Anda di halaman 1dari 11

Tugas

Pendidikan Budaya Anti Korupsi


“Kasus Korupsi yang dilakukan PT NKE”

Nama Mahasiswa:
Maudy Khoiriah Indah Sari
Reguler XXI B
(PO.62.20.1.18.061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALANGKARAYA TAHUN 2019
Perjalanan Kasus PT NKE, Korporasi Pertama yang Divonis Korupsi

Kompas.com - 04/01/2019, 06:11 WIB


Terdakwa PT NKE yang diwakili oleh Direktur Utama PT NKE Djoko Eko Suprastowo (kedua
kiri) berbincang dengan penasehat hukum dalam sidang putusan dengan terdakwa PT Nusa
Konstruksi Enjiniring (NKE), di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (3/1/2019). Majelis Hakim
Pengadilan Tipikor memvonis PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) denda Rp700 juta karena
terbukti bersalah melakukan korupsi yang merugikan negara Rp25 miliar dari proyek
pembangunan rumah sakit khusus infeksi Universitas Udayana tahun anggaran 2009 dan 2010.
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pd.(Aprillio Akbar)
Penulis Dylan Aprialdo Rachman | Editor Inggried Dwi Wedhaswary .

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Duta Graha Indah (DGI) atau yang telah berganti nama menjadi
PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) divonis membayar pidana denda sebesar Rp 700 juta. PT
NKE juga dipidana tambahan dengan membayar uang pengganti sebesar Rp 85.490.234.737.
Majelis hakim juga mencabut hak perusahaan untuk mengikuti lelang proyek pemerintah selama
enam bulan.
"Menyatakan terdakwa PT Nusa Konstruksi Enjiniring telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," ujar Ketua Majelis
Hakim Diah Siti Basariah saat membaca amar putusan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis
(3/1/2019) malam.
Vonis ini menandai PT NKE sebagai korporasi pertama yang dinyatakan terbukti bersalah
melakukan korupsi.
Perjalanan kasus PT NKE
Pada 24 Juli 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan perusahaan ini sebagai
tersangka. PT NKE dijerat dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pembangunan RS
Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas Udayana Tahun Anggaran 2009-
2010.
Penetapan perusahaan ini sebagai tersangka merupakan pengembangan penyidikan perkara yang
sama dengan tersangka Dudung Purwadi, Direktur Utama PT DGI dan Made Meregawa, pejabat
pembuat komitmen.
Saat perusahaan ini diseret ke meja hijau, PT NKE didakwa memperkaya korporasi sendiri senilai
ratusan miliar rupiah dalam proyek pemerintah. Perbuatan tersebut diduga menimbulkan kerugian
negara sebesar Rp 25, 953 miliar. PT NKE didakwa melawan hukum membuat kesepakatan
memenangkan perusahaannya dalam lelang proyek Pembangunan Rumah Sakit Khusus Infeksi
dan Pariwisata Universitas Udayana Tahun Anggaran 2009 dan 2010. PT NKE juga dinilai
memperkaya diri sendiri atau selaku korporasi sejumlah Rp 24,778 miliar.
Selain itu, didakwa memperkaya Muhammad Nazarudin beserta korporasi yang dikendalikannya
yakni PT Anak Negeri, PT Anugerah Nusantara dan Grup Permai sejumlah Rp 10, 290 miliar.
Atas perbuatannya, jaksa KPK menuntut PT NKE membayar pidana denda sebesar Rp 1 miliar.
PT NKE juga dituntut pidana tambahan dengan membayar uang pengganti sebesar Rp
188.732.756.416. Jaksa juga menuntut hak PT NKE mengikuti lelang proyek pemerintah dicabut
selama dua tahun.

Vonis lebih rendah daripada tuntutan jaksa


Vonis yang dijatuhkan hakim kepada PT NKE lebih rendah dari tuntutan jaksa. Ada beberapa
pertimbangan yang disampaikan oleh majelis hakim dalam putusan. Uang pengganti
dipertimbangkan berdasarkan keuntungan perusahaan atas delapan proyek yang diperoleh dari
bantuan Muhammad Nazaruddin, sebesar Rp 240 miliar. Kemudian, dikurangi uang senilai Rp
51,3 miliar yang telah disetor ke kas negara atas pelaksanaan putusan pengadilan terhadap
terpidana mantan Direktur Utama PT DGI Dudung Purwadi. Majelis hakim juga
mempertimbangkan replik penuntut umum bahwa uang pengganti Rp 188 miliar dikurangi dengan
besaran commitment fee yang dibayar terdakwa kepada Nazaruddin dan kawan-kawan sekitar Rp
67 miliar.
Hasil pengurangan tersebut menjadi Rp 121 miliar. Jumlah itu kembali dikurangi dengan uang
yang telah dititipkan terdakwa ke KPK sebesar Rp 35 miliar. Sementara itu, hal yang memberatkan
PT NKE adalah tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi. Hal-hal
meringankan pihak PT NKE, mengakui kesalahannya, menyatakan penyesalannya, serta beritikad
baik memberikan informasi kepada publik atas perbuatannya. Terdakwa juga menjadi tempat
bergantungnya banyak orang dalam mencari nafkah. Terdakwa berjanji mengupayakan tata kelola
perusahaan bebas korupsi dan terdakwa belum pernah dihukum.
KPK apresiasi pencabutan hak mengikuti lelang
"DGI ini didakwa sudah melakukan korupsi pada sejumlah proyek pemerintah, maka pencabutan
hak untuk mengikuti lelang, saya kira itu menjadi poin penting yang perlu kita hargai saat ini,"
kata Febri di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (3/1/2019).
Ia mengatakan, pencabutan hak tersebut menjadi sinyal positif dalam proses peradilan bagi
perusahaan. Jenis hukuman seperti itu, dinilai KPK, perlu diberikan untuk membedakan antara
hukuman yang dijatuhkan kepada perusahaan dengan perseorangan. Terkait perbedaan antara
tuntutan jaksa dengan vonis hakim, lanjut Febri,
KPK perlu menganalisis pertimbangan hakim, sebelum akhirnya menentukan langkah selanjutnya.
"Soal berat, ringan, dan pertimbangan hukumnya tentu saja kalau nanti ada keberatan dari hasil
analisis itu diajukan sesuai prosedur hukumnya yang berlaku, "jelasnya. "Jadi kami perlu waktu
untuk menganalisis terlebih dahulu ada waktu pikir-pikir juga yang perlu diatur oleh UU," lanjut
Febri.
PT NKE anggap vonis hakim adil
Direktur Utama PT NKE Djoko Eko Suprastowo mengatakan, vonis hakim lebih adil
dibandingkan tuntutan jaksa. Oleh karena itu, pihaknya menerima putusan tersebut."Saya
menerima apapun keputusan pengadilan saya akan terima, karena kami mencoba patuh hukum dan
hakim sudah mempertimbangkan keadilan dan segala sesuatunya dengan baik ya kami akan
menerima dan akan melaksanakan keputusan itu," kata Djoko usai menghadiri sidang.

"Kami terima saja keputusannya dengan baik dan kami siap melaksanakan keputusan itu dan akan
membayar secepatnya," lanjut dia. Djoko mengatakan, perusahaan akan menjual sebagian saham
dan aset perusahaan untuk segera membayar pidana uang pengganti sekitar Rp 85 miliar.
"Kami akan menjual aset yang tidak bermanfaat, share (saham) dari beberapa perusahaan yang
kita miliki," ujar Djoko.
Atas perbuatannya, PT NKE disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor menyebutkan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara minimal 4 tahun dan
maksimal 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah.
Lebih lanjut, Pasal 3 menyebutkan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau karena kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara dipidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit 50 juta rupiah dan maksimal 1 miliar.
Ulasan Tentang Kasus Korupsi dari sudut Presfektif Budaya
Korupsi dilihat dari sudut pandang budaya, maka pengertian korupsi memiliki dimensi
tradisi atau kebudayaan. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia (Soerjono Soekanto, 2012: 150). Kebiasaan-kebiasaan tindakan korupsi
yang marak ini kemudian berkembang menjadi sebuah budaya yang cenderung bersifat negatif.
Hal ini tentu saja sudah menyimpang dari moralitas, kebenaran dan kebajikan. Saat ini korupsi
telah memasuki setiap aspek kehidupan kita menjadi sangat luas seperti udara yang kita hirup.
Perkembangannya telah terjadi secara besar-besaran dan hampir tidak ada bidang aktivitas sosial,
politik, ekonomi dan bahkan agama yang bebas dari tindak korupsi. Hal ini sudah sangat jelas
menggambarkan bahwa tidak korupsi telah menjadi hal yang membudaya dalam masyarakat.
Kebudayaan akan tumbuh dengan adanya hasil pemikiran akal budi manusia. Sedangkan,
pemikiran dan akal budi manusia itu dapat mengarah pada hal yang cenderung negatif seperti
budaya korupsi. Pada umumnya, orang menghubungkan tumbuh suburnya korupsi dengan sebab-
sebab yang mudah seperti kurangnya gaji pejabat, buruknya ekonomi disuatu negara, mental
birokrat/pejabat yang kurang baik, administrasi yang kacau sehingga dapat menghasilkan adanya
prosedur yang berbelit-belit. Demikianlah pandangan secara sepintas mengenai korupsi yang
terjadi di Indonesia.
Sistem budaya yang korupsi akan mempengaruhi dan membentuk perilaku individu.
Ketika suatu lembaga memiliki sistem budaya yang korupsi, nilai dan moral telah bergeser dan
membentuk nilai baru, yang selanjutnya dipegang bersama oleh anggotanya sebagai pedoman
berperilaku. Nilai baru inilah yang dianggap sebagai nilai yang benar walaupun dalam ukuran nilai
yang sebelumnya merupakan nilai yang menyimpang. Sehingga ketika ada seorang Indvidu yang
memiliki kepribadian yang baik dengan pegangan moral dan nilai yang kuat akan dianggap
menyimpang ketika ia berada dalam lembaga yang korupsi tersebut.
Menurut saya, salah satu yang hal yang dapat dilakukan ialah dengan mengemukakan
terlebih dahulu faktor-faktor yang paling berperan dari terjadinya suatu maslah tersebut.Dengan
demikian pembahasan korupsi harus sangat berhati-hati dan dijauhkan dari tindakan yang
gegabah.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan dari sudut pandang budaya bahwa, pemimpin sekarang pun
tidak dapat melakukan pengelolaan amanah dengan baik. Dulu dalam kebubudayaan pemimpin
adalah seorang yang menjadi contoh untuk masyrakatnya. Sekarang tidak bisa dipungkiri
seseorang yang memiliki akal budi dan budaya dapat berbuat salah dengan melakukan tindak
korupsi dengan memperkaya diri sendiri.
Ulasan Tentang Kasus Korupsi dari Sudut Persfektif Hukum
Korupsi tergolong sebagai suatu tindakan yang melanggar hukum dan dapat dipidanakan.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13buah Pasal
dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan
kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis
tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik hukum institusi Negara
dirancang dan disahkan sebagai undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi. Secara
parsial, dapat disimpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia serius melawan dan memberantas
tindak pidana korupsi di negeri ini.
Dari aspek ekonomi, yang menjadi indikator adanya transparansi dan akuntabilitas tersebut
adalah rendahnya tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Berarti, semakin tinggi tingkat
transparansi dan akuntabilitas, maka semestinya semakin rendah pula kemungkinan terjadinya
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Tetapi, realita dari berbagai penelitian dan evaluasi yang
dilakukan oleh beberapa lembaga berbeda, justru menunjukkan kecenderungan yang semakin
memprihatinkan, serta pada umumnya penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa
“Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia”.
Korupsi juga telah berkembang dan mengakar di lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga
perwakilan rakyat (DPR dan DPRD), ironisnya lagi hal ini juga terjadi di lembaga peradilan
sendiri. Seharusnya kepolisian, kejaksaan dan lembaga peradilan menjadi ujung tombak bagi
upaya pemberantasan korupsi justru pandangan oleh banyak kalangan merupakan institusi-
institusi publik yang korup dan banyak melakukan penyalahgunaan wewenang. Dalam artian,
bahwa korupsi telah merajalela terutama di kalangan birokrasi pada institusi publik atau lembaga
pemerintah, baik departemen maupun non departemen. Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa
korupsi benar-benar telah menjadi permasalahan yang serius dan sistemik yang sangat
membahayakan dan merugikan negara maupun masyarakat, khususnya di negara kecil dan
berkembang seperti halnya Indonesia.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
• Perbuatan melawan hukum
• Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
• Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
• Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Dalam kasus ini perlu waktu yang lama untuk membuktikan bahwa PT NKE bersalah melakukan
tindak korupsi. Bukannya kita tidak menyadari dari dulu korupsi ini sudah mencederai rakyat
miskin dengan terjadinya penyimpangan dana yang mula nya untuk pembangunan Rumah Sakit
Khusus Infeksi ditahun 2009-2010 sampai dengan saat ini nyatanya, keperluaan tersebut hanya
dijadikan alat untuk memperkaya diri sendiri. Oleh sebab itu, korupsi merupakan salah satu
elemen yang turut memberikan kontribusi bagi terjadinya keterbelakangan dan buruknya kinerja
ekonomi Indonesia, serta merupakan salah satu faktor penghambat yang utama bagi
pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan.

Ulasan Tentang Kasus Korupsi dari Presfektif Agama


Agama sebagai dasar dari segala kepercayaan dan keyakinan tiap individu berperan
penting. Dalam semua ajaran agama, tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk berlaku atau
melakukan tindakan korupsi. Namun, pada kenyataannya praktik korupsi sudah menjadi kebiasaan
yang dilakukan oleh orang-orang beragama. Agama memang mengajarkan dan mengarahkan para
penganutnya untuk hidup jujur, lurus, dan benar.
Korupsi termasuk kategori perilaku mencuri yang diharamkan agama dan tindakan
pendosa. Logikanya seseorang yang beragama atau memegang teguh ajaran agamanya tidak akan
melakukan korupsi. Harus disadari bahwa kelakuan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
agamanya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi orang untuk bertindak atau berperilaku
koruptif, antara lain faktor genetik, faktor neurologis, faktor psikologis, faktor sosiologis, faktor
pendidikan dan pengasuhan.
Ada faktor lain yang bisa mengalahkan pengaruh ajaran agama sebagai godaan
manusiawi, yaitu nilai-nilai agama yang tidak menjadi pedoman dalam tindak perilaku
dimasyarakat, ketiadaan apresiasi terhadap nilai-nilai kemuliaan disertai dengan lemahnya
disiplin diri dan etika dalam bekerja, serta adanya sifat tamak dan egois yang hanya
mementingkan diri sendiri.
Dengan gaya hidup modern sekarang ini, orang dengan mudah melupakan atau dengan
sengaja mengabaikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya, lalu melakukan tindak pidana korupsi.
Ada kalanya uang hasil tindak korupsi itu digunakan untuk hal-hal yang berbau religi. Dalam hal
tertentu harus ada intropeksi diri dari kita semua, termasuk dari para pemuka agama itu sendiri.
Akhir-akhir ini miris sekali karena melihat selalu pemberitahuaan berita tentang perilaku
korupsi. Lebih sedihnya lagi para koruptor tersebut sebagian besar para intelektual yang
pemahaman agamanya sangat mumpuni. Mereka rata-rata mengenyam pendidikan minimal S-1.
Pendidikan agama selalu di ajarkan di setiap jenjang pendidikan.
Secara logika seseorang yang memiliki akhlak mulia maka prilaku hidupnya akan
bersandar pada nilai-nilai agama,begitu pula sebaliknya. Seseorang yang dalam hidupnya selalu
berpegang teguh pada ajaran agama dia akan selalu berhati-hati dalam hidupnya, dia
berkeyakinan bahwa perilakunya selalu di awasi oleh Tuhan YME sehingga dia akan selalu
berhati-hati dalam bersikap dan bertindak.

Dampak dari Kasus Korupsi


1. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Ekonomi
Tindakan korupsi akan menghambat jalannya kegiatan perekonomian di suatu Negara,
karena para pelaku ekonomi akan merasa dirugikan dan enggan melakukan kegiatan
ekonomi. Sehingga akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu Negara dan
menimbulkan banyak permasalahan di sektor perekonomian, diantaranya yaitu:
 Penurunan produktivitas dan lambatnya pertumbuhan ekonomi
 Rendahnya kualitas barang dan jasa produksi bagi publik
 Menurunnya tingkat pendapatan suatu Negara
 Menurunnya kepercayaan dari para investor
 Keterbelakangan perekonomian Negara
2. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi terhadap
aspek social dan kemiskinan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu:

 Tingginya tingkat pengangguran


Kemiskinan disuatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran. Dan salah
satu penyebab tingginya tingkat pengangguran disuatu Negara adalah berkuasanya para
pelaku koruptor.
 Terhambatnya dalam mengentas kemiskinan
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam mengatasi
masalah kemiskinan. Namun banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi
salah satunya yaitu dengan cara menyelewengkan anggaran pemerintah yang diberikan
untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang pada akhirnya berakibat pada lambatnya dalam
mengentas masalah kemiskinan.
 Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Meluasnya para pelaku koruptor akan berimbas terhadap sulitnya mengakses informasi
bagi masyarakat miskin khususnya dalam masalah pekerjan, Karena anggaran yang
diberikan untuk periklanan telah diselewengkan oleh para koruptor. Sehingga pada ahirnya
masyarakat miskin sulit mendapatkan pekerjaan dan bahkan dia tidak bekerja.
 Kurangnya solidaritas sosial
Banyaknya para pelaku koruptor juga mempengaruhi terhadap sifat kebersamaan, karena
para pelaku koruptor hanya memenintangkan kepentingan individu.
3. Dampak Korupsi Terhadap Aspek politik dan demokrasi
Politik merupakan salah satu sarana dalam melakukan korupsi, karena banyak para pelaku politik
yang melakukan tindakan korupsi. Beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat
tindakan korupsi didunia politik, diantaranya yaitu:
 Hilangnya kepercayaan publik terhadap partai politik
Biaya politik yang tinggi bisa membahayakan terhadap partai politik itu sendiri, karena hal
itu bisa menjadi salah satu pendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Oleh karena
itu, apabila partai politik sudah dikenal dengan anggotanya yang melakukan korupsi maka
publik tidak percaya jika partai tersebut menang dalam suatu pemilihan.
 Munculnya pemimpin yang korupsi
Politik money merupakan salah satu penyebab para pemimpin melakukan korupsi, karena
banyaknya pengeluaran dana atau uang yang dia gunakan ketika menjadi calon, berimbas
pada bagaimana dana atau uang tersebut kembali. Sehingga jalan yang dia lakukan adalah
dengan korupsi.
 Hancurnya kedaulatan rakyat
Dengan bayaknya pelaku korupsi khususnya didunia politik menjadikan kedaulatan negara
berada ditangankelompok-kelompok tertentu dengang partai politiknya masing-masing,
yang pada dasarnya kedaulatan tersebut berada di tangan rakyat. Maka dari sini dapat kita
ketahui bahwa partai politik yang memegang kedaulatan negara dan rakyat tidak
mempunyai kuasa terhadap kedaulatan negara dan bahkan rakyat dibabi buta oleh partai
politik.
4. Dampak Korupsi Terhadap Aspek penegakan hukum
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap aspek
penegakan hukum, diantaranya yaitu:
 Ketidak percayaan publik terhadap lembaga hukum
Banyaknya para penegak hukum yang melakukan korupsi dan banyaknya berita yang
tersebar dimedia massa terkait hal tersebut, menjadikan publik tidak percaya terhadap suatu
lembaga hukum terkait dengan proses hukum yang akan dilakukan.
 Lambatnya proses hukum
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Para penegak hukum memperlambat proses
hukum suatu masalah, diantaranya yaitu:
 Hukum dapat dibeli
Banyak pelaku penegak hukum yang tidak melakukan hal sewajarnya terhadap suatu
masalah, hal tersebut dipengaruhi karena adanya uang yang diberikan oleh seseorang yang
terjerat dalam suatu masalah kepada para penegak hukum.
 Sulit mendapatkan bukti
Terbatasnya saksi dan barang bukti terhadap suatu masalah menjadikan salah satu
penyebab lambatnya proses hukum.
 Kurangnya solidaritas antara para penegak hukum
Kurangnya kontribusi dari para penegak hukum menjadikan keputusan yang mereka ambil
bertolak belakang.

5. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Pertahanan dan Keamanan


Meluasnya tindak kejahatan korupsi juga berdampak terhadap pertahanan dan keamanan suatu
negara. Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
pertahanan dan keamanan suatu negara, diantaranya yaitu:
 Lemahnya alusista dan SDM
Banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan alusista yang
canggih tidak menjamin keamanan suatu negara, karena banyaknya pejabat pemerintah
yang korupsi terhadap anggaran tersebut. Sehingga alusista yang kita miliki terbatas dan
terbilang masih belum canggih serta lemahnya SDM yang dipengaruhi kurangnya dana
untuk melakukan latihan.
 Lemahnya garis batas negara
Ketika alusista yang dimiliki suatu negara itu sudah lemah maka otomatis pertahan dan
keamanan khusususnya diwilayah perbatasan negara akan lemah pula.
 Menguatnya kekerasan didalam masyarakat
Banyaknya permasalah yang timbul didalam masyarakat menyebabkan rentannya terjadi
kekerasan. Namun banyak masalah yang tidak dapat teratasi oleh pihak yang berwajib
karena alasan finansial yang belum teralokasikan. Hal tersebut merupakan perilaku dari
para pejabat yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan individunya dengan
melakukukan korupsi.
6. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Lingkungan
Beberapa dampak dan masalah yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
lingkungan, diantaranya yaitu:
 Menurunnya kualitas lingkungan
Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula. Namun akibat
dari pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan menyelewengkan anggaran untuk
pembangunan insfrastruktur, maka kualitas suatu lingkungan akan menurun karena
insfrastruktur yang dimiliki lingkungan tersebut tidak memadai.
 Menurunnya kualitas hidup
Rusaknya suatu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat,
karena sarana dan prasaran yang menunjang kesejahteraan hidup telah berkurang. Hal
tersebut terjadi akibat dari pelaku korupsi yang telah mengambil hak masyarakat hanya
demi kepentingan pribadinya saja.

Anda mungkin juga menyukai