Anda di halaman 1dari 21

Daftar Isi

JUDUL...........
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
B. Contoh tindakan Korupsi
C. Faktor penyebab
D. Cara memberantas Korupsi
E. Dampak Negatif Korupsi
F. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Pendidikan Anti Korupsi ” ini dengan baik dan benar. Dalam kesempatan
ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Dosen pengampu mata kuliah / Guru Mata Pelajaran, yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Dan rekan – rekan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari rekan – rekan para pembaca makalah ini, untuk
membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Atas perhatian dan sumbang saran
rekan – rekan semua penulis mengucapkan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

ii
A. Latar Belakang Masalah
Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentuk
bentuk dan perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk
melukiskannya. Iklim yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh
suburnya berbagai kejahatan.
Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini.
Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat,
meluas dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang
canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari
kehari kian marak. Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai
media. Bahkan Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga
masyarakat sulit membedakan nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang
tidak korup. Meskipun sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan
beberapa instansi antikorupsi lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking
teratas sebagai negara terkorup di dunia.
Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela, bahkan
menjadi kebiasaan, dan yang lebih memprihatinkan adalah korupsi dianggap
biasa saja atau hal yang sepele. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mencegah terjadinya korupsi, namun tetap saja korupsi menjadi hal yang
sering terjadi.
Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat,
dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan
menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang berlalu, kerap
membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi
di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970,
Opstib di tahun 1977, hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan
para koruptor tidak membuat jera yang lain. Koruptor junior terus bermunculan.

iii
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan
korupsi, padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang
untuk taat pada undang-undang korupsi.3 Bangsa Indonesia sekarang butuh
penerus bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian mempunyai sikap dan
perilaku yang baik. Kesadaran tersebut membuat pemerintah memutar otak untuk
bagaimana menciptakan hal tersebut. Lebih khusus kepada penanaman nilai
antikorupsi pada setiap individu putra bangsa. Namun masalahnya adalah
Membentuk hal tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Generasi sekarang memang masih mengalaminya (korupsi), tetapi generasi yang
akan datang, semoga dikabulkan Tuhan dengan kerja keras semuanya, hanya
akan melihat kejahatan korupsi, kemiskinan dan ketimpangan sosial pada deretan
diorama di Museum Nasional.4 Harapan segenap bangsa ini adalah dimana
korupsi tidak akan terjadi lagi digenerasi berikutnya. Lain sisi, penindakan
korupsi sekarang ini belum cukup dan belum mencapai sasaran, hingga
pemberantasan korupsi perlu ditambah dengan berbagai upaya di bidang
pencegahan dan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negative korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip anti Korupsi itu?
4. Bagaimana pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi serta peran
mahasiswa dalam gerakan anti Korupsi?

C. Tujuan

iv
1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai anti korupsi.
2. Agar kita dapat mengetahui prinsif-prinsif anti korupsi

BAB II

v
PEMBAHASAN

A. Korupsi
1. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea
: 1951)20 atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960).21
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Sementara pengertian tindak pidana Korupsi menurut UU No. 31 tahun
1999 Pasal 2 adalah “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri dan orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00. (Satu milyar rupiah)”.

Dari sudut pandang hokum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
 Perbuatan melawan hokum
 Penyalahagunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi, dan
 Merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara
2. Pengertian Korupsi Menurut Para ahli :

vi
A. Huntington (1968)
Pengertian Korupsi Menurut Huntington adalah perilaku pejabat
publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka
memenuhi kepentingan pribadi.
B. UU No 24 Tahun 1960
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah
perbuatan seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu
kejahatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.

3. Jenis tindak pidana


Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya :
 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
 Penggelapan dalam jabatan
 Pemerasan dalam jabaran
 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelengara negara),
dan
 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)

vii
B. Contoh Tindakan Korupsi di Indonesia
1. Kasus e-KTP
Kerugian negara Rp 2,3 triliun Kasus korupsi e-KTP juga menjadi
yang paling fenomenal beberapa tahun belakangan. Bagaimana tidak,
seorang terpidananya, yakni Setya Novanto beberapa kali berulah, bahkan
setelah dipenjara sekalipun.Setnov yang saat itu menjabat sebagai Ketua
DPR, sekaligus Ketum Golkar sempat beberapa kali bersandiwara sebelum
akhirnya ditangkap. Ia sempat pura-pura sakit, sampai pura-pura
kecelakaan. Kini harus mendekap selama 16 tahun di balik jeruji
besi.Setnov dinilai telah menyalahgunakan wewenang dan kedudukannya
di DPR untuk meloloskan besaran anggaran proyek e-KTP menjadi senilai
RP 5,9 triliun. Ia juga meminta pengusaha peserta konsorsium pengerjaan
proyek memberikan komisi sebesar 5 persen untuk beberapa anggota DPR.
Negara pun diperkirakan telah merugi sekitar Rp 2,3 triliun.
2. Soeharto
Mantan Presiden kedua kita yaitu Soeharto telah melakukan tindak
pidana korupsi terbesar dalam sejarah dunia. Perkiraan harta Negara yang
telah dicuri oleh Soeharto sekitar 15 hingga 35 miliar dollar AS atau sekitar
Rp.490 triliun.
3. Kasus BLBI
Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) menjadi
salah satu  kasus korupsi terbesar yang ada di Indonesia. BLBI adalah
program pinjaman dari Bank Indonesia kepada sejumlah bank yang
mengalami masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis
moneter 1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan mendapatkan
Surat Keterangan Lunas (SKL), namun belakangan diketahui SKL itu
diberikan sebelum bank tertentu melunasi bantuan. Menurut keterangan
dari KPK kerugian negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp 3,7
triliun.

viii
C. Faktor Penyebab Korupsi
1. Keluarga
Umumnya, keluarga menjadi ruang dan tempat baik bagi
pembangunan kehidupan yang damai dan menyejukkan.
2. Pendidikan
Umumnya, pendidikan perlu dikerangkakan sebagai langkah
pergerakan pemahaman menjadi manusia seutuhnya dimana manusia itu
harus berbuat yang terbaik tidak hanya untuk dirinya an sich namun juga
untuk lingkungannya, itu pun juga tidak dikerjakan sama sekali.
3. Sikap kepada pekerjaan
Sikap kepada pekerjaan yang berlebihan dan selalu berpandangan
bahwa sesuatu yang dikerjakan harus melahirkan kepentingan ekonomi, ini
selanjutnya akan memicu terjadinya tindakan korupsi. Biasanya, ketika akan
melakukan pekerjaan dan pikiran pertama yang dipasang adalah berapa uang
yang didapat dari pekerjaan tersebut, ini kemudian akan lebih banyak
menggunakan hitunghitugan ekonomi atau untung dan rugi.
4. Dunia Usaha
Dunia usaha umumnya juga tidak lepas dari tindakan korupsi. Pejabat
negara atau pejabat di daerah yang masuk dalam lingkaran dunia usaha
biasanya akan memanfaatkan jabatannya dalam rangka memuluskan dunia
usahanya.
5. Negara
Negara yang berada dalam kondisi serba permisif sebab pemimpinnya
tidak memiliki ketegasan dalam memimpin akan melahirkan kondisi negara
yang kacau balau. Pemerintahan yang tidak dijalankan atas dasar kedaulatan
rakyat akan melahirkan para pejabat yang koruptif dan manipulatif.
Selanjutnya menurut Ilham Gunawan dan Theodore M. Smith, ada 6 faktor
yang memicu munculnya korupsi, yakni :

ix
1) Faktor Politik
Ini terkait dengan kemauan dan etika politik rezim dan politik
yang tidak berkehendak sangat tinggi dalam pemberantasan korupsi.
Komitmen rezim yang masih sangat rendah dalam pemberantasan
korupsi kemudian semakin menambah kenyataan tak terbantahkan
bahwa politik kotor akan mengancam negara.
2) Faktor Yuridis
Masih lemahnya penegakan hukum dan sanksi hukum yang tegas
kepada pelanggar hukum, termasuk komitmen dan integritas aparat
penegak hukum. Dalam konteks ini, masih lemahnya supremasi hukum
untuk menindak para pelanggar hukum sangat jelas melemahkan
pemberantasan korupsi.
3) Faktor Budaya
Masih berkembangnya budaya feodalistik dan sikap ingin dilayani
serta hidup mewah. Itulah realitas yang selama ini menjadi potret para
pejabat di republik ini. Seharusnya menjadi pejabat adalah bertugas
melayani rakyat, mereka justru ingin dilayani dan disembah dengan
sedemikian rupa.
4) Faktor struktur Administrasi Pemerintah
Lemahnya pengawasan yang membuka peluang untuk berkorupsi.
Administrasi pemerintahan yang masih dilakukan secara konvensional
menjadi salah satu hal yang dapat melonggarkan tindakan korupsi.
Administrasi yang masih dilakukan secara apa adanya menjadi pemicu
dan pencetus dalam kemunculan tindakan korupsi. Ini kemudian
ditambah dengan pengawasan dalam pengadministrasian yang tidak
rapi, ketat, dan lain sejenisnya.

5) Faktor insentif ekonomi yang tidak berkembang

x
Insentif yang rendah dalam sebuah pelaksanaan pekerjaan menjadi
pemicu sebab dipandang tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan.
Umumnya, sebuah beban pekerjaan akan berkorelasi dengan insentif
yang diterima. Ketika kondisinya terbalik, yakni antara pendapatan dan
beban pekerjaan tidak seimbang, maka yang terjadi adalah potensi
melakukan penyalahgunaan wewenang.

D. Cara Memberantas Tindakan Korupsi


1. Strategi Preventif
Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi
terjadi adalah meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang
terjadinya korupsi dan mempercepat proses penindakan terhadap pelaku
tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan :
 Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
 Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
 Membangun kode etik di sektor publik.
 Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan
asosiasi bisnis.
 Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
2. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi
terjadinya kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah.
Sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan
korupsi :
 Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat
 Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu

xi
 Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik
 Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian
3. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan
korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan
dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya represif dalam mencegah
tindak pidana korupsi adalah :
 Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
 Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
dengan efek jera.
 Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas.
 Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
 Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus.

E. Macam – macam Dampak Negatif Korupsi


1. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan
negara. Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi
negara, menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan serta
meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi juga dapat menurunkan
tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara. 

2. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi


a. Meningkatkan utang negara

xii
Korupsi tentunya akan memperburuk keuangan negara. Selain
sebelumnya negara memang sudah punya hutang dengan negara lain,
dengan adanya korupsi justru hutang itu akan semakin bertambah. Para
maling uang rakyat ini tidak sadar diri bahwa apa yang ia lakukan dapat
memperburuk keadaan negara. Mereka hanya memikirkan keuntungan
pribadi.
b. Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dengan adanya tindak korupsi di suatu negara akan menyebabkan
para investor dari luar negeri tidak percaya lagi dengan kepastian hukum
dalam tindak korupsi untuk menanamkan modal di industri suatu negara.
Kondisi ini mempersulit pembangunan ekonomi.
C. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa
Korupsi juga akan menghambat pertumbuhan negara sendiri karena
uang negara dibuat untuk memperkaya diri sendiri. Kualitas barang dan
jasa menjadi rendah dan tidak layak digunakan untuk publik.

3. Dampak Korupsi di Bidang Pemerintahan


a. Etika Sosial yang Mati
Dengan adanya tindakan korupsi dari satu anggota kelompok maka
anggota lain akan menutupi tindakan tersebut dengan berbagai cara. Hal
ini merugikan masyarakat dan negara. Tentunya sangat mengecewakan
karena wakil rakyat malah menutupi kasus tindakan korupsi yang dapat
merugikan masyarakat.
b. Hilangnya Fungsi Pemerintah
Korupsi memiliki dampak kepada pemerintah karena tidak mampu
menjalankan fungsi yang sebenarnya. Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan karena yang ditakutkan korupsi semakin banyak
terjadi, namun pemerintah semakin lunak.

xiii
4. Dampak Korupsi di Bidang Hukum
a. Peraturan Perundang-Undangan Tidak Efektif
Semua pihak dapat menerima suap dan pungli. Yang kaya akan
dipermudah, yang miskin akan dipersulit. Semua akan mudah jika ada
uang. Bahkan keadlian pun bisa dibeli dengan mudah. Hukum yang
tadinya harus adil, sekarang bisa dibeli. Hukum terasa tajam ke bawah
dan tumpul ke atas.
b. Hilangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Negara
Dengan adanya kasus tindakan korupsi di negara sendiri akan ada
banyak informasi dari berbagai media massa mengenai bobroknya hukum
di Indonesia tentang kasus korupsi. Hukum tidak benar-benar melindungi
masyarakat. Para koruptor terlihat tenang ketika dijerat hukum, seperti
tidak ada yang berbeda antara dihukum dan tidak.

5. Dampak Korupsi di Bidang Politik


a. Pemimpin Koruptor
Adanya praktik suap dari para calon-calon pemimpin partai saat
pesta demokrasi akan membuat bayangan bahwa mereka juga akan
menjadi calon koruptor. Tradisi ini sudah lama terjadi, para calon
pemimpin selalu memberikan uang ataupun dalam bentuk sembako agar
masyarakat memilih dia saat pemilihan.
b. Publik Tidak Lagi Percaya Demokrasi
Korupsi juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada
demokrasi. Semua pejabat negara, legislatif, maupun petinggi pejabat
negara tidak lagi dipercaya oleh publik karena banyaknya koruptor dari
dalam sana. Bahkan publik bisa saja tidak akan memilih siapapun saat
pemilihan umum karena tindakan korupsi ini, ini dapat jadi

xiv
pertimbangan publik. Keadaan seperti ini harus diatasi dengan
kepemimpinan yang bersih, jujur, dan adil.

F. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi


1. Prinsip Anti Korupsi
a. Akuntabilitas yang artinya pertanggung jawaban
b. Transparansi yang artinya keterbukaan
c. Kewajarab yang artinya terhadap kinerja yang berhubungan dengan
administrasi
d. Kebijakan yang artinya pro rakyat banyak atau sebaliknya
e. Kontrol Kebijakan yang artinya evaluasi dan penilaian kebijakan yang
telah dijalankan

2. Nilai – nilai Anti Korupsi


a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak
curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki
makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai
yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang
tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam
kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan
dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik,
misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan
tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum
ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.
b. Kepedulian

xv
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau
jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber
daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain
itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan
alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.
c. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri
berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai
suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena
tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.
d. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan
hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai
tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak
yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat
waktu, dan fokus pada pekerjaan.
e. Tanggung Jawab

xvi
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik
akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai
tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar
dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik,
mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan
kepercayaan yang diberikan.
f. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang
sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai
dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang
juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
h. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani
bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan
untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika

xvii
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.
i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah dan tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa
Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam
pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar
hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa
Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks
pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi
meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

xviii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak
pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam
menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor dapat
dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dan penggantian
kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan
koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus sebagai bentuk
mengurangi tindak pidana korupsi.
Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para
penegak hukum yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak
menjalankan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam memberantas tindak
pidana korupsi. Jaksa dalam menjatuhkan tuntutan pidana berpegang teguh pada
undang-undang begitu juga dengan hakim tipikor dalam menjatuhkan vonis
berpegang teguh pada undang-undang. Pelaksanaan sanksi pidana pemiskinan
koruptor hanya dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi yang
besarnya disesuaikan dengan kerugian keuangan negara. Hal tersebut tidak dapat
dikatakan memiskinkan koruptor karena hanya aset yang berasal dari tindak
pidana korupsi saja yang dirampas dan belum tentu si koruptor akan menjadi
miskin. Pemiskinan koruptor dilakukan dengan 69 perampasan seluruh benda-
benda yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dan/atau dengan
pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai dengan kerugian keuangan
negara yang diambil dan yang timbul dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan
koruptor belum menjadi suatu terobosan hukum bagi penegak hukum di
Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi.

xix
B. Saran – saran
Pemiskinan koruptor memang mendapat sambutan positif dari banyak
kalangan. Namun perlu dipertimbangkan lagi mengenai pelaksanaannya. Saran
yang dapat penulis sumbangkan, yaitu :
1. Perlu adanya rekonseptualisasi mengenai konsep pemiskinan koruptor.
Rekonseptualisasi dengan memberikan arahan yang jelas bagi penegak
hukum mengenai konsep pemiskinan koruptor, sehingga pelaksanaan
pemiskinan koruptor dapat dijalankan sebagai suatu terobosan hukum yang
memberikan efek jera dalam tindak pidana korupsi.
2. Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan
koruptor. Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas
dari para penegak hukum agar para penegak hukum di Indonesia
melaksanakan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam upaya pembera
ntasan tindak pidana korupsi.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Website :
http://eprints.ulm.ac.id/3280/1/Pendidikan%20Antikorupsi.pdf
http://eprints.ums.ac.id/44192/3/04.%20BAB%20I.pdf
https://fahum.umsu.ac.id/kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia/
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/ekonomi-bisnis/infografis/kerugian-
negara-akibat-korupsi-di-indonesia
https://www.gramedia.com/literasi/dampak-korupsi/
#Dampak_Korupsi_di_Bidang_Pemerintahan
http://fmiindo.com/index.php/id/corporate/index/slug/korupsi
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-korupsi

xxi

Anda mungkin juga menyukai