Anda di halaman 1dari 12

Dampak Korupsi terhadap politik dan demokrasi di Indonesia

Nurhaeni

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

E-mail : haeni5625@gmail.com

ABSTRACT :

Tujuan penelitian ini untuk memperdalam wawasan tentang dampak korupsi dalam
politik dan demokrasi di Indonesia. Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun. Tindak pidana korupsi telah meluas dalam masyarakat, baik dari
jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara, maupun dari segi kualitas tindak
pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan metode
studi kepustakaan.

Kata kunci : Korupsi , Politik dan Demokrasi

1. PENDAHULUAN

Berbicara mengenai dampak korupsi dalam sistem politik dan demokrasi di


Indonesia bahwa Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. (Mustanir et al., 2019)Tindak pidana korupsi telah meluas dalam masyarakat, baik
dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara, maupun dari segi kualitas
tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Partisipasi masyarakat sebenarnya harus ada
keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Pemerintah desa sebagai
ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan
langsung dengan masyarakat.(Buku Kepemimpinan Adam Irwan 2020, n.d.)

Selain itu korupsi juga sering terjadi ketika aparat menerima keuangan untuk
mempercepat pelayanan atau memungut uang terhadap pelayanan yang seharusnya
gratis dan tidak memerlukan biaya. Fenomena tersebut sering terjadi pada berbagai
layanan pemerintahan di Indonesia.(Latif et al., n.d.)Hal ini tentunya sangat merugikan
masyarakat lainnya yang menggunakan layanan pemerintahan. Di satu sisi
mempercepat dan mendahulukan pelayanan tapi di sisi lain tentunya merugikan
pengguna layanan yang sudah mengantri lebih dulu. Masyarakat akan lebih percaya
proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanannya.(Dimyati, n.d.)

Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan


dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian
keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimpin
tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik
korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang, kekerasan dalam pemilu,
money politics dan lain- lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan kekerasan
(otoriter)atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.(Mustanir, n.d.-a)Di
samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial politik
dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Bahkan
dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara
tidak terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.(Mustanir, Justira, et al., n.d.)

Konsep demokrasi dipahami sebagai tak sekadar kedaulatan rakyat tetapi


operasionalisasi kedaulatan rakyat yang menjadi tampak nyata antara lain dalam proses
pemerintahan. pembuatan keputusan-keputusan yang bersifat kolektif serta mengikat.
Pengertian “demokratisasi” menunjuk pada proses perubahan dari sistem politik yang
otoriter menuju sistem politik demokratis.Dengan cara pandang demikian praktek korupsi
mesti dipahami dalam bingkai konflik pelbagai kepentingan nyata yang menyertai proses
pembuatan keputusan-keputusan politik. (Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan
Publik et al., 2019)

Tersisihnya peran hukum dalam pembangunan, padahal hukum sebenarnya dapat


berfungsi sebagai “pelumas” sendi-sendi demokrasi mengakibatkan timbulnya watak
pemerintahan represif dan penyempitan ruang kebenaran moral hukum.Dalam hubungan
ini Daniel S. Lev mengemukakan mitos di balik proses hukum formal ternyata terlalu
sering dan memang benar-benar mitos, yang karenanya tidak lagi memenuhi fungsi
pengabsahan.(Mustanir, Dema, et al., 2018) Seorang hakim yang lurus, yang bertindak
sesuai dengan norma-norma “hukum rasional” profesinya, juga dicurigai melakukan
korupsi dan tidak adil, hanya karena ada hakim yang memang korup dan tidak adil, tetapi
terlebih-lebih lagi karena politik dan administrasi pada umumnya dikenal sarat dengan
korupsi. Gambaran umum permainan politik adalah bahwa partisipasi dalam politik tidak
berjalan sesuai dengan aturan hukum, tetapi berlangsung sesuai dengan pengaruh,
uang, keluarga, status sosial, dan kekuasan militer. Pendapat Lev ini mengisyaratkan
adanya korelasi antara faktor tidak berfungsinya aturan hukum, permainan politik,
tekanan kelompok dominan dengan faktor korupsi. Pemimpin dapat mempengaruhi
moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi
suatu organisasi.(Sulaeman et al., 2019)

Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN), dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
yang dijalankan harus mengetahui dan memahami norma-norma hukum dan kode etik
serta tata tertib sebagai Aparatur Sipil Negara termasuk peraturan disiplin PNS yang
berlaku.(Kajian et al., 2021)

Gaya Kepemimpinan merupakan peran penting yang sangat menentukan,


khususnya dalam usaha pencapaian tujuannya yang telah ditetapkan sebelumya.
(Mustanir, Fitriani, et al., 2020)Kepemimpinan juga merupakan seni atau tehnik, sekaligus
ilmu dalam memberikan process perintah atau anjuran, serta pengertian pengertian agar
dapat dipahami oleh orang-orang, dan supaya kekuasaan untuk mengajak,
mempengaruhi, menggerakkan dan berjalan dengan baik dan supaya melakukan demi
pencapaian tujuan pemimpin harus ada dalam suatu kelompok atau organisasi, dengan
demikian keberadaan pemimpin bisa dapat dikenal oleh anggota atau pun masyarakat
yang luas dalam kepemimpinannya nanti.(Mustanir, Ali, et al., 2020)

2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Korupsi Politik
Terdapat perbedaan pendekatan untuk mendefinisikan korupsi politik.
Dalam konsep klasik istilah korupsi politik dimaknai sebagai interaction
hubungan permasalahan antara sumber-sumber kekuasaan dan hak-hak
moral penguasa.(Siriattakul et al., n.d.) Lord Acton mengkaitkan permasalahan
korupsi politik dengan penyalahgunaan sifat kekuasaan participate pemerintah
monarchi yang lalim pada saat itu. Perhatian terbesar Lord Acton yaitu pada
sifat ambisi korupsi dalam kedudukan sebagai penguas. Ia menyatakan bahwa
semua kekuasaan cenderung korupsi dan kekuasaan mutlak maka korupsi
absolut terjadi.(Mustanir, Jermsittiparsert, et al., 2020)
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah
dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah
diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan
kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal- pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
sanksi pidana karena korupsi.(Buku Strategi Pariwisata Sofyan 2022, n.d.)
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kerugian keuangan negara


b. Suap-menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
g. Gratifikasi

Layanan jasa publik juga dijelaskan dalam peraturan pemerintah


nomor 96 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Layanan Publik meliputi : a. Penyedia jasa publik oleh
instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dananya bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah. b. Penyedia jasa publik yang dilakukan
oleh suatu badan usaha yang modal pendirianya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan c. Penyedia jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. (Mustanir, Si, et al., n.d.)

B. Definisi Domokrasi sebagai sistem politik


Demokrasi sebagai sistem politik di definisikan oleh Harry B Mayo (1960)
sebagai berikut : sistem politik yang demokratis iyalah di mana kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi oleh rakyat
dalam pemilihan pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
Politik.(Hendrayady et al., n.d.)
Definisi demokrasi menurut kamus adalah pemerintahan oleh rakyat,
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh
mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan yang
bebas. Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat (Abraham Lincoln).(Buku Pendekatan Partisipatis Irwan Adam
Komar 2021, n.d.)
C. Korupsi Politik dan Korupsi Birokrasi (Besar melawan Kecil)
Pada definisi yang diberikan banyak ilmuwan, korupsi politik merupakan
setiap transaksi diantara pelaku sektor swasta dan publik melalui barang-
barang kolektif yang melanggar hukum yang diubah ke dalam hadiah untuk
kepentingan pribadi. Kritik Pelayanan terhadap definsi ini yaitu definisi ini tidak
membedakan dengan jelas antara korupsi politik dan korupsi birokrasi. Definisi
ini menjelaskan keterlibatan utama negara dan badan negara dalam korupsi,
namun tidak menjelaskan tentang level otoritas dimana korupsi
terjadi.(PELAYANAN PUBLIK DI ERA TATANAN NORMAL BARU, n.d.)
Dalam definisi yang lebih tegas, korupsi politik mencakup pembuatan
kebijakan politik. Korupsi politik atau korupsi besar terjadi pada sistem politik
tingkat tinggi. Korupsi politik terjadi ketika politisi dan badan negara yang
berhak membuat dan menegakkan Undang-Undang dalam nama masyarakat
merupakan mereka yang melakukan korupsi. Korupsi politik terjadi ketika
pembuat keputusan politik menggunakan kekuasaan politik yang dipegang
oleh mereka untuk mempertahankan kekuasaan, situation ,status, dan
kekayaan mereka. Kemudian, korupsi politik dapat dibedakan dari korupsi
birokrasi atau korupsi kecil, dimana korupsi dalam administrasi negara, dalam
implementasinya diakhiri oleh politik. (Sadapotto et al., 2022)
Bahkan ketika pembedaan antara korupsi politik dan birokrasi agak
diragukan maka hal ini tergantung pada pemisahan politik dari administrasi
(yang tidak jelas pada hampir semua sistem politik Indonesia), pembedaan
tersebut penting dalam terminologi analitis dan praktis. Korupsi politik terjadi
pada level negara yang tinggi, dan hal ini memiliki akibat politik.(Kholifah et al.,
2019)
Korupsi politik tidak hanya mengacu pada penyalahgunaan sumber daya,
tetapi juga mempengaruhi cara keputusan itu dibuat. Korupsi politik merupakan
manipulasi institusi politik dan peraturan prosedur, dan oleh karena itu hal ini
mempengaruhi institusi beberapa pemerintah dan sistem politik, dan hal ini
sering mengakibatkan kerusakan institusional.(Prosiding Semnas UMY Tanti
Rifni 2019, n.d.) Oleh karena itu, Korupsi politik merupakan sesuatu yang lebih
dari pada penyimpangan dari norma-norma formal dan hukum tertulis, dari
kode etik professional dan peraturan peradilan. Korupsi politik terjadi ketika
Undang- Undang dan regulasi lebih kurang disalahgunakan secara sistematis
oleh penguasa, tidak dilakukan secara prosedural, diabaikan, atau bahkan
dirancang agar sesuai dengan government village kepentingan mereka.
Korupsi politik merupakan penyimpangan dari nilai hukum rasional dan prinsip
negara modern, dan permasalahan dasarnya merupakan lemahnya
akuntabilitas diantara pemerintah dengan yang diperintah. Secara khusus di
negara otoriter, dasar hukum terhadap praktek korupsi selalu dievaluasi dan
dinilai lemah dan lebih jauh benar-benar menjadi subjek pelanggaran hukum
oleh penguasa.(IAPA 2017 IAPA 2017-Towards Open Goverment: Finding The
Whole-Goverment Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory
Planning Method Of Development Planning, n.d.)
Korupsi politik tidak hanya terjadi pada sistem otoriterian, namun hal ini
juga terjadi pada negara yang menganut demokrasi liberal yang terbukti dari
banyak skandal korupsi yang telah diungkapkan di Pengadilan.(Mustanir, Arya
Nugraha, et al., n.d.) Meskipun begitu, dengan mempertahankan hubungan
implementation otoriterianisme dan korupsi politik, dan definisi korupsi politik
dalam konteks prerogative negara diselewengkan untuk melayani kepentingan
penguasa, seseorang akan melihat bahwa inti permasalahan korupsi politik
sangat berbeda antara rezim otoriter dan demokrasi liberal.(Samad et al.,
2019) Pada negara-negara demokrasi permasalahan korupsi politik lebih
bersifat insidentil dan jarang, dan dapat dicegah dalam sistem politik yang ada,
dengan mereformasi, memperkuat, dan mengutamakan institusi politik check
and balances yang telah terbentuk.(Mustanir & Abadi, 2017)
Konsep Kepemimpinan Dan Kebudayaan Politik S. Pradja (26: 2014)
dalam menjelaskan pemimpin dan kepemimpinan, ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan, di antaranya: pertama, kekuasaan dan kewenangan, yaitu
kemampuan untuk bertindak bagi seorang pemimpin untuk menggerakkan
bawahannya agar mengikuti kehendaknya Masyarakat dalam mencapai tujuan
yang telah di tentukan sebelumnya. Kedua, kewibawaan, yaitu berbagai
keunggulan yang dimiliki seorang pemimpin, sehingga membedakan dengan
yang di pimpinnya, dan dengan keunggulan tersebut, orang lain patuh dan
bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang di kehendakinya. Ketiga,
kemampuan, yaitu keseluruhan daya, baik berupa keterampilan sosial maupun
keterampilan teknis yang melebihi orang lain.(Dan et al., n.d.)
D. Dampak korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi

• Munculnya Kepemimpinan Korup

Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif menghasilkan
masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan dari
tingkat yang paling bawah.(Movere Mona Astinah 2020 V2 No2, n.d.) Konstituen di
dapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin
partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya.(Fitrah et al., 2021)

Berhubungan transaksional sudah berjalan dari hulu yang pada akhirnya pun
memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses yang dilakukan juga
transaksional.(Mustanir, n.d.-c) Masyarakat juga seolah-olah possess digiring untuk
memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpi- mimpi dan janji akan kesejahteraan
yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari calon pemimpin
tersebut.(TEST Scopus 2020 V82 No, n.d.)

• Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi

Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat yakni


berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini wilayahnya
dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi
pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya
bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang
berjalan.(Berbasis et al., n.d.)

Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan diputuskan oleh
pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan antara masyarakat dan
pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini benar-benar harus diatasi
dengan kepemimpinan yang baik, jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi yang
dijalankan Indonesia masih sangat muda, walaupun kelihatannya stabil namun
menyimpan berbagai kerentanan.(Praja Vol 10 No 1 2022 Riska Sabir, n.d.) Tersebarnya
kekuasaan ditangan banyak orang ternyata telah dijadikan peluang bagi merajalelanya
penyuapan. Reformasi yang dilakukan tanpa landasan hukum yang kuat justru
melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan, yang dalam praktiknya
melibatkan para broker bahkan menumbuhkan mafia.(Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Optimalisasi Pelayanan Publik dan Potensi Desa Halaman - et al., n.d.)

• Menguatnya Plutokrasi

Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan menghasilkan


konse- kuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang dikuasai oleh pemilik
modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar melakukan ‘transaksi’
dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat merekalah yang mengendalikan dan
menjadi penguasa di negeri ini.(Mustanir STISIP Muhammadiyah Rappang Sidenreng
Rappang Regency, n.d.)

Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada Hubungan dengan partai-partai


yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar menjadi
ketua sebuah partai politik. Tak urung antara kepentingan partai dengan kepentingan
perusahaan menjadi sangat ambigu.(Mustanir, n.d.-b)

Perusahaan-perusahaan tersebut mengu-asai berbagai hajat hidup orang Banyak,


seperti; bahan bakar dan energi, bahan makanan dasar dan olahan, transportasi,
perumahan, keuangan dan perbankan, bahkan media masa dimana pada saat ini setiap
stasiun televisi dikuasai oleh oligarki tersebut.(Pada Perencanaan Pembangunan Di
Kabupaten Sidenreng Rappang et al., n.d.) Kondisi ini membuat informasi yang disebar
luaskan selalu mempunyai tendensi politik tertentu dan ini bisa memecah belah rakyat
karena begitu biasnya informasi.(Tentang et al., n.d.)

• Hancurnya Kedaulatan Rakyat

Dengan semakin jelasnya plutokrasi yang terjadi, kekayaan Negara ini hanya
dinikmati oleh sekelompok tertentu bukan oleh rakyat yang seharusnya. Perusahaan
besar mengendalikan politik dan sebaliknya juga politik digunakan untuk keuntungan
perusahaan besar. Bila kita melihat sisi lain politik, seharusnya kedaulatan ada di tangan
rakyat. Namun yang terjadi sekarang ini adalah kedaulatan ada di tangan partai politik,
karena anggapan bahwa partailah bentuk representasi rakyat. Partai adalah dari rakyat
dan mewakili rakyat, sehingga banyak orang yang menganggap bahwa wajar apabila
sesuatu yang didapat dari negara dinikmati oleh partai (rakyat).(Mustanir, Yasin, et al.,
2018) partai politik untuk memenangkan pemilu, karena yang menanglah yang akan
menguasai semuanya (the winner takes all). Tapi bukannya sudah jelas bahwa partai
politik dengan kendaraan perusahaan besar sajalah yang diatas kertas akan
memenangkan pertarungan tersebut. Artinya sekali lagi, hanya akan ada sekelompok
orang saja yang menang dan menikmati kekayaan yang ada. Hal ini terus berulang dari
masa ke masa. rakyat terus terombang- ambing dalam kemiskinan dan ketidak jelasan
masa depan.(Uceng et al., 2019)

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan.

4. HASIL & PEMBAHASAN

Gambaran umum permainan politik adalah bahwa politik tidak berjalan sesuai
dengan aturan hukum, tetapi berlangsung sesuai dengan pengaruh, uang, keluarga,
status sosial, dan kekuasan militer. Pendapat Lev ini mengisyaratkan adanya korelasi
antara faktor tidak berfungsinya aturan hukum, permainan politik, tekanan kelompok
dominan dengan faktor korupsi. Mempelajari korupsi yang ada di Indonesia membuat
saya lebih paham tentang dampak yang di timbulkan dari korupsi terhadap politik dan
demokrasi. Ternyata korupsi bukan hanya tentang ketika aparat menerima uang untuk
mempercepat pelayanan melainkan masih banyak hal didalamnya terutama dalam hal
Korupsi politik terjadi ketika pembuat keputusan politik menggunakan kekuasaan politik
yang dipegang oleh mereka untuk mempertahankan kekuasaan, status, dan kekayaan
mereka.

5. PENUTUP

Dari hasil penelitian saya[60] menarik kesimpulan bahwa dampak dari


korupsi sangat merugikan semua kalangan terutama masyarakat dan
membuat hilangnya kecercayaan publik kepada pemerintah. Masyarakat
akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan diputuskan oleh
pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan antara
masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini benar-benar harus diatasi dengan kepemimpinan yang baik, jujur,
bersih dan adil

DAFTAR PUSTAKA

Berbasis, P. M., Desa, B., & Mustanir, A. (n.d.). Tema : Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Bina Desa Laporan Akhir KKLP Tahun 2015 Desa Tonrong Rijang STISIP
MUHAMMADIYAH RAPPANG.
Buku Kepemimpinan Adam Irwan 2020. (n.d.).
Buku Pendekatan Partisipatis Irwan Adam Komar 2021. (n.d.).
Buku Strategi Pariwisata Sofyan 2022. (n.d.).
Dan, I., Sapri, A., Sos, S., Mustanir, S.-A., & Darman, H. (n.d.). PELAYANAN PUBLIK.
www.google.com
Dimyati, K. (n.d.). Prosiding Konferensi Nasional ke-7 Asosiasi Program Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ’Aisyiyah (APPPTMA) : orientasi Program
Pascasarjana PTMA : memperkuat tradisi riset dan publikasi : Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ), 23-25 Maret 2018. Jilid 2, sosial politik & ekonomi.
Fitrah, N., Mustanir, A., Safar Akbari, M., Ramdana, R., Ainun Nisa, N., Qalbi, N., Feby
Febriani, A., Awalil Resky, M. S., Pemerintahan, I., Muhammadiyah Sidenreng
Rappang, U., & Selatan, S. (2021). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PEMETAAN SWADAYA DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM TATA KELOLA POTENSI DESA. 5(1).
Hendrayady, A., Arman, Ms., Nugroho Djati Satmoko, Ms., Afriansyah, M., Heriyanto,
Ma., Chaereyranba Sholeh, Ms., Iwan Henri Kusnadi, M., Tamrin, Ms. H., Ahmad
Mustanir, M., Ari Ramdani, Ms., Ade Putra Ode Amane, Ms., & Ir Muhammad Rais
Rahmat Razak, Ms. (n.d.). PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
PENERBIT CV.EUREKA MEDIA AKSARA.
IAPA 2017 IAPA 2017-Towards Open Goverment: Finding The Whole-Goverment
Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory Planning Method Of
Development Planning. (n.d.).
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, A. J., Latif, A., & Mustanir, A. (2019).
Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi Masyarakat Pada Perencanaan
Pembangunan ARTICLE INFO ABSTRACT. 5(2).
Kajian, J., dan Pengembangan Pendidikan, P., Latif, A., & Mustanir, A. (2021).
GEOGRAPHY PENDEKATAN PARTISIPATIF DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. 9(2).
http://journal.ummat.ac.id/index.php/geography
Kholifah, E., Mustanir, A., Muhammadiyah, U., Rappang, S., & Selatan, S. (2019). Food
Policy and Its Impact on Local Food. http://dx.doi.org/10.222.99/arpap/2019.57
Latif, A., Rusdi, M., Mustanir, A., Sutrisno, M., Ilmu, M., Stisip, P., & Rappang, M. (n.d.).
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI
DESA TIMORENG PANUA KECAMATAN PANCA RIJANG KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG Dosen Ilmu Pemerintahan STISIP Muhammadiyah
Rappang Dosen Ilmu Administrasi Negara STISIP Muhammadiyah Rappang 5). In
Jurnal MODERAT (Vol. 5).
Movere Mona Astinah 2020 V2 No2. (n.d.).
Mustanir, A. (n.d.-a). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI DESA TETEAJI KECAMATAN
TELLU LIMPOE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG.
Mustanir, A. (n.d.-b). MAGANG MAHASISWA.
Mustanir, A. (n.d.-c). Pemberdayaan Masyarakat Kewirausahaan Entrepreneurship
Community Empowerment.
Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Participation of Ethnic Community Towani Tolotang in
Deliberation of Development Plan.
Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020, December 18). Transect on
Participatory Development Planning in Sidenreng Rappang Regency.
https://doi.org/10.4108/eai.25-10-2019.2300523
Mustanir, A., Arya Nugraha, A., & Abstrak, N. (n.d.). Implementasi E Government
Pemerintahan Desa Dalam Administrasi Pelayanan Publik (Studi Kasus Web Site
Desa Kanie Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang).
Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018). PENGARUH
MOTIVASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KELURAHAN LALEBATA KECAMATAN PANCA RIJANG KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG (Vol. 2, Issue 1).
Mustanir, A., Fitriani, S., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas Peran
Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan
Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang (The Synergy of Village
Government’s Role and Community Participation in the Process of Development
Planning in Sidenreng Rappang District). Journal of Government Science (GovSci),
2020(2), 84–108.
Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2019). PEMBERDAYAAN KELOMPOK
MASYARAKAT DESA DALAM PERENCANAAN METODE PARTISIPATIF. In
Jurnal MODERAT (Vol. 5).
Mustanir, A., Jermsittiparsert, K., Ali, A., Hermansyah, S., & Sakinah, S. (2020,
February 10). Village Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good
Governance in Sidenreng Rappang. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-
2019.2291532
Mustanir, A., Justira, N., Selang, K., & Muchtar, A. I. (n.d.). DEMOCRATIC MODEL ON
DECISION-MAKING AT DELIBERATIONS OF DEVELOPMENT PLANNING.
Mustanir, A., Si, M., Hamid, H., Sos, S., Rifni, M. S., & Syarifuddin, N. (n.d.).
Perencanaan Partisipatif DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELOMPOK
WANITA TANI. www.google.com
Mustanir, A., Yasin, A., Rusdi, M., & Ilmu Administrasi Negara STISIP Muhammadiyah
Rappang, D. (2018). PORTRAIT OF EARTH SLICES IN TONRONG RIJANG
VILLAGE IN TRANSECT ON PARTICIPATORY DEVELOPMENT PLANNING
Dosen Ilmu Pemerintahan STISIP Muhammadiyah Rappang 4). In Jurnal
MODERAT (Vol. 4).
Mustanir STISIP Muhammadiyah Rappang Sidenreng Rappang Regency, A. (n.d.).
Unggul, Profesional, Islami Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Melalui
Kelompok Ekonomi Kewirausahaan Secara Partisipatif Empowerment of Badan
Usaha Milik Desa Through Participatory Entrepreneurship Economic Groups.
Pada Perencanaan Pembangunan Di Kabupaten Sidenreng Rappang, M., Mustanir, A.,
& Rusdi Magister Administrasi Publik STISIP Muhammadiyah Rappang Sidenreng
Rappang, M. (n.d.). Participatory Rural Appraisal (PRA) Sebagai Sarana Dakwah.
PELAYANAN PUBLIK DI ERA TATANAN NORMAL BARU. (n.d.).
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Optimalisasi Pelayanan Publik dan Potensi
Desa Halaman -, I., Teknologi Informasi Dalam Optimalisasi Pelayanan Publik dan
Potensi Desa Sereang, P., & Mustanir STISIP Muhammadiyah Rappang, A. (n.d.).
Oleh : STISIP Muhammadiyah RAPPANG.
Praja Vol 10 No 1 2022 Riska Sabir. (n.d.).
Prosiding Semnas UMY Tanti Rifni 2019. (n.d.).
Sadapotto, A., Pd, S., Hum, M., Nadirah, S., Pd, M., Pd, M., Hanafi, M., Pd, A.,
Mustanir, S. I. P., & Si, M. (2022). INDONESIAN SHORT STORY.
www.medsan.co.id
Samad, Z., Mustanir, A., & Yusuf Putra Pratama, M. (2019). PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN UNTUK
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE KABUPATEN ENREKANG. In Jurnal
MODERAT (Vol. 5).
Siriattakul, 1parinya, Jermsittiparsert, K., & Mustanir, A. (n.d.). What Determine the
Organizational Citizenship Behavior in Indonesian Agriculture Manufacturing
Firms?
Sulaeman, Z., Mustanir, A., & Muchtar, A. I. (2019). PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PERWUJUDAN GOOD GOVERNANCE DI DESA DAMAI
KECAMATAN WATANG SIDENRENG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
(Vol. 7).
Tentang, D., Sekuriti, K. /, Gedung, D. I., Jalanan, D., Stisip, A. M., & Rappang, M.
(n.d.). STUDI BENCH MARKING Road to Kuala Lumpur-Malaysia 03-12 Mei 2017
KOTA KUALA LUMPUR SECURITY DESCRIPTION IN KUALA LUMPUR CITY
BUILDING AND STREET.
TEST Scopus 2020 V82 No. (n.d.).
Uceng, A., Ali, A., Mustanir, A., Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
ABSTRAK, M., Kunci, K., Masyarakat, P., & Sumber Daya Manusia, P. (2019).
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN
SUMBER DAYA MANUSIA DI DESA CEMBA KECAMATAN ENREKANG
KABUPATEN ENREKANG Dosen Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
4). Jurnal MODERAT, 5(2), 1–17.

Anda mungkin juga menyukai