Anda di halaman 1dari 48

HUKUM KEPOLISIAN & KRIMINALISTIK

KEJAHATAN KORUPSI &


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Oleh :

PROF. DR.HJ. IMAS ROSIDAWATI WIRADIRJA, SH.,MH


(Koordinator MKWU Hk. Kepolisian & Kriminalistik)
Dr. H. ABDUL MUIS BJ, Drs., S.H., M.H.
(Wakil Koordinator MKWU Hk. Kepolisian & Kriminalistik)

BANDUNG - 2021
MATERI KULIAH KEJAHATAN KORUPSI
PERTEMUAN KE 11 & 12

KEJAHATAN KORUPSI

I. Umum
II. Pengertian
III. Memahami kejahatan korupsi sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
a. Dasar hukum
b. Faktor-faktor penyebab korupsi
c. Penyebab terjadinya kejahatan korupsi , Dampak Korupsi
d. Area sering terjadi kejahatan korupsi
e. Tipologi korupsi menurut Prof. Syed Husein Alatas

IV. Nilai-nilai moral anti korupsi


a. Nilai-nilai moral anti korupsi
b. Karakteristik kejahatan korupsi
c. Modus operandi kejahatan korupsi
d. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)

V. Bentuk dan delik kejahatan korupsi


VI. Upaya pencegahan korupsi
VII. Penegakan hukum kejahatan korupsi
Capaian Pembelajaran
• Tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan pertemuan 11 dan
12 adalah Setelah menyelesaikan pertemuan ini, mahasiswa dapat
mengerti, memahami , menjelaskan, dan menerapkan anti
kejahatan korupsi . Di dalam modul sudah dimuat rangkuman
materi beserta latihan soal dan test formatif berikut instruksi dalam
penyelesaian soal.

• Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mhs memahami dan


mampu menjelaskan terkait hal-hal sebagai berikut:
1.Pengertian kejahatan korupsi
2.Memahami kejahatan korupsi sebagai kejahatan yang luar biasa (
Extra Ordinary Crime)
3.Nilai – nilai moral anti korupsi
KEJAHATAN KORUPSI
• Kejahatan korupsi yang terjadi secara meluas, merugikan keuangan
negara dan merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan
ekonomi masyarakat secara luas.
• Kejahatan korupsi di kelompokkan sebagai kejahatan yang luar
biasa ( extra ordinary crime ) karena selain merusak tatanan
kehidupan bermasyarakat juga dapat menghancurkan sendi-sendi
kehidupan berbangsa bernegara.
• Dengan memahami kejahatan korupsi bagi mahasiswa diharapkan
muncul kesadaran akan bahaya kejahatan korupsi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dan dapat mendorong mahasiswa berpikir
cerdas, dan mempunyai pemahaman tentang bahaya bahayanya
kejahatan korupsi timbul karakter kepribadian
yang anti korupsi
TIPOLOGI KORUPSI : Prof. Syed Husein Alatas

1. Korupsi transaktif (transactive 4. Korupsi Invensif pemberian


corruption) korupsi yang dilakukan barang atau jasa tanpa ada
adanya kesepakatan timbal balik pertalian langsung keuntungan
antara pemberi dan penerima demi tertentu selain keuntungan yang
keuntungan kedua belah pihak. dibayangkan yang akan
Korupsi ini biasanya melibatkan dunia diperoleh dimasa yang akan
usaha dan pemerintah atau datang;
masayarakat dengan pemerintah; 5. Korupsi kekerabatan
2. Korupsi yang memeras (extortive (nepotisme corruption) adalah
corruption) jenis korupsi dimana penunjukan tidak sah terhadap
pemberi dipaksa untuk menyuap teman atau sanak saudara untuk
guna mencegah kerugian yang memegang jabatan secara
sedang mengancam dirinya dan bertentangan dengan norma dan
kepentingannya peraturan yang berlaku;
3. Korupsi devensive adalah perilaku 6. Korupsi dukungan (supportive
korban korupsi dengan pemerasan. corruption) adalah tindakan-
Korupsinya dalam rangka tindakan yang dilakukan untuk
mempertahankan dirinya; melindungi dan memperkuat
korupsi yang ada.
Area Sering Terjadi Kejahatan Korupsi
SEKTOR Publik lainnya :
Di sentra pelayanan public
( pengurusan / pelayanan 1)Proses / penegakan hukum
perizinan ) 2) Kepegawaian ( Jabatan, naik
pangkat, mutasi, dan promosi
1) Lokasi usaha jabatan )
2) Pengurusan ( E- KTP, Akte 3) Penyaluran dan distribusi Bansos,
kelahiran, Paspor, SIM, Hibah
STNK, BPKB, perijinan 4) Bidang pendidikan ( Penerimaan
usaha, Sertifikat tanah, murid / mahasiswa baru )
dan sejenisnya ) 5) Pajak
3) Lokasi jembatan timbang 6) Pengelolaan dana desa
4) Penarikan restribusi 7)Pengadaan barang dan jasa
( Parkir, pasar, terminal, 8) Pelayanan besuk dirutan dan
dan sejenisnya ) Permintaan remisi
9) Pendistribusian beras sejahtera
bantuan untuk masyarakat miskin
Upaya Penindakan
Pemberantasan Pencegahan
Korupsi
Tidak akan pernah
berhasil optimal jika
hanya dilakukan oleh
pemerintah saja
tanpa melibatkan
peran serta
masyarakat.
Masalah korupsi perlu
mendapat perhatian
bagi dunia akademis a. Saat ini Pemerintah sedang
lingkungan perguruan melaksanakan Pembangunan
tinggi : Nasional di berbagai bidang, namun
Mahasiswa harus dapat
disisi lain kerap terjadi Kejahatan
menjawab tiga permasalahan Korupsi yang justru dilakukan oleh
dasar terkait tindak pidana para penyelenggara negara, banyak
korupsi : kepala daerah yang tertangkap
1. Mengapa tindak pidana
tangan ( OTT ) oleh Komisi
korupsi di Indonesia masih
terjadi ? Pemberantasan Korupsi
2. Mengapa Bagaimana b. Aspirasi masyarakat berharap
mencegah dan TERWUJUDNYA pemerintah yang
memberantas tindak
bersih berwibawa Jangan hanya
pidana korupsi ?
3. Bagaimana peran serta
slogan dan visi misi tertulis semata,
generasi muda namun harus menjadi kenyataan.
( mahasiswa ) dalam
mencegah korupsi ?
• Korupsi berasal dari bahasa latin
corruptio atau corruptus, yang berarti
PENGERTIAN perbuatan busuk buruk, bejat, tidak
jujur, dapat disuap, tidak bermoral,
KORUPSI menyimpang dari kesucian.
• Corruptio berasal dari kata
Corrumpere (bahasa latin)
• Dari bahasa latin itulah turun ke
banyak bahasa Eropa seperti Inggris
yaitu corruption, corrupt; Perancis
yaitu corruption, dan Belanda yaitu
Corruptie.
• Dari bahasa Belanda inilah kata
turun ke bahasa Indonesia yaitu
korupsi.
• Budaya korupsi di Indonesia pada
prinsipnya, di latarbelakangi oleh
adanya kepentingan atau motif
kekuasaan dan kekayaan .
DASAR HUKUM

1. Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 ayat 1 undang-undang Dasar 1945,


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IX /MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Peraturan Militer nomor: PRT/06/1957 yang berlaku untuk kekuasaan
Angkatan Darat. Terkait pencegahan korupsi, implementasi dilakukan
berdasarkan Peraturan Pelaksana pada Peraturan Pemerintah Perang
pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor PRT/PEPERPU/031.1958/ dan
peraturan penguasaan perang pusat Kepala Staf Angkatan Laut nomor
PRT/z.1/1/7.98 tanggal 17 April 1957
4. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
5. Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
DASAR HUKUM LANJUTAN

6. Undang-Undang Nomor 46 tahun 2009 tentang Pengadilan


Tindak Pidana Korupsi.
7. Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 Komisi Pemberantasan
Tindak pidana korupsi
8. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1009 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi Kolusi dan
Nepotisme
9. Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang
10.Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Republik Indonesia
11.Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan
Agung
12.Undang-Undang nomor 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana
Suap
DASAR HUKUM LANJUTAN

13. Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang tahun
2012-2015, dan jangka menengah 2012-2014
14. Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi
15. Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Proses Produksi yang
ditindaklanjuti dengan Rencana Aksi Nasional ( Ran ) Pemberantasan
Korupsi Tahun 2004-2009
16. Inpres nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2011
17. Inpres nomor 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012
18. Perpres No 65 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang tahun 2012-2015, dan
jangka menengah 2012-2014
19. Keppres nomor 2 tahun 2013 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi
20.Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2016 tentang Pemberantasan
Pembentukan Satgas Saber Pungli, tanggal 14 November 2016
Faktor-Faktor 1. Lemahnya pendidikan agama ,
2. Merosotnya nilai etika moral ,
Penyebab 3. Kemiskinan dan keserakahan ,
Korupsi 4. Sifat tamak, serakah,
 Perencanaan yang tidak benar 5. Konsumtif, hedonisme
atau data di manipulasi, jumlah
anggaran yang ada tidak 6. Penghasilan yang kurang, terdesak
sesuai dengan pagu yang kebutuhan,
ditentukan, Mark Up anggaran
 Pelaksaaan kegiatan tidak
7. Kurang keteladanan,
sesuai dengan Standar 8. Dalam suatu badan atau lembaga
Operasional Prosedur dengan
standar kualitas yang tidak adanya organisasi yang benar
ditentukan, kualitas material reward and punishment belum
yang digunakan tidak sesuai
atau jumlahnya dikurangi
berjalan
sehingga terjadi 9. Lemahnya Sistem Pengawasan,
penyimpangan.
 Fungsi pengawasan tidak
tidak berjalannya dengan baik
berjalan efektif dan baik 10. Tidak ada sanksi yang keras
karena pengawas
berkolaborasi dengan pihak 11.Korupsi sebagai penyakit
pelaksana, sehingga fungsi Transisional
pengawasan tidak berjalan
dengan baik.
Karakteristik
Kejahatan
Korupsi : Modus Operandi Kejahatan
1.Mengandung kejahatan Korupsi :
umum; 1.Membuat keputusan, kebijakan
2.Pelakunya punya
atau perintah;
otoritas/power;
3.Jabatan sebagai 2.Membuat aturan lain;
sarana; 3.Mark up;
4.Salah gunakan
wewenang;
4.Merubah spesifikasi teknis;
5.Kompleks, terorganisir 5.Lelang fiktif;
dan sistematis; 6.Pengadaan fiktif;
6.Berlindung dibalik
peraturan yang ada;
7.Memalsukan bukti pembayaran;
7.Menggunakan sarana 8.Transaksi fiktif;
teknologi. 9.Penyuapan atau pemerasan.
Fakta Korupsi di I
FAKTA,
DAMPAK
KORUPSI &
PENDIDIKAN Dampak Korupsi
ANTI KORUPSI

Pendidikan Antiko
FAKTA KORUPSI
DI INDONESIA
P E L A KO R U P B E R DA S A R K
L ATA B E L A K A PENDIDIKA
KU S I FAKTAINI AN
N
R NG A Y N
30

Hingga 2015, 25

20
pelaku Tindak
Pidana Korupsi adalah 15

86%
lulusan perguruan 10

tinggi.
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

S3 S2 S1 D3/ D4 s.d. SMA Unknown

Sumber: www.acch.kpk.go.id, Agustus 2018


Ini Yang Berbahaya

REGENERASI
KORUPTOR
Masih Muda
Kok Korupsi
k a
Kata
n:
Dampak Korupsi
Dampak Ekonomi

 Menghambat Investasi dan


Pertumbuhan Ekonomi
 Melemahkan Kapasitas dan
Kemampuan Pemerintah dalam
Membangun Ekonomi
 Utang negara meningkat
 Menurunkan pendapatan negara
 Menurunkan produktivitas ekonomi


Dampak Sosial
 Meningkatnya
kemiskinan
 Meningkatnya
kriminalitas
 Terjadi demoralisasi
 Terjadi apatisme sosial
 Terjadi perpecahan
sosial
Dampak Politik

 Rendahnya kepercayaan
rakyat terhadap birokrasi
pemerintah
 Rendahnya kepercayaan
rakyat terhadap lembaga
negara dan organisasi politik
 Rendahnya partisipasi politik
 Rendahnya mutu pelayanan
publik
Dampak Terhadap
Penegakan Hukum &
Hankam
 Rendahnya kepercayaan rakyat
terhadap hukum dan aparat penegak
hukum
 Rendahnya kesadaran bela negara
pada diri rakyat
 Rendahnya rasa aman
 Rendahnya posisi tawar Indonesia
dalam hubungan dengan negara lain
yang letak geografisnya berbatasan
Quis

Pertemuan 1. Jelaskan mengapa korupsi di


kuliah ke 11 : kategorikan sebagai kejahatan
luar biasa ( Extra ordinary
Crime ) ?

2. Bagaimana pendapatnya cara


mengatasi/memberantas
korupsi di Indonesia ?
PERTEMUAN KULIAH KE - 12

Berantas Korupsi!!!
NILAI-NILAI
MORAL ANTI
KORUPSI
Nilai – nilai moral anti korupsi intinya bermuara pada
keteladanan yang tergambar dalam sikap :

1) Jujur, kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan


utama, bagi penegakan integritas diri seseorang, untuk dapat
berbicara jujur dan transparans serta tidak berdusta baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
2) Peduli, kepedulian seseorang pada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang, memiliki jiwa social yang
tinggi dengan memperhatikan lingkungan sekelilingnya yang
masih terdapat orang tidak mampu, membutuhkan uluran
tangan pribadi dengan jiwa social tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar.
3) Mandiri, Kemandirian membentuk karakter yang kuat untuk pada
diri seseorang menjadi tidak tergantung terlalu banayk pada
orang lain untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna berkerja
secara efektif, pribadi yang mandiri tidak akan terjalin hubungan
dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi
mencapai keuntungan sesaat.
4)Tanggung jawab, pribadi yang utuh mengenal dirinya sendiri dengan baik akan
menyadarkan bahwa keberadaan dirinya dimuka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi keselamatan sesama manusia, segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukan akan di pertanggungjawabkan kepada Allah SWT, di
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan kesadaran seperti
ini seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
5)Kerja Keras, seseorang yang memiliki etos kerja akan selalu berusaha
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan public yang
sebesar-besarnya mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk menjalakan
tugas / bekerja dan berkarya serta tidak mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.
6)Sederhana, pribadi yang berintegritas tinggi adalah menyadari kebutuhan dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan,
kekayaan utama yang mandiri modal kehidupan adalah IPTEK yang dimiliki dan
mampu mengamalkannya
7)Berani, seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebatilan.
8)Adil, pribadi dengan karakter yang baik menyadari bahwa apa yang diterima sesuai
dengan jerih payahnya, tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa
yang sudah diupayakan, bila ia seorang pemimpin maka ia akan memberikan
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya dan
mewujudkan keadilan serta kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
1.Pelaku :
a)Setiap orang (orang
perorang).
Tindak pidana korupsi b)Korporasi seperti PT,
merupakan kejahatan Koperasi, Yayasan dan
yang luar biasa (extra perkumpulan orang (sesuai
ketentuan Pasal 1 butir 3 UU
ordinary crime) maka No. 31 tahun 1999).
untuk penanganannya
diatur pula secara 2. Pidananya Komulatif dan Alternatif
a)Bersifat komulasi.
khusus mengenai : b)Bersifat alternatif.
c)Hukuman komulasi ditambah
alternatif denda (wewenang
Hakim sesuai Pasal 2 s/d Pasal
12 UU No. 20 tahun 2001
perubahan UU No. 31 tahun
1999.
Bentuk & Delik
Kejahatan Korupsi
b. Delik yang berhubungan dengan
a. Bentuk Kejahatan perbuatan yang merugika keuangan
korupsi negara dan atau perekonomian negara
yaitu sebagai berikut :
1. Penyuapan ( Bribery ) 1.Kelompok delik penyuapan
2.Pengelapan ( emblezzlelement 2.Kelompok delik penggelapan dalam
) jabatan
3.Komisi ( comission )
3.Delik pemerasan dalam jabatan
4.Sumbangan ilegal ( Ilegal )
( kneveleri )
5.Penyalahgunaan wewenang
( abuse of power) 4.Delik yang berkaitan dengan
6.Pemerasan ( Extortion ) pemborongan
7.Nepotisme ( nepostm ) 5.Delik Gratifikasi ( Pasal 121 B dan
8.Bisnis Pasar Modal ( Insider Pasal 12 C )
trading )
9.Pemalsuan ( fraud )
10.Pilih kasih ( favorilism )
11.Rumusan dalam UU No. 31
Tahun 1999
c.Tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 31 Tahun 1999 telah diperbarui dengan UU No.
20 Tahun 2001 sebagai berikut :

1.Pasal 2 ayat 1
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian engara, dipidana dengan
pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 ( empat ) tahun dan paling lama 20 ( tahun ) dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 ( dua ratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00
( satu miliar rupiah ), Ayat 2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

2.Pasal 3
Setiap orang yang dengan ujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 ( lima puluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00
( satu miliar rupiah ).

3.Pasal 4
Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan di pidananya
pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3

4.Pasal 5
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 209 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 ( satu ) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 ( lima uluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp.
250.000.000.00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
154
5.Pasal 6
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 210 KUH Pidana, di
pidanana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupah ).

6.Pasal 7
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 387 atau pasal 388 KUH
Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000.00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 350.000.000.00
(seratus lima puluh juta rupiah )

7.Pasal 8
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 415 KUH Pidana, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 ( tiga ) tahun dan paling lama 15 ( lima belas ) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 150.000.000.00 (seratus lima puluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 750.000.000.00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

8.Pasal 9
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 416 KUH Pidana, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 ( satu ) tahun dan paling lama 5 ( lima ) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 250.000.000.00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah).

9.Pasal 10
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 417 KUH Pidana, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 ( dua ) tahun dan paling lama 7 ( tujuh ) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 100.000.000.00 (seratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 350.000.000.00 (tiga ratus lima puluh
juta rupiah)

155
10.Pasal 11
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 418 KUH Pidana,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 ( satu ) tahun dan paling lama 5 ( lima ) tahun dan
atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp.
250.000.000.00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

11.Pasal 12
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 419, 420, 423, 425,
dan 435 KUH Pidana, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 ( empat ) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
200.000.000.00 (du ratus puluh juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar
rupiah).

VI. Upaya Pencegahan Kejahatan Korupsi

a.Penyidikan anti korupsi


b. Perbaikan Sistem & Membangun kerja sama
c.Upaya preemtif dan preventif

VII. Penegakan Hukum Kejahatan Korupsi


a. Penegakan hukum secara non litigasi adalah penyelesaian masalah hukum diluar
pengadilan. Jalur non litigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif (penjelasan
pasal 3 UU No. 14 tahun 1970 ttg Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No. 30
tahun 1999 ttg Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Psl 1 angka 10 dinyatakan
Alternatif Penyelesaian Perkara / Alternatif Dispute Resulution dengan cara Konsultasi,
Negoisasi, Mediasi, atau Penilaian Para Ahli
14
11 b. Penegakan hukum secara litigasi adalah Penyelesaian masalah hukum melalui pengadilan.
Institusi yang melakukan penegakan hukum terhadap Tipikor adalah :
1) Polri melakukan Penyelidikan dan Penyidikan
2) Kejaksaan melakukan Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan
3) KPK melakukan Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan
Tugas pokok KPK berdasarkan UU No. 19 Th 2019 Perubahan kedua atas
UU No. 30 Th 2002 adalah :
• Melakukan Pencegahan
• Melakukan Formasi dengan instansi yang berwenang dan instansi yang melayani
pelayanan publik
• Monitoring atas penyelenggaraan program pemerintah
• Melakukan Supervisi kepada kejaksaan dan kepolisian
• Penyelidikan dan Penyidikan
• Melaksanakan Putusan pengadilan dan hakim yang telah memperoleh putusan
tetap.
c. Penyidikan, Penuntutan, dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi melalui proses sistem
Peradilan Pidana di Indonesia
d. Pembuktian kejahatan korupsi.

15
Strategi Pemberantasan / Upaya
Pencegahan Kejahatan Korupsi

Takut Tidak Tidak


Korupsi Dapat Mau
Korupsi Korupsi

2 3
1
Penindakan
Perbaikan Sistem
Edukasi

& Kerjasama
• Pendidikan antikorupsi adalah
usaha sadar dan sistematis
Pendidik berupa pengetahuan, nilai-nilai,
sikap dan keterampilan yang
an Anti dibutuhkan agar mau dan

Korupsi
mampu mencegah dan
menghilangkan peluang
berkembangnya korupsi
DISKUSI KELAS ANALISIS KASUS
Quis

Pertemuan 1. Jelaskan bagaimana


kuliah ke 12 : pendapatnya tentang
penegakan hukum korupsi di
Indonesia saat ini ?

2. Sanksi hukuman apa yang


pantas diberlakukan kepada
pelaku korupsi di Indonesia ?

Anda mungkin juga menyukai