DASAR TEORI :
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini terdiri atas
empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal
(PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan. Pemantapan mutu terbagi
menjadi duA :
PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh pihak
lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan
oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium,
baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium
kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh
petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa
digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut
yang sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan
dievaluasi untuk mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang
diperlukan untuk peningkatan mutu pemeriksaan.
1. Akurasi
Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang benar dan dapat
diterima dari kuantitas besaran yang diukur. Akurasi mengacu pada level kesepakatan antara
pengukuran absolut dan pengukuran actual. Dengan dibandingkannya akurasi terhadap nilai
absolut maka akurasi mengukur ketepatan dan kemiripan hasil pada waktu yang sama. Oleh
karena itu, semakin mendekati ukurannya maka semakin tinggi pula level akurasinya. Namun hal
itu tergantung data yang dikumpulkan dan secara utama pada caranya.
2. Presisi
Presisi adaalah ukuran dari seberapa dekat serangkaian pengukuran satu sama lain. Presisi juga
dapat diartikan sebagai level keberagaman yang terletak pada nilai beberapa pengukuran dari
faktor yang sama. Presisi menggambarkan pengulangan dan keseragaman pada sebuah
pengukuran. Jadi untuk menentukan presisi harus dilakukan pengukuran secara berulang –
ulang.Oleh karena itu, semakin kecil variasi antar pengukuran maka semakin tinggi pula level
presisi.
Bias dapat berpengaruh terhadap interpretasi hasil vs reference value, sehingga memperbesar
false positif/ false negatif. makin kecil bias, makin baik.
Quality spesifications untuk bias berdasarkan Bological Variation
- Desirable performance: bias < 0,25 (cvi2 + cvg2) 1/2
- Optimum performance: bias < 0,125 (cvi2 + cvg2) 1/2
- Minimum performance: bias < 0,375 (cvi2 + cvg2) 1/2
3. Presisi (ketelitian)
Presisi adalah kedekatan antara hasil-hasil pengukuran di bawah kondisi yang telah
ditetapkan (CLSI). Presisi menunjukkan seberapa dekat hasil pemeriksaan diantara hasil
pemeriksaan itu sendiri bila dilakukan pemeriksaan berulang dengan sampel yang sama.
Presisi dipengaruhi oleh kesalahan acak, lebih tepat dinyatakan dengan “impresisi “.
Impresisi adalah dispersi/penyebaran acak dari satu set pengukuran dan atau nilai-nilai
dinyatakan secara kuantitatif atau statistik, seperti standar deviasi/cv. Semakin kecil sd/% cv,
makin kecil variasi= makin baik.
S
CV = X 100%
Rerata
Jenis-Jenis Presisi
a. Within run precision (repeatability): variasi hasil pengujian dimana pengujian replikat
sampel dilakukan pada kondisi yang identik.
b. Intermediate precision: variasi hasil pengujian dimana pengujian replikat sampel
dilakukan pada metode yang sama, fasilitas yang sama, tapi dengan kondisi operasi yang
beda.
c. Reproducibility: variasi hasil pengujian dimana pengujian replikat sampel dilakukan pada
kondisi yang berbeda (lab yang berbeda).
Penilaian Akurasi (bias/d%) serta Presisi (CV%) belum cukup untuk menggambarkan kualitas
hasil pemeriksaan. Sangat penting untuk menilai distribusi data kontrol. Dengan demikian kita
dapat mendeteksi antara lain :
- Data yang keluar batas kontrol (kesalahan acak)
- Pola kecenderungan (trend dan bias) (kesalahan sistematik)
4. Control chart
Pengenalan kontrol chart yang pertama di laboratorium klinik dilakukan oleh Levey
Jennings pada tahun 1950, dengan menggunakan prosedur pemantapan mutu yang
dikembangkan oleh Shewhart untuk industri ke dalam laboratorium klinik. Secara umum
sistem ini menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi dari seri pemeriksaan bahan
kontrol yang diperoleh selama periode tertentu.
Control chart juga dapat diartikan sebagai Metode grafik untuk menunjukan hasil
pengendalian dan mengevaluasi apakah berada dalam pengendalian atau diluar pengendalian.
Control chart adalah Grafik yang digunakan untuk menggambarkan data ketika memonitor,
mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan monitoring dan evaluasi memerlukan
pengendalian proses dengan cara tindakan perbaikan dan proses peningkatan berkelanjutan.
Sebagai Proses pengukuran termasuk evaluasi terhadap semua faktor termasuk, standar,
pengukuran, variability, ketidakpastian, kondisi lingkungan dan analis
Prinsip Kerja :
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi
energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat
energinya ketingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan
memperoleh garis resonansi yang tepat.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini disebabkan diantaranya oleh
kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tdak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua
unsure pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan
unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan kehadiran unsure lain
dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai
61 logam. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam
AAS. Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsure dalam larutan air (μg/ ml) yang
mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi adalah
konsentrasi suatu unsure dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi
standar dari suatu seri pengukuran standar .
CARA KERJA :
Periode Pendahuluan
1) Siapkan bahan kontrol yang akan digunakan ( misalnya untuk 6 bulan atau 1 tahun )
2) Lakukan pemeriksaan terhadap bahan kontrol setiap hari sampai didapat data yang
dianggap memadai ( misalnya 20 data )
3) Hitung nilai rata-rata (x)
4) Hitung standar deviasi (sd);