Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANTI KORUPSI

“DUGAAN KORUPSI PROYEK TERMINAL DAN DERMAGA DI


MANGGARAI TIMUR”

OLEH

NAMA : VIKTORIA TRISNAWATI KURNIA

NIM : 1806010087

KELAS :C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Tugas
Mata Kuliah Anti Korupsi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi dalam pembuatan
tugas ini.

Terlepas dari semua itu, tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik pembaca agar penulis dapat memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Kupang, 18 Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak
pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dimaklumi mengingat dampak negatif
yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh
berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat
membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial
ekonomi, dan politik, serta dapat merusak nilai nilai demokrasi dan moralitas, karena lambat
laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya.
Pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah merupakan salah satu alat
untuk menggerakkan roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan anggaran melalui
pengadaan barang dan jasa ini menjadi sangat penting. Namun, tidak kalah penting dari itu
adalah urgensi pelaksanaan pengadaan yang efektif dan efisien serta ekonomis untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan anggaran.
Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai di perbincangkan, baik di media massa
maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat
tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang
terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang
korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2) Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia terutama di bidang konstruksi ?
3) Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi ?
4) Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia ?
5) Upaya – upaya yang harus di lakukan dalam pemberantasan korupsi di indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui pengertian dari korupsi.
2) Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia terutama dibidang konstruksi.
3) Mengetahui Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi.
4) Mengetahui peran serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi.
5) Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi
merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang untuk kepentingan
pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya.Jadi korupsi merupakan gejala salah
pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal
(misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam
pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif
Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional.

2.2. Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif


Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor 20
tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif
dan Korupsi Pasif, Adapun yang dimaksud dengan Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :
1. Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999)
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
3. Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999)
4. Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana
Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
5. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
6. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau
berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor
20 Tagun 2001)
7. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Korupsi


Korupsi atau rasuah merupakan sebuah tindakan oleh pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, dan menyogok. Kata tersebut kemudian menurunkan
istilah corruption, corrups (Inggris), corruption (Perancis), corruptie, korruptie (Belanda),
dan juga korupsi (Indonesia). Dalam arti yang luas, korupsi diartikan sebagai sebuah
penyalahgunaan jabatan resmi oleh pejabat publik untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Semua bentuk pemerintahan di seluruh dunia ini memang sangat rentan korupsi dalam
praktiknya.
Arti harifiah adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan, ke tidak jujuran, dapat di suap,
Tidak bermoral, penyimpangan dari ke sucian.Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di
jelaskan dalam 13 pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan
30 bentuk / Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokan SBB :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

3.2 Fenomena Korupsi di Indonesia Terutama Dalam Bidang Konstruksi


Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat
mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp
1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Salah satu yang menjadi fenomena korupsi saat ini adalh terjadi pada bidang
konstruksi. Salah satu contoh kasus korupsi tersebut adalah dugaan korupsi proyek terminal
dan dermaga kabupaten manggarai timur.
Dalam kasus ini, Sejumlah pejabat Kabupaten Manggarai Timur dan kontraktor proyek
diperiksa penyidik Kejaksaan Negeri Manggarai karena diduga terlibat dalam proyek
bermasalah. Sejumlah pejabat Dinas Perhubungan Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) diperiksa penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Manggarai
terkait dugaan penyimpangan proyek pembangunan Terminal Kembur, Tambatan Perahu dan
Dermaga Dampek.
Berdasarkan pantuan wartawan, tampak beberapa pihak menjalani pemeriksaan terkait
proyek pembangunan Terminal Kembur, Kecamatan Borong dan Tambatan Perahu di Pota,
Kecamatan Sambi Rampas, dan proyek Dermaga Dampek, Kecamatan Lamba Leda Utara.
Mereka diperiksa penyidik Kejari Manggarai di Ruteng pada Senin, 1 Februari 2021.
Penyidik Kejari Manggarai, Iwan Gustiawan membenarkan adanya kegiatan
pengumpulan data dan bahan keterangan (Pulbaket) terkait proyek-proyek yang diduga
menyimpang tersebut. Untuk itu ada beberapa pihak terkait yang sudah diundang ke kantor
Kejaksaan Negeri Manggarai. Tampak empat orang pejabat Dinas Perhubungan Kabupaten
Manggarai Timur. Kejari Manggarai juga meminta keterangan 2 kontraktor pelaksana
sejumlah proyek bermasalah tersebut.
Iwan mengatakan kegiatan yang berlangsung hari ini di Kejari Manggarai adalah untuk
menggali informasi awal serta melakukan pengumpulan data serta bahan keterangan terkait
pemberitaan sejumlah media tentang adanya dugaan penyimpangan proyek Terminal
Kembur, tambatan perahu di Pota dan Dampek.
Proyek bermasalah itu menyeret sejumlah nama pejabat mantan Kadis Perhubungan
Kabupaten Manggarai Timur Jahang Fansi Aldus. Fansi saat ini menjabat sebagai Sekretaris
Daerah Kabupaten Manggarai. Iwan menegaskan sepanjang dibutuhkan dan yang
bersangkutan ada kaitannya dengan hal-hal yang sedang didalami, pasti yang bersangkutan
akan dipanggil juga.
Untuk diketahui, proyek pembangunan Terminal Kembur yang dibangun dengan
menelan anggaran senilai Rp1. 177. 864.000 bersumber dari APBD II Kabupaten Manggarai
Timur tahun 2014 itu, hingga kini belum juga dimanfaatkan. Selain itu dikabarkan bangunan
tersebut hingga kini belum di-PHO (Provisional Hand Over) oleh dinas terkait.

Demikian pun proyek bangunan tambatan perahu di Pota, yang menelan anggaran
senilai Rp1.627.923.000 dikerjakan oleh CV Wae Loseng itu juga tak pernah difungsikan
lantaran roboh diterjang ombak setahun usai dikerjakan.

3.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi


Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, Telah di
keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB
pada tanggal 9 Desember 2004, mantan Presiden susilo Budiyono telah mengeluarkan
instruksi Presiden Nomor 5tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang
menginstruksikan secara khusus Kepada Jaksa Agung Dan kapolri:
1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegan & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan
hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi
Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan Korupsi
(RAN-PK) 2004-2009. Langkah – langkah pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan pada :
1. Mendesain ulang layanan publik .
2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg
berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat – pangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi.
3.4 Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia
Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak
pidana korupsi.
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum.
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi.
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari.
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.
6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat

3.5 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
a. Upaya pencegahan (preventif).
b. Upaya penindakan (kuratif).
c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

1. Upaya Pencegahan (Preventif)


a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2. Upaya Penindakan (Kuratif)


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa
contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik
Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an
negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitaspreshipment dan placement deposito dari
BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar
(2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat):


a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi
dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari
sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha
pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd
tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang
menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.
Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI
Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004
menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya,
Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di
posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan
Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari
Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &
Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta orang-
orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari kelemahan-
kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara dengan birokrasi
sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya delik-
delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih begitu
rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum menurut
kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana
korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi
selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis,
upaya pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan tak ada ujung”,
melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi
persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun
segi etika atau akhlak manusia.

4.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang harus dilakukan guna
mengurangi sifat dan perilaku masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-korupsi.html
Strategi pencegahan & penegakan hukum Tindak Pidana Korupsi (Chaerudin,SH.,MH. Syafudin
Ahmad Dinar,SH.,MH. Syarif Fadillah,SH.,MH.)
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai