Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3

1. Korupsi.....................................................................................................3
2. Kolusi........................................................................................................5
3. Nepotisme................................................................................................7
4. Dampak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)..............................11
BAB III PENUTUP 12

Kesimpulan.......................................................................................................12
Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

KKN atau seperti yang kita ketahui merupakan singkatan dari Korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang saya rasa sudah tidak asing di telinga karena,
hal tersebut telah mengakar dalam kehidupan negara kita, yaitu bangsa
Indonesia. Sebenarnya, Indonesia merupakan negara yang cukup kaya
baik dari segi alam maupun penghasilannya, hanya saja hal tersebut
diserap oleh para aparat pelaku KKN yang tidak bertanggung jawab. Yang
dimana, keuntungan yang didapat berupa dapat menaiki posisi suatu
jabatan dengan mudah karena adanya relasi, kehidupan semakin
makmur, dan lain sebagainya. Maka, pada akhirnya yang terkena
dampaknya merupakan rakyat Indonesia sendiri. Yang dimana jika
diperkirakan para koruptor tidak mengkorupsi, maka tentu saja uang
tersebut dapat digunakan untuk hal-hal terkait negara untuk kesejahteraan
rakyat. Seperti, memperbaiki jalan yang sedang rusak, menggaji para
pegawai negri, bahkan membantu para rakyat ekonomi mengengah ke
bawah, dan lain sebagainya yang lebih bermanfaat. Jadi, tanpa KKN,
negara Indonesia dapat menjadi negara yang makmur, kaya, dan
sejahtera. Untuk mengoptimalkan dalam usaha pemberantasan KKN,
maka terlebih dahulu harus diupayakan usaha untuk memperbaiki moral
dan mental kesadaran masyarakat terutama generasi muda, karena yang
menginginkan perubahan kebanyakan berasal dari minoritas. Sebenarnya,
banyak cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas
KKN di Indonesia akan tetapi, KKN masih saja merajalela di Indonesia.
Maka dari itu, usaha-usaha tersebut membutuhkan moral dan tingkat
kesadaran masing-masing para masyarakat terutama para generasi
muda. Salah satu upayanya adalah dengan penyusunan makalah ini yang
akan dibahas lebih lanjut. (Makalah-Korupsi-Kolusi-Nepotisme-Kkn @
101makalah.Blogspot.Com, n.d.)

1
2

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah bentuk KKN di Indonesia?
B. Apa penyebab munculnya KKN di Indonesia?
C. Apa saja dampak dari KKN ini?
D. Bagaimana solusi yang diperlukan untuk mengatasi KKN di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai salah satu penyebab mengapa
negara Indonesia tidak memiliki perkembangan.
2. Menambah wawasan mengenai pengertian, asal dan implementasi
dari KKN di Indonesia.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan guna memberantas
KKN di Indonesia.
4. Membangun moral dan kesadaran pada masyarakat terutama pada
generasi muda.
5. Membantu mengupayakan pembaharuan Indonesia menuju negara
yang bebas dan bersih dari KKN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Korupsi
Diambil dari artikel karya Juni Sjafrien Jahja, bahwa kata korupsi
berasal dari bahasa Latin yaitu corruptio atau corruptus yang dimana
bahasa yang lebih tuanya adalah corrumpere, sedangkan istilah korupsi
dalam bahasa Inggris adalah corruption dan corrupt, dalam bahasa
Perancis, yaitu corruption dan dalam bahasa Belanda merupakan
corruptie yang dimana dalam bahasa Indonesia, yaitu Korupsi.
Sebelumnya, terdapat beberapa pengertian korupsi yang bisa kita telaah,
menurut Henry Campbell Black dalam kamus Black's Law Dictionary
menjabarkan bahwa korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang
bertentangan dengan tugas dan hak orang lain, sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah korup adalah buruk, rusak,
busuk. (Rasyidi, 2020)

Dari beberapa referensi di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan


bahwa korupsi merupakan suatu kegiatan yang menyalahgunakan atau
menggelapkan barang berupa uang (dapat berupa uang negara,
perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi yang juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan yang didudukinya yang merupakan perbuatan
tidak bermoral. Karena, bagi sebagian orang, menjadi korup mungkin
adalah cara termudah atau memang satu-satunya cara untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Apalagi untuk kondisi sekarang,
suap merupakan cara mudah untuk menghindari dan menyelesaikan
suatu hukuman. (www.indonesia-investments.com, 2017)

Korupsi merupakan hal yang konstan atau cepat dalam masyarakat


yang dimana terjadi di semua peradaban serta dalam berbagai bentuk
yang menyebabkan berbagai dampak, baik pada ekonomi negara dan
masyarakat luas. Yang jelas, korupsi menimbulkan dampak negatif. Paling

3
4

umumnya adalah menghambat pertumbuhan ekonomi dan politik, etika


profesional dan moralitas, serta kebiasaan, adat istiadat, tradisi,
demografi, operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi, Maka dari itu,
korupsi dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
luas terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan kualitas
hidup. Ada banyak bentuk dan contoh dari tindakan korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat, yang mulai dari pegawai rendah sampai pada
pejabat negara. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis dan bentuk korupsi
yang dimana sebagai berikut :

1) Penyuapan (Bribery)
Penyuapan merupakan suatu tindakan yang memberikan atau
menjanjikan sesuatu berupa uang atau lainnya kepada pihak berperan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang guna
mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkan.

2) Penggelapan (Embezzlement)
Penggelapan merupakan suatu perbuatan curang dalam bentuk
penggelapan sumber daya orang lain atau suatu organisasi untuk
kepentingan pribadinya. Contohnya seperti, menggunakan kas kecil suatu
organisasi untuk kepentingan pribadi, membuat faktur tagihan (invoice)
dfiktif, dan sebagainya.

3) Kecurangan (Fraud)
Kecurangan adalah tindakan kejahatan yang dilakukan secara
sengaja yang dimana seseorang melakukan penipuan, kecurangan, dan
kebohongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Contohnya,
melakukan penggelapan uang kas dengan cara mengundur-undur waktu
dalam pencatatan penerimaan kas.

4) Pemerasan (Extortion)
Pemerasan adalah suatu tindakan koruptif yang dimana seseorang
atau kelompok melakukan ancaman kepada pihak lain untuk memperoleh
uang, barang, jasa, atau perilaku yang diinginkan dari pihak yang
5

diancam. Seperti, melakukan pemerasan dengan cara ancaman merusak


reputasi seseorang atau ancaman perusakan sebuah properti bila tidak
memberikan uang keamanan, dan lain sebagainya.

5) Favorisitme (Favouritism)
Favoritisme adalah suatu tindakan pilih kasih yang dimana
mekanisme koruptif seseorang atau kelompok dengan menyalahgunakan
kekuasannya
yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.

Walaupun sampai saat ini studi mengenai korupsi ini terus berjalan,
namun masih belum ada solusi pasti dalam memberantas korupsi.
Karena, suatu cara menangani korupsi bisa efektif di satu negara atau di
satu wilayah tetapi belum tentu berhasil atau efektif di negara lain.

2. Kolusi
Kolusi menurut Merriam-Webster’s Dictionary adalah suatu perjanjian
atau kerja sama yang berupa ilegal yang dimana tujuannya untuk menipu
atau memperdaya pihak lain, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah kerja sama rahasia dengan maksud tidak terpuji,
persekongkolan yang terjadi antara pengusaha dan pejabat pemerintah,
(Cerdasco., 2020)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, kolusi adalah suatu kerja sama diam-
diam antar-penyelenggara negara dan pihak lain yang dimana bertujuan
untuk melawan hukum, menipu orang lain demi mencapai keuntungan
bersama bagi pihak yang terlibat dan kerugian bagi orang lain,
masyarakat dan Negara. Kesepakatan dalam bentuk ini untuk
menghindari persaingan secara langsung yang mengurangi ketidakpastian
pasar dan mencapaian keuntungan yang lebih tinggi. Ketika kesepakatan
tersebut dilakukan secara formal, hal ini dinamakan kartel yang dimana
berupa illegal di berbagai negara karena merugikan kepentingan public,
tetapi hal ini tidak berlaku bagi negara yang mendukung kartel seperti
kasus Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Ciri-ciri
atau karakteristik kolusi dapat kita ketahui sebagai berikut :
6

 Adanya kerja sama rahasia yang ilegal antara dua orang atau lebih
bertujuan untuk melawan hukum yang berlaku.
 Kerja sama ilegal dilakukan oleh penyelenggara negara atau pihak
yang memiliki posisi penting.
 Terjadi pemberian uang pelicin tertentu ke pejabat pemerintah agar
kepentingan pihak tertentu tercapai.
 Penggunaan perantara (broker) dalam pengadaan barang dan jasa
tertentu.

Yang dimana dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa unsur dari
kolusi yaitu, adanya kerja sama perilaku, kemudian, sifatnya melawan
hukum, dan ada campur tangan pengelenggara negara di dalamnya.
Kolusi sering terjadi di pasar oligopoli, yang dimana merupakan pasar
yang hanya terdiri dari sedikit pemain dan masing-masing memiliki
ketergantungan strategis. Ketergantungan strategis itu semakin besar jika
pada pasar terdiri dari dua pemain yaitu, duopoli. Untuk menghindari efek
yang merugikan, perusahaan akan menjalankan kolusi diam-diam.
Seperti, mereka saling memberitahu tentang harga, kapasitas, atau
strategi komersial, untuk tujuan mengurangi persaingan di pasar. Kolusi
merupakan kerja sama antar dua belah pihak dengan menipu guna
mencapai keuntungan bersama, maka dari itu terdapat macam-macam
kolusi, mari kita bahas satu persatu, sebagai berikut :

a) Kartel
Kartel merupakan sekelompok  produsen yang independen bertujuan
untuk menetapkan harga guna membatasi suplai dan kompetesi.
Berdasarkan hukum anti monopoli, kartel dilarang hampir di semua
negara. Walaupun begitu, kartel tetap ada baik dalam lingkup nasional
maupun internasional, formal maupun informal. Yang dimana satu entitas
bisnis tunggal yang memegang monopoli tidak dapat dianggap sebagai
kartel, walaupun dianggap bersalah jika menyalahgunakan monopoli yang
dimilikinya. Kartel biasanya timbul dalam oligopoli, yang dimana terdapat
sejumlah kecil penjual dengan jenis produk yang homogen atau sama.
7

b) Pengawasan Harga
Paling umumnya adalah pengawasan terhadap masuknya
perusahaan baru ke dalam pasar. Yang dimana para penjual dapat
dibatasi geraknya pada satu sub pasar tertentu.

c) Persetujuan
Bertujuan guna memelihara agar harga stabil, teratur, dan mengurangi
ketidakpastian.

d) Kolusi Terselubung
Kolusi dapat terjadi jika kondisi pasar mendukung terciptanya suatu
kolusi. Kolusi dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kolusi bersifat
formal dan kolusi bersifat informal biasa disebut kolusi terselubung.  Para
pelaku oligopoli memiliki keinginan yang sama dalam persamaan
penetapan harga jual serta persamaan biaya produksi sehingga, hal ini
akan menyebabkan para pelaku oligopoli ini merasa bahwa mereka
sebagai pelaku monopoli bersama.

Salah satu penyebab kolusi adalah cara pandang seseorang terhadap


kekayaan. Dengan cara pandang terhadap kekayaan salah maka akan
menyebabkan cara yang salah juga dalam mengakses kekayaan tersebut
maka banyak juga orang yang melakukan kolusi. Sebab dari itu,
konsekuensi dari melakukan kolusi pastinya ada seperti, timbulnya fitnah,
meningkatnya transparansi, dll.

Ada cara penuntasan kasus tindakan kolusi ini yaitu, perlunya


ketegasan aparat penegak hukum dalam memberantas tindakan kolusi
ini. Demi tercapainya cita-cita bersama dalam terwujudnya suatu sistem
yang bersih, terutama tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

1. Nepotisme
Secara etimologis, nepotisme berasal dari bahasa Latin, yaitu Nepos
yang artinya adalah keponakan atau cucu.. Sehingga kata nepotisme
dapat diartikan sebagai suatu tindakan pemilihan orang bukan
berdasarkan kemampuannya, melainkan atas dasar hubungan
kekeluargaan atau kedekatan semata. (M. Prawiro, 2019)
8

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nepotisme adalah suatu


tindakan seseorang yang memanfaatkan jabatan, posisi, atau kekuatan
yang dimiliki untuk mengutamakan kepentingan keluarga atau kerabat
bahkan teman akrab daripada kepentingan umum dengan memilih orang
bukan berdasarkan kemampuannya tetapi berdasarkan kedekatan
tersebut untuk menduduki suatu posisi pekerjaan tertentu. Praktik
nepotisme dikenali dengan beberapa ciri-cirinya, sebagai berikut:

 Pelaksanaan suatu jabatan atau posisi biasanya dilakukan secara


otoriter.
 Pemberian posisi tidak berdasarkan kemampuan atau keahlian,
melainkan karena adanya hubungan keluarga atau kedekatan.
 Tidak adanya kejujuran seseorang dalam menjalankan amanat
yang diberikan kepadanya, seperti menutup kesempatan bagi orang-
orang yang memiliki hak dan kemampuan.
 Adanya kesenjangan dan ketidakadilan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan maupun fasilitas.

Walaupun begitu, nepotisme juga dapat dibedakan ke dalam


beberapa jenis berdasarkan pengertian yang sudah diketahui, yaitu
sebagai berikut :

a. Nepotisme Ikatan Kekeluargaan


Nepotisme ikatan kekeluargaan adalah bentuk nepotisme yang paling
sederhana dan mudah dikenali. Seperti, posisi tertentu di jajaran pegawai
negeri banyak yang berasal dari keluarga yang sama.

b. College Tribalism
Nepotisme College Tribalism adalah bentuk nepotisme yang
berdasarkan asal universitas atau jurusan yang sama. Contohnya, suatu
perusahaan yang pemimpinnya berasal dari universitas tertentu merekrut

tenaga kerja untuk posisi penting hanya dari universitas yang sama.
9

c. Organizational Tribalism
Nepotisme Organizational Tribalism adalah suatu bentuk nepotisme

yang berdasarkan organisasi tertentu. Contohnya, organisasi profesi,


partai politik, dan lainnya.

d. Institutional Tribalism
Nepotisme Institutional Tribalism merupakan bentuk nepotisme yang
dimana para pelakunya berasal dari instansi yang sama di luar instansinya
saat ini. Contohnya, seorang pemimpin perusahaan yang pindah kerja
kemudian, membawa pegawai lainnya secara bergerombol ke tempat
kerjanya yang baru. Nepotisme ini sering terjadi di berbagai bidang,
termasuk di dalam dunia bisnis, politik, hiburan, agama, olahraga, dan
bidang lainnya. Di Indonesia sendiri , nepotisme banyak terjadi dalam
masa pemerintahan orde baru yang pada akhirnya menjadi pemicu
gerakan reformasi pada tahun 1998.

Nepotisme boleh dibilang hampir sama pengertianya dengan Kolusi


dan Korupsi yang dibicarakan semenjak bergulirnya era reformasi dewasa
ini. Bila sudah melekat dalam diri manusia maka susah untuk
menghilangkan atau melepasnya, Bagaimana dengan cita- cita para
bangsa, yaitu good governance ?

2. Dampak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)


Untuk pengertian korupsi, kolusi dan nepotisme sudah dibahas
sebelumnya, yang dimana ketiganya sama-sama merugikan
pemerintahan suatu negara. Pada Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme telah dijelaskan juga mengenai
pengertian KKN. (Makalah_Korupsi_Kolusi_dan_Nepotisme_KKN_ @
Www.Academia.Edu, n.d.)

Sikap dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) ini dapat kita
perhatikan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti korupsi akan
10

waktu pembelajaran, korupsi akan uang kas, bersekongkol dengan teman


termasuk dalam kolusi, membantu kerabat atau teman dekat untuk
mendapatkan posisi tertentu yang termasuk dalam nepotisme dan bahkan
seperti pedagang yang mengurangi takaran timbangan. Hal yang sudah
disebutkan barusan adalah contoh dari perilaku dari KKN yang ada dalam
kehidupan kita sehari-hari, kemudian bagaimana dengan perilaku KKN
yang pernah terjadi di Indonesia, berikut salah satu kasus yang pernah
terjadi :

 Pada tahun 1996, BUMN PT Kertas Leces memproduksi kertas


koran ke produksi kertas HVS. Padahal, kertas koran memiliki pangsa
pasar dan pertumbuhan pasar yang jauh lebih besar dibandingkan
kertas HVS. Setelah Leces meninggalkan lapangan, Aspex Paper
milik Bob Hasan yang notabene orang dekat Soeharto mengambil alih
tempatnya, Sehingga, 80% kebutuhan dalam negeri akan kertas koran
kemudian dipenuhi Aspex. Banyak yang menduga bahwa Leces
sengaja mengalihkan bidangnya ke HVS, bila tak mau disebut
dipaksa, untuk memeberi jalan kepada Aspex menguasai pasar kertas
koran. Peran pemerintah dalam alih jenis produksi Leces
dimungkinkan sangat besar. Hal ini karena Bob Hasan memeiliki
hubungan baik dengan Soeharto. (Wabup KKN Merupakan Kejahatan
Yang Luar Biasa Pemerintah Kabupaten Kuningan, 2020)

Dampak dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merugikan dalam


banyak hal, seperti pemborosan sumber-sumber, modal yang lari,
gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan
yang lenyap ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan
oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya, pengurangan
kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi,
hilangnya kewibawaan administrasi. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan
bahwa akibat atau dampak dari KKN ini adalah, sebagai berikut :

 Segi ekonomi seperti, larinya modal keluar negeri, adanya


gangguan terhadap perusahaan, yaitu gangguan penanaman modal.
11

 Segi sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.


 Segi politik seperti, pengambilan alih kekuasaan, hilangnya
bantuan dari luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, serta
ketidakstabilan politik.
 Segi administrasi seperti, tidak efisien, kurangnya kemampuan
administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara,
keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-
tindakan represif.

Secara umum, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah


merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan juga
memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pemerintah Indonesia
mengeluarkan landasan hukum yaitu Undang-undang RI Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU No. 28 Tahun 1999 tersebut disahkan
di Jakarta pada 19 Mei 1999 oleh Presiden ke-3, yaitu RI Bacharuddin
Jusuf Habibie (BJ Habibie). Dalam pasal 5 UU No. 28 Tahun 1999,
penyelenggara negara dituntut menjalankan tugas dan fungsinya secara
sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab, secara efektif, efisien,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Jelas jika ada suatu pelanggaran yang merugikan suatu negara maka
ada hukuman atau sanksi yang dibuat dengan tujuan mengurangi atau
bahkan memberantas suatu kejahatan atau pelanggaran tersebut, sama
kasusnya seperti KKN ini, yang dimana sebagai jaminan atas ditaatinya
ketentuan tentang asas-asas umum, hak dan kewajiban dan ketentuan
lainnya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara garis besar, KKN tidak hanya berdampak negatif melainkan
berdampak positif bagi para pelaku KKN berupa kehidupan semakin
makmur, dapat menaiki posisi suatu jabatan dengan mudah karena
adanya relasi, dan lain sebagainya. Dari keuntungan yang didapat oleh
para pelaku KKN, hal negatif berdampak bagi masyarakat bahkan negara.
Walaupun pemerintah telah mengupayakan pemberatasan terhadap KKN
berupa sanksi dan memperketat peraturan serta menseleksi pejabat-
pejabat yang ingin menduduki suatu jabatan.
Saran
Maka dari itu, Upaya yang perlu dilakukan berupa :

1. Perlu melakukan penyebaran mengenai pengertian antara milik


pribadi dan milik perusahaan atau milik negara baik di instansi
pemerintah maupun instansi swasta.
2. Melakukan perbaikan penghasilan kepada pejabat dan pegawai
negeri yang sesuai dengan keadaan ekonomi dan swasta.
3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan terhadap setiap jabatan
dalam suatu pekerjaan.

4. Yang paling utama, yaitu bagaimana menumbuhkan “sense of


belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cerdasco. (2020). Kolusi: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Jenis, Pro dan
Kontra. cerdasco. https://cerdasco.com/kolusi/

M. Prawiro. (2019). arti-nepotisme @ www.maxmanroe.com. maxmanroe.


https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/arti-nepotisme.html#:~:text=Secara
umum%2C arti nepotisme adalah suatu tindakan seseorang,kemampuannya
tetapi atas dasar hubungan keluarga atau kedekatan.

Makalah_Korupsi_Kolusi_dan_Nepotisme_KKN_ @ www.academia.edu. (n.d.).


https://www.academia.edu/18581998/Makalah_Korupsi_Kolusi_dan_Nepoti
sme_KKN_

makalah-korupsi-kolusi-nepotisme-kkn @ 101makalah.blogspot.com. (n.d.).


https://101makalah.blogspot.com/2016/10/makalah-korupsi-kolusi-
nepotisme-kkn.html

Rasyidi, M. A. (2020). Korupsi Adalah Suatu Perbuatan Tindak Pidana Yang


Merugikan Negara Dan Rakyat Serta Melanggar Ajaran Agama. Jurnal
Mitra Manajemen, 6(2), 37–51.
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/552

Wabup KKN Merupakan Kejahatan Yang Luar Biasa Pemerintah Kabupaten


Kuningan. (2020). Dinas komunikasi dan informatika kabupaten kuningan.

www.indonesia-investments.com. (2017). Korupsi, Kolusi & Nepotisme di


Indonesia - Analisis KKN | Indonesia Investments. https://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/risiko/korupsi/item235?

13

Anda mungkin juga menyukai