Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

OLEH :

HENDRIKSAL BENKRISTO SIRIMA

NIM : 2114301094

FALKUTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Tenaga
Kesehatan Dalam Gerakan Anti Korupsi”.

Makalah ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri


melainkan berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga penyusunan karya tulis ilmiah
ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karenanya sumbangan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang lain.

Palu, 30 Oktober 2021

Hendriksal Benkristo Sirima


DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................. i

Halaman Kata Pengantar................................................................ ii

Halaman Daftar Isi........................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi................................................................ 2
B. Faktor Penyebab serta Dampak Negatif Korupsi.................. 2
C. Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan............... 5
D. Penanganan Korupsi Di Sektor Kesehatan …………………..6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 8
B. Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi


bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses
rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara
terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata
internasional sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing,
krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok
dalam kemiskinan.

Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak, luas
wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik
di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk salah
satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak asing
serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola sumber
daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada kenyataannya
kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara
seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka lebih
mengutamakan kepentingan kelompok mereka

Hal seperti inilah harus menjadi perhatian kita bersama untuk saling bekerjasama
dalam memberantas segala praktek korupsi di berbagai segi pelayanan terutama
pelayanan kesehatan sehingga akan tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang
maksimal sesuai dengan standar prosedur operasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?
3. Bagaimana dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan kepada
masyarakat ?
4. Bagaimana peran tenaga kesehatan di dalam upaya memberantas korupsi
khususnya di bidang kesehatan ?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang


bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi  maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima

B. Faktor Penyebab Serta Dampak Negatif Korupsi


Beberapa kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korpsi di Indonesia
diantaranya :
 Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukan demokratik
 Kurangnya transparasi di pengambilan keputusan pemerintah

 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari


pendanaan politik yang normal.

 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.

 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".

 Lemahnya ketertiban hukum.


 Lemahnya profesi hukum

 Kurangnya kebebasan pendapat atau kebebasan masa

 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

Sedangkan beberapa dampak yangditimbulkan oleh korupsi sendiri antara lain


sebagai berikut:
1. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia
politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan
umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban
hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan
dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya,
dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi
seperti kepercayaan dan toleransi.

2. Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas


Pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayarani ilegal,
ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa
korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus
yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan
perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan
sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan


mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan
dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktik korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor


keterbelakangan pembamngunan ekonomidi Afrika dan Asia, terutama di Afrika,
adalah korupsi yang berbentuk penagih sewa  yang menyebabkan perpindahan 
penanam modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke
dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika
yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia,
seperti soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta
sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi
infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas
Massachussees memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari
30 negara subsahara  berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar
negeri mereka sendiri.  (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya
pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur
Olson) Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan
juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah
lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat
untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari eksplorasi
pada masa depan.

3. Kesejahteraan umum negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar,
namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-
bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

C. Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan


Keberhasilan terhadap program program kesehatan tidak ditentukan semata
hanya kuantitas dari program itu sendiri, namun sedikit banyaknya ditentukan oleh
berjalannya sistem yang ada melalui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Kewenangan dan kekuasaan pada tahap implementasi dapat diterjemahkan secara
berbeda oleh tiap-tiap daerah dan cenderung ditafsirkan dengan keinginan masing-
masing daerah. Kondisi ini akan dapat menciptakan peluang-peluang KKN yang
dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat.
Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya kesehatan,
tingginya angka kematian ibu, tingkat kesehatan masih buruk, dan lain-lain. Angka
kematian ibu pada tahun 2012, ternyata masih tinggi yakni 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007, yakni 228 per
100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka kematian ibu melahirkan, merupakan
parameter kualitas kesehatan masyarakat pada suatu negara.

Apabila korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai
berikut :

1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi


bayangan yang semakin gelap.

2. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak relevan.

3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk menjadi
direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen.
4. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak seperti
apa yang ada di buku teks.

5. Akhirnya, terjadi kematian ilmu manajemen apabila sebuah rumah/lembaga


kesehatan sudah dikuasai oleh kultur korupsi di sistem manajemen rumah sakit
maupun sistem penanganan klinis.

D. PENANGANAN KORUPSI DI SEKTOR KESEHATAN


Secara prinsip dikenal ungkapan Pencegahan lebih baik dibanding dengan
Pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor kesehatan
melalui berbagai cara, antara lain :

1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan politik,


serta konsultan, yang dimulai sejak masa kecil.
2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta SDMnya
harus dilakukan secara baik dan transparan.
3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal perencanaan,
terutama pada proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan menjadi proyek
yang dapat dirancang untuk dikorupsi.
4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran.
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami peraturan dan
perundangan mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan.
Pemberantasan korupsi (terutama pencegahan) perlu melibatkan peran serta
masyarakat termasuk tenaga kesehatan. Penata Anestesi sebagai bagian dari tenaga
kesehatan mempunyai potensi besar untuk menjadi agen perubahan dan motor
penggerak dalam gerakan anti korupsi

Peran Penata Anestesi yang bisa dilakukan dalam pemberantasan korupsi seperti :

1. Menjaga diri dan komunitas penata anestesi yang bersih dari korupsi dan
perilaku koruptif

2. Membangun dan memelihara gerakan anti korupsi


3. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kesehatan.
4. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
5. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran diri masing-masing dengan menanamkan
kepada diri kita sendiri bahwa kita tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu
hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke tempat kerja, menitipkan
absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak
untuk memperlancar urusan kepegawaian. Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi
berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan
yang lebih parah adalah menjadi sebuah karakter.
Selain itu bisa juga berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan
mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar
masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas
tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat
dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka
masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan
mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainkan
seluruh lapisan masyarakat.

Tenaga Kesehatan selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan
dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan
dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan


menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan
karena merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah
melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan
amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya, serta
pelanggaran hukum.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi atau informasi bagi tenaga
kesehatan, kalangan umum dan mahasiswa. tindakan memberantas korupsi harus kita
terapkan sejak dini dan di mulai dari hal-hal kecil, dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan tentang dampak dan tindakan
korupsi sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dapat di mulai dari diri sendiri.

Mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan serta kesalahan
dalam penulisan maupun kosa kata penyusunan kata , maka dari itu mohon kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/materi-korupsi.html#

http://dokumen.tips/documents/materi-anti-korupsi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

http://r.search.yahoo.com/
_ylt=A0LEVoA685pXbgwAAHr3RQx.;_ylu=X3oDMTBya3R2ZmV1BHNlYwNzcgRwb3M
DNARjb2xvA2JmMQR2dGlkAw--/RV=2/RE=1469801402/RO=10/RU=http%3a%2f
%2facch.kpk.go.id%2fdocuments%2f10180%2f11243%2fBuku-Pendidikan-Anti-Korupsi-
untuk-Perguruan-Tinggi.pdf%2f540542da-4060-4029-ae3e-5e7dedb36d26/RK=0/
RS=TzyeMxv06mpXirC4qZstL.M.T30-

Indonesian Corruption Watch. (2015). Tren Korupsi Kesehatan Periode 2010 –


2015. Diperoleh tanggal 19 Oktober 2021 dari
https://antikorupsi.org/sites/default/files/dokumen/Tren%2520Korupsi%2520Kesehatan
%25202017.pdf

Anda mungkin juga menyukai