul dan berkembang demikian masif di suatu negara. Ada yang menyatakan bahwa
korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi juga akut. Ia
menggerogoti perekonomian sebuah negara secara perlahan, namun pasti. Penyakit ini
menempel pada semua aspek bidang kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit untuk
diberantas. Perlu dipahami bahwa dimanapun dan sampai pada tingkatan tertentu, korupsi
memang akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat. Sebelum melangkah lebih jauh

3
membahas upaya pemberantasan korupsi, berikut pernyataan yang dapat didiskusikan
mengenai strategi atau upaya pemberantasan korupsi\

(Fijnaut dan Huberts : 2002):


It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the actors
involved (and the environment they operate in). There is no single concept and program of
good governance for all countries and organizations, there is no ‘one right way’. There are
many initiatives and most are tailored to specifics contexts. Societies and organizations
will have to seek their own solutions.

Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sangat penting untuk menghubungkan
strategi atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak
yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada jawaban,
konsep atau program tunggal untuk setiap negara atau organisasi. Ada begitu banyak strategi,
cara atau upaya yang kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks, masyarakat maupun
organisasi yang dituju. Setiap negara, masyarakat mapun organisasi harus mencari cara
mereka sendiri untuk menemukan solusinya.
Di muka telah dipaparkan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi
adalah dengan memberikan pidana atau menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi.
Dengan demikian bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban
yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Benarkah demikian?

2.3 Bentuk – bentuk korupsi di indonesia

Korupsi merupakan tindakan yang sangat tercela, selain merugikan Negara, tindakan
korupsi juga dapat merugikan pelaku korupsi itu sendiri jika terbukti perbuatannya diketahui
oleh penindak korupsi yang berwenang.

Di Indonesia, klafikasi tindakan korupsi secara garis besar dapat di golongkan dalam
beberapa macam bentuk. Khusus untuk intansi yang melakukan administrasi penerimaan
(revenue administration) yang meliputi instansi pajak bea cukai, tidak termasuk pemda dan
pengelola penerimaan pnbp, tindakan korupsi dapat dibagikan menjadi beberapa jenis, antara
lain :

4
A. Korupsi kecil – kecilan (petty corruption) dan korupsi besar – besaran (grand
corruption)

Korupsi kecil – kecilan merupaakan bentuk korupsi sehari – hari dalam pelaksanaan
suatu kebijakan pemerintah. Korupsi ini biasanya cenderung terjadi saat petugas bertemu
langsung dengan masyarakat. Korupsi ini juga di sebut dengan korupsi rutin (routine
corruption) atau korupsi untuk bertahan hidup (survival corruption). Korupsi kecil – kecilan
umumnya dijalankan oleh penjabat junior dan penjabat tingkat bawah sebagai pelaksana
fungsional.

Contohnya adalah pungutan untuk mempercepat pencairan dana yang terjadi di kppn.
Sedangkan korupsi besar – besaran umumnya dilakukan oleh penjabat level tinggi, karena
korupsi jenis ini melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini terjadi saat
pembuatan, perubahan, atau pengecualian dari peraturan. Contohnya adalah pembbebasan
pajak bagi perusahaan besar.

B. Penyuapan (bribery)

Untuk penyuapan yang biasanya dilakukan dalam birokrasi pemerintahan di indonesia


khususnya dibidang atau intansi yang mengadministrasikan penerimaan Negara (revenue
administration) dapat dibagi menjadi empat antara lain :

1. Pembayaran untuk menunda atau mengurangi kewajiban bayar pajak dan cukai.

2. Pembayaran untuk meyakinkan petugas agar tutup mata terhadap kegiatan


illegal.

3. Pembayaran kembali (kick back) setelah mendapatkan pembebasan pajak, agar


dimasa mendatang mendapat perlakuan yang yang lebih ringan daripada administrasi
normal.

4. Pembayaran untuk meyakinkan atau memperlancar proses penerbitan ijin


(license) dan pembebasan (clearance).

C. Penyalahgunaan atau penyelewengan ( misappropriation)

5
Penyalahgunaan atau penyelewengan dapat terjadi bila pengendalian administrasi
(check and balances) dan pemeriksaan serta supervise transaksi keuuangan tidak berjalan
dengan baik. Contoh dari korupsi jenis ini adalah pemalsuan catatan, klafikasi barang yang
salah, serta kecurangan (fraud)

D. Penggelapan (embezzlement)

Korupsi ini adalah dengan menggelapkan atau mencuri uang Negara yang
dikumpilkan, menyisakan sedikit atau tidak sama sekali.

E. Pemerasan

Ini terjadi ketika masyarakat tidak mengetahui tentang peraturan yang berlaku, dan
dari celah inilah petugas melakukan pemerasan dengan menakut – nakuti masyarakat untuk
membayar lebih mahal daripada yang semestinya.

F. Perlindungan (patronage)

Perlidungan dilakukan dalam hal pemilihan, mutasi, atau promosi staf berdasarkan
suku, dan hubungan sosial lainnya tanpa mempertimbangkan prestasi dan kemampuan dari
seseoran tersebut.

2.4 Upaya penangan korupsi

Seperti bentuk – bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat, perbuatan


korupsi termasuk salah satu kejahatan yang dikutuk masyarakat dan terus diperangi oleh
pemerintah dengan seluruh aparatnya. Hal ini disebabkan karena akibat serta bahaya yang
ditimbulkan oleh perbuatan tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan Negara,
menghambat dan mengancam program pembangunan, bahkan dapat berakibat mengurangi
partisipasi masyarakat dalam tugas pembangunan dan menurunnya kepercayaan rakyat pada
jajaran aparatur pemerintah.

A. Faktor terjadinya korupsi

Perbuatan korupsi terjadi dimana – mana, dan justru sering terjadi di Negara
berkembang seperti indonesia. Hal tersebut di sebabkan oleh factor antara lain :

1. Belum mantapnya sistem administrasi keuangan dan pemerintahan.

6
2. Belum lengkapnya peraturan perundang – undangan yang dimiliki.

3. Masih banyak ditemuinya celah – celah ketentuan yang merugikan masyarakat.

4. Lemahnya dan belum sempurnanya sistem pengawasan keuangan dan


pembangunan.

5. Serta tingkat penggajian atau pendapatan pegawai negri yang rendah .

Di samping itu juga masih dijumpai beberapa kendala yang menyebabkan kurang
efektifnya upaya – upaya pemberantasan korupsi, yang menyebabkan pemberantasan korupsi
yang telah dilakukan belum mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong exspor, peningkatan insvestasi melalui


fasilitas – fasilitas penanaman modal maupun kebijaksanaan dalam kelonggaran,
kemudahahan dalam bidang perbankan, sering menjadi sasaran tindak pidana korupsi, yang
berkedok menggunakan fasilitas – fasilitas kemudahan dan kelonggaran yang diberikan
pemerintah tersebut dengan cara menipulasi data, menipulasi administrasi maupun
pemalsuaan – pemalsuan data, yang berakibat timbulnya kerugian Negara atau keuangan
Negara.

B. Faktor kendala dalam upaya pemberantasan korupsi

Sayangnya sejarah kampanye anti korupsi di seluruh dunia tidak menggembirakan. Di


tingkat nasional dan daerah, di tingkat kementrian, dan di tingkat organisasi seperti
kepolisian, upaya anti korupsi besar – besaran sekalipun dan telah tersebar luas dalam
masyarakat cendrung tersendat-sendat, terhenti, dan pada akhirnya mengecewakan.

Upaya anti korupsi banyak yang gagal karena pendekatan yang semata – mata bersifat
pendekatan umum, atau terlalu bertumpu pada himbauan moral. Kadang – kadang upaya anti
korupsi di lakukan setengah hati, kadang – kadang upaya anti korupsi itu sendiri berubah
menjadi alat yang kotor untuk menjatuhkan lawan atau menyeret lawan kedalam penjara.
Untungnya ada juga upaya anti korupsi yang berhasil dan kita dapat menarik pelajaran dari
situ. Pelajaran ini adalah : kunci sukses upaya anti korupsi adalah kita harus punya strategi
untuk membrantas korupsi.

7
Dalam penjelasan lainnya faktor yang merupakan kendala dalam upaya pemberantasan
korupsi tersebut, yang kita jumpai selama ini meliputi : belum memadainya sarana dan skill
aparat penegak hukumnya, kejahatan korupsi yang terjadi baru diketahui setelah memakan
waktu yang lama, sehingga para pelaku telah memindahkan, menggunakan dan
menghabiskan hasil kejahatan korupsi tersebut, yang berakibat upaya pengembalian
keuangan Negara relatif sangat kecil, beberapa kasus besar yang penangannya kurang hati –
hati telah memberi dampak negatif terhadap proses penuntutan perkarannya.

2.5 Ketentuan dan rumusan mengenai pemberantasan korupsi

Di indonesia ketentuan mengenai pemberantasan korupsi telah ada sejak berlakunya


undang – undang no.24 prp.1960 tentang pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak
pidana korupsi. Mengingat UU No.24 Prp. 1960 tersebut sesuai dengan perkembangan
masyarakat saat itu dinilai kurang mencukupi untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka
telah diganti dengan UU No.3 tahun 1971 tentang tindak pidana korupsi.

Rumusan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 lebih luas dan
memudahkan pembuktiannya dibandingkan rumusan tindak pidana korupsi yang diatur dalam
UU No.24 Prp, 1960. Hal ini sesuai dengan perkembangan masyarakat dan rasa tuntutan
keadilan masyarakat terhadap pemberantas korupsi yang sangat merugikan masyarakat,
keuangan Negara dan perekonomian Negara.

Batasan tentang tindak pidana korupsi berdasarkan undang – undang No.3 Tahun
1971 tentang batasan tindak pidana korupsi, meliputi :

Pasal 1 ayat (1)

a. Barang siapa degngan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri


sendiriatau orang lain, atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara, atau diketaahui patut
disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara.

b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

8
karena jabatan atau kedudukan yang secra langsung atau tidak langsung dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

c. Barang siapa melakukan kejahatan tercantum dalam pasal – pasal, 209, 210, 387, 388,
415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 KUHP.

d. Barang siapa member hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti dimaksud
dalam pasal 2 dengat mengingat sesuatu kekuasaan atau sesuatu wewenang yang
melekat pada jabatannya atau kedudukannya atau oleh si pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu.

e. Barangsiapa tanpa alasan yang wajar, dalam waktu yang sesingkat – singkatnya
setelah menerima pemberian atau janji yang diberkan kepadanya seperti yang tersebut
pada pasal 418, 419, dan 420, KUHP tidak melaporkan pemberian atau janji kepada
yang berwajib.

2.6 Dampak korupsi

1. Dampak korupsi terhadap exsistensi Negara

a. Lesunya perekonomian

Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi. Korupsi merintangi


akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Korupsi
memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme. Korupsi
menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi meluasnya praktek korupsi di suatu Negara
mengakibatkan berkurangnya dukungan Negara donor, karna korupsi menggoyahkan sendi –
sendi kepercayaan pemilik modal asing.

b. Meningkatkan keiskinan

Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin : dampak langsung yang
dirasakan oleh orang miskin, dampak tidak langsung terhadap orng miski, dua kategori
pendudk mskin di indonsia : kemiskinan kronis ( chronic poverty ), keiskinan sementara (
transient poverty ), empat rsiko tinggi korupsi : ongkos fiansial (financial cost) moda manusia
( human capital ) kehancuran moral ( moal decay ) hancurnya modal social ( loss of capital
socal ).

9
c. Tinginya angka kriminalias

Korupsi menyuburka bebagai macam kejahatan lain dlam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat korupsi, semain ber pula kejahatan. Menurut transparency rasionalnya, ketika angka
korupsi meningkat, maka angka kejahatan juga meningkat. Sebalknya, ketika angka korupsi
berhasil di kurangi, maka kepercayaan masyarakat terhdap penegakan hukum ( law
enforcement ) juga meningkat. Dengan mengurangi korups dapat juga ( secara tidak lagsung )
mengurangi kejahatan yan lain.
Idealnya, angka kjahatan akan berkurang, jika timbul kesadaran masyarakat (marginal
detterrence). Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan tingkat
kesejahteraan masyarakat sudah memadai (sufficient). Soerjono soekanto menyatakan bahwa
penegakan hukum dalam suatu Negara selain tergantung dari hukum itu sendiri,
profesionalisme aparat, sarana dan prasarana, juga tergantung pada kesadaran hukum
masyaraka. Kesejahteraan yang memadai mengandung arti bahwa kejahatan tidak terjadi oleh
karena kesulitan ekonomi.

d. Demoraliasi

Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah, dalam pengelihatan masyarakat


umum akan menurunkan kredeblitas pemerintah yang berkuasa, jika pemerintah justru
memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayan)
masyarakat kepada pemerintah. Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di
bagian pembangunan, korupsi pertumbuhan ekonomi. Lembaga internasional menolak
membantu Negara – Negara korup. Sun yan said : korupsi menimbulkan demoralisasi,
kersahan sosial, dan keterasingan politik.

f. Kehancuran birokrasi

Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan


pelayan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung
Negara, korupsi menimbulkan ketidak efisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi.
Korupsi di dalam birokrasi dapat di katagorikan dalam dua kecendrungan : yang menjangkiti
masyarakat dan yang dilakukan dkalangan mereka sendiri. Transparency internasional

10
membagi kegiatan korupsi di sektor publik kedalam dua jenis yaitu : korupsi adminisratif dan
korpsi politik.

Menurut indria samego, korupsi menimbulkan empat kerusakan di tubuh birokrasi


militer indonesia : secara formal, material anggaran pemerintah untuk menopang angaran
angkatan berenjata sangat kurang, padahal pada kenytaanya TNI memiliki sumber dana lain
diluar APBN. Prilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan
pengusaha menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak mudorotnya daripada
manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara keseluruhan.orientasi komesial pada
sebagian perwira militer pada giliranya juga menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain
yang tidak memilki kesmpatan yang sama.
Orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat profesionalisme militer pada
sebagian perwira militer yang mengenyam kenikmaan berbisnis, baik atas nama angkatan
bersenjata atau nama pribadi.

g. Tergangunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan

Terganggunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan dampak negative pada suatu
sistem politik : korupsi menggangu kinerja sistem politik yang berlaku. Public cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang di duga terkait dengan tindakan korupsi.
Korupsi yan menghambat jalanya pemerintahan : korupsi menghambat peran Negara
dalam pengaturan alokasi, seperti penganak-emasan pembayar pajak tertentu, penentuan tidak
berdasar fit dan propertest dan promosi yang tidak berdasar kepada prestasi. Korupsi
menghambat pemerataan akses dan asset. Korupsi memperlemah peran pemerintah dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

h. Buyarnya masa depan demokasi

Faktor penopang korupsi ditengah negara demokrasi : tersebarnya kekuasaan di


tangan banyak orang telah meretas peluang bagi merajalelanya penyuapan. Repormasi
neoriberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan. Khususnya
yang melibatkan para broker perusahaan publik, pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis

11
yang memenangkan pemilu berdasarkan pada kharisma personal melalui media, tertama
televisi, yang banyak mempeaktekkan korupsi dalam mengalang dana.

2.7 Penanganan Korupsi Paska Pembentukan KPK

Komisi pemberantasan korupsi atau disingkat KPK adalah komisi di indonesia yang
dibentuk pada tahun 2003, untuk mengatasi, menanggulangi dan membrantas korupsi di
indonesia. Komisi ini didirkan berdasakan kepada undang – undang republik indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 mengenai komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.

Selama perjalananya KPK sudah menangani kasus – kasus korupsi di indonesia, dan
akan kita lihat jejak prjalanan KPK dalam penanganan korupsi di indonesia :

Penanganan Kasus Korupsi Oleh KPK

1. Tahun 2004 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

2. Tahun 2005 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

3. Tahun 2006 tercatat ada 8 (delapan) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

4. Tahun 2008 tercatat ada 10 (sepuluh) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

5. Tahun 2009 tercatat ada 1 (satu) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

6. Tahun 2010 tercatat ada 2 (dua) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

7. Tahun 2011 tercatat ada 13 (tiga belas) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penanganan korupsi paska
pembentukan KPK dari tahun ketahun meningkat dan membaik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi umumnya terjadi di Negara berkembang dan merupakan faktor penghambat
pembangunan dinegara tersebut. Korupsi merambah kesemua aspek pemerintahan mulai dari
wilayah birokrasi sipil, sistem sosial dan politik yang berlaku seiring dengan perkembangan
kota yang makin maju. Artinya politik tidak hanya terjadi disektor pemerintahan tetapi juga
sektor swasta. Korupsi merupakan anaman exsistensi dan integritas suatu bangsa. Korupsi
telah membentuk suatu resistensi untuk mempertahankan setatus mereka dengan cara apapun.
Oleh karena iu korupsi adalah musuh bersama yang harus dibasmi bukan dilestarikan karna
korupsi bukan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Teten Masduki, penuntun pemberantasan korupsi,Partenership For Governance

Reform indonesia,2002.

Soejono,S.H.,M.H.,kejahatan dan penegakan hukum di Indonesia,Rineka Cipta.

Adib Bahari, S.H.- Khotibul Umam, S.H.,KPK,komisi pemberantasan korupsi dari A

sampai Z,Pustaka Yustisia.

Buku Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi 2017 jilid 2

13

Anda mungkin juga menyukai