Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANTI KORUPSI

TENTANG
TINDAK PIDANA KORUPSI

Disusun Oleh :
Anggota Kelompok : 1. IHZA MEI ARDANA
2. DINUL KHAIKAL
3. ILMI RAKADHISA
Dosen Pengampu : ABDUL HASAN,

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Anti Korupsi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak. Saya sadar
makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Mataram,
Mei 2022

Tim
Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I (Pendahuluan)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II (Pembahasan)
A. Pengertian Korupsi
B. Macam-macam Korupsi
C. Penyebab terjadinya TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
D. Dampak terjadinya TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
E. Meminimalisir TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
BAB III (Penutup)
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka

ii
BAB I
( Pendahuluan )
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya
dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh dua
faktor, yaitu sumber daya manusia dan pembiayaannya. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya.
Namun, Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia tidak sebanding dengan
kualitas sumber daya manusianya. Bukan hanya dalam tingkat ilmu pengetahuan dan
intelektualnya tetapi menyangkut juga tentang kualitas moral dan kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara
menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan
penyakit sosial yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materi
keuangan negara yang sangat besar. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan
rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan kekuasaan. Maka, jangan
harap Indonesia ini akan mampu mengejar ketertinggalannya dari negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Hal ini disebabkan oleh tindak pidana korupsi yang
membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang
kehancuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu korupsi?


2. Apa saja jenis dari Korupsi?
3. Penyebab terjadinya TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)?
4. Apa dampak dari terjadinya TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)?
5. Bagaimana cara untuk meminimalisir TIPIKOR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.

1
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
korupsi

2
BAB II
( Pembahasan )
A. Pengertian Korupsi
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin Corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok,
mencuri, maling. Menurut kamus Oxford, pengertian korupsi adalah perilaku tidak jujur atau
ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang. Sehingga korupsi dapat diartikan sebagai
suatu Tindakan yang dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang untuk mendapatkan
keuntungan dengan merugikan kepentingan umum.

Tindakan korupsi tidak bersangkut-paut langsung dengan masalah uang. Korupsi juga
dapat berbentuk juga korupsi waktu maupun barang. Namun, kata “korupsi” sudah sangat
melekat dengan tindak penggelapan uang. Biasanya tindakan korupsi tidak dilakukan oleh
satu oknum/orang saja. Karena pada banyak kasus, korupsi dilakukan oleh sekelompok orang
dan kelompok ini akan menyogok oknum/orang yang memiliki wewenang lainnya (suap
menyuap) agar tindakan korupsi tersebut tidak akan ketahuan. Sehingga, jarang didapati
tindakan korupsi ini dilakukan hanya satu orang saja.

B. Macam-macam Korupsi

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam
13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,
korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena
korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi Kerugian keuangan negara, Suap menyuap, Penggelapan dalam
jabatan, Pemerasan, Perbuatan curang, Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
Gratifikasi.

3
C. Penyebab terjadinya TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)

1. Sifat Serakah Manusia

Faktor internal penyebab terjadinya korupsi yang pertama, yaitu karena adanya sifat
serakah manusia. Setiap manusia memiliki sikap serakah, selalu merasa tidak berkecukupan,
dan memiliki hasrat besar untuk memiliki segalanya. Jika tidak dapat mengendalikan diri,
maka korupsi akan terjadi dari diri sendiri.

2. Gaya Hidup yang Konsumtif

Demi diterima dalam lingkungan sosial, banyak orang memilih untuk melakukan gaya
hidup yang konsumtif. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya korupsi secara disadari. Perilaku
konsumtif adalah perilaku yang suka membeli barang-barang tidak penting, dengan harga
yang mahal maupun ekonomis. Perilaku ini dilakukan untuk memenuhi semua keinginan
yang sementara.

3. Dorongan Keluarga

Karena memiliki jabatan yang tinggi, ada beberapa orang yang menyelewengkan
jabatannya untuk korupsi. Bahkan pelaku tindak pidana korupsi mendapatkan dorongan dari
keluarganya untuk melakukan perbuatan tersebut. Hal ini tentu saja didasari dengan alasan
memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Aspek Pemahaman Masyarakat Terhadap Korupsi

Adanya aspek pemahaman masyarakat yang kurang terhadap korupsi, bisa menjadi
penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dasari karena masyarakat tidak sadar kalau terlibat
dalam korupsi, atau menjadi korban utama dalam tindak pidana korupsi. Masyarakat juga
kurang paham, jika korupsi dapat dicegah dan diberantas.

5. Aspek Ekonomi

Penyebab terjadinya korupsi paling sering karena adanya aspek ekonomi. Karena
banyaknya kebutuhan untuk hidup dan merasa memiliki pendapatan yang kurang, sehingga
ada sebagian orang yang nekat melakukan korupsi. Aspek ekonomi bisa menjadi dasar

4
manusia merasa terdesak untuk mengambil jalan pintas, demi mencukupi kebutuhan dan
keinginannya.

6. Aspek Politis

Aspek politis dapat menyebabkan terjadinya korupsi. Tindakan ini dilakukan karena
memiliki jabatan atau kekuasaan yang tinggi di pemerintahan. Demi mempertahankan jabatan
dan memenangkan urusan politik, maka banyak orang melakukan tindakan korupsi.

7. Aspek Organisasi

Penyebab terjadinya korupsi yang terakhir, yaitu karena aanya aspek organisasi.
Biasanya hal ini akan didukung karena organisasi tersebut tidak memiliki aturan yang kuat.
Organisasi juga tidak memiliki pemimpin yang dapat diteladani. Parahnya, organisasi tidak
memiliki lembaga pengawasan dan sistem pengendalian manajemen yang lemah.

D. Dampak TIPIKOR

1. Penurunan Produktivitas

Produktivitas pada setiap industri dan produksi akan menurun karena dampak dari
korupsi ini. Produktivitas dari perusahaan-perusahaan akan terhambat dan tidak bisa
berkembang lebih maju lagi. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah karyawan
atau PHK, lalu aku banyak pengangguran yang menyebabkan angka kemiskinan
meningkat.

2. Menurunnya Pendapatan Negara dari Pajak

APBN dibiayai oleh pajak sebesar 70%. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis pajak yang paling banyak menyumbang untuk
pendapatan negara.

Penurunan pendapatan ini karena kenyataan bahwa banyak oknum pegawai pajak
yang memanfaatkan kesempatan buruk ini untuk memperkaya dirinya sendiri. Hal ini
juga mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak, dan tentunya
akan menghambat proses pembangunan dan merugikan masyarakat.

3. Meningkatkan Utang Negara

5
Korupsi tentunya akan memperburuk keuangan negara. Selain sebelumnya negara
memang sudah punya hutang dengan negara lain, dengan adanya korupsi justru hutang
itu akan semakin bertambah. Para maling uang rakyat ini tidak sadar diri bahwa apa yang
ia lakukan dapat memperburuk keadaan negara. Mereka hanya memikirkan keuntungan
pribadi.

4. Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi

Dengan adanya tindak korupsi di suatu negara akan menyebabkan para investor dari
luar negeri tidak percaya lagi dengan kepastian hukum dalam tindak korupsi untuk
menanamkan modal di industri suatu negara. Kondisi ini mempersulit pembangunan
ekonomi.

Dalam sektor privat ini, korupsi merugikan pada sektor niaga karena kerugian dari
pembayaran ilegal, risiko pembatalan perjanjian karena penyelidikan, dan ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat.

5. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa

Korupsi juga akan menghambat pertumbuhan negara sendiri karena uang negara
dibuat untuk memperkaya diri sendiri. Kualitas barang dan jasa menjadi rendah dan tidak
layak digunakan untuk publik.

Beras dengan kualitas buruk yang tidak layak untuk dimakan, terhambatnya perbaikan
untuk jembatan dan bangunan yang ambruk, tabung gas yang tidak layak berpotensi
meledak dan merusak fasilitas umum dan pribadi masyarakat.

Korupsi juga akan menurunkan kualitas pondasi dari proyek pembangunan, karena di
dalamnya terdapat suap, pengurangan bahan untuk dikorupsi. Semua itu dilakukan untuk
menguntungkan diri sendiri.

6. Menambah Beban dalam Transaksi Ekonomi

Adanya suap, pungli, penyelewengan dana dalam sebuah perekonomian membuat


biaya transaksi akan semakin besar. Besarnya biaya transaksi akan menyebabkan tidak
efisien dalam perekonomian seperti, penggunaan sumber daya untuk penciptaan,
penggunaan, pemeliharaan, perubahan, dan sebagainya.

6
E. Bagaimana cara untuk meminimalisir TIPIKOR?
Ada 3 poin penting dalam meminimalisir tindak pidana korupsi, yakni represif,
perbaikan sistem, dan edukasi serta kampanye. Represif adalah tindakan yang dilakukan oleh
suatu individu maupun kelompok dalam mengontrol atau menekan suatu Tindakan.
Kemudian, perbaikan sistem dalam menangi tindak pidana korupsi baik perbaikan dalam
sistem tata cara penindakan maupun perbaikan dalam undang-undang yang mengatur tentang
tindak pidana korupsi. Edukasi dan kampanye juga harus dilakukan agar pejabat-pejabat
pemerintahan maupun masyarakat sadar akan tindakan pidana korupsi ini dapat merugikan
kepentingan berbangsa dan bernegara. 3 poin ini haruslah dijalankan bersama agar hasilnya
lebih efektif. Berikut adalah pembahasan yang lebih jelas tentang 3 poin tersebut :

1. Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor ke meja hijau, membacakan


tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan. Inilah
tahapan yang dilakukan:
a. Penanganan laporan pengaduan masyarakat Bagi KPK, pengaduan masyarakat
merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting. Hampir sebagian
besar kasus korupsi terungkap, berkat adanya pengaduan masyarakat. Sebelum
memutuskan apakah suatu pengaduan bisa dilanjutkan ke tahap penyelidikan,
KPK melakukan proses verifikasi dan penelaahan.
b. Penyelidikan Kegiatan yang dilakukan KPK dalam rangka menemukan alat bukti
yang cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah
ditemukan sekurang-kurangnya 2 alat bukti. Jika tidak diketemukan bukti
permulaan yang cukup, penyelidik menghentikan penyelidikan. Dalam hal perkara
tersebut diteruskan, KPK melaksanakan penyidikan sendiri atau dapat
melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau kejaksaan. Jika
penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau kejaksaan, kepolisian atau
kejaksaan wajib melaksanakan koordinasi dan melaporkan perkembangan
penyidikan kepada KPK. Termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data
yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik
atau optik.
c. Penyidikan Tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang

7
menjadi tersangka. Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang
cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanda izin Ketua Pengadilan Negeri.
Ketentuan juga membebaskan penyidik KPK untuk terlebih dahulu memperoleh
izin untuk memanggil tersangka atau menahan tersangka yang berstatus pejabat
negara yang oleh undang-undang, tindakan kepolisian terhadapnya harus
memerlukan izin terlebih dahulu. Untuk kepentingan penyidikan, seorang
tersangka wajib memberikan keterangan kepada penyidik tentang seluruh harta
bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau
korporasi yang diketahui atau diduga mempunyai hubungan dengan korupsi yang
dilakukan oleh tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan surat perintah
penghentian penyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak pidana korupsi.
Artinya sekali KPK menetapkan seseorang menjadi tersangka, maka proses harus
berjalan terus hingga ke penuntutan.
d. Penuntutan Kegiatan penuntutan dilakukan dilakukan penuntut umum setelah
menerima berkas perkara dari penyidik. Paling lama 14 hari kerja terhitung sejak
diterimanya berkas tersebut, wajib melimpahkan berkas perkara tersebut ke
Pengadilan Negeri. Dalam hal ini, Penuntut Umum KPK dapat melakukan
penahanan terhadap tersangka selama 20 hari dan dapat diperpanjang lagi dengan
izin pengadilan untuk paling lama 30 hari. Pelimpahan ke Pengadilan Tipikor
disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan dilimpahkannya ke
pengadilan, kewenangan penahanan secara yuridis beralih ke hakim yang
menangani.
e. Pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi) Eksekusi yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh jaksa. Untuk itu, panitera mengirimkan
salinan putusan kepada jaksa.

2. Perbaikan sistem

Tak dimungkiri, banyak sistem di Indonesia yang justru membuka celah terjadinya
tindak pidana korupsi. Misalnya, prosedur pelayanan publik menjadi rumit, sehingga
memicu terjadinya penyuapan, dan sebagainya. Lainnya tentu masih banyak. Tidak saja
yang berkaitan dengan pelayanan publik, tetapi juga perizinan, pengadaan barang dan
jasa, dan sebagainya. Tentu saja harus dilakukan perbaikan. Karena sistem yang baik,
bisa meminimalisasi terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya melalui pelayanan
publik yang serba online, sistem pengawasan terintegrasi, dan sebagainya. KPK pun

8
sudah banyak melakukan upaya perbaikan sistem. Dari berbagai kajian yang dilakukan,
KPK memberikan rekomendasi kepada kementerian/lembaga terkait untuk melakukan
langkah-langkah perbaikan. Selain itu, juga dengan penataan layanan publik melalui
koordinasi dan supervisi pencegahan (korsupgah), serta mendorong transparansi
penyelenggara negara (PN). Sementara, guna mendorong transparansi penyelenggara
negara (PN), KPK menerima pelaporan LHKPN dan gratifikasi. Untuk LHKPN, setiap
penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaan kepada KPK. Sedangkan untuk
gratifikasi, penerima wajib melaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak
diterimanya gratifikasi atau pegawai negeri bersangkutan dianggap menerima suap.

3. Edukasi dan Kampanye


Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi, adalah kesamaan pemahaman
mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama,
pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara tepat dan terarah. Sayangnya, tidak semua
masyarakat memiliki pemahaman seperti itu. Contoh paling mudah, adalah pandangan
mengenai pemberian “uang terima kasih” kepada aparat pelayan publik, yang dianggap
sebagai hal yang wajar. Contoh lain, tidak semua orang memiliki kepedulian yang sama
terhadap korupsi. Hanya karena merasa “tidak kenal” si pelaku, atau karena merasa
“hanya masyarakat biasa,” banyak yang menganggap dirinya tidak memiliki kewajiban
moral untuk turut berperan serta. Itulah sebabnya, edukasi dan kampanye penting
dilakukan. Sebagai bagian dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki peran
strategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui edukasi dan kampanye, KPK
membangkit kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi, mengajak masyarakat
untuk terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan
budaya antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, namun juga
anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar. Dengan sasaran usia yang luas
tersebut, KPK berharap, pada saatnya nanti di negeri ini akan dikelola oleh generasi
antikorupsi.

9
Kesimpulan

10
DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io/preprints/inarxiv/twmnj/download
https://www.fimela.com/lifestyle/read/4895746/7-faktor-internal-dan-eksternal-penyebab-
terjadinya-korupsi-di-indonesia
https://acch.kpk.go.id/images/edukasi/buku_antikorupsi/pdf/Semua-BISA-ber-AKSI-
bab03.pdf
http://puskan.lan.go.id/files/Modul%2013%20Anti%20Korupsi.pdf
https://www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai