Disusun Oleh
KELOMPOK : A4
Sulistiana ( p07134019031 )
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dampak
Tindakan Korupsi Diberbagai Aspek.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi sudah seringkali kita dengar saat ini, baik di media masa maupun media
elektronik.Korupsi berada di sekitar kita, bahkan mungkin kita tidak menyadarinya.Korupsi
bisa terjadi mulai dari hal yang sangat kecil dan sepele sampai dengan hal yang besar
sekalipun. Korupsi juga bisa terjadi di rumah, di sekolah, di masyarakat, maupun di instansi
tertinggi serta dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan korupsi terkadang menganggap
remeh korupsi. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan, sebab bagaimanapun, apabila
suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya.
Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai penyebab utama
terjadinya korupsi.Namun demikian sebenarnya sikap individu dan masyarakat yang
menganggap remeh praktik korupsi merupakan pendorong yang sangat kuat untuk
melakukan tindakan korupsi. Seringkali oknum pejabat mau menerima pemberian dari orang
lain berupa makanan atau oleh-oleh. Memang hal itu sangatlah sepele, namun apabila
dibiarkan dan diremehkan secara terus-menerus, nantinya pemberian tersebut berubah
menjadi parsel, uang saku, atau lebih besar lagi dan terjadilah tindakan
penyuapan.Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang menyebabkan tindakan korupsi tumbuh
subur di Indonesia.
Oleh karena itu, penulis merasa perlu membuat makalah berjudul Dampak Korupsi di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak korupsi terhadap aspek ekonomi ?
2. Bagaimana dampak korupsi terhadap aspek sosial dan kemiskinan masyarakat ?
3. Bagaimana dampak korupsi terhadap aspek kesehatan masyarakat ?
4. Bagaimana dampak korupsi terhadap aspek birokrasi pemerintahan ?
5. Bagimana dampak korupsi terhadap aspek politik dan demokrasi ?
6. Bagimana dampak korupsi terhadap aspek penegakan hukum ?
7. Bagimana dampak korupsi terhadap aspek pertahanan dan keamanan ?
8. Bagimana dampak korupsi terhadap aspek kerusakan lingkungan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
ekonomi.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
sosial dan kemiskinan rakyat.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
kesehatan masyarakat.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
birokrasi pemerintahan.
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
politik dan demokrasi.
6. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
penegakan hukum.
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
pertahanan dan keamanan.
8. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi terhadap aspek
kerusakan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dampak Kualitatif
a. Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan
kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar, meningkatkan income inequality,
dikarenakan korupsi membedakan kesempatan imdividu dalam posisi tertentu
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas pemerintah. Ada indikasi yang kuat
bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutama di negara
yang sebelumnya memakai memakai sistem ekonomi terpusat disebabkan oleh
korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan negara.
b. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam
peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan
dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan paraturan dan
kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribsi makanan dan
sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi.
c. Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang
produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhirnya menyumbangkan negatife value added.
d. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi dan
selanjutnya memperbedar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan
masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan berakibat pada
kesejahteraan masyarakat yang turun.
e. Korupsi meredukasi peran fundamental pemerintah ( Misalnya pada penerapan
dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian sarana dan prasarana). Pada
akhirmya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi
yang dicapai.
f. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian dan juga
proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang
mengalami masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke
perekonomian yang lebih terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan
yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus di Indonesia.
g. Korupsi memperbesar angka kemiskinan. Ini sangat wajar, selain dikarenakan
program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai
sasaran, korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh
si miskin. Menurut Tanzi (2002), perusahaan-perusahaan kecil adalah pihak yang
paling sering menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan
liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari
total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ini tentunya amat
mengkhawatirkan.
Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks
korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel-variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil
penelitian tersebut adalah :
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamkan modalnya di Indonesia
dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti Cina dan
India.Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual growth dari nilai potensial growth
yang lebih tinggi.Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dari yang seharusnya.Hal ini bedampak pada menurunnya growth yang dicapai.
b. Korupsi mengurangi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan. Akibat korupsi
pendapatan pemerintah akan terpangkas sehingga dasar porsi 20% APBN tidak sebesar apabila
tanpa korupsi.
c. Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dan infrastruktur.
B. Dampak Korupsi terhadap Aspek Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Sikap dan perilaku kolusif dan koruptif itu pada akhirnya akanmeniadakn etos kompetisi
secara sehat. Memperkuat anggapan bahwa siapa yang berkuasa dan mempunyai uang bisa
mengatur segalanya, kesenjangan antarkelompok sosial kian melebar sehingga menciptakan
kerawanan sosial.
Berikut dampak korupsi korupsi dalam aspek ini adalah sebagai berikut :
Kemiskinan di suatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran.Dan salah satu
penyebab tingginya tingkta penganggurantersebut adalah berkuasanya para pelaku korupsi.
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam mengatasi masalah
kemiskinan. Namun, banyaknya pejabat negara yang melakukan tindak korupsi, salah satunya
dengan menyelewengkan anggaran pemerintah yang diberikan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, mengakibatkan lambatnya proses pengentasan masalah kemiskinan.
Meluasnya tindak korupsi akan berimbas terhadap sulitnya mengakses informasi bagi
masyarakat miskin khususnnya dalam masalah pekerjaan, karena anggaran yang diberikan untuk
periklanan telah diselewengkan oleh para koruptor. Sehingga masyarakat miskin sulit
mendapatkan pekerjaan dan bahkan tidak bekerja.
Banyaknya pelaku korupsi juga mempengaruhi sifat kebersamaan, karena para pelaku korupsi
hanya mementingkan dirinya sendiri.
Dampak korupsi dalam aspek tersebut antara lain tingginya biaya kesehatan, tingginya angka
kematian ibu hamil dan menyusui, tingkat kesehatan masyarakat masih buruk, dan lain-lain.
Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012, ternyata masih tinggi yakni 359 per
100.000 kelahiran.Angka ini meningkat tajam disbanding tahun 2007, yakni 228 per 100.000
kelahiran hidup.Secara makro, angka kematian ibu hamil dan melahirkan, merupakan parameter
kualitas kesehatan masyarakat pada suatu negara.
System manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih baik
menjadi sulit dibangun. Apabila korpsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi
keadaan sebagai berikut :
a. Organisasi rumah sakit menadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi bayangan yang
semakin gelap.
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak relevan
c. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk menjadi
direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen.
d. Proses manajemen dan klinis dalam pelayanan juga cenderng akan lebih buruk.
e. Adanya layanan kesehatan yang kurang memadai dan masih tumpang tindih juga
pengadministrasian yang kurang baik dari sebuah badan penyelenggara yang bergerak
di bidang kesehatan.
D. Dampak Korupsi terhadap Aspek Birokrasi Pemerintahan
Birokrasi, baik sipil maupun militer, memang merupakan kelompok yang paling rawan
terhadap korupsi.Sebab, di tangan mereka terdapat kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan,
yang menjadi kebutuhan semua warga negara.Oleh karena itu, Transparancy International,
lembaga internasional yang bergerak dalam upaya anti korupsi, secara sederhana mendefinisikan
korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi.
Lebih jauh lagi, TI membagi kegiatan korupsi di sektor publik ini dalam dua jenis, yaitu
korupsi administratif dan korupsi politik.Secara administratif, korupsi bisa dilakukan ‘sesuai
dengan hukum, yaitu meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan, serta
korupsi yang ‘bertentangan dengan hukum’ yaitu meminta imbalan uang untuk melakukan
pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan.
Pada kasus Indonesia, jenis korupsi pertama terwujud antara lain dalam bentuk uang pelicin
dalam mengurus berbagai surat-surat, seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi,
Akta Lahir atau Paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal seharusnya, tanpa uang pelicin surat-
surat ini memang harus diproses
dengan cepat.Sementara jenis
korupsi yang kedua, muncul antara
lain dalam bentuk ‘uang damai’
dalam kasus pelanggaran lalu
lintas, agar si pelanggar terhindar
dari jerat hukum.
Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Indria
Samego mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat korupsi:
negara dan Yudikatif menegakkan hukum dan kekuasaan kehakiman. Marak kita jumpai dari
ketiga lembaga tersebut terlibat atau diduga terlibat dalam tindak pidana korupsi.Tindakan
korupsi yang menggurita hingga melibatkan ketiga kekuasaan teersebut menimbulakan dampak
yang merugikan dalam bidang politik bernegara.
Isu korupsi sering bersifat personal karena pertanggungjawabannnya bersifat personal (personal
liability) tapi dampaknya bisa organisasional, yang nyata dan eksplisit. Kasus tipikor anggota
DPR adalah contoh nyatanya.Di satu sisi anggota DPR memangku jabatan untuk menjadi bagian
yang mengatasnamakan rakyat, yang artinya dituntut tanggung jawab dan komitmen yang utuh
dan serius. Di sisi lain, anggota DPR yang tersandung dengan korupsi berpotensi menyita
perhatian dan menguras energi, baik secara pribadi maupun sebagai anggota dewan legislative.
Belum lagi kalau kita berbicara tentang kemungkinan faksionalisasi di tubuh DPR antara yang
pro dan yang kontra terhadap tipikor yang menjerat rekan seprofesi mereka. Singkat kata, kasus
seperti ini berpotensi menjadi kendala bagi kinerja lembaga/system, sehingga solusi yang paling
bijaksana adalah menonaktifkan anggota DPR yang terjerat tipikor sampai proses hukum selesai.
Dalam konteks politik, terjadi distorsi kepentingan pada lembaga politik tempat proses legislasi
berlangsung. Karena wakil eakyat yang dipilih melalui proses pemilu yang tidak sepenuhnya
jujur, adil dan dan sikap koruptif menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalamnya. Oleh
karena itu, elite dan lembaga politik punya kecendrungan mengabaikan asporasi rakyat dan
konstituennya.
Untuk lembaga bergengsi seperti DPR yang memnadapatkan tuduhan pada salah satu
anggotanya tentu berdampak pada bagimana masyarakat polutik memandang DPR sebagai
sebuah lembaga public yang
mengatasnamakan rakyat. Maka, kalau mau
bersikap sebagai negarawan sejati,
selayaknyalah pemimpin yang memangku
jabatan publik mundur dari jabatannya
tersandung dugaan pidana.Ini juga bagian
dari etika jabatan.
Menyikapi hal seperti itu pada tahun 1999 dinyatakan undang-undang yang dianggap lebih
baik, yaitu UU No.31 tahun 1999 yang kemudian diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 sebagai
pengganti UU No. 3 tahun 1971. kemudian pada tanggal 27 Desember telah dikeluarkan UU No.
30 tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu sebuah lembaga negara
independen yang berperan besar dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
Hal ini berarti dengan dikeluarkannya undang-undang dianggap lebih sempurna, maka
diharapkan aparat penegak hukum dapat menegakkan atau menjalankan hukum tersebut dengan
sempurna.Akan tetapi yang terjadi pada kenyataannya adalah budaya suap telah menggerogoti
kinerja aparat penegak hukum dalam melakukan penegakkan hukum sebagai pelaksanaan produk
hukum di Indonesia.Secara tegas terjadi ketidaksesuaian antara undang-undang yang dibuat
dengan aparat penegak hukum, hal ini dikarenakan sebagai kekuatan politik yang melindungi
pejabat-pejabat negara. Sejak dikeluarkannya undang-undang tahun 1960, gagalnya
pemberantasan korupsi disebabkan karena pejabat atau penyelenggara negara terlalu turut
campur dalam pemberantasan urusan penegakkan hukum yang mempengaruhi dan mengatur
proses jalannya peradilan. Dengan hal yang demikian berarti penegakan hukum tindak pidana di
Indonesia telah terjadi feodalisme hukum secara sistematis oleh pejabat-pejabat negara.Sampai
sekarang ini banyak penegak hukum dibuat tidak berdaya untuk mengadili pejabat tinggi yang
melakukan korupsi. Dalam domen logos, pejabat tinggi yang korup mendapat dan menikmati
privilege karena mendapat perlakuan yang istimewa, dan pada domen teknologos, hukum pidana
korupsi tidak diterapkan adanya pretrial sehingga banyak koruptor yang diseret ke pengadilan
dibebaskan dengan alasan tidak cukup bukti.
Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Indria
Samego (1998) mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat korupsi:
4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat
profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang mengenyam kenikmatan berbisnis
baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme
dan janji ABRI, khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan untuk
mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia lambat laun akan luntur dan
ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi pengawal bagi kepentingan golongan elite
birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila
ini terjadi, akan terjadi pula dikotomi, tidak saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga
antara perwira yang profesional dan Saptamargais dengan para perwira yang berorientasi
komersial.
Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya sebagai bahan eksploitasi untuk
tujuan jangka pendek.Kondisi ini tentu sangat medesak untuk segera dikendalikan.Perlu
diadakan suatu sistem yang konkrit untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara berkelanjutan. Jika tidak, kerusakan lingkungan hidup sudah pasti akan menjadi
ancaman besar bagi peradaban masyarakat dunia. Paradigma yang menempatkan lingkungan
sebagai obyek eksploitasi telah membawa kerusakan lingkungan fatal yang berujung kepada
berbagai bencana alam yang sangat merugikan. Hal ini pun dikuatkan oleh Emil Salim yang
menyimpulkan bahwa ada lima tantangan besar yang harus dihadapi gerakan penyelamatan
lingkungan hidup, diantaranya : pertama adalah penyelematan air dari eksploitasi secara
berlebihan dan pecemaran yang kian meningkat, baik air tanah, sungai, danau, rawa, maupun air
laut. Kedua, merosotnya kualitas tanah dan hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi besar-
besaran untuk keperluan pembangunan.Ketiga, menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya
habitat lingkungan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan.Keempat, perubahan iklim, dan yang
terakhir adalah meningkatnya jumlah kota-kota berpenduduk banyak.
Melihat kerusakan lingkungan hutan yang begitu parah seharusnya sudah membuat negara
ini menindak dengan keras terhadap pelaku-pelaku kejahatan kerusakan lingkungan, terutama
yang disertai praktik KKN.Dalam praktik KKN di ranah lingkungan hidup yang patut
diwaspadai adalah para pelaku perusak lingkungan yang datang dari kalangan pemodal besar
seperti perusahaan-perusahaan besar yang terlibat di sektor kehutanan maupun
pertambangan.Hal ini ditegaskan oleh mantan wakil ketua KPK Chandra Hamzah dalam sebuah
worksop investigasi kasus lingkungan di Jakarta, dimana menurutnya, perusahaan-perusahaan
yang melakukan kerusakan terhadap alam umumnya sulit ditindak karena mereka mengantongi
izin usaha yang cukup. Karena itu menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol
administrasi dalam pemberian izin sebelum perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi. Baik itu
izin usaha baik dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat.Lalu menurut beliau,
perusahaan-perusahaan kecil yang bergerak di bidang kehutanan namun pada RKAT tahun
berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan yang sangat besar, maka patut dicurigai
perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan dari pohon-pohon yang mereka tanam melainkan
dari hutan-hutan alam yang seharusnya tidak boleh ditebang.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian ekologis ini,
seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan lingkungan hanya terfokus
mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat. Memang benar ganti rugi itu perlu bahkan itu
kewajiban mereka, namun ganti kerugian oleh para pelaku usaha jangan hanya sebatas ganti rugi
materi kepada manusia, namun juga kepada alam. Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya
dengan semalam perlu waktu berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin saja kerusakan tersebut
tidak akan bisa diperbaiki.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secra langsung
merugikan negara atau perekonomian negara.Beberapa unsur yang terdapat dalam perbuatan
korupsi meliputi menerima hadiah atau janji (penyuapan), pemerasan dalam jabatan, ikut serta
dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi, serta
menyelahgunakan kewenangan.
Korupsi berdampak pada berbagai lintas sendi kehidupan negara seperti efek domino
yang berantai. Semakin tingginya praktik korupsi di suatu negara akan secara instan maupun
bertahap melemahkan kondisi keuangan negara, penyelenggaraan negara, dan kondisi sosial
masyarakat.
B. Saran
Setelah mengetahui jenis perbuatan korupsi dan dampak masifnya dalam berbagai aspek
kehidupan bernegara, sebaiknya kita melakukan tindakan penecagan sebagai berikut :
http://korupsidampakdalamberabgaiaspek.blogspot.com/2016/04/makalah-dampak-tindakan-
korupsi.html?m=1
https://otoritas-semu.blogspot.com/2017/01/dampak-korupsi-di-bidang-kesehatan.html?m=1