Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“ANTI KORUPSI”

Disusun Oleh:
1. Rahmad Yuliantoro (021911133115)
2. Najminoor Ramadhani R (021911133070)
3. Bagas Dwi Saputra (151910813073)
4. Rafi Maulana Khanalsyah (151910813074)
5. Sinta Wati (151910813075)
6. Aldi Rabbani Rachmadi (151910813076)
7. Dwi Oktavia Rahmawati (151910813077)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang telah diberikan Allah
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan
yang berarti.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Terciptanya makalah ini tidak hanya hasil dari kerja keras kami melainkan
banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi.

Sekali lagi kami mengucapkan banyak terima kasih atas terselesainya makalah ini. Sebagai
penyusun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu mohon
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Surabaya, 24 Agustus 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. iii
A. Latar Belakang .................................................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... iii
C. Tujuan .................................................................................................................................. iii
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 1
A. Pengertian Korupsi ............................................................................................................. 1
B. Faktor Penyebab Korupsi serta Dampak Negatif Korupsi .............................................. 1
C. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi ........................................................................................... 4
D. Peran pendidikan anti korupsi serta peran mahasiswa ................................................... 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 9
B. SARAN ................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia saat ini berada pada posisi yang parah dan mengakar mengakar pada
setiap sendi kehidupan. Praktik korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari kuantitas
atau jumlah kerugian keuangan negara maupun kuailitas yang semakin sistematis.

Meningkatnya korupsi bukan saja membawa dampak bagi perekonomian negara tetapi juga
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Para penyelenggara negara seakan-akan
sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok mereka.Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar
yang sudah sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh tindakan
korupsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Korupsi dan pendidikan anti korupsi?
2. Apa faktor penyebab korupsi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi?
4. Bagaimana peran pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi serta peran mahasiswa dalam
menghadapi anti korupsi?

C. Tujuan
1. Memaparkan pengertian Korupsi dan pendidikan anti korupsi?
2. Memaparkan faktor penyebab korupsi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari korupsi?
3. Memaparkan nilai dan prinsip anti korupsi?
4. Memaparkan peran pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi serta peran mahasiswa
dalam menghadapi anti korupsi?

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) bahwa
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu
yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi
menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan
instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus
hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak
pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).

B. Faktor Penyebab Korupsi serta Dampak Negatif Korupsi


Menurut Handoyo (2009), bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang
diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Lebih jauh
Handoyo mengelaborasi bahwa setiap sistem sosial memiliki tujuan dan manusia berusaha
untuk mencapainya melalui cara-cara yang telah disepakati. Mereka yang menggunakan cara-
cara yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan. Berikut adalah faktor-faktor
korupsi dan dampak negatifnya:

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.Perilaku korup
seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering ter-jadi. Terkait
dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang
( money politik) sebagai use of money and material benefits in the pursuit of
political influence. Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari
sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-
barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang disebabkan oleh
konstelasi politik (Susanto: 2002). Sementara menurut De Asis, korupsi politik
misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun
pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-yaan kampanye, penyelesaian
konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang (De
Asis : 2000). Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa proses terjadinya korupsi

1
dengan formulasi M+D–A=C. Simbol M adalah monopoly, D adalah discretionary
(kewenangan), A adalah accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas
simbul tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli
(kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan
dan pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil;
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih
tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak
tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang
berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan
tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak
produktif dan mengalami resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun
yang dominan adalah: Pertama, tawar-menawar dan pertarungan kepentingan
antara kelompok dan golongan di parlemen, sehingga memunculkan aturan yang
bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum
berupa suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-
undangan di bidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis
dan multi tafsir serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah
dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman
sanksinya dirumuskan begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang
berkepentingan.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.


Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow,
sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh
orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan logika lurusnya
hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup.
Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro : 2004).Hal demikian diungkapkan pula oleh KPK dalam buku
Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah (KPK : 2006), bahwa
sistem penggajian kepegawaian sangat terkait degan kinerja aparatur pemerintah.

2
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan
bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak
benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan
Afrika. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru
sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi (Pope : 2003).

Menurut Henry Kissinger korupsi politisi membuat sepuluh persen lainnya


terlihat buruk. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil, untuk
ketidakpercayaan dalam sistem peradilan, untuk ketidakstabilan lengkap dalam
identitas bangsa, ada banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen
termasuk warga biasa, untuk terlibat dalam perilaku korup.

4. Faktor organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal
2000). Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-aspek
penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: (a) kurang
adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c)
sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d) manajemen
cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Tindak tanduk atas kegiatan
dalam organisasi, oleh karenanya senantiasa berorientasi kepada tujuan organisasi,
baik disadari maupun tidak.Dalam fungsinya sebagai dasar legitimasi atau
pembenaran tujuan organisasi dapat dijadikan oleh para anggota sebagai dasar
keabsahan dan kebenaran tindak-tindakan dan keputusan-keputusannya. Tujuan
oraganisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi para
anggotanya. Dalam fungsinya yang demikian tujuan organisasi menghubungkan
para anggotanya dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Ia berfungsi untuk
membantu para anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas
dan melakukan suatu tindakan.

5. Faktor perilaku individu

Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri
sendiri, yaitu sifat tamak, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif.
Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk
3
itu.Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong
gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akanmembuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.

6. Faktor sikap masyarakat terhadap korupsi

Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi


karena nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi; Masyarakat
kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri;
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Sikap ini seringkali membuat masyarakat
tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan. Masyarakat
kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri.
Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling
dirugikan adalah negara. Bila negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai
akibat dari perbuatan korupsi. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini
kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak
disadari

C. Nilai – Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

 Nilai-Nilai Anti Korupsi :

1. Nilai kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam
berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan
perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti
korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam
berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial , contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan
kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai
masyarakat umum dengan membayar pajak.

4
2. Nilai kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan
dengan peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal
maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial
terhadap individu dan kelompok lain.

3. Nilai kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti
dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain
dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan
mampu memimpin orang lain.

4. Nilai kedisiplinan
Disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur
waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku.

5. Nilai tanggung Jawab


Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang
yang memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas
dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil
apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

6. Nilai kerja Keras


Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian,
ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang
penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras
akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.

5
7. Nilai kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan
untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.

8. Nilai keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan
keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan
akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.

9. . Nilai keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan
dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan
berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban.

 Prinsip - Prinsip Anti Korupsi:


1) Prinsip akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga. Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah
kegiatan.

2) Prinsip transparansi

6
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi
menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
kejujuran yang merupakan modal awal untuk semua hal.

3) Prinsip kewajaran

Prinsip kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi


(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran dalam bentuk lainnya.

4) Prinsip kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli.

D. Peran Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa


Penanaman nilai-nilai anti korupsi melalui pendidikan perlu dilakukan sejak dini, terus-
menerus dan berkesinambungan. Setiap peserta didik diperkenalkan dengan nilai-nilai, diberikan
contoh-contoh dalam bentuk aksi nyata dan keteladanan, dibiasakan melalui semua kegiatan dan
pembelajaran di sekolah, di rumah dan di masyarakat sehingga mereka memiliki integritas yag
kuat atau memiliki sikap serta perilaku anti korupsi. Para peserta didik diberi pendidikan dan
pengasuhan yang tepat sehingga mereka menjadi manusia unggul yang memiliki integritas,
kecerdasan, dan energi yang cukup. Proses tersebut terintegrasi atau menjadi bagian dari
pendidikan karakter.

Pendidikan anti korupsi, sebagai bagian dari pendidikan karakter merupakan upaya
perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa Pendidikan anti korupsi dapat dilakuka melalui berbagai lingkungan antara
lain:

7
1. Lingkungan Keluarga

Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa


yang diawali dari lingkungan keluarga, lingkungan keluarga merupakan faktor
yang sangat menentukan pembentukan karakter anti korupsi. Sehingga mahasiswa
diharapkan ketika terjun ke masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati
berbagai rintangan yang mengarah kepada tindak korupsi. Jika Pendidikan Anti
Korupsi diterapkan seluruh keluarga, maka akan diperoleh cukup banyak generasi
muda yang dapat menjadi benteng anti korupsi di Indonesia

2. Lingkungan Kampus

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus


dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar
dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Dalam konteks
komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya
sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi. Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan agar tumbuh budaya anti korupsi di mahasiswa. Kegiatan
kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan
untuk menumbuhkan budaya anti korupsi.

3. Di Tingkat Lokal Dan Nasional

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan


anti korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak
korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi
yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti
korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.Berawal dari kegiatan-kegiatan
yang terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti
korupsi kepada masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang berada di sekitar
kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan anti
korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan
oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi akan mampu membangunkan
kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.

8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk pada seluruh
sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem politik,
sistem hukum, sistem pemerintahan, dsb. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung,
maka cepat atau lambat negara kita akan hancur. Ini menjadi indikator bahwa nilai-nilai
dan prinsip anti korupsi penerapannya masih jauh dari harapan. Pendidikan menjadi hal
pokok untuk merubah keadaan seperti ini. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa untuk
membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara indonesia.

B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara ini. Pendidikan anti korupsi yang di dapat di bangku
perkuliahan harusnya dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sri Utari, Endah ,dkk. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI

10

Anda mungkin juga menyukai