Sumber : https://youtu.be/ZAKiHVar6_Q
Nama Anggota :
1. Drg. Alifah Sarah Desitarina (NDH : 38)
A. Latar Belakang
Pungutan liar atau biasa disingkat pungli dapat diartikan sebagai pungutan yang
dilakukan oleh dan untuk kepentingan pribadi oknum petugas secara tidak sah atau
melanggar aturan. Pungli merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang yang
memiliki tujuan untuk memudahkan urusan atau memenuhi kepentingan dari pihak
pembayar pungutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pungli melibatkan dua pihak
atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun oknum petugas yang biasa melakukan kontak
langsung untuk melakukan transaksi rahasia maupun terang-terangan, dimana pada
umumnya pungli yang terjadi pada tingkat lapangan dilakukan secara singkat dan
biasanya berupa uang.
Harapan dari masyarakat adalah semua organisasi bebas dari pungutan liar, tetapi
kenyataannya setiap orang dapat melakukan pungli tak terkecuali pejabat negara, ASN
maupun swasta, dimana adanya faktor-faktor yang mendorong dan memberikan peluang
untuk terjadinya praktik pungutan liar antara lain seperti birokrasi yang berbelit-belit,
pengumpulan dana yang tidak dilindungi oleh Undang-undang atau peraturan, sistem
yang tidak “open management”, wewenang yang tidak terkendali serta motivasi
kepentingan pribadi untuk memperkaya diri. Salah satu sumber permasalahan terbesar
sering terjadinya praktik pungli yaitu terletak pada pengawasan dan pertanggung
jawaban pelaksanaan pembangunan serta pengaturan hak dan kewajiban lembaga-
lembaga negara dalam urusan penyelenggaraan kepentingan perseorangan dan
kepentingan masyarakat.
Pungutan liar menjadi salah satu bentuk tindak pidana yang sudah sangat akrab
terdengar di telinga masyarakat. Walaupun sebenarnya dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) tidak satupun ditemukan pasal mengenai tindak pidana pungutan
liar atau delik pungli. Pada dasarnya pungutan liar dan korupsi merupakan perbuatan
yang sama dimana kedua perbuatan itu menggunakan kekuasaan untuk tujuan
memperkaya diri dengan cara melawan hukum.
Seperti kasus dua oknum Pegawai Negeri Sipil Dinas Pendidikan Kabupaten
Jember, Jawa Timur, ditangkap tim Saber Pungli Tipikor Polres Jember. Pelaku
tertangkap saat melakukan pungutan liar Proyek Layanan Khusus Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini. Dua oknum ASN dari Dinas Pendidikan ini tidak berkutik saat
tertangkap melakukan pungutan liar di sebuah rumah makan pinggiran kota di Jember,
Jawa Timur. Keduanya adalah Abdur Rohim dan Suwidi, yang menjabat sebagai
pengawas atau penilik Kecamatan Sukowono dan Silo. Pelaku meminta honor atas
rekomendasi pencairan dana bantuan layanan khsusus kepada dua perwakilan lembaga
PAUD. Petugas akhirnya menggiring kedua oknum ASN itu ke kantor polisi. Dari
keduanya polisi menyita barang bukti uang tunai sebesar Rp 7 juta 250 ribu dari PAUD
Cempaka 100 dan Rp 4 juta 250 ribu dari PAUD Nurul Islam.
Keberhasilan pemberantasan pungli yang termasuk kedalam kategori korupsi
akan membawa dampak positif yang meluas bagi rakyat, bangsa dan negara, karena
praktik pungli menunjukkan suatu perbuatan yang rusak, busuk, dan bejat, tidak jujur
yang disangkutpautkan dengan keuangan.8 Dalam hal ini Kejaksaan sebagai salah satu
lembaga negara yang memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan mengenai ada
tidaknya perbuatan pidana dan menyelesaikan perkara pungutan liar yang dilakukan
pejabat aparatur negara guna terciptanya keamanan dan kenyamanan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan pungutan liar?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
pungutan liar?
3. Bagaimana dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat adanya pungutan
liar?
4. Bagaimana solusi dari permasalahan pungutan liar tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pungutan liar (pungli) yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pegawai
negeri atau pejabat Negara dengan cara meminta pembayaran uang yang tidak sesuai atau
tidak ada aturan yang berhubungan dengan pembayaran tersebut. Hal ini biasanya disamakan
dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan pungutan liar,
antara lain:
1. Menyalahgunakan wewenang.
Jabatan atau kewenangan seseorang bisa melakukan pelanggaran disiplin oleh
pelaku yang melakukan pungutan liar.
2. Faktor Ekonomi
Penghasilan yang dapat dikatakan tidak bisa untuk mencukupi keperluan hidup
yang tidak berbanding dengan tugas/jabatan yang dijalankan seseorang tersebut
menjadikan terdorong untuk melakukan pungutan liar.
3. Faktor Budaya
Budaya yang terbentuk di suatu lembaga yang berjalan terus menerus terhadap
pungutan liar dan penyuapan dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.
4. Lemahnya sistem yang mengontrol dan mengawasi dari atasan.
Pengawasan yang lemah dapat memberikan kesempatan bagi pelaku pungutan
liar.
5. Adanya konflik kepentingan
6. Oknum diatas tidak menerapkan nilai dasar ASN.
Perilaku seseorang dalam bertindak dan melakukan kontrol terhadap dirinya
sendiri Jika seseorang tidak menjaga dan menerapkan nilai ASN maka akan
mudah sekali digoyahkan dengan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan
yang ada.
C. Dampak negatif akibat adanya pungutan liar
Adapun dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat adanya pungutan liar ini, antara lain
adalah :
1. Biaya ekonomi tinggi, artinya biaya untuk memproduksi sesuatu baik barang atau jasa
menjadi tinggi alias mahal. Biaya produksi yang tinggi ini ujung – ujungnya akan
menjadi beban rakyat selaku konsumen dari barang/ jasa terkait.
2. Kerugian negara karena menghambat pembangunan, maksudnya karena pungutan –
pungutan liar yang tidak masuk ke kas negara, melainkan ke kas pribadi maka kas
negara menjadi minim. Dengan kas yang minim ini, tentu negara akan mengalami
banyak keterbatasan untuk mewujudkan cita – cita mulia dalam melaksanakan
pembangunan yang merata dan berkeadilan.
3. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap ASN. Merusaknya tatanan peradaban
masyarakat, maksudnya secara psikososial akan merusak nilai – nilai luhur tentang
arti pelayanan, pengabdian dan ketulusan. Peradaban tata kelola pelayanan yang
melayani, telah berubah menjadi tata kelola pelayanan berdasarkan jumlah setoran.
Yang memberi “uang pengertian” akan dilayani dengan cepat, sementara masyarakat
yang mengikuti aturan harus menelan pil pahit antrian dan keruwetan yang panjang.
Akhirnya rusaklah tatanan peradaban yang luhur menjadi peradaban suap dan sogok.
4. Lahirnya Perpres Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan
Liar ( Saber Pungli ) harus menjadi cita – cita nasional dalam membersihkan segala
jenis pungutan liar dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan tata pemerintahan.
5. Dalam perkara tindak pidana pungutan liar tidak terdapat secara pasti dalam KUHP,
namun demikian pengutan liar bisa disamakan dengan perbuatan pidana penipuan,
pemerasan dan korupsi yang telah diatur dalam KUHP antara lain:
A. Pasal 368 KUHP
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memaksa orang lain dengan kekerasan atau
mengancam kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang semuanya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain atau usaha untuk memberikan hutang
ataupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
B. Pasal 415 KUHP
Seorang pegawai negeri atau orang lain yang diberi tugas melaksankana suatu
jabatan umum secara terus menerus atua sementara waktu yang dengan sengaja
menggelapkan udang atau surat-surat berharga yang disimpan karena jabatannya
atau melakukan pembiaraan uang atau surat berharga itu diambil atau
menggelapkan yang dilakukan orang lain atau menolong sebagai pembantu dalam
melakukan perbuatan tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
5. Memberikan akses yang luas pada masyarakat terhadap standar pelayanan secara
transparan
8. Membuka akses yang mudah dan murah bagi masyarakat untuk melakukan
pengaduan.
Pungutan liar merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang yang memiliki
tujuan untuk memudahkan urusan atau memiliki kepentingan dari pihak pembayar pungutan.
Pungli melibatkan dua pihak atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun oknum petugas yang
biasa melakukan kontak langsung untuk melakukan transaksi rahasia atau terang-terangan.
Oleh karena itu perlu adanya tindakan tegas dari pemerintah terhadap oknum ASN yang
melakukan pungli sehingga mereka jera. Selain itu perlu adanya pelatihan dan pendidikan
rutin dari instansi mengenai nilai dasar ASN sehingga para ASN dapat selalu menerapkannya
untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada publik.