“mencari kasus hukum di media yang terkait dengan pejabat perbendaharaan negara”
Nama kelompok:
Selain itu, JPU dari Kejari Klungkung, Kadek Wira Atmaja dkk., juga menyidangkan terdakwa I
Made Catur Adnyana selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sekaligus Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam pekerjaan belanja barang yang diserahkan pada masyarakat berupa
instalasi biogas pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, KB dan Pemerintah
Desa (BPMDPKBPD) Kabupaten Klungkung Tahun Anggaran 2014.
Pantauan Bali Post, ketiga terdakwa disidang secara terpisah dan bergilir karena berkas mereka
juga dilakukan secara terpisah. Sebagai ketua majelis hakim yang menyidangkan perkara ini
adalah I Wayan Sukanila yang saat ini juga menjabat Waka PN Singaraja, dengan hakim anggota
Miftahul dan Hartono.
Dalam dakwaan I Made Catur Adnyana selaku KPA sekaligus PPK dijelaskan bahwa peristiwa itu
terjadi di kantor BPMDPKBPD Kabupaten Klungkung di Desa Kutampi Kaler, Desa Klumpu dan
Desa Sakti, Nusa Penida.
Dijelaskan jaksa bahwa terdakwa Made Catur Adnyana sebagai orang yang melakukan, yang
menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan secara melawan hukum,
memperkaya diri sendiri, atau orang lain, atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.
Jaksa menjelaskan anggaran dalam pengadaan biogas dari Kementrian ESDM dalam perkara ini
adalah Rp 815.337.000., plus tambahan dana pendamping dari Pemda Klungkung sebanyak
10%. Kepala Badan BPMDPKBPD Kabupaten Klungkung Putu Widiada menunjuk I Made Catur
Adnyana selaku KPA sekaligus PPK. Dan dari sanalah dibuat tender, termasuk meninjau 60
orang pemohon (masyarakat), sekaligus menentukan layak tidaknya mendapat bantuan biogas.
Dalam kegiatan itu, kata jaksa, sebagai konsultan perencana digunakan CV Graha Undagi,
namun CV ini hanyalah dipinjam nama oleh I Made Dirganata. Made Dirganata memakai
konsultan pengawas bernama CV Pilar Utama dengan anggaran Rp 22,3 juta.
Nah dalam sistem pelelangan biogas itu, kata jaksa, terdakwa Gede Gita Gunawan (anggota
dewan) sekaligus suami dari Thiarta Ningsih Direktris CV Bhuana Raya, menghubungi Nyoman
Suartika Direktur CV Sari Indah Karya, bermaksud menggunakan perusahaan untuk ikut lelang
biogas. Dan Suartika pun setuju dan minta menghubungi staffnya. Ada empat perusahaan ikut
lelang. Selain CV Bhuana Raya, CV Sari Indah Karya, juga ada CV Habib Son Jr dan CV Natia
Karya.
Menariknya dalam dakwan jaksa, CV Bhuana Raya milik terdakwa tidak mengajukan dokumen
penawaran. Melainkan mengajukan menggunakan CV Sari Indah Karya dengan penawaran Rp
890.040.000. Dan akhirnya CV Sari Indah Karya dinyatakan sebagai pemenang lelang.
Gede Gita Gunawan yang juga anggota dewan langsung nelepon Kepala Badan BPMDPKBPD
Putu Widiada bahwa proyek biogas akan digarap adiknya. Namun setelah terjadi
penandatangan kontrak kerja, diduga tidak melaksanakan tugas sesuai kontrak dalam
pengadaan biogas tersebut. Namun justru memperkaya orang lain, dalam hal ini Thiarta Ningsih
selaku Direktris CV. Bhuana Raya dan Gede Gita Gunawan sebesar Rp 792.912.654,00. Jaksa
berdalih bahwa pekerjaaan biogas dilakukan oleh Thiarta Ningsih selaku Direktris CV. Bhuana
Raya, yang notabene bukan merupakan pemenang lelang. Dan kerugian negara Rp
792.912.654,00., adalah pembayaran atas pekerjaan yang dilakukan, setelah dikurangi PPN.
Atas dakwaan jaksa, kuasa hukum Thiarta Ningsih, Agus Sujoko dkk., bakalan mengajukan
eksepsi. Begitu juga kuasa hukum Made Catur Adnyana, Sumardika dkk., keberatan akan
dakwaan jaksa sehingga dia mengajukan eksepsi. (miasa/balipost)
Sumber: http://www.balipost.com/news/2019/01/02/65083/Oknum-Anggota-Dewan,Istri-
dan...html
Kasus RAPBN-P 2018, KPK Panggil 2 Pejabat Kementerian dan Seorang Anggota
DPR
Dylan Aprialdo Rachman Kompas.com - 13/08/2018, 10:33 WIB
Pendapat :
Kasus suap merupakan kasus yang sering terjadi di dalam sebuah birokrasi tidak terlepas
juga di kementerian- kementerian serta kelembaga negara. Kasus ini tentunya merugikan
negara terutama bagi rakyat Indonesia. Dalam bahas berita di atas, kasus suap terjadi antara
pegawai kementerian keuangan, kementerian kesehatan serta anggota DPR terkait dengan
kasus dugaan suap usulan dana perimbangan keuangan daerah pada Rancangan APBN-
Perubahan Tahun Anggaran 2018. KPK telah menetapkan status tersangka kepada beberapa
pihak diantaranya anggota komisi XI DPR Amin Santoso, pejabat non aktif kemenkeu Yaya
Purnomo, dan dua pihak swasta lainnya.
Selanjutnya, dana perimbangan yang merupakan hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah seharusnya ditetapkan sesuai dengan bagian yang sudah ditentukan
dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan baik itu rakyat maupun pemerintah. DPR sebagai
wakil rakyat memiliki peran, serta andil agar dana tersebut diberikan secara proporsional.
Terkait dengan kasus suap tersebut, tentunya integritas memiliki peran penting dalam
membangun sumber daya manusia yang lebih berkualitas agar terhindar dari kasus suap.