“ANTI KORUPSI”
Disusun Oleh:
1. Rahmad Yuliantoro (021911133115)
2. Najminoor Ramadhani R (021911133070)
3. Bagas Dwi Saputra (151910813073)
4. Rafi Maulana Khanalsyah (151910813074)
5. Sinta Wati (151910813075)
6. Aldi Rabbani Rachmadi (151910813076)
7. Dwi Oktavia Rahmawati (151910813077)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang telah diberikan Allah
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan
yang berarti.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Terciptanya makalah ini tidak hanya hasil dari kerja keras kami melainkan
banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi.
Sekali lagi kami mengucapkan banyak terima kasih atas terselesainya makalah ini. Sebagai
penyusun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu mohon
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia saat ini berada pada posisi yang parah dan mengakar mengakar pada
setiap sendi kehidupan. Praktik korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari kuantitas
atau jumlah kerugian keuangan negara maupun kuailitas yang semakin sistematis.
Meningkatnya korupsi bukan saja membawa dampak bagi perekonomian negara tetapi juga
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Para penyelenggara negara seakan-akan
sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok mereka.Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar
yang sudah sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh tindakan
korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Korupsi dan pendidikan anti korupsi?
2. Apa faktor penyebab korupsi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi?
4. Bagaimana peran pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi serta peran mahasiswa dalam
menghadapi anti korupsi?
C. Tujuan
1. Memaparkan pengertian Korupsi dan pendidikan anti korupsi?
2. Memaparkan faktor penyebab korupsi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari korupsi?
3. Memaparkan nilai dan prinsip anti korupsi?
4. Memaparkan peran pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi serta peran mahasiswa
dalam menghadapi anti korupsi?
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) bahwa
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu
yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi
menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan
instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus
hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak
pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).
1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.Perilaku korup
seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering ter-jadi. Terkait
dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang
( money politik) sebagai use of money and material benefits in the pursuit of
political influence. Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari
sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-
barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang disebabkan oleh
konstelasi politik (Susanto: 2002). Sementara menurut De Asis, korupsi politik
misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun
pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-yaan kampanye, penyelesaian
konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang (De
Asis : 2000). Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa proses terjadinya korupsi
1
dengan formulasi M+D–A=C. Simbol M adalah monopoly, D adalah discretionary
(kewenangan), A adalah accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas
simbul tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli
(kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan
dan pertanggungjawaban.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil;
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih
tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak
tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang
berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan
tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak
produktif dan mengalami resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun
yang dominan adalah: Pertama, tawar-menawar dan pertarungan kepentingan
antara kelompok dan golongan di parlemen, sehingga memunculkan aturan yang
bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum
berupa suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-
undangan di bidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis
dan multi tafsir serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah
dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman
sanksinya dirumuskan begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang
berkepentingan.
3. Faktor Ekonomi
2
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan
bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak
benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan
Afrika. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru
sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi (Pope : 2003).
4. Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal
2000). Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-aspek
penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: (a) kurang
adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c)
sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d) manajemen
cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Tindak tanduk atas kegiatan
dalam organisasi, oleh karenanya senantiasa berorientasi kepada tujuan organisasi,
baik disadari maupun tidak.Dalam fungsinya sebagai dasar legitimasi atau
pembenaran tujuan organisasi dapat dijadikan oleh para anggota sebagai dasar
keabsahan dan kebenaran tindak-tindakan dan keputusan-keputusannya. Tujuan
oraganisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi para
anggotanya. Dalam fungsinya yang demikian tujuan organisasi menghubungkan
para anggotanya dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Ia berfungsi untuk
membantu para anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas
dan melakukan suatu tindakan.
Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri
sendiri, yaitu sifat tamak, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif.
Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk
3
itu.Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong
gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akanmembuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
1. Nilai kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam
berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan
perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti
korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam
berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial , contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan
kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai
masyarakat umum dengan membayar pajak.
4
2. Nilai kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan
dengan peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal
maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial
terhadap individu dan kelompok lain.
3. Nilai kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti
dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain
dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan
mampu memimpin orang lain.
4. Nilai kedisiplinan
Disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur
waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku.
5
7. Nilai kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan
untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.
8. Nilai keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan
keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan
akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.
9. . Nilai keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan
dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan
berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban.
2) Prinsip transparansi
6
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi
menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
kejujuran yang merupakan modal awal untuk semua hal.
3) Prinsip kewajaran
4) Prinsip kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli.
Pendidikan anti korupsi, sebagai bagian dari pendidikan karakter merupakan upaya
perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa Pendidikan anti korupsi dapat dilakuka melalui berbagai lingkungan antara
lain:
7
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Kampus
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk pada seluruh
sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem politik,
sistem hukum, sistem pemerintahan, dsb. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung,
maka cepat atau lambat negara kita akan hancur. Ini menjadi indikator bahwa nilai-nilai
dan prinsip anti korupsi penerapannya masih jauh dari harapan. Pendidikan menjadi hal
pokok untuk merubah keadaan seperti ini. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa untuk
membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara indonesia.
B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara ini. Pendidikan anti korupsi yang di dapat di bangku
perkuliahan harusnya dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sri Utari, Endah ,dkk. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI
10