Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KORUPSI

OLEH

DEVANO JANUARTA

NIM: 501210115

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


Kata pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt yang atas hidayah dan ridho
nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam
menyelesaikan tugas kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Pancasila, ibu Ermiyati.
Makalah ini berisikan tentang permasalahan korupsi dan penanggulangan nya.
Seperti yang kita lihat bahwa pada saat ini banyak terjadi penyelewengan uang
negara untuk kepentingan sendiri atau golongan.
Oleh sebab itu,kami sebagai penulis merasa khawatir dengan keadaan ini dan
berusaha untuk melakukan upaya yang bisa meminimalisir tindakan korupsi
tersebut dengan cara membuat makalah ini.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pancasila, Ibu
Ir.ermiyati yang telah memberikan bimbingan kepada penulis serta pihak-pihak
terkait yang membantu penyelesaian makalah ini.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca agar kami lebih baik dikemudian
harinya.

JAMBI, 16 JANUARI 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak
dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan
salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi
juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi
social (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang
lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif
dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar
batas kewajaran.
1.2 Tujuan
1.mahasiswa dapat memahami pengertian korupsi
2.mahasiswa dapat mengetahui akibat akibat dari korupsi
3.mahasiswa dapat mengetahui cara cara penanggulangan korupsi

1.3 Rumusan Masalah


Apa pengertian dari korupsi?
Sebutkan faktor faktor penyebab korupsi?
Sebutkan dampak dari korupsi?
Sebutkan nilai dan prinsip anti korupsi?
Bab II
ISI
2.1. Pengertian Korupsi
a. Secara etimologi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin “corrumpere”, “corruptio” ,
“corruptus”.Kemudian diadopsi oleh beberapa bangsa di dunia. Beberapa
bangsa di dunia memiliki istilah tersendiri mengenai korupsi.Dalam bahasa
inggris korupsi berasal dari kata Corruption, Corruptyang berarti Jahat, rusak,
curang.Dalam bahasa prancis korupsi berasal dari kata Corruption yang
berarti Rusak.Dalam bahasa belanda korupsi berasal dari kata
Corruptie,Korruptie .Istilah “korupsi” yang dipakai di Indonesia merupakan
turunan dari bahasa Belanda
b. Secara Terminologi
• Korup = busuk, palsu, suap (kamus besar bahasa Indonesia, 1991)
• Korup = suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang milik
perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatan untuk
kepentingan pribadi (kamus hukum, 2002)
• Korup = kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian (the lexicon webster dictionary, 1978)
c. Menurut para ahli
• David M. Chalmers:
Tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang
membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision injurious to
the economy are often libeled corrupt).
• J.J. Senturia:
Penyalahgunaankekuasaan pemerintahan untuk keuntungan pribadi (the of
public power for private profit).
• Syed Husein Alatas:
Tindakan yang meliputi penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan
nepotisme.
d. Transparency International:
Penyalahgunaan kekuasaan (amisuseof power), kekuasaan yang dipercayakan
(a power that isentrusted), dan keuntungan pribadi (a private benefit) baik
sebagai pribadi, anggota keluarga, maupun kerabat dekat lainnya.
e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang Negara, atau
perusahaan, dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
f. Menurut Kamus Hukum yang ditulis Prof. R. Subekti, SH. Dan
Tjtrosudibio :
Korupsi adalah perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan uang Negara.

g. Menurut Kamus Hukum yang ditulis Dr. Andi Hamzah, SH.


korupsi adalah suatu perbuatan buruk, busuk, bejat, suka disuap, perbuatan
yang menghina atau memfitnah, menyimpang dari kesucian, tidak bermoral.

2.1.2. Tingkatan korupsi


 Pengkhianatan terhadap kepercayaan (betrayal of trust)
Pengkhianatan merupakan bentuk korupsi paling sederhana. Semua orang
yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat yang
diterimanya adalah koruptor. Amanat dapat berupa apapun, baik materi
maupun non materi (ex: pesan, aspirasi rakyat).Anggota DPR yang tidak
menyampaikan aspirasi rakyat/menggunakan aspirasi untuk kepentingan
pribadi merupakan bentuk korupsi
 Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power)
Abuse of power merupakan korupsi tingkat menengah.Merupakan segala
bentuk penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan, baik pada
tingkat negara maupun lembaga-lembaga struktural lainnya, termasuk
lembaga pendidikan, tanpa mendapatkan keuntungan materi.

 Penyalahgunaan kekuasan untuk mendapatkan keuntungan material (material


benefit).

Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material baik bagi


dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi pada level ini merupakan tingkat
paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan keuntungan material.
Ini merupakan bentuk korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia

2.1.3. Faktor penyebab korupsi


Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi
menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebabnya
bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini
adalah aspek-aspek penyebab seseorang berbuat Korupsi.
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Menurut Prop. Dr. Nur
Syam, M.Si. penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena
ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya.
Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke
arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang
akan melakukan korupsi. Jadi, jika menggunakan cara pandang penyebab korupsi
seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap
kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara
yang salah dalam mengakses kekayaan. Korupsi dengan demikian kiranya akan
terus berlangsung, selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang
kekayaan. Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan, maka
semakin besar pula kemungkinan orang akan melakukan kesalahan dalam
mengakses kekayaan.
Singh (1974) menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya
korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%),
hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %).
Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi
adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah
dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap
bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat
dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan
organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.

Kemudian menurut Erry R.Hardjapamekas, ia menyebutkan tingginya kasus


korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,


2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan
perundangan,
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan,
dan birokrasi belum mapan,
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat,
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi seseorang untuk


melakukan tindakan pidana korupsi, diantarnya;
Klasik
a. Ketiadaan dan kelemahan pemimpin.
Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya, merupakan peluang bawahan melakukan korupsi. Pemimpin
yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan kontrol manajemen
lembaganya. Kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke leadershipan,
artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah
dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan
rasa takut di kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.
b. Kelemahan pengajaran dan etika.
Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan substansi pengajaran
yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada
pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk
pengimplementasiannya.
c. Kolonialisme dan penjajahan.
Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang
tergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa
menempatkan diri sebagai bawahan. Sementara, dalam pengembanga
usaha, mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan (penjajah)
dengan melakukan kolusi dan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang
menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan
korupsi..
d. Rendahnya pendidikan.
Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya korupsi.
Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha
adalah wujud rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah
mereka berupaya mencari peluang dengan menggunakan kedudukannya
untuk memperoleh keuntungan yang besar. Yang dimaksud rendahnya
pendidikan di sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki.
Karena pada kenyataannya  koruptor rata-rata memiliki tingkat
pendidikan yang memadai, kemampuan, dan skill.
e. Kemiskinan.
Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas
kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung
melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya. Atas keinginannya
yang berlebihan ini, orang akan menggunakan kesempatan untuk mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya.
f. Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup
atau di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman seperti itulah yang
diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi.
g.   Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
Modern
a. Rendahnya Sumber Daya Manusia.
Penyebab korupsi yang tergolong modern itu sebagai akibat rendahnya
sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat komponen, sebagai
berikut:
1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.
2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen
bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara,
kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat manusia.
Komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu
hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemampuan seseorang
mengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki
kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan
kesehatan yang prima, tidak mungkin standardalam mencapai tujuan.
b. Struktur Ekonomi
Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan kebijakan
ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap. Sekarang tidak
ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya, sehingga semuanya
tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalumemporak-perandakan produk
lama yang bagus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal-hal atau faktor-faktor yang


menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi antara lain;
 Kurang atau dangkalnya pendidikan agama dan etika sehingga
memebrikan peluang untuk dilakukannya tindak pidana korupsi.
 Kurangnya sanksi yang keras.
 Kurangnya gaji dan pendapatan pegawai dibandingkan dengan kebutuhan
yang makin hari makin meningkat.
 Lemahnya pengawasan terhadap para penyelenggara Negara.
 Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan
sumber atau sebab meluasnya korupsi.
 Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien,
yang memberikan peluang orang untuk korupsi.

2.1.4. Upaya Yang Dapat Ditempuh Dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi
di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan (preventif).


b. Upaya penindakan (kuratif).
c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

 Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan
agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

 2.10.2 Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar


dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov
Rusia milik Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan SEOrang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam
kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar
Rp 15,9 miliar (2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

 Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa


a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

 Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang


meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia
dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat
melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-
tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto
yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba
se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju
organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah
Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai
kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam.
Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan,
Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari
Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &
Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
Daftar Pustaka

Membaca Akhiar Salmi, Paper 2006, "Memahami UU tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi", MPKP FE, UI

Drehel, Axel and Christos Kotsogiannis, Corruption Around the World: Evidence
from a Structural Mode. 2004

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta :


GhaliaIndonesia

Lembaga Administrasi Negara, SANKRI ( Sistem Administrasi Negara Kesatuan

Republik Indonesia), prinsip-prinsip Penyenggarraan Negara, Jakarta,


2003.

Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, Elemen Sistem Integritas

Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003.

TAP MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan NegaraYang

Bersih dan Bebas KKN.

Anda mungkin juga menyukai